Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, bersumpah bahwa serangan apa pun terhadap Iran akan dibalas dengan respons yang “menghancurkan”.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman dari Amerika Serikat terhadap Teheran.

Salami menegaskan bahwa setiap Ancaman AS dan Israel terhadap Iran akan disikapi dengan reaksi keras dan tegas.

“Jika kami menyerang di mana pun atau mendukung siapa pun, kami akan mengumumkannya dengan tegas,” ujar Salami, dikutip dari media Iran pada Minggu (15/3/2025),

Ia juga menegaskan bahwa Iran tidak memiliki peran dalam menetapkan kebijakan kelompok faksi perlawanan, termasuk Ansarallah (Houthi) di Yaman.

Menurutnya, keputusan strategis tetap berada di tangan masing-masing kelompok.

Pernyataan Trump dan Serangan Terhadap Yaman Pernyataan ini menyusul eskalasi konflik setelah Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan ancaman keras terhadap Iran dan Houthi di Yaman.

Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menegaskan bahwa AS tidak akan mentoleransi serangan Houthi terhadap jalur pelayaran internasional.

“Kepada semua teroris Houthi, waktu kalian sudah habis! Jika serangan kalian tidak dihentikan, neraka akan menghancurkan kalian dengan sangat besar!” tulis Trump.

“Kepada Iran: Dukungan terhadap teroris Houthi harus segera diakhiri! Jangan mengancam rakyat Amerika atau jalur pelayaran dunia. Jika Anda melakukannya, bersiaplah menghadapi konsekuensinya!” tambahnya.

Setelah pernyataan Trump, AS dan Inggris melancarkan serangan udara ke wilayah permukiman di ibu kota Yaman, Sanaa, pada Sabtu (15/3/2025).

Serangan ini menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

Blokade Laut Merah dan Respons Yaman Serangan ini terjadi beberapa hari setelah Yaman kembali menerapkan blokade terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden.

Juru bicara Ansarallah, Mohammad Abdel Salam, mengatakan bahwa klaim AS tentang ancaman terhadap pelayaran internasional adalah tidak benar.

Ia menegaskan bahwa blokade Yaman hanya ditujukan kepada kapal-kapal Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza.

Ancaman Nuklir dan Ketegangan AS-Iran Di sisi lain, Trump juga mengancam Iran terkait program nuklirnya.

Dalam pernyataan pada 7 Maret, ia mengatakan bahwa ada dua cara untuk menangani Iran, yaitu melalui negosiasi atau tindakan militer.

Laporan intelijen AS menyebutkan bahwa Israel telah merencanakan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang diperkirakan bisa terjadi dalam tahun ini.

Iran menolak perundingan nuklir yang dilakukan di bawah tekanan dan sanksi.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam kebijakan AS yang disebutnya tidak memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan luar negeri Iran.

“Akhiri dukungan terhadap genosida dan terorisme Israel. Hentikan pembunuhan terhadap warga Yaman,” ujar Araghchi, Minggu (16/3/2025).

AS-Inggris vs Houthi Yaman

Kelompok Houthi Yaman melancarkan serangan balasan terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di Laut Merah pada Minggu (16/3/2025).

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengonfirmasi kelompoknya menembakkan 18 rudal balistik dan jelajah, serta sejumlah drone ke arah kapal perang AS, termasuk kapal induk USS Harry S Truman.

Dikutip dari Middle East Monitor, Houthi mengklaim serangan ini merupakan respons terhadap serangan udara AS-Inggris yang terjadi pada Sabtu (15/3/2025) malam di beberapa kota Yaman.

Serangan udara tersebut mengakibatkan sedikitnya 31 korban tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka, sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi.

Beberapa jam setelah serangan balasan Houthi, AS kembali melancarkan serangan udara pada Senin (17/3/2025).

Eskalasi yang dilancarkan AS menghantam kota pelabuhan Hodeidah di Yaman barat.

Serangan tersebut menargetkan toko kapas di distrik Zabid, Provinsi Al-Hodeidah.

Kementerian Pertanian Yaman mengutuk serangan ini.

Pihak berwenang menyebutnya sebagai tindakan yang memperburuk penderitaan warga sipil.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa serangan AS di Sanaa menewaskan sedikitnya 53 orang, termasuk lima wanita dan dua anak-anak, serta melukai lebih dari 100 orang.

Dalam pernyataan terpisah, pemimpin Houthi, Abdul Malik Al-Houthi, menegaskan militannya akan terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal AS dan sekutunya, jika serangan udara terhadap Yaman tidak dihentikan.

“Kami akan menanggapi musuh Amerika dengan serangan rudal dan menargetkan kapal perang serta kapal angkatan laut mereka,” ujar Abdul Malik Al-Houthi, dikutip dari Al Jazeera.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menanggapi ancaman tersebut dengan menyatakan bahwa serangan terhadap Houthi tidak akan berhenti selama mereka masih menyerang kapal-kapal yang beroperasi di Laut Merah.

Solidaritas Yaman untuk Palestina

Ketegangan antara AS dan Houthi meningkat sejak akhir 2023, ketika kelompok yang didukung Iran ini mulai menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah.

Houthi mengklaim bahwa serangan mereka adalah bentuk solidaritas terhadap Palestina di Gaza.

Serangan sempat dihentikan sementara ketika gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan pada Januari 2024.

Serangan dilanjutkan kembali setelah Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada awal Maret 2025.

AS dan Inggris telah menargetkan Yaman dengan berbagai serangan udara sejak Januari 2024 dalam upaya membendung aksi Houthi di Laut Merah.

Serangan terbaru ini semakin meningkatkan ketegangan di kawasan, dengan kedua belah pihak bersumpah untuk melanjutkan aksi militer mereka.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

Merangkum Semua Peristiwa