Jakarta, CNN Indonesia —
Taburan bintang di malam hari, terutama jika dilihat dari daerah tanpa polusi cahaya, kerap memperlihatkan pancaran sinar yang dengan banyak sudut runcing. Mengapa bintang bersifat demikian?
Para ilmuwan sejak lama mengungkap bahwa bintang merupakan bola plasma raksasa tanpa sudut signifikan. Jaraknya yang teramat jauh dari Bumi membuat mereka tampak sebagai titik-titik kecil berkelap-kelip sempurna.
Ketika mata manusia melihat bintang, akan tampak cahaya yang memancar dari titik bintang ke sejumlah arah mata angin. Lazimnya, itu akan terlihat seperti empat atau enam garis runcing utama.
Hal itu pula yang memicu penggambaran bintang oleh manusia, baik itu simbol militer, partai, hingga gambar bocah di TK, kerap berbentuk bintang bersudut tiga, lima, hingga enam, dengan istilahnya masing-masing.
Kenapa bisa begitu?
Pertama, cahaya berperilaku sebagai partikel foton sekaligus gelombang (wave). Berkat karakteristik bak gelombang ini, dikutip dari Science ABC, gelombang cahaya yang dipancarkan dari objek yang jauh dipantulkan atau ditekuk sedikit di sekitar objek dan saling mengganggu.
Hal itu menghasilkan berbagai pola. Misalnya, cahaya yang melewati pelat dengan celah kecil meninggalkan jejaknya dalam bentuk rangkaian garis tegak lurus. Inilah alasan mengapa setiap sumber cahaya tampak berkilau dengan sudut runcing saat Anda menyipitkan mata.
Kedua, ada masalah ‘ketidaksempurnaan’ pada lensa mata manusia. Dikutip dari ABC Science, bola mata manusia, yang rata-rata seukuran bola golf dengan diameter 25 milimeter, memiliki ‘garis jahitan’ (suture lines).
Garis ini terbentuk dari serat lensa mata yang sebenarnya adalah sel transparan yang berbentuk panjang (12 milimeter) dan ceking (diameter 3 sampai 10 mikron).
Serat-serat ini bertemu dan menyatu pada garis jahitan berbentuk huruf Y. Ada dua garis jahitan ini. Yang depan adalah bentuk Y biasa, sedangkan yang belakang adalah bentuk Y terbalik.
Garis jahitan ini lantas membelokkan gelombang cahaya yang melewatinya. Pembengkokan ini disebut difraksi. Hasilnya adalah bintang seperti yang bisa kita lihat hampir tiap malam.
Garis jahitan ini sedikit berbeda di tiap orang. Bahkan mata kanan dan kiri Anda memiliki garis jahitan yang berbeda. Anda mungkin melihat empat sudut dengan satu mata, tetapi lima dengan mata lainnya.
Mekanisme yang sama sebenarnya terjadi pada Teleskop Luar Angkasa Hubble yang diluncurkan pada tahun 1990. Setiap kali ada bintang yang difoto, hasilnya adalah berupa benda langit dengan empat ujung runcing.
Pasalnya, Hubble memiliki cermin sekunder yang lebih kecil yang ditahan pada posisinya oleh empat penyangga menyilang seperti rambut. Cahaya yang masuk harus melewati penyangga ini untuk mendarat di cermin utama yang lebih besar.
Cahaya ini kemudian membengkok dan memberikan bintang karakteristik empat bintang lancip.
Sementara, dikutip dari The Verge, Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) memiliki cermin heksagonal yang menghasilkan gambar yang lebih tajam ketimbang Hubble yang memakai cerrmin bulat; bintang dengan enam sudut lancip difraksi.
(can/arh)
[Gambas:Video CNN]