TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam dinamika pembangunan nasional, peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak lagi terbatas pada mengejar profit atau menjaga stabilitas ekonomi.
Lebih dari itu, BUMN kini dituntut menjadi agen perubahan sosial yang mampu menjawab tantangan zaman—mulai dari ketimpangan sosial, perubahan iklim, hingga krisis kemanusiaan.
Di sinilah pentingnya kepedulian sosial sebagai pilar utama BUMN.
Dengan daya jangkau yang luas, sumber daya yang besar, dan kedekatan dengan masyarakat, BUMN memiliki posisi strategis dalam mewujudkan pembangunan inklusif dan berkelanjutan.
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) seharusnya tidak dipandang hanya sebagai kewajiban administratif.
Sebaliknya, TJSL adalah bagian dari visi besar BUMN untuk membangun negeri dari akar rumput, melalui pendekatan yang berfokus pada pemberdayaan dan keberlanjutan.
Contoh nyata dapat dilihat dari program BerSEAdekah yang dijalankan oleh PT Pertamina International Shipping (PIS).
Melalui program ini, PIS menghadirkan bantuan dan energi kebaikan bagi masyarakat terdampak bencana maupun kelompok rentan di berbagai wilayah operasional, baik di dalam maupun luar negeri.
Rangkaian kegiatan dalam program BerSEAdekah menjadi bukti nyata komitmen PIS dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3: Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua usia.
Kemudian SDG 6 menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih serta sanitasi yang berkelanjutan.
Selain itu, program ini juga mencerminkan integrasi nilai Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam setiap aktivitas perusahaan.
“Melalui program sosial ini, PIS terus berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Tidak hanya lewat layanan logistik maritim yang andal, tetapi juga melalui inisiatif sosial yang berkelanjutan,” ujar Muhammad Baron, Corporate Secretary PIS dalam keterangannya, Selasa (8/4/2025).
Salah satu aksi konkret BerSEAdekah berlangsung saat banjir melanda Jakarta dan Bekasi pada Maret 2025. Dalam situasi tersebut, PIS menyalurkan bantuan berupa perahu karet untuk evakuasi, bahan makanan pokok, alat kebersihan, serta dukungan dari para relawan karyawan PIS.
Selama bulan Ramadan, kegiatan BerSEAdekah diperluas dengan santunan kepada anak yatim piatu, pembagian takjil dan paket sembako, bantuan pendidikan bagi anak-anak jalanan, hingga donasi dari karyawan dan Persatuan Wanita Patra (PWP) PIS.
Secara keseluruhan, program ini berhasil menjangkau lebih dari 3.500 penerima manfaat dengan total nilai bantuan mencapai Rp350 juta.
Komitmen sosial PIS tidak terbatas pada skala nasional. Kantor cabang luar negeri PIS pun turut aktif menjalankan BerSEAdekah.
Di Singapura, PIS Asia Pacific menyalurkan bantuan ke Muslimin Trust Fund Association, Darul Ihsan Orphanage, dan Masjid Haji Muhammad Salleh.
Di kawasan Timur Tengah, PIS Middle East menggandeng Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia (KMMI) untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yatim.
Langkah PIS menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR tidak boleh dipandang sebagai formalitas, melainkan sebagai kontribusi strategis membangun masyarakat yang lebih tangguh dan inklusif.
Kepedulian sosial harus menjadi DNA setiap BUMN, menjadikannya institusi yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga relevan secara sosial.
“Kami berharap program BerSEAdekah dapat mempererat hubungan antara perusahaan dan komunitas sekitar, sekaligus membawa manfaat nyata bagi masyarakat yang membutuhkan,” kata Baron.