Jakarta, Beritasatu.com – Kesadaran masyarakat akan pentingnya takjil sehat mulai meningkat, meskipun kebiasaan mengonsumsi gorengan dan makanan manis masih sulit ditinggalkan. Beberapa warga mulai mengurangi gula, santan, dan minyak dalam menu berbuka, sementara yang lain tetap menikmati takjil pada umumnya tetapi dengan pola makan yang lebih seimbang.
Nia, misalnya, memilih untuk mengurangi santan, gula, dan gorengan saat berbuka.
“Pertama selain kurma, kurangin santan ya. Saya juga mengurangi gula dan gorengan. Keluarga saya menguranginya dan berusaha mengonsumsi makanan sehat,” kata Nia kepada Beritasatu.com, Minggu (2/3/2025).
Ia lebih memilih buah-buahan segar seperti semangka dan menggunakan gula diet untuk menjaga keseimbangan asupan gula.
Sementara itu, Adam mengutamakan berbuka di rumah dengan menu yang lebih ramah bagi kesehatan keluarganya.
“Saya selalu bikin puding. Puding kan enak di perut,” katanya.
Keluarganya juga menghindari makanan yang terlalu manis, terutama karena anaknya memiliki alergi. “Kalau untuk puding, pakainya kurma atau madu saja,” tambahnya.
Di sisi lain, Dinda mengakui bahwa dirinya masih sering mengonsumsi takjil yang kurang sehat, seperti gorengan dan makanan bersantan.
“Jujur aja kalau saya sendiri itu lebih konsumsi yang enggak sehat sih. Kayak gorengan dan santan. Saya belum bisa menggingalkan makanan semacam itu,” ucapnya terkait takjil sehat saat Ramadan.
Namun, ia tetap berusaha menyeimbangkan pola makannya.
“Kalau yang sehat ya mungkin dengan kurma dan air putih dulu kayaknya cukup. Setelah itu baru gorengan, dan makan berat setelah salad,” jelasnya.
Perbedaan kebiasaan ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat tentang takjil sehat semakin berkembang, meskipun transisi ke pola makan yang lebih sehat masih berjalan bertahap.
