Kementrian Lembaga: TNI AU

  • Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum

    Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum

    Panglima TNI Melayat Marsma Fajar Adriyanto: Sahabat Lama yang Murah Senyum
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto datang melayat Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto yang tengah disemayamkan di rumah duka di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Minggu (3/8/2025) malam.
    Agus datang mengenakan batik hitam-cokelat dipadukan dengan celana hitam, serta mengenakan kopiah hitam. Saat turun dari mobil, ia sempat menyapa awak media secara singkat sebelum masuk ke rumah duka.
    Kurang dari 10 menit kemudian, Agus keluar dari rumah duka. Langkahnya pelan saat keluar dari pekarangan rumah duka. Matanya merah dan berkaca-kaca.
    Ia mengungkapkan, Marsma Fajar dan dirinya adalah teman dekat saat masih menimba ilmu di di Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal). Ia tak banyak berbicara soal kedekatan mereka, hanya menyampaikan doa agar sahabatnya beristirahat dengan tenang.
    “Kami sekolah bareng waktu Seskoal TNI, 2014 2015, mudah-mudahan amal baik beliau diterima oleh Allah SWT dan diterima di sisi-Nya,” tutur dia dengan suara pelan.
    Selama mengenal Marsma Fajar, satu hal yang paling ia ingat adalah senyuman yang tak pernah luput dari wajah sahabatnya itu.
    Kata Agus, Fajar selalu tersenyum sekalipun sedang menghadapi masalah. Seketika bibir Agus melengkung ke atas saat mengingat senyuman Marsma Fajar.
    “Beliau itu senyum terus, selalu senyum. mudah-mudahan terbaik untuk beliau,” tutur dia.
    Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Aries Marsudiyanto pun mengungkapkan hal serupa. Tak hanya murah senyum, Marsma Fajar juga sering mengumbar tawa.
    “Beliau adalah seorang perwira yang disiplin dan selalu gembira. Di mana pun selalu tertawa. Itu lah Pak Fajar,” kata dia ditemui terpisah.
    Adapun
    Marsma Fajar Adriyanto
    adalah seorang Kepala Kelompok Staf Ahli Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AU (Kapoksahli Kosdiklatau).
    Ia tewas dalam kecelakaan pesawat bersama seorang penerbang dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang sedang menjalani latihan rutin pembinaan keahlian.
    Keduanya sempat hilang kontak setelah sebelas menit mengudara lalu ditemukan di sekitar TPU Astana.
    “Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, namun Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit,” kata Sudnyana dalam keterangannya, Minggu.
    Suadnyana menyampaikan, Roni yang terbang sebagai kopilot saat ini masih dirawat secara intensif di RSAU dr. M. Hassan Toto dan sudah sadar.
    Ia masih akan menjalani perawatan hingga pulih sepenuhnya. Sementara itu, penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan mendalam dan diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.
    Namun, dapat dipastikan bahwa pesawat yang digunakan, Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126, sudah memiliki Surat Izin Terbang (SIT) dan dinyatakan layak untuk terbang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki

    Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki

    Penyebab Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor Masih Diselidiki
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pratama I Nyoman Suadnyana menyampaikan, penyebab jatuhnya pesawat latih milik Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, yang menewaskan Marsekal Pertama (Marsma) Fajar Adriyanto, masih dalam penyelidikan.
    “Semua kejadian tersebut, apa penyebabnya saat ini masih diinvestigasi,” kata Suadnyana kepada wartawan di rumah duka di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025).
    Suadnyana tidak dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan pihaknya untuk mengungkapkan penyebab kecelakaan tersebut.
     
