Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Bus di Lereng Bromo, Pasrah Sambil Peluk Anak dan Istri
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Ada yang janggal pada bus berpenumpang 52 orang yang mengalami kecelakaan maut di lereng Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (14/9/2025) siang.
Sebelum bus lepas kendali, Muhammad Zainuri (46), penumpang bus yang selamat ini sempat merasa ada yang tak beres.
Kepanikan mulai menyentaknya ketika beberapa menit bertolak dari Bromo. Bus sempat gagal nanjak dua kali hingga bau gosong menyengat tercium dari bagian belakang.
Sopir mengemudikan bus pelan, sekira 20 kilometer per jam, tapi ia yakin bus harus berhenti sejenak.
Zainuri sontak memperingatkan sopir untuk memeriksa kampas rem. Namun, peringatan itu tak diindahkan.
Sekira 10 menit kemudian, bus meluncur tak terkendali di jalan menurun dan menikung.
Bus mencoba menghindari sejumlah kendaraan di depannya, hingga menyeruduk seorang pemotor di Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.
“Saya pejamkan mata, pasrah. Saya pikir saya akan mati bersama istri dan anak-anak,” kata Zainuri lirih di Jember, Senin (15/9/2025).
Zainuri mendengar seluruh penumpang bus menjerit, yang mulanya tidur sontak ikut berteriak, kepanikan makin menjadi ketika kernet dan pemandu wisata lari ke belakang.
Pria asal Desa Mojosari, Kecamatan Puger, itu tak berani membuka mata sembari mendekap istrinya Evalia Sari dan dua anaknya Zahir serta Azka dari belakang yang berada tepat di belakang kursi sopir.
Sisi kanan bus menghantam pagar besi pembatas jalan lalu kembali menabrak pagar rumah warga dan berhenti.
Pelipis kanannya terkena pecahan kaca jendela.
Istrinya terlempar ke depan bagian kemudi, tubuh anak-anaknya terjepit di antara bangku yang terlipat.
Ia berupaya tenang, mencoba mengevakuasi istri serta kedua anaknya.
“Saya bilang gini, ya Allah dik,
tangane sampeyan kok suwek to dik
(tangannya lamu kok robek),” ucapnya mengehela napas.
Di tengah upaya mengevakuasi anaknya yang terjepit, ia mencoba berdiri dan melihat kondisi para penumpang lainnya.
“Tapi ketika saya berdiri, Masya Allah, ya Allah, kok ada yang mati.
Tadi kan tak bilangi semisal
(tadi saya bilang berhenti dulu) berhenti cek kampas, kopling kan enak, enggak seperti sekarang enggak ada yang mati,” kata Zainuri mengungkapkan kepiluannya siang itu.
Dari yang awalnya tenang saat akan mengevakuasi anaknya, Zainuri menjadi histeris ketika melihat seorang anak bernama Bella.
Wajah yang menurutnya sudah tak berbentuk dan korban lain yang terluka parah. Banyak korban yang terlempar hingga keluar bus.
Masyarakat berdatangan mendekati bus yang ringsek bagian kanannya, beberapa dari mereka membantu evakuasi korban di dalam bus.
Ada yang sengaja memecahkan kaca bus untuk memudahkan mengevakuasi korban.
Sebab, kondisinya pada saat itu kursi berhamburan dan terdorong ke depan, banyak yang terjepit.
Zainuri dibantu warga setempat mengeluarkan Eva, Zahir, dan Azka. Ia ingin membawa mereka menjauh dari bus karena takut meledak.
Ponselnya hilang. Ia meminjam milik sopir ambulans yang mulai berdatangan dan mengabarkan kondisinya kepada kakaknya di Jember.
Ia dan keluarganya seolah mendapatkan keajaiban dari Tuhan.
Korban meninggal mayoritas duduk di sisi kanan, namun Zainuri dan keluarga masih bisa selamat.
Zainuri cedera ringan dan bagian pelipis mata kanan terluka dan harus dijahit. Ia bahkan cukup rawat jalan.
Evalia (37) yang merupakan perawat ICCU di RSBS sejak 2009 mengalami patah tulang tubuh bagian kanan dan telah dioperasi.
Sedangkan Zahir (13) mengalami patah tulang di bagian kaki serta Azka (11) di bagian tangan. Mereka menjalani operasi.
Zainuri adalah karyawan swasta yang sangat paham urusan mengemudi dan permasalahan mesin kendaraan.
Ia berlibur ke Bromo merayakan kelulusan S1 Keperawatan Eva, mereka memutuskan mengajak anak-anaknya.
“Umpamanya ada kejadian ini saya enggak ikut, saya lebih syok. Allah ngasih kesempatan saya selamat,” ungkapnya menangis.
Rombongan bus berangkat dari Jember pada Sabtu (13/9/2025) pukul 22.00 WIB.
Sampai di Bromo menyewa jip menuju Seruni Point menikmati keindahan Bromo saat sunrise, lalu ke Pasir Berbisik, makan bersama, ke Bukit Teletubbies, berswafoto, lalu memutuskan pulang sekira pukul 09.30 WIB hingga akhirnya kecelakaan maut menimpanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Bus di Lereng Bromo, Pasrah Sambil Peluk Anak dan Istri Surabaya 15 September 2025
/data/photo/2025/09/15/68c7e6569855d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)