Kerja 14 Tahun, Bidan Rusmiati Sedih Diberi Motor Pemkab Lalu Diambil Dealer Lagi karena Belum Lunas

Kerja 14 Tahun, Bidan Rusmiati Sedih Diberi Motor Pemkab Lalu Diambil Dealer Lagi karena Belum Lunas

TRIBUNJATIM.COM – Curhatan Bidan Rusmiati yang diberi motor Pemkab lalu diambil dealer lagi menjadi berita viral.

Bidan Rusmiati sudah bekerja 14 tahun di desa pedalaman dan dianggap bidan teladan.

Namun baru-baru ini ia dibuat kecewa oleh Pemkab atau Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar.

Wanita bernama lengkap Rusmiati Aminuddin itu mengaku hadiah sepeda motor yang dijanjikan Pemkab sejak November 2024 tidak kunjung didapatkannya.

Di mana Rusmiati telah dijanjikan oleh PJ Bupati Polewali Mandar untuk diberikan sepeda motor gratis buah dari penghargaannya dari negara.

 
Untuk diketahui, Rusmiati Aminuddin terpilih sebagai bidan teladan nasional dan diberikan penghargaan oleh Kementerian Kesehatan di bulan November 2024 lalu.

Bikin warga Desa Taloba, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Rusmiati pun dipanggil oleh PJ Bupati kala itu.

Saat bertemu diakui Rusmiati, ia dijanjikan akan diberikan sepeda motor pribadi oleh PJ Bupati.

Hal tersebut direalisasikan dalam upacara di hari kesehatan nasional di Polewali Mandar, Rusmiati menerima serah terima kunci sepeda motor tersebut.

“Saat di kantor Bupati Polewali Mandar saya bertemu dengan PJ Bupati, beliau berkata kepada saya ‘terima kasih karena sudah mengharumkan Polewali Mandar’. Beliau berkata kepada saya insya Allah beliau akan memberikan saya motor pribadi sebagai hadiah dan penghargaan karena sudah membawa nama baik Polewali Mandar,” ungkap Rusmiati Aminuddin dilansir dari tayangan YouTube Metro TV News, Sabtu (11/1/2025) via TribunBogor.

Di momen bahagia itu, Rusmiati pun mengajak teman-temannya berfoto di depan sepeda motor hadiah tersebut.

Namun alangkah terkejutnya Rusmiati setelah selesai upacara, ia mendapatkan kabar tak disangka.

Rusmiati syok karena sepeda motornya ditarik lagi oleh pihak Pemkab.

Saat itu pihak Pemkab menyebut administrasi sepeda motor tersebut belum selesai.

“Pada saat upacara hari kesehatan nasional 12 November 2024, di sanalah saya diberikan motor tersebut dan saya sudah foto-foto dan video di motor tersebut bersama teman-teman saya. Pas selesai acara, ternyata motor tersebut diambil kembali, katanya administrasinya belum selesai,” imbuh Rusmiati.

Namun setelah mendatangi Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Rusmiati kembali syok usai mendengar penjelasan Dinkes.

Bahwa ternyata sepeda motor tersebut ditarik lagi oleh dealer karena belum dilunasi.

Alhasil hingga kini Rusmiati belum menerima sepeda motor tersebut.

“Sampai sekarang, saya konfirmasi ke pihak Dinkes, ternyata setahu saya dari pihak Dinkes administrasi sudah lengkap semuanya, katanya dari pihak Pemda belum sempat membayarkan motor tersebut,” ujar Rusmiati.

Terkait dengan polemik hadiah sepeda motor untuk bidan telatan Rusmiati, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Mustaman buka suara.

Diakui Mustaman, pihak Dinkes telah mengupayakan anggaran untuk pembelian sepeda motor.

Namun hingga kini penganggaran tersebut belum disetujui.

“Saya akan mengupayakan untuk memberikan motor dalam hal ini motor dinas. Dalam hal penganggaran kita sudah anggarkan dan sudah masuk SPM di badan keuangan. Tapi ternyata belum keluar sampai sekarang,” pungkas Mustaman.

Kini viral meminta haknya, Rusmiati sempat viral lantaran jadi bidan teladan yang inspiratif.

Betapa tidak, Rusmiati yang telah bekerja selama 14 tahun itu rela mengabdi di pedalaman Polewali Mandar.

Bahkan Rusmiati pernah menelusuri desa selama 10 jam demi bisa merawat warga yang sakit.

“Ini adalah buah dari perjuangan saya 14 tahun bertugas di desa, alhamdulillah karena perjalanan saya ikhlas melayani pasien, selalu bersabar bertugas di terpencil meskipun perjalanannya sulit, banyak tantangan dan rintangan. Alhamdulillah 14 tahun berhasil melewati itu,” ungkap Rusmiati.

Berkat kerja keras Rusmiati menjadi bidan, angka kematian ibu dan anak di daerahnya terhitung rendah.

Diakui Rusmiati, ia ikhlas menjadi tenaga kesehatan untuk menolong warganya kendati tidak memiliki kendaraan mewah.