    Menurut dia, proses investigasi diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.
    “Belum bisa dipastikan karena semua masih didalami, dan investigasi kadang ada sebulan dua bulan enam bulan, tergantung. Semua tim yang kerjakan,” jelas dia.
    Di sisi lain, ia memastikan bahwa pesawat yang dikemudikan Marsma Fajar dan kopilot bernama Roni, yakni Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 milik FASI layak terbang dan memiliki surat izin terbang (SIT) yang terdaftar dalam nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan Lanud Atang Sendjaja.
    “Penerbangan telah dilengkapi surat izin terbang. Pesawat dinyatakan laik terbang dan merupakan sortie kedua pada hari itu,” kata dia.
    Sementara sang Kopilot Roni saat ini sudah sadar dan masih menerima perawatan medis di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hassan Toto.
    “Penerbang saudara Roni sampai saat ini sudah sadar, tapi belum bisa diajak ngomong,” ujar Suadnyana.
    Roni adalah seorang penerbang profesional yang tergabung dalam FASI. Ia dan Marsma Fajar terjatuh saat menjalani latihan rutin sebagai bagian pengembangan keahlian penerbang.
    Pesawat mulanya lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor, pukul 09.01 WIB, kemudian hilang kontak setelah sebelas menit mengudara.
    Tak lama, mereka ditemukan sudah terjatuh di sekitar TPU Astana, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” kata Suadnyana.
    Keduanya langsung dilarikan ke RSAU dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja, tetapi Marsma Fajar sudah dinyatakan meninggal dunia setibanya di sana.
    Selanjutnya, Marsma Fajar disemayamkan di kediamannya di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan sebelum dimakamkan di pemakaman keluarga di Probolinggo, Jawa Timur.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tangis Anak Marsma Fajar Adriyanto Pecah Saat Tiba di Rumah Duka

    Tangis Anak Marsma Fajar Adriyanto Pecah Saat Tiba di Rumah Duka

    Tangis Anak Marsma Fajar Adriyanto Pecah Saat Tiba di Rumah Duka
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Putra Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto, Akmal Fadhillah Kusuma, tiba di rumahnya di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Minggu (3/8/2025) sore.
    Ia datang hanya dengan membawa satu tas ransel hitam yang disampirkan di pundaknya. Mengenakan kemeja cokelat dan celana hitam, Akmal langsung memeluk sang ibu yang telah menunggu kedatangannya sejak pagi.
    Tangis keduanya pecah di depan rumah. Mereka berpelukan cukup lama sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah dengan pendampingan sejumlah kerabat.
    Sementara itu, putra sulung Marsma Fajar bernama Naufal Firdaus diperkirakan tiba di Jakarta sekitar pukul 22.00 WIB.
    Adapun
    Marsma Fajar Adriyanto
    adalah seorang Kepala Kelompok Staf Ahli Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AU (Kapoksahli Kosdiklatau).
    Ia tewas dalam kecelakaan pesawat bersama seorang penerbang dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang sedang menjalani latihan rutin pembinaan keahlian di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (3/8/2025) pagi.
    Keduanya sempat hilang kontak setelah sebelas menit mengudara lalu ditemukan di sekitar TPU Astana.
    “Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, namun Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit,” kata Sudnyana dalam keterangannya, Minggu.
    Suadnyana menyampaikan, Roni yang terbang sebagai kopilot saat ini masih dirawat secara intensif di RSAU dr. M. Hassan Toto dan sudah sadar.
    Ia masih akan menjalani perawatan hingga pulih sepenuhnya. Sementara itu, penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan mendalam dan diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.
    Namun dapat dipastikan bahwa pesawat yang digunakan, Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126, sudah memiliki Surat Izin Terbang (SIT) dan dinyatakan layak untuk terbang.
    Saat ini jenazah Marsma Fajar disemayamkan di rumahnya di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan. Ia akan dimakamkan esok hari di pemakaman keluarga di Probolinggo, Jawa Timur.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kesaksian Warga di Lokasi Kecelakaan Pesawat Berujung Marsma Fajar Gugur

    Kesaksian Warga di Lokasi Kecelakaan Pesawat Berujung Marsma Fajar Gugur

    Bogor

    Pesawat latih milik Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) jatuh di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, dan menyebabkan Mantan Kadispen AU Marsma Fajar Adriyanto gugur. Warga setempat, Raden Yahya Setiabudi, menceritakan detik-detik kecelakaan itu.

    Dia menyebut pesawat sempat menukik ke arah permukiman. Dia menyebut suara mesin pesawat sempat tak terdengar, lalu menyala kembali sebelum jatuh di pemakaman umum.

    “Jadi waktu jarak ketinggian itu dia (pesawat) ada di atas permukiman itu. Itu dia bisa dikendalikan itu, jadi pas depan saya pisan itu mah kejadiannya. Jadi pas itu mesinnya sempat berhenti, terus hidup lagi mesinnya, naik lagi, jadi masih bisa dikendalikan sama pilot,” kata Yahya kepada detikcom, Minggu (3/8/2025).

