TRIBUNJATIM.COM – Darmin hanya bisa pasrah ketika rumahnya jebol diterjang banjir bandang.
Perabotan hingga baju pun tak tersisa akibat bencana alam tersebut.
Salah seorang warga memberikan kesaksian soal banjir bandang yang melanda dusunnya.
Banjir bandang yang menimpa Dusun Josaren, Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (28/1/2025) sore menyisakan trauma mendalam bagi warga.
Betapa tidak, banjir bandang selama satu jam itu telah menghancurkan rumah-rumah warga.
Isi rumah warga pun hanyut terbawa banjir. Salah satunya, rumah Darmin (60).
Ia tak mampu banyak bercerita setelah banjir bandang menghanyutkan isi perabotan rumah sampai semua pakaiannya.
Ditemui di rumahnya, Rabu (29/1/2025), Darmin berdiri menatap kosong sisa rumahnya yang temboknya jebol dihantam banjir bandang, Selasa (28/1/2025) sore.
Tampak kayu dan ranting berserakan di dalam rumahnya.
Sesekali, ia menghela napas lantaran masih tak percaya banjir bandang yang datang telah menghilangkan hartanya.
“Semuanya hanyut terbawa banjir bandang. Televisi, perabotan makan, piring, gelas, sampai baju-baju juga tak tersisa terbawa banjir,” ujar Darmin.
Menurut Darmin, banjir bandang besar menerjang kampung halamannya mulai Selasa (28/1/2025) sore.
Sebelum banjir datang, hujan lebat sempat melanda desanya.
Tak lama kemudian, ia mendapatkan kabar bahwa wilayah Kecamatan Gemarang yang berada di lereng Gunung Wilis diterjang banjir.
Mendapatkan kabar buruk tersebut, Darmin bersama keluarganya bergegas menata barang untuk ditaruh di tempat lebih tinggi, seperti di atas lemari.
“Saya mendapatkan informasi di wilayah Gemarang (lereng Gunung Wilis) juga sudah banjir besar. Kami siap naikkan barang-barang itu langsung lari dan keluar,” kata Darmin.
BANJIR BANDANG DI MADIUN – Darmin (60), warga Dusun Josaren, Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur menunjuk tembok rumahnya yang jebol dihantam banjir bandang, Rabu (29/1/2025). (KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI)
Beberapa saat kemudian, banjir bandang benar-benar datang menghantam dusunnya.
Ia pun tidak tahu bagaimana banjir bandang setinggi dua meter itu menjebol tembok rumah dan membawa sebagian besar harta bendanya.
“Saya tidak tahu bagaimana banjir menjebolkan tembok rumah saya. Saya hanya mendengar tembok jatuh diterjang banjir,” ungkap Darmin.
Kini, Darmin hanya bisa pasrah. Banyak barang perabotannya hanyut dan rusak tak terselamatkan.
Dari sisa yang ditinggalkan banjir, Darmin beruntung masih menemukan sertifikat lahan dan BPKB sepeda motor miliknya.
Kepala Dusun Josaren, Bonadi bercerita tentang derasnya arus banjir yang merusak banyak rumah warganya.
Terlebih, ketinggian air banjir bandang dua hari lalu hingga di atas dua meter.
Bonadi bersaksi kejadian banjir bandang akibat hujan deras di lereng Gunung Wilis merupakan banjir terbesar yang pernah menimpa dusunnya.
“Banjir kemarin itu merupakan banjir terbesar yang melanda di dusun kami,” kata Bonadi.
Tak hanya air, banjir bandang yang menerjang Dusun Josaren membawa material sampah bambu, sampah plastik, serta lumpur.
Akibatnya, 135 rumah terendam dan 10 di antaranya dindingnya jebol dihantam banjir.
“Ada juga 10 KK warga RT 40 yang terisolir karena jembatan penghubung putus dihantam banjir. Untuk melewati daerah sebelah, warga harus memutar jauh,” tutur Bonadi.
Sebelum banjir besar menghantam desanya, sebulan yang lalu, banjir menggenangi rumah warga.
Sebab, dusun ini berada di dekat Sungai Kelok yang acap kali meluap saat hujan deras terjadi di lereng Gunung Wilis.
Hanya saja, banjir yang terjadi Desember 2024 tidak sedahsyat kali ini.
“Kemarin hujannya sekitar satu jam. Kemudian sekitar pukul 16.00 air mulai naik dan satu jam kemudian sudah surut. Tetapi airnya cukup tinggi dan deras,” kata Bonadi.
Kepala BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, yang dikonfirmasi terpisah menyatakan, Josaren menjadi daerah terparah terdampak bencana banjir bandang dua hari lalu.
Namun, dipastikan tidak ada korban jiwa dan korban luka.
“Josaren memang daerah terparah (terdampak banjir).
Banjir sudah terjadi dua kali di dusun itu. Pertama pada 5 Desember 2024 dan kedua pada 28 Januari 2025,” kata Boby.
Menurut Boby, dusun itu menjadi daerah terparah terdampak banjir lantaran berdekatan dengan Sungai Kelok yang sering meluap saat hujan deras melanda wilayah lereng Gunung Wilis.
Boby meminta warga tetap waspada mengingat cuaca ekstrem diprediksikan akan terus terjadi hingga awal Februari 2025.
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
