PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan sejak awal perdagangan hari ini. IHSG melemah segera setelah pembukaan hingga menyentuh posisi terendah di level 6.170 pada sesi perdagangan Selasa 18 Maret 2025. Akibatnya, aktivitas bursa saham ditutup sementara.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG mencatatkan penurunan terdalam di Asia dan kawasan ASEAN, menjadi indeks dengan performa terburuk pada perdagangan hari ini. Sentimen negatif terutama datang dari aksi jual bersih investor asing yang terus berlanjut, mencapai total Rp24 triliun sepanjang tahun 2025, tanpa tanda-tanda pembalikan arah.
Sinyal Kondisi Ekonomi Memburuk
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis hasil Economic Experts Survey pada Senin 17 Maret 2025. Survei independen ini bertujuan untuk menangkap wawasan para ahli mengenai kondisi ekonomi nasional serta memperkuat diskusi kebijakan berbasis data.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas ahli ekonomi, yakni 23 dari 42 responden atau 55%, menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini memburuk dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
“Tujuh ahli bahkan menilai situasi ini jauh lebih buruk, sementara 11 ahli menganggap stagnan, dan hanya satu responden yang melihat adanya perbaikan. Dengan interval kepercayaan rata-rata sebesar 7,71 poin, hasil survei ini mencerminkan pandangan yang cenderung pesimis terhadap ekonomi Indonesia,” demikian laporan LPEM UI.
Lebih lanjut, mayoritas responden juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi ke depan akan melambat meskipun tidak ada yang memperkirakan kontraksi yang lebih dalam. Sementara itu, sekitar seperempat responden memperkirakan tidak ada perubahan signifikan, dan enam ahli masih optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi tetap berlanjut.
Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas mengungkapkan bahwa dalam dua hari ke depan, Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan suku bunga. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see, sehingga banyak investor memilih untuk keluar sementara dari pasar saham.
“Sementara pekan depan, perdagangan diperkirakan akan lebih sepi menjelang libur Hari Raya Idul Fitri. Bursa akan tutup selama tujuh hari, dari 28 Maret hingga 7 April,” demikian tertulis dalam riset Mirae Asset, Selasa 18 Maret 2025.
Saham Kapitalisasi Besar Tertekan
Selain faktor eksternal, IHSG juga terbebani oleh anjloknya sejumlah saham berkapitalisasi besar (big caps). Salah satu yang paling signifikan adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang anjlok 20% dan menyumbang penurunan sebesar 38,46 poin terhadap IHSG.
Pada pukul 10:55 WIB, IHSG terkoreksi sebesar 3,18%, menjadikannya indeks dengan pelemahan terdalam di Asia. Bahkan, sempat turun lebih dalam hingga lebih dari 3,4%. Sementara itu, mayoritas indeks saham utama di kawasan justru bergerak positif. Indeks Nikkei 225 (JP225) Jepang menguat 1,44%, diikuti oleh indeks saham Malaysia (KLSE) dan Singapura (STI) yang masing-masing naik 1,04% dan 1%.
Daftar Saham Big Caps yang Tertekan:
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) anjlok 20% ke Rp115.800 per saham, dengan total transaksi Rp2,38 miliar. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) turun 19,55% ke Rp5.350 per saham, dengan total transaksi Rp153 miliar. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melemah 13,54% ke Rp4.950 per saham, dengan total transaksi Rp125 miliar. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 5,98% ke Rp4.400 per saham, dengan total transaksi Rp812 miliar.
Dengan sentimen negatif yang masih kuat dan ketidakpastian pasar menjelang keputusan suku bunga BI dan The Fed, investor disarankan untuk tetap mencermati pergerakan pasar dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dalam waktu dekat.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News