    “Jadi dia (pesawat) sudah nukik, naik lagi itu. Hebat deuh pilotnya masih bisa kendaliin. Jadi kalau pas nukik itu jatuh, mungkin saya yang kena, kan depan saya itu kejadiannya,” imbuhnya.

    Yahya menyebut dia sempat berlari ke arah pesawat yang menukik itu. Dia mengatakan ada peziarah yang berteriak melihat pesawat jatuh di area pemakaman.

    “Nah pas itu saya sempat ngudag (ngejar), lari-lari saya, pas lihat sudah jatuh. Di situ ada ibu-ibu lagi ziarah, bilang ‘Bapak itu ada pesawat jatuh’. Jadi jatuhnya itu ke tanah gitu, tanah pemakaman, tapi nggak ada makam rusak,” kata Yahya.

    “Saya sama masyarakat aja itu ngangkat, dievakuasi itu (korban), digotong ke pinggir. Pilotnya itu meninggal disitu, ada sabuk pengaman kan. Nah satu lagi (copilot), itu sabuk pengamannya diputusin pakai golok itu, iya sama warga,” ujarnya.

    Sebelumnya, Pesawat latih milik FASI jatuh di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, berujung mantan Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adrianto meninggal dunia. Pesawat tersebut sempat hilang kontak.

    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” kata Kadispen AU Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana kepada wartawan, Minggu (3/8).

    Pesawat jatuh tersebut jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126. Pesawat dikemudikan Marsma TNI Fajar sebagai pilot dan Roni sebagai kopilot.

    “Kegiatan ini merupakan bagian dari latihan rutin pembinaan kemampuan personel FASI, induk olahraga dirgantara nasional yang berada di bawah binaan TNI AU,” ujarnya.

    (sol/haf)

  • Karangan Bunga Berjejer di Rumah Duka Marsma Fajar

    Karangan Bunga Berjejer di Rumah Duka Marsma Fajar

    Jakarta

    Eks Kadispen AU Marsma Fajar Adriyanto gugur dalam kecelakaan pesawat latih di kawasan Ciampea, Bogor. Sejumlah karangan bunga ucapan dukacita berjejer di kediaman Marsma Fajar.

    Pantauan detikcom di komplek TNI AU, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/7/2025), pukul 15.17 WIB, tetangga dan kerabat berdatangan ke kediaman Marsma Fajar. Ada sejumlah karangan bunga yang berjejer di rumah duka salah satunya dari Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto.

    Kemudian, ada juga karangan bunga dari Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M Tonny Harjono. Lalu, dari Dirjen Perhubungan Udara Lukman F Laisa.

    Sebelumnya, mantan Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adriyanto meninggal dunia dalam insiden kecelakaan pesawat latih milik FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, co-pilot bernama Roni juga mengalami luka berat.

    “Satu lagi pilotnya bapak Roni masih dirawat luka berat sampai saat ini masih pemulihan sudah ditangani,” kata Kadispen AU Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana kepada wartawan, Minggu (3/8).

    Pesawat jatuh tersebut jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126. Pesawat dikemudikan Marsma TNI Fajar sebagai pilot yang dinyatakan meninggal dunia dalam insiden tersebut.

    Karangan bunga di rumah duka Marsma Fajar (Mulia/detikcom)

    “Satu gugur atas nama Marsma TNI Fajar Adriyanto,” ujarnya.

    Nyoman Suadnyana menegaskan penerbangan telah dilengkapi Surat Izin Terbang (SIT) nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan Lanud Atang Sendjaja. Pesawat dinyatakan laik terbang dan merupakan sortie kedua pada hari itu.

    Sempat Hilang Kontak

    Pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB pagi tadi dalam rangka misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara. Pesawat lalu hilang kontak dan ditemukan terjatuh.

    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” kata Kadispen AU Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana.

    Pesawat latih milik FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) tersebut dalam kondisi baik saat latihan dilakukan. Dia mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti kecelakaan tersebut.

