Liputan6.com, Jakarta – Kesiapan infrastruktur nasional dan internal perusahaan menjadi faktor penentu apakah kecerdasan buatan (AI) akan memberikan nilai bisnis yang nyata atau justru menimbulkan risiko baru bagi korporasi di Indonesia.
Data terbaru menunjukkan adanya urgensi bagi sektor swasta untuk memperkuat fondasi teknologi mereka, mengingat posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam aspek infrastruktur AI global.
Menurut laporan Global AI Index 2024, Indonesia menempati peringkat ke-49 dari 83 negara. Kelemahan utama yang disorot terletak pada infrastruktur nasional, mulai dari daya komputasi, konektivitas, hingga ketersediaan pusat data yang merupakan fondasi penting bagi pemanfaatan AI.
Para pemimpin industri menekankan pentingnya keseimbangan antara ambisi implementasi AI dengan tingkat kesiapan infrastruktur.
CIO Toyota Astra Motor, Wilbertus Darmadi, mengungkapkan integrasi AI harus dilihat sebagai bagian dari strategi bisnis jangka panjang.
“Pengalaman kami menunjukkan bahwa AI mampu memberikan nilai besar ketika ada infrastruktur yang tepat. Perusahaan harus menyeimbangkan ambisi dengan kesiapan, karena tanpa perencanaan matang, adopsi AI justru bisa menambah risiko, bukan memberikan nilai,” ujarnya di acara Virtus Showcase Jakarta 2025, dikutip Kamis (2/10/2025).
Kondisi itu mendesak perusahaan untuk tidak hanya berfokus pada potensi AI, tetapi juga menyiapkan infrastruktur IT internal yang tangguh guna menjembatani kesenjangan tersebut dan memastikan adopsi AI berjalan aman, efisien, serta produktif.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5368865/original/094805600_1759395334-Virtus.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)