Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kepemimpinan Baru ASEAN, Faktor Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim – Halaman all

Kepemimpinan Baru ASEAN, Faktor Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim – Halaman all

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi, dari Kuala Lumpur, Malaysia

TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – NAMA Prabowo Subianto, Presiden RI, beberapa kali disebut dalam acara satu setengah hari bertema ASEAN Economic Opinion Leader Conference: Outlook for 2025.

Berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, konferensi diselenggarakan Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri atau Ministry of Investment, Trade, and Industry (MITI) Malaysia di gedung MITI, 8-9 Januari 2025.

Acara dikemas dalam panel diskusi, menghadirkan pembicara dari Sekretariat ASEAN, ahli dan pelaku ekonomi, lembaga kajian, aktivis, dan wartawan dari negara-negara ASEAN.

Ini merupakan gerak cepat Malaysia menindaklanjuti kepemimpinan bergilir ASEAN oleh negara yang dipimpin Anwar Ibrahim ini.

Malaysia mendapat giliran memimpin ASEAN pada situasi global yang tidak mudah: Tensi AS-China meningkat terkait Taiwan, perang tarif Presiden AS terpilih, Donald Trump, atas China, perang Ukraina, perang Israel-Hamas, dan masalah internal Myanmar (salah satu anggota ASEAN).

Di bidang ekonomi, dunia sedang bergerak mengelola tantangan baru karena artificial intelligence (AI) dan electric vehicle (EV).

Faktor BRICS

Setidaknya ada dua faktor mengapa nama Prabowo muncul dalam konferensi tersebut. Pertama, tepat pada pagi hari pembukaan acara, tersebar berita bahwa Indonesia diterima menjadi anggota penuh BRICS.

Dengan masuknya Indonesia, BRICS beranggotakan 10 negara. Yakni, Brasil, Rusia, China, India, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Indonesia, dan Uni Arab Emirat.
 
Mengingat dominannya negara yang sering berseberangan dengan AS, yakni Rusia, China, dan Iran, BRICS sering dianggap sebagai anti-Barat.

Kedua, persepsi mengenai Prabowo. Melakukan serangkaian kunjungan luar negeri yang intens sebelum dan segera setelah dilantik jadi presiden Oktober lalu, Prabowo dianggap berbeda dari Jokowi.

“Prabowo dianggap memberi konsern pada masalah luar negeri,” kata Tan Sri Nazir Razak, Chairman ASEAN BAC Network, salah satu pembicara.

Zafrul Tengku Abdul Aziz, Menteri MITI, juga menyinggung BRICS pada closing remarks, pidato penutupan.

Zafrul mengatakan, kepemimpinan Malaysia di ASEAN menghadapi tantangan geopolitik dan menyebut BRICS dan Indonesia pada konteks tersebut.

Anggota-anggota ASEAN memiliki respon yang berbeda terhadap BRICS. Malaysia dan Indonesia sering berposisi sama, misalnya, dalam konflik Israel-Hamas. Tapi, Zafrul mengatakan, BRICS seharusnya dilihat sebagai bukan blok anti-Amerika Serikat atau anti-Barat.

“BRICS harusnya dilihat sebagai additional mechanism (mekanisme tambahan –dalam menavigasi tantangan geopolitik),” katanya menyitir pendapat Prof Dr Kuik Cheng-Chwee, profesor dari Universitas Kebangsaan Malaysia, salah satu pembicara dalam konferensi.

Persis pada hari penutupan, Kamis (9/1/2025), Presiden Prabowo menemui PM Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur.

Belum ada penjelasan mengenai topik pembicaraan kedua pemimpin. Juga tidak ada keterangan mengenai kaitannya dengan konferensi yang merupakan kegiatan yang diprakarsai Malaysia terkait  kepemimpinannya di ASEAN.

Anwar Ibrahim memiliki hubungan personal yang kuat dengan Prabowo. Anwar menghadiri langsung acara pelantikan Prabowo sebagai presiden, 20 Oktober 2024.

Tekad Malaysia

Dalam konferensi, terlihat tekat Malaysia yang kuat untuk memanfaatkan kepemimpinannya di ASEAN agar asosiasi negara-negara Asia Tenggara ini dapat memainkan peran optimal dalam mengarungi tantangan geopolitik baru dan tantangan ekonomi yang baru.

ASEAN beranggotakan 11 negara dengan penduduk 663,9 juta jiwa (2021) atau 9 persen dari populasi dunia. 

MITI sebagai penyelenggara mengundang wartawan dan pemimpin media dari negara-negara ASEAN sebagai peserta aktif maupun sebagai moderator berapa sesi.

Malaysia terlihat ingin membangun komunikasi publik yang lebih efektif mengenai ASEAN. Sepanjang konferensi, Wakil Menteri MITI, YB Liew Chin Tong, terlihat terus mengikuti semua sesi diskusi, termasuk ketika sesi membahas peran media dan opinion leader dalam membangun narasi tentang ASEAN.

“Kita ingin me-refresh semangat ASEAN,” tegas Zafrul.

Konferensi membahas topik-topik yang dianggap tantangan strategis bagi ASEAN seperti EV, digital dan AI, kelas menengah, peran wanita, semi konduktor, narasi ASEAN, dan tentu saja, tantangan geopolitik.

Malaysia menegaskan, posisi ASEAN dalam percaturan geopolitik tetap netral. Asosiasi ini terbuka membangun kerja sama dengan AS, Afrika, Eropa, BRICS, juga dengan Australia dan Selandia Baru. (*)