Kisah Kemiskinan di Depok: Juru Parkir Pasrah Tinggal di Rumah Rawan Ambruk

Kisah Kemiskinan di Depok: Juru Parkir Pasrah Tinggal di Rumah Rawan Ambruk

Firman telah berusaha untuk menyisihkan sebagian uang hasil dari juru parkir. Namun mengingat kebutuhan cukup besar, maka asa untuk memperbaiki rumah harus kalah dengan kejamnya kebutuhan hidup di era modern seperti sekarang.

“Saya sudah coba menyisihkan uang untuk memperbaiki rumah, namun anak butuh sekolah dan makan, jadi uang itu digunakan untuk makan dan sangu anak sekolah,” ungkap Firman.

Liputan6.com melihat dari raut wajah Firman dengan usia yang sudah tidak lagi muda, menyimpan sejumlah asa untuk membahagiakan keluarganya. Namun kerasnya hidup hanya kepasrahan dan upaya yang menguatkan Firman dan keluarganya tinggal dengan kondisi atap rumah yang rusak.

“Kalau hujan, pernah banjir setinggi 10 sentimeter, saya harus buangin air yang menggenangi rumah bersama anak saya yang pria,” tutur Firman.

saat terjadi hujan pada malam hari, Firman dan anak pertamanya yang pria, harus berjibaku membuang air menetes dari atap rumah sampai ke lantai dalam rumah.

“Anak saya yang kecil saya suruh tidur, tiga anak saya lainnya bantuin buangin air pada basah-basahan, lalu istri dan anak saya yang perempuan saya suruh istirahat kasian pasti capek,” kata Firman.

Sejauh mata memandang, Liputan6.com melihat rumah Firman jauh dikatakan layak. Terdapat dua ruangan yang bisa dijadikan kamar dan ruangan lainnya berupa dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi.

Untuk kamar, kondisinya sudah tidak layak karena bagian atap kamar telah hancur, serta bagian temboknya terdapat bekas air yang meresap sehingga menimbulkan bercak. Tidak jauh berbeda dengan kondisi dapur dan kamar mandi, sudah tidak layak untuk digunakan.

“Kamar kalau dipakai untuk tidur, khawatir saat hujan malam hari, tiba-tiba ambruk saat hujan, jadi pada kumpul di bagian depan rumah,” kata Firman saat menunjukan sejumlah barang yang menumpuk.

Firman mengaku sudah mengajukan bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Pemerintah Kota Depok. Pengajuan sudah dilakukan pada 2024 sampai 2025 namun tidak bantuan tidak kunjung didapatinya.

“Katanya 2024 dan 2025 sudah tutup, ada lagi 2026 itu pasti lama lagi sedangkan kondisi rumah saya sudah seperti ini,” ujar Firman sambil sesekali merapikan pakaian yang menumpuk.

Firman hanya dapat pasrah dan dukungan dari anak dan istri menjadi penguat Firman bertahan di rumah yang mengalami kerusakan mencapai 80 persen.

“Kekuatannya hanya doa dan puasa yang dijalani anak dan istri saya, itu kekuatan saya sekarang,” terang Firman.

Firman mengaku, beberapa hari lalu kondisi rumahnya sempat dilihat langsung Lurah Cilangkap, Galih Catur Prasatya. Bahkan, lurah dan Camat setempat berjanji akan berusaha melaporkan kondisi rumah Firman kepada dinas terkait untuk segera dilakukan perbaikan.

“Semoga saja Pemerintah Kota Depok dapat membantu warganya yang perlu mendapatkan bantuan, salah satunya seperti saya,” tutur Firman.