    “Pesawatnya bagus, selesai sebelum terbang dicek bagus,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (mib/haf)

  • Marsma Fajar Adriyanto dalam Kenangan: Sergap Jet F-18 Hornet US Navy 
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        3 Agustus 2025

    Marsma Fajar Adriyanto dalam Kenangan: Sergap Jet F-18 Hornet US Navy Nasional 3 Agustus 2025

    Marsma Fajar Adriyanto dalam Kenangan: Sergap Jet F-18 Hornet US Navy
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Marsekal Pertama (Marsma) Fajar Adriyanto yang hari ini gugur saat latihan pernah terlibat dalam operasi penyergapan F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) 22 tahun lalu.
    Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma I Nyoman Suadnyana mengungkapkan Marsma Fajar merupakan sosok penting dalam sejarah penerbangan
    TNI AU
    .
    “Termasuk keterlibatannya dalam peristiwa udara dengan pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat di langit Bawean tahun 2003,” kata Suadnyana dalam keterangan resminya, Minggu (3/8/2025).
    Pada 5 Juli 2003,
    Harian Kompas
    menerbitkan laporan peristiwa Bawean, operasi militer yang dilakukan TNI AU saat menyergap 5 unit pesawat F/A-18 Hornet yang melintas di wilayah udara Indonesia tanpa izin.
    Peristiwa Bawean terjadi pada 3 Juli 2003. Saat itu, Military Coordination Civil (MCC) Bandara Ngurah Rai, Bali mendeteksi sejumlah sasaran yang muncul tiba-tiba di barat laut Pulau Bawean pukul 11.38 waktu setempat.
    Laporan diterima Pos Sektor (Posek) II dan dipantau Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas).
    Hasil pemeriksaan sementara saat itu, sempat diasumsikan diasumsikan sebagai lima pesawat F-5 RSAF yang melaksanakan penerbangan Paya Lebar-Darwin-Amberley- Darwin-Paya Lebar.
    Setelah dipantau selama sekitar 1 jam, manuver pesawat dinilai tidak normal.
    Pada pukul 14.00 hingga 15.00, Popunas dan Posek II menganalisis kegiatan penerbangan yang tidak melakukan kontak radio dengan Air Traffic Controller (ATC) Soekarno-Hatta, Cengkareng, maupun Bali.
    TNI AU kemudian memutuskan mengerahkan dua pesawat F-16 yang siaga di Pangkalan Udara (Lanud) Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur.
    Marsma Fajar mengudara menggunakan Falcon 1 TS-1603 bersama Kapten Ian.
    Sementara, satu F-16 lainnya, Falcon 2 TS-1602 dikendalikan Kapten Tonny/Kapten Satriyo.
    Pada pukul 17.25, Falcon 1 terlbat manuver jarak dekat dengan dua F-18 Hornet.
    Kedua pesawat US Navy itu mengambil posisi menyerang dan membuat F-16 yang ditumpangi Marsma Fajar terancam. Sementara itu, Falcon 2 memposisikan sebagai
    support fighter
    .
    Falcon 1 kemudian melihat, kapal fregat US Navy tengah bergerak ke timur. Falcon 2 lalu melakukan
    rocking the wing
    sebagai pernyataan bahwa Falcon 1 tidak mengancam.
    Falcon 1 kemudian menjalin kontak suara dengan F-19 Hornet di UHF 243.0. Pesawat asing itu lalu mengabarkan bahwa mereka berasal dari satuan US Navy yang terdiri dari beberapa kapal perang.
    Para penerbang dari Paman Sam itu mengeklaim telah mengantongi izin lintas.
    Falcon 1 pun menyatakan pihaknya sedang berpatroli dan datang hanya untuk identifikasi.
    Setelah itu, F-18 Hornet menjauh dan tidak lagi mengancam.
    Kepala Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) saat itu, Marsekal Muda Wresniwiro menyebut, lima pesawat F-18 Hornet itu belum melakukan kontak.
    Mereka terbang dari kapal induk US Navy yang berkonvoi dengan beberapa kapal perang di wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
    Pemberitahuan atau kontak saat itu hanya dilakukan untuk kapal laut, bukan pesawat tempur.
    Buntut peristiwa ini, pemerintah Indonesia menyampaikan protes keras kepada Pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
    Pemerintah keberatan pesawat tempur AS bermanuver di atas laut Indonesia.
    “Kita ini tidak selemah yang mereka (AS) duga. Kita memang tidak ingin membuat hubungan kedua negara menjadi buruk, tetapi kita juga tidak ingin mereka tidak mengakui kedaulatan kita,” ujar Menteri Kehakiman dan HAM (Menkeh dan HAM) Yusril Ihza Mahendra dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (8/7/2003), dikutip dari
    Harian Kompas
    edisi 9 Juli 2003.
    Diberitakan sebelumnya, pesawat latih TNI AU jatuh di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Kecelakaan itu mengakibatkan Marsma Fajar meninggal dunia.
    Sementara, satu penumpang lainnya saat ini masih menjalani perawatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologi Lengkap Insiden Pesawat FASI Jatuh di Bogor, TNI : Sempat Hilang Kontak

    Kronologi Lengkap Insiden Pesawat FASI Jatuh di Bogor, TNI : Sempat Hilang Kontak

    Bisnis.com, JAKARTA — TNI Angkatan Udara (AU) menjelaskan kronologi kejadian terjatuhnya pesawat latih atau Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Ciampea, Bogor pada Minggu (3/8/2025).

    Kadispen AU (Kadispenau), Marsma I Nyoman Suadnyana mengatakan insiden terjatuhnya pesawat ini bermula saat eks Kadispenau Fajar Adriyanto melakukan latihan penerbangan.

    Tak sendiri, Fajar didampingi oleh Roni sebagai Co-pilot. Pesawat Fixedwing Quicksilver GT500 yang dipiloti Fajar lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja sekitar 09.08 WIB.

    “Pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB dalam rangka misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara,” ujar Nyoman pada Minggu (3/8/2025).

    Sembilan menit berselang, kata Nyoman, pesawat FASI itu kemudian hilang kontak dan ditemukan terjatuh di TPU Astana, Ciampea Bogor. 

    “Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat mengalami hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana,” imbuh Nyoman.

    Adapun, kedua awak pesawat baik Fajar maupun Roni langsung dibawa ke RSAU dr. M. Hassan Toto. Berbeda dengan Roni, Fajar langsung dinyatakan meninggal setibanya di RSAU.

    Di samping itu, Nyoman memastikan bahwa penerbangan telah dilengkapi Surat Izin Terbang (SIT) nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan Lanud Atang Sendjaja. Adapun, pesawat dinyatakan laik terbang.

    “TNI AU menyampaikan duka cita yang mendalam atas peristiwa ini. Semangat, keteladanan, dan pengabdian beliau akan senantiasa menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga langit Indonesia,” pungkasnya.

  • Menhut pesan pentingnya jaga kelestarian satwa endemik

    Menhut pesan pentingnya jaga kelestarian satwa endemik

    Foto udara bentangan hutan di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Antara/Fandi Yogari

    Dishut Sumbar: Menhut pesan pentingnya jaga kelestarian satwa endemik
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 02 Agustus 2025 – 20:23 WIB

    Elshinta.com – Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Ferdinal Asmin mengatakan Menteri Kehutanan (Menhut) RI Raja Juli Antoni berpesan pentingnya untuk menjaga kelestarian hutan, terutama satwa endemik langka yang ada di Ranah Minang.

    “Pak Menhut berpesan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan satwa, terutama satwa endemik,” kata Ferdinal Asmin di Kota Padang, Sabtu.

    Menhut RI bersama Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar pada Kamis (31/7).

    Kunjungan kerja itu dalam rangka meninjau kegiatan konservasi Harimau Sumatra yang dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, bekerja sama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan didukung oleh TNI Angkatan Udara.

    Dalam kesempatan tersebut, Menhut didampingi oleh Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Hashim Djojohadikusumo dan TNI AU untuk meninjau langsung proses rehabilitasi satwa, termasuk fasilitas karantina, klinik satwa dan area monitoring perilaku satwa liar.

    Ferdinal mengatakan kedatangan Menhut ke Ranah Minang tidak hanya meninjau proses rehabilitasi satwa, namun juga mengingatkan kesinambungan serta menjaga kelestarian hutan.

    “Pak Menteri juga berpesan agar tidak ada perusakan hutan, karena bisa merusak ekosistem yang ada di dalamnya,” ujarnya.

    Pada kesempatan itu, Ferdinal mengatakan Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Hashim Djojohadikusumo memiliki peran dan andil yang cukup besar dalam menjaga ekosistem hutan, termasuk populasi Harimau Sumatra di Ranah Minang.

    “Jadi, Pak Hashim Djojohadikusumo ini memiliki kawasan hutan yang pada intinya mempertahankan keanekaragaman hayati dan sejenisnya,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Marsma TNI Fajar Adriyanto gugur dalam kecelakaan pesawat di Bogor

    Marsma TNI Fajar Adriyanto gugur dalam kecelakaan pesawat di Bogor

    Kabupaten Bogor (ANTARA) – TNI AU menyatakan duka cita atas gugurnya Marsma TNI Fajar Adriyanto dalam kecelakaan pesawat latih sipil Quicksilver GT500 di Desa Benteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.

    Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI I Nyoman Suadnyana menyampaikan bahwa pesawat dengan nomor registrasi PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) itu lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB.

    “Latihan ini bagian dari pembinaan dan pemeliharaan kemampuan personel FASI yang berada di bawah binaan TNI AU,” kata Suadnyana dalam keterangannya diterima di Bogor, Minggu.

    Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat kehilangan kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana, Ciampea. Marsma TNI Fajar bertindak sebagai pilot, sementara Sdr. Roni sebagai co-pilot.

    Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto. Namun, Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit. Pesawat disebut dalam kondisi laik terbang dan mengantongi izin terbang resmi.

    “Penerbangan telah dilengkapi dengan SIT nomor SIT/1484/VIII/2025 dan merupakan sortie kedua hari itu,” kata Suadnyana.

    TNI AU bersama aparat terkait telah mengevakuasi korban dan mengamankan lokasi kejadian. Jenazah saat ini berada di RSAU Lanud Atang Sendjaja untuk prosesi lebih lanjut.

    Marsma TNI Fajar merupakan lulusan AAU 1992 dan penerbang tempur F-16 dengan call sign “Red Wolf”. Ia pernah menjabat Danlanud Manuhua, Kadispenau, Kapuspotdirga, hingga Kapoksahli Kodiklatau.

    “Atas nama keluarga besar TNI AU, kami menyampaikan rasa duka cita yang mendalam. Semangat dan pengabdian beliau akan jadi inspirasi bagi generasi penerus,” ujar Suadnyana.

    Pewarta: M Fikri Setiawan
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Profil Marsma TNI Fajar Adrianto, Pilot TNI AU yang Gugur dalam Insiden Pesawat Jatuh di Bogor

    Profil Marsma TNI Fajar Adrianto, Pilot TNI AU yang Gugur dalam Insiden Pesawat Jatuh di Bogor

    Liputan6.com, Jakarta – Pesawat latih milik Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) dikabarkan jatuh di Kawasan Ciaruteun, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jabar, Minggu siang (3/8/2025). Kadispen AU Marsma TNI I Nyoman Suadnyana saat dikonfirmasi membenakan kabar tersebut. Dirinya juga mengatakan, berdasarkan informasi awal, ada satu korban meninggal dunia atas nama mantan Kadispen AU Marsma TNI (Purn) Fajar Adrianto.

    Nyoman juga menyebutkan, korban sempat dibawa ke rumah sakit, namun dinyatakan meninggal dunia saat tiba di rumah sakit. Sementara satu korban lainnya dikabarkan mengalami luka berat dan masih menjalani perawatan intensif.

    Enjat Sudrajat, salah satu saksi mata membenarkan ada pesawat jatuh di Bogor, di dekat area pemakaman umum. Peristiwa nahas terjadi sekitar pukul 09.20 WIB.

    Pada saat kejadian, dia sedang bersih-bersih makam. Tak lama kemudian, dia mendengar pesawat melintas tepat di atas pemakaman. Saat itu, mesin pesawat mengeluarkan suara keras.

    “Saat melintas, terbang miring. Tidak lama, pesawat itu jatuh di dekat pemakaman,” ungkap Enjat.

    Warga sekitar yang melihat pesawat jatuh langsung berdatangan ke lokasi dan membantu evakuasi korban.

    “Informasi di dalam pesawat ada dua orang, satu orang pilot dikabarkan meninggal dunia dan satu lagi mengalami luka-luka,” ujarnya.

