Kerbau Kiai Slamet Keraton Solo Mandi Air Kembang Sebelum Ikut Kirab Malam 1 Suro
Tim Redaksi
SOLO, KOMPAS.com
– Lima ekor
kerbau Kiai Slamet
disiapkan untuk menjadi cucuk lampah (pengiring terdepan) dalam kirab pusaka malam 1 Suro di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/6/2025) malam.
Prosesi tersebut diawali dengan ritual memandikan kerbau yang dilaksanakan di Alun-alun Kidul
Keraton Solo
, sebagai bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Jawa.
“Kerbau kan sukanya di kubangan kan kotor. Lalu dimandikan. Habis dimandikan nanti dikarantina di tempat yang bersih. Karena akan berhubungan masyarakat,” ujar KGPH Puger, adik Raja PB XIII, seusai menyaksikan prosesi pemandian.
Kerbau Kiai Slamet
merupakan hewan koleksi Keraton Solo yang jumlahnya kini mencapai 17 ekor.
Namun tidak semuanya dilibatkan dalam kirab. Hanya lima ekor yang dimandikan dan dikirab tahun ini.
“Ada lima yang dimandikan. Nanti yang kirab lima juga. Semua kan ada 17 (kerbau Kiai Slamet). Tapi yang dipakai lima aja. Kalau terlalu banyak kan kacau,” jelas Puger.
Proses pemandian dilakukan dengan air bercampur bunga-bunga segar seperti mawar, melati, dan kenanga, bukan semata sebagai ritual spiritual, tapi juga untuk memberikan harum pada tubuh kerbau.
“Mandi bunga itu bukan masalah klenik. Bungan kan mengeluarkan bau harum. Jadi supaya kita kena haruman (bunga). Pada waktu itu kan bungan paling harum,” tambahnya.
KPA H Dany Nur Adiningrat, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, menegaskan bahwa kerbau Kiai Slamet akan menjadi cucuk lampah kirab malam 1 Suro.
Oleh karena itu, pengunjung diminta tidak mengenakan pakaian merah atau warna mencolok, karena dapat memicu reaksi dari kerbau.
“Kerena cucuk lampah terdepan itu mahesa (kerbau) Kiai Slamet otomatis karena karakter kerbau tersebut dihindari untuk pakaian warna merah atau warna yang mencolok,” ujar Dany.
Selain itu, pengunjung juga dilarang menggunakan flash kamera karena cahaya mendadak bisa mengejutkan hewan yang berjalan dalam iring-iringan.
“Tidak boleh pakai flash karena akan membuat kerbau terkejut (kaget),” lanjutnya.
Dany juga menekankan pentingnya menjaga ketertiban, keheningan, dan kesakralan dalam kirab malam 1 Suro. Acara ini bukan sekadar tradisi visual, tetapi merupakan wujud kontemplasi dan refleksi diri melalui tapa bisu (berjalan tanpa berbicara).
“Kami berharap masyarakat menjaga ketertiban, menjaga keheningan, kesakralan karena kirab tersebut bukan semata-mata iring-iringan saja. Tetapi merupakan kontemplasi, kita berjalan dengan tapa bisu untuk instrospeksi,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kerbau Kiai Slamet Keraton Solo Mandi Air Kembang Sebelum Ikut Kirab Malam 1 Suro Regional 26 Juni 2025
/data/photo/2025/06/26/685d12b1b11c3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)