“Tidak ada angka kematian ibu dan bayi Alhamdulillah tidak ada selama 14 tahun. Merupakan sebuah sejarah buat saya sebagai bidan desa, saya yang selalu berjalan di tengah hutan, alhamdulillah bisa sampai ke Jakarta berkat diundang Kemenkes,” imbuh Rusmiati.

Bidan Teladan Lainnya

Inilah sosok Bidan Warni, yang 26 tahun bekerja di desa di Sumbawa.

Bidan Warni, yang kini berusia 44 tahun masih aktif di Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia sudah bertugas menjadi bidan desa sejak usia 18 tahun.

Pengalaman panjang dan penuh liku tentu sudah dirasakan Warni.

Kisahnya berawal pada 1998, ketika Warni bertugas pertama kali di Desa Lantung, tepatnya di Dusun Lebin.

Perjalanan menuju Dusun tersebut tidak mudah.

Sulitnya medan, harus ditempuh dengan menaiki kuda selama 2,5 jam.

Melewati hutan belantara, lumpur, sungai, dan jalan berbatu.

Sebagai bidan, saat awal penugasannya, ia berjuang melawan hagemoni dukun, tradisi, serta mitos yang dipercaya masyarakat perihal persalinan dan kesehatan reproduksi.

Di tengah keterbatasan, persalinan di dusun itu masih di tolong oleh dukun.

Warni baru mengetahui ternyata cara dukun menyelamatkan ibu hamil dengan menginjak perut sang ibu.

Hal itu dilakukan agar bayi cepat keluar.

Hingga ada satu kasus yang fatal.

Ibu hamil yang melahirkan mengalami pendarahan hebaṭ.

Meski bayi ibu itu tertolong, tetapi sang ibu mengalami penderitaan luar biasa.

Sementara, sang dukun ketakutan dan lari ke atas gunung, karena takut dipersalahkan.

“Ibu itu melahirkan pagi dengan dukun, dia panggil saya sore. Saya coba dorong rahim itu, tapi tidak bisa. Saya minta dirujuk ke RSUD,” kata Warni, melansir dari Kompas.com.

Ada pula mitos juga di Lebin, bayi yang baru lahir harus langsung dimandikan dengan air kelapa.

Alhasil, ada bayi yang langsung kejang dan menggigil.

Begitu juga, ibu hamil yang baru melahirkan langsung dimandikan, dan setelah itu pingsan.

“Saya saat itu ambil obat di Pustu, saya dipanggil dan saya langsung marahin semua yang mandiin itu,” kata dia.

“Bayangkan, ibu hamil tidak tidur semalam, tidak makan, dan setelah lahiran langsung dimandiin pasti drop,” sebut dia.

“Ada juga bayi baru lahir diletakkan jempol kaki kakaknya di mulut bayi. Kata mereka biar jadi penurut, dan tidak melawan dengan saudaranya.”

“Saya hadapi dukun dan mitos luar biasa di dusun itu. Awalnya banyak kematian bayi, setelah dua tahun saya bertugas, di sana nol kematian,” ujar dia.

“Saya perang dengan dukun. Begitu ada kejadian, saya langsung masuk dan berikan edukasi,” kata dia.

Kini Warni sudah bertugas selama 18 tahun sebagai bidan di Puskesmas Labuhan Badas.

“Kalau sekarang kondisinya mereka sudah lebih paham mereka yang sudah mendekati melahirkan ibu hamilnya akan ke rumah keluarganya setelah mendekati persalinan untuk lebih dekat dengan Puskesmas.”

“Melahirkan di sini kemudian satu minggu setelah lahiran baru pulang ke pulau,” kata dia.

Plasenta previa, plasenta tertahan, dan pendarahan adalah kasus yang banyak terjadi di Pulau Moyo dan Medang dulu.

Menggunakan kapal, perjalanan ke Pulau Moyo membutuhkan waktu dua jam, kondisi hujan dan ombak besar. Perjalanan menjadi lebih panjangan karena kondisi cuaca.

Sexual and Reproductive Health Programme Specialist, UNFPA Indonesia, Sandeep Nanwani, menyampaikan upaya mendorong pemerataan distribusi bidan terus dilakukan.

Kementerian Kesehatan terus mengestimasi beban pekerjaan, dan ini sangat membantu daerah.

“Jika kita melihat dari jumlah bidan, maka kita tidak kekurangan. Tetapi yang perlu ditekankan adalah distribusi pemerataan penempatan bidan,” kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (22/11/2024).

Disebutkan, tugas bidan tanpa didukung oleh sistem kesehatan primer yang baik, tidak akan bisa menyelamatkan nyawa ibu dan anak.

“Karena bidan tidak bisa melakukan penyelamatan dengan baik, pada kasus persalinan dengan resiko,” sebut dia.

Ada kecenderungan memang di masyarakat, ada stigma untuk menyalakan bidan jika ada terjadi kasus kematian baik pada ibu dan anak.

 “Jika kita lihat lebih mendalam lagi, sebetulnya bidan selain dari penguatan kompetensinya mesti didukung dengan penyediaan sarana prasarana layanan primer yang memadai ini wajib,” tegasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com