Kenaikan Gaji Guru, Beda Nasib Udin dan Febria
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Presiden Prabowo Subianto akan menaikkan
gaji guru
aparatur sipil negara (ASN) dan non-ASN, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Kenaikan gaji guru
tersebut akan mulai dilaksanakan pada tahun 2025.
Guru ASN akan mengalami kenaikan sebanyak satu kali gaji, sedangkan guru non-ASN akan ditambah gajinya sebanyak Rp 2 juta per bulan melalui tunjangan
sertifikasi
profesi.
Kebijakan ini tentu menjadi kabar yang menggembirakan bagi para guru di Tanah Air. Salah satunya, Febriania Nur Amita, guru di SMP Negeri 1 Tanggulangin, Sidoarjo.
Baginya, kabar kenaikan gaji merupakan angin segar bagi dirinya. Sebagai guru ASN yang memiliki sertifikasi, Febria dipastikan masuk kriteria menerima kenaikan gaji.
“Saya rasa sangat layak. Janji itu sebenarnya kan sudah lama, jadi kalau misalnya benar terealisasi, kami sangat senang. Kalau misalnya belum, ya sudah terima apa adanya,” katanya, Jumat (19/11/2024).
Kenaikan bagi untuk para guru layak dilakukan mengingat pekerjaannya yang tak mudah. Menurutnya, pekerjaan guru bukan hanya memahami kurikulum dan mata pelajaran, tetapi juga memperbaiki etika.
“Menurut saya, anak-anak sekarang kurang sopan, terutama ketika berbicara dengan guru. Kurang greget kalau belajar. Apalagi kurikulum sekarang enggak ada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan ujian, jadi anak itu enggak ada target dalam belajar,” jelas Febria.
Selain itu, perempuan yang berusia 32 tahun tersebut merasa guru juga dibebankan oleh administratif. Setiap hari setelah jam pulang sekolah, guru harus membuat rancangan belajar berupa Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Guru juga harus menjadi teman curhatnya anak-anak. Padahal, enggak semua guru jadi wali kelas, jadi kami pelan-pelan harus memberi nasihat. Terus kita sering ada macam-macam pelatihan, padahal materinya sama saja. Jadi saya merasa guru itu kerjanya 24 jam,” tutur perempuan asal Sidoarjo tersebut.
Sebagaimana satu ungkapan, “Guru adalah orangtua ketika di sekolah”, Febria bersama guru-guru yang lain wajib membantu mengarahkan muridnya untuk menemukan minat dan bakat.
“Kami mengajar ratusan anak, dan punya tanggung jawab membuat mereka jadi pintar,” jelasnya.
Hal tersebut lantaran Udin belum melakukan sertifikasi sebagai guru. Dia terhambat tak bisa mengambil sertifikasi PPPK ataupun PPG karena bukanlah lulusan Sarjana Pendidikan.
Menyandang gelar Sarjana Hukum dengan jurusan Ilmu Falak, dia mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
“Saya di sekolah sebagai guru pembantu. Di SMK sifatnya jurusan jadi kalau memang mau mengajukan PPG itu tidak bisa. Kalau mau PPG di MTS (ngajar) jadi guru Ilmu Fiqih,” ungkapnya.
Menurutnya, melakukan sertifikasi tidaklah mudah. Dia menyebut guru yang sudah sertifikasi di sekolahnya mengajar masih sedikit.
“Daftar sertifikasi itu susahnya minta ampun. Di sekolah saya, total gurunya mungkin 50 orang tapi yang sudah sertifikasi enggak sampai 10 orang dan itu yang sudah ngajarnya puluhan tahun,” terang pria berusia 23 tahun tersebut.
Setiap bulan Udin menerima gaji sebesar Rp1.400.000 dari sekolah. Bertahan hidup sebagai perantau di Surabaya, menurutnya, angka tersebut jauh dari kata layak.
“Saya nyari tambahan dengan ngajar Pramuka di sekolah lain, di SD sama SMK. Per pertemuan Rp 50.000 sampai Rp 135.000. Selain itu, saya juga buka persewaan alat-alat event dan sewa toga buat wisuda,” beber pria asal Nganjuk tersebut.
Pria yang menjadi guru tahun 2023 itu mengaku sudah cukup merasakan beratnya menjadi pengajar. Selain soal pendidikan, guru dituntut untuk memperbaiki etika anak.
Dia menyebut kenaikan gaji belum tentu langsung membuat guru sejahtera.
“Menjadi guru itu berat dan banyak tantangannya. Sekalipun gaji dinaikkan, tapi belum tentu sejahtera,” katanya.
Meski begitu, mengajar di sekolah hanya sekadar hobi bagi Udin.
Udin menceritakan bahwa guru bukanlah menjadi cita-cita yang dia inginkan.
Alasan itulah yang mendorong dirinya untuk tidak mengambil sertifikasi profesi.
“Saya ingin jadi pengusaha saja dan belajar untuk itu. Saya tidak ingin berkarier menjadi guru lebih lama,” ucapnya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.