Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kenapa Trump Ngotot Mau Caplok Greenland sampai Ancam Pakai Militer?

Kenapa Trump Ngotot Mau Caplok Greenland sampai Ancam Pakai Militer?

Daftar Isi

Alasan Trump ingin rebut Greenland

Jakarta, CNN Indonesia

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump telah mengisyaratkan kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk merebut Terusan Panama dan Greenland.

Dalam konferensi pers pada Selasa (7/1), Trump ditanya oleh wartawan soal apakah dia akan menggunakan kekuatan militer atau ekonomi untuk menguasai Terusan Panama dan Greenland.

Trump baru-baru ini menyatakan niatnya untuk merebut kedua wilayah tersebut, dengan alasan demi keamanan ekonomi dan nasional Amerika Serikat. Mengenai hal ini, ia enggan menjawab cara apa yang akan diambil. Namun, ia tak mengesampingkan kedua opsi tersebut.

“Saya tidak bisa meyakinkan Anda mengenai salah satu dari keduanya. Tapi saya bisa mengatakan bahwa kita membutuhkannya untuk keamanan ekonomi,” kata Trump.

Di hari yang sama, putra Trump yakni Donald Trump Jr. mendarat di Greenland. Kepada CNN, ia mengatakan perjalanan tersebut merupakan sebuah “kesenangan kecil”.

“Sebagai orang yang senang beaktivitas di luar, saya bersemangat untuk mampir ke Greenland minggu ini,” kata Trump Jr.

Perjalanan ini memicu spekulasi mengenai apa sebenarnya rencana Trump untuk wilayah Arktik tersebut. Para ahli menduga Trump mungkin saja tak cuma mengincar Greenland demi keamanan AS, tetapi juga mengincar aspek lain seperti kekayaan sumber daya alam.

Alasan Trump ingin rebut Greenland

Greenland adalah pulau terbesar di dunia yang dihuni oleh lebih dari 56 ribu orang. Wilayah ini dulunya bekas koloni Denmark dan kini menjadi wilayah otonom dari kerajaan Denmark.

Greenland terletak di posisi geopolitik yang unik, yaitu antara Amerika Serikat dan Eropa. Ibu kotanya, Nuuk, lebih dekat ke New York dibandingkan ke ibu kota Denmark, Kopenhagen.

Menurut peneliti senior di Institut Studi Internasional Denmark, Ulrik Pram Gad, Amerika Serikat sejak lama memandang Greenland sebagai kunci bagi keamanan AS. Utamanya, untuk mencegah potensi serangan dari Rusia.

Selain itu, Jalur Barat Laut selaku jalur pelayaran membentang di sepanjang pantai Greenland. Ini merupakan wilayah maritim strategis yang menjadi bagian dari celah Greenland-Islandia-Inggris.

Trump pada dasarnya bukan presiden AS pertama yang mengidam-idamkan Greenland. Pada 1867, Presiden kala itu Andrew Johnson juga mengincar Greenland saat sedang membeli Alaska.

Presiden AS ke-33, Harry S. Truman, juga pernah menawarkan Denmark $ 100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk menyerahkan Greenland. Tawaran ini tercatat dalam dokumen yang pertama kali dilaporkan oleh media Denmark.

Meski begitu, tak ada tawaran yang membuahkan hasil. Namun, pada 1951, AS berhasil memiliki pangkalan udara yang saat ini disebut Pangkalan Luar Angkasa Pituffik di barat laut Greenland berkat perjanjian pertahanan.

Pangkalan itu terletak di tengah-tengah antara Rusia dan AS. Pos itu menjadi pos paling utara angkatan bersenjata AS yang dilengkapi sistem peringatan rudal.

“[AS ingin memastikan] tidak ada kekuatan besar musuh yang mengendalikan Greenland, karena itu bisa menjadi pijakan untuk menyerang AS,” kata Pram Gad kepada CNN.

Kaya mineral langka

Menurut Klaus Dodds, profesor geopolitik di Royal Holloway, University of London, apa yang mungkin menarik perhatian Trump yaitu kekayaan sumber daya alam Greenland.

Greenland memiliki simpanan minyak dan gas, serta logam tanah jarang yang sangat diminati untuk mobil listrik dan turbin angin transisi hijau, serta untuk pembuatan peralatan militer.

Saat ini, China mendominasi produksi tanah jarang global. Beijing telah mengancam akan membatasi ekspor mineral kritis dan teknologi terkait di saat Trump sebentar lagi naik ke tampuk kuasa.

“Tidak diragukan lagi bahwa Trump dan para penasihatnya sangat khawatir dengan cengkeraman yang tampaknya dimiliki China,” kata Dodds kepada CNN.

Peluang besar karena es mencair

Es-es di Greenland belakangan mulai mencair seiring dengan suhu Arktik yang meningkat pesat.

Fenomena krisis iklim ini telah dipandang positif karena memberikan peluang ekonomi buntut terbukanya rute pelayaran. Selama 10 tahun, aktivitas pengiriman di Arktik naik 37 persen, menurut Dewan Arktik. Hal ini disebabkan fenomena es yang mencair.

“Saya rasa Trump secara naluriah mendapatkan gagasan bahwa Arktik sedang mencair [dan ada peluang di dalamnya],” kata Dodds.

(blq/rds)

[Gambas:Video CNN]