Kisah Kiki Jadi Musisi Jalanan untuk Nafkahi Anak
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com –
Kiki (38), seorang
musisi jalanan
di
Kota Bogor
, mengaku bukan tidak ingin menjalani hidup normal seperti bekerja di perkantoran.
Namun, kondisi kesehatannya membuat hal itu menjadi mustahil.
Kiki bercerita pernah bekerja di Kalimantan sebagai buruh peleburan batubara. Ia juga sempat bekerja di perusahaan ekspedisi.
Namun, kedua pekerjaan itu tidak bisa ia lanjutkan akibat
gangguan penglihatan
yang dideritanya.
“Ini mata gara-gara saya dulu pernah kerja di Kalimantan, di batubara. Di peleburan selama enam bulan. Kata teman, ‘lu pakai kacamata’. Tapi saya enggak. Kirain cuci muka juga hilang asapnya. Ternyata enggak,” tutur Kiki saat ditemui di Bogor, Senin (28/7/2025).
Ia sempat memeriksa kondisi matanya dan disarankan untuk menjalani operasi.
Namun, biaya yang tinggi membuatnya tak mampu menempuh jalur pengobatan.
“Waktu itu tahun 2010-an, biayanya Rp 80 juta. Jadi saya pulang aja dari Kalimantan,” ujarnya.
Kondisinya kian rumit setelah sang istri wafat. Kini ia tinggal bersama tiga anaknya di rumah kontrakan.
Anak sulungnya yang berusia 17 tahun memilih tidak melanjutkan sekolah untuk membantu meringankan beban, sementara dua lainnya masih duduk di bangku SMP dan SD.
“Bukannya kita enggak mau kerja, ya risiko mata gimana. Pernah juga kerja di jasa ekspedisi. Tapi kan harus begadang. Saya di rumah cuma berempat sama anak-anak. Kalau saya begadang, siapa yang jagain mereka?” katanya.
Kiki mengatakan hanya ingin mencari nafkah secara jujur meski terbatas pada jalanan daripada terlibat aksi kriminal seperti penjualan obat-obatan.
“Saya prinsipnya satu, cari yang halal sebisanya. Jangan sampai jual narkoba atau nyuri. Udah, itu doang,” ujarnya.
Kini sebanyak 400
pengamen
di Bogor akan diberikan pelatihan, izin tampil resmi, dan wadah berkarya. Namun Kiki mengaku menolak tawaran tersebut.
Menurut dia, skema itu tidak realistis bagi para pengamen yang sudah terbiasa hidup bebas dan menggantungkan penghasilan secara harian.
“Kalau pengamen di kafe, mereka enggak bebas. Penghasilan juga kurang. Kalau sehari kita niat nyari Rp 80 ribu, ya sampai sore dapat Rp 80 ribu gitu di kafe kan dibagi-bagi,” katanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kisah Kiki Jadi Musisi Jalanan untuk Nafkahi Anak Megapolitan 28 Juli 2025
/data/photo/2025/07/28/6887563e2102b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)