Ketika Warga Tanjung Priok Menolak Pembangunan SUTET, Takut Datangkan Masalah Kesehatan hingga Buat Harga Rumah Turun
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah warga menolak keras pembangunan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di Jalan Swasembada Barat 1 RT 03, RW 09, Kelurahan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pasalnya, sejumlah warga merasa dirugikan dengan adanya
pembangunan SUTET
tersebut.
“Kalau mau jujur tadinya keberatan, karena tiba-tiba ada di sini siapa yang enggak keberatan?” Ungkap salah seorang warga bernama Nailul Haq (65) saat diwawancarai di lokasi, Kamis (30/1/2025).
Pembangunan SUTET
itu diduga berawal dari PT PLN membeli dua rumah warga yang ada di Jalan Swasembada Barat 1.
Nailul mengatakan, kedua rumah itu dibeli seharga Rp 3 Miliar dan Rp 2,5 Miliar. Usai dibeli, kedua warga yang memiliki rumah itu pindah secara diam-diam.
Awalnya, warga tak mengetahui tanah bekas rumah itu akan dibangun SUTET. Kemudian, pihak PLN menggusur kedua rumah itu dan tanahnya digunakan untuk membangun SUTET.
Hal itu lah yang membuat warga kaget dan melakukan penolakan. Sejumlah warga mengaku tak pernah mendapat sosialisasi tentang pembangunan SUTET tersebut.
“Karena tadinya enggak ada sosialisasi. Pas pertama kali melihat kita enggak engeh,” tambah Nailul.
Senada dengan Nailul, warga lain bernama Rahel (40) juga mengaku tak mendapat sosialisasi dari pihak PLN terkait pembangunan SUTET.
Padahal rumah Rahel sendiri berada persis di depan proyek pembangunan SUTET tersebut.
“Enggak ada, enggak ada sama sekali. Cuma kata PLN mereka udah sosialisasi ke RT, RW, ama kelurahan,” ucap Rahel.
Namun, Rahel sendiri mengaku, tak mendapatkan sosialisasi apa pun dari pihak RT, RW, dan kelurahan.
Bukan hanya tak mendapat sosialisasi, penolakan muncul karena proses pembangunan SUTET dianggap menganggu dan merugikan warga.
Nailul mengaku area depan rumahnya rusak atau hancur imbas banyaknya truk molen yang lewat.
“Karena kan mobil lewat teras hancur semua,” terang Nailul.
Kemudian, Nailul juga protes karena banyaknya cipratan semen ke pagar rumahnya dari pembangunan SUTET itu.
Selain merugikan secara materiil, warga mengaku proses pembangunan SUTET ini mendatangkan masalah kesehatan.
Sebab, pembangunan SUTET ini kerap mengeluarkan aroma solar yang begitu menyengat.
“Kita sampai pusing kaya vertigo,” ucap salah seorang warga bernama Rebeca (55).
Tak hanya itu, proses pembangunan SUTET juga kerap dilakukan hingga dini hari sehingga membuat warga tidak nyaman saat beristirahat di dalam rumahnya.
Di sisi lain, sejumlah warga juga khawatir harga rumahnya akan menurun jika dijual karena berada dekat dengan SUTET.
“Harganya jomplang karena adanya pembangunan SUTET otomatis rumah saya jadi turun harganya,” ucap Rahel.
Rahel memperkirakan, harga rumahnya akan turun sekitar 50 persen apabila SUTET yang tengah dibangun berdiri.
Selain itu, warga juga khawatir sertifikat rumahnya ditolak apabila ingin mengajukan pinjaman uang ke bank karena lokasinya dekat dengan SUTET.
Meski mendapat berbagai penolakan, proses
pembangunan SUTET di Tanjung Priok
terlihat tetap berjalan.
“Ini jalan terus (pembangunannya) mesinnya aja nyala itu,” ucap Nailul.
Pengamatan
Kompas.com
di lokasi, proses pembangunan SUTET yang tengah dilakukan sedang dalam tahap pengeboran tanah menggunakan mesin untuk mendirikan pondasi.
Rahel mengaku kesal karena proses pembangunan tetap dilakukan meski warga sudah memberikan berbagai penolakan.
“Sebenarnya, kita kesal juga sih, cuma mau gimana,” ucap Rahel.
Rahel berharap agar proses pembangunan SUTET bisa diberhentikan.
“Diberhentikan saja, Ini bukan titik awal kan, jadi kembalikan aja ke titik awal,” ungkap Rahel.
Pasalnya, kata Rahel, pembangunan SUTET ini harusnya dilakukan di wilayah Papanggo, Jakarta Utara.
Namun, karena ditolak oleh warga sana, akhirnya pembangunan justru dilakukan di Jalan Swasembada.
Warga lain bernama Suhaemi (55) berharap, agar pihak PLN bisa duduk bersama dengan warga untuk membahas pembangunan SUTET ini.
“Kita maunya PLN duduk bareng sama warga untuk bahas hal ini,” pungkas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Ketika Warga Tanjung Priok Menolak Pembangunan SUTET, Takut Datangkan Masalah Kesehatan hingga Buat Harga Rumah Turun Megapolitan 1 Februari 2025
/data/photo/2025/01/31/679c3fb4cf493.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)