Kisah Hidup Erma Fatima yang Kini Sukses dengan Serial Bidaah

Kisah Hidup Erma Fatima yang Kini Sukses dengan Serial Bidaah

Jakarta, Beritasatu.com – Nama Erma Fatima turut menjadi sorotan publik setelah drama yang diproduserinya, Bidaah, mencuri perhatian masyarakat, termasuk penonton dari Indonesia.

Drama asal Malaysia tersebut mengangkat kisah kontroversial tentang sebuah sekte keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam. Disutradarai oleh Ellie Suriaty, drama ini dibintangi oleh deretan aktor papan atas seperti Faizal Hussein, Fattah Amin, dan Riena Diana.

Erma Fatimah, yang bernama lengkap Fatimah binti Rahmad Ali, lahir pada 14 Maret 1968. Ia dikenal sebagai aktris, sutradara, produser, dan penulis naskah wanita yang berpengaruh di Malaysia.

Sebelum aktif sebagai produser, Erma telah lebih dahulu menorehkan prestasi di dunia seni peran. Ia memenangkan penghargaan Pelakon Wanita Terbaik melalui film Hati Bukan Kristal (Festival Filem Malaysia ke-9) dan Femina (Festival Filem Malaysia ke-11).

Dalam sebuah podcast di kanal YouTube @USANITA, Erma membagikan kisah awal kariernya di industri hiburan. Ia mengungkapkan bahwa kebutuhan ekonomi mendorongnya bekerja sejak remaja.

“Setiap kali saya libur sekolah, saya akan pergi mencari uang. Jadi, saat libur menjelang SPM, saya mengambil pekerjaan tambahan, kerja ekstra,” ujar Erma, dikutip dari Beritasatu.com, Kamis (10/4/2025).

“Saya tidak terlalu peduli apakah hal itu benar atau salah, yang penting saat itu saya butuh uang. Saya ingin uang, dan saya bekerja keras untuk mendapatkannya,” ucapnya.

Perjuangannya membuahkan hasil saat ia mendapat tawaran untuk berakting dalam drama Rozana Cinta 87. Dalam film tersebut, ia memerankan karakter bernama Noni, yang menjadi debut aktingnya di layar kaca.

“Saya pernah mendapat tawaran sebagai pelakon tambahan dengan dialog. Tapi katanya, saya tidak boleh hanya memainkan peranan sokongan. Maka akhirnya, saya diberi peranan yang lebih besar dan signifikan,” cerita Erma.

Film itu sukses besar dan membawa nama Erma melambung. Ia mulai dibanjiri tawaran dari berbagai sutradara ternama, termasuk Rahim Razali.

“Film itu meledak di pasaran. Setelah itu, saya menerima tawaran demi tawaran dari para sutradara besar, termasuk direktor Rahim Razali,” ungkapnya.

Padahal, Erma sebelumnya sempat menempuh pendidikan hukum dengan cita-cita menjadi pengacara. Namun, ia merasa jalan menuju kesuksesan di bidang tersebut terlalu panjang.

“Kalau aku jadi pengacara, kapan aku dapat uang? Lebih lama prosesnya. Tapi dengan berakting, aku sudah bisa bahagia hanya dengan mendapat seribu, dua ribu, atau tiga ribu ringgit,” jelasnya.

Keputusannya untuk terjun ke dunia hiburan sempat mengecewakan kedua orang tuanya. Meski begitu, ia tetap teguh pada pilihannya dan berjanji akan membuktikan keberhasilannya.

“Ibu dan ayah saya kecewa dengan keputusan saya itu. Tapi saya beritahu mereka, saya akan buktikan. Saya akan jadi seseorang dalam industri ini,” tegas Erma.

Kesuksesan Bidaah menjadi bukti nyata bahwa Erma Fatimah bukan hanya pelakon berbakat, tetapi juga produser visioner yang mampu menyuguhkan karya berani dan relevan. Drama tersebut tidak hanya mencuri perhatian penonton lokal, tetapi juga mendapat sambutan hangat di Indonesia.