Kisah Dasuki, 25 Tahun Jadi Juru Pelihara Senjata Pusaka Kebesaran Indramayu Regional 11 Oktober 2025

Kisah Dasuki, 25 Tahun Jadi Juru Pelihara Senjata Pusaka Kebesaran Indramayu
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 Oktober 2025

Kisah Dasuki, 25 Tahun Jadi Juru Pelihara Senjata Pusaka Kebesaran Indramayu
Tim Redaksi
INDRAMAYU, KOMPAS.com
– Bagi Dasuki (77), benda pusaka tidak pernah benar-benar diam. Ia yakin setiap pusaka memiliki napas yang hidup bersama masyarakat yang merawatnya.
Sudah 25 tahun lamanya Dasuki mengabadikan diri sebagai juru pelihara pusaka kebesaran Indramayu oleh pemerintah daerah, khususnya merawat dan menjaga warisan leluhur peninggalan Raden Arya Wiralodra, pendiri Kabupaten Indramayu.
Warisan itu berupa tombak pataka cakra udaksana Kiai Tambu, keris Kiai Gagak Pernala, keris gagak handaka, oyot mimang wenang latamosandi, dan jubah tambal sewu.
Kelima pusaka itu adalah simbol kebesaran dan pelindung milik Raden Arya Wiralodra. Dari sekian banyak benda peninggalan, Cakra Udaksana menjadi pusaka paling istimewa.
“Saya sendiri juru peliharanya, sudah 25 tahun saya mengabdi jadi juru pelihara,” kata Dasuki saat ditemui di pameran pusaka dan cagar budaya dalam rangka “Hari Jadi Indramayu ke-49” di Gedung Landraad, samping Alun-alun Indramayu, Sabtu (11/10/2025).
Dasuki menceritakan, selama 25 tahun menjadi juru pelihara, ada banyak sekali hal yang ia rasakan.
Dasuki memilih tidak menceritakan karena akan sulit untuk dijelaskan. Secara garis besar, kata dia, sebuah kebanggaan bisa merawat benda-benda pusaka asli milik leluhur Indramayu tersebut.
Misalnya, Cakra Udaksana, menurut Dasuki, tidak banyak daerah yang memiliki pusaka berbentuk cakra atau senjata melingkar seperti roda tajam.
“Makanya sebagai warga Indramayu, kita ini harus bangga punya pusaka itu. Kalau keris, pedang, tombak, itu banyak, tapi kalau cakra siapa lagi yang punya selain Indramayu,” ujar Dasuki.
Menjadi juru pelihara pusaka bukan perkara mudah. Selain harus teliti dalam perawatan, Dasuki bertanggung jawab menjaga keamanan pusaka dari incaran pencurian.
Ia sempat mengalami peristiwa pencurian pusaka, meski bukan dari koleksi lima pusaka utama.
“Yang hilang dicuri waktu itu senjata pusaka di luar lima pusaka dalem Indramayu, tepatnya saya lupa tahun berapa, tapi alhamdulillah sudah kembali,” ujarnya.
Kini, semua pusaka dalem Indramayu disimpan dan dijaga ketat di museum dalam kompleks Pendopo Indramayu.
Biasanya, masyarakat hanya dapat melihatnya pada momen tertentu seperti pameran pusaka atau kirab budaya.
Pameran pusaka yang digelar hari ini pun menjadi kesempatan masyarakat umum bisa melihat langsung senjata tersebut dari balik bingkai kaca pameran.
Selain pusaka kebesaran Wiralodra, turut dipamerkan beragam senjata tradisional milik masyarakat umum, seperti keris, tombak, pedang, hingga manuskrip beraksara kuno.
Melalui pameran ini, Pemkab Indramayu berupaya mengedukasi masyarakat agar lebih mengenal sejarah dan warisan budaya daerahnya.
Menurut Dasuki, banyaknya pusaka yang masih disimpan oleh keluarga dan komunitas menjadi bukti bahwa masyarakat Indramayu masih menjunjung tinggi peninggalan leluhur.
Setiap pusaka tidak hanya disimpan sebagai benda berharga, tetapi juga dirawat dengan penuh rasa hormat, seakan-akan menjadi penghubung yang hidup antara masa lalu dengan generasi masa kini.
Lebih dari sekadar benda, pusaka adalah identitas kolektif. Menurut Dasuki, pusaka ini menyatukan masyarakat, menumbuhkan rasa memiliki, serta memperkuat kebanggaan terhadap daerah.
Tradisi inilah yang membuat pusaka Indramayu tetap bernapas, bukan hanya dalam ingatan sejarah, tetapi juga dalam keseharian budaya.
Pelestarian pusaka dan cagar budaya juga mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Selain menetapkan sejumlah benda sebagai Cagar Budaya dan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), pemerintah menugaskan juru pelihara seperti Dasuki untuk menjaga peninggalan penting.
Berbagai kegiatan, seperti jamasan pusaka dan Kirab Pusaka Wiralodra rutin digelar untuk menumbuhkan kebanggaan masyarakat sekaligus memperkuat identitas kultural Indramayu.
Menariknya, Dasuki bukan keturunan langsung Raden Arya Wiralodra. Ia pun mengaku tak pernah mengajukan diri sebagai juru pelihara.
“Saya juga tidak pernah membuat permohonan sebagai juru pelihara, waktu itu dari pemerintah menunjuk saya,” kata dia.
Kini, setelah seperempat abad mengabdi, Dasuki berharap generasi muda bisa mencintai sejarah dan cagar budaya seperti dirinya.
Ketika sudah cinta akan timbul kebanggaan dan muncul semangat diri untuk berkontribusi menjadikan Indramayu sebagai daerah yang jauh lebih baik.
“Kalau sudah cinta pasti akan berbuat sesuatu yang baik, kalau tidak cinta jangan menyentuh cagar budaya karena akan merusak cagar budaya,” ujar Dasuki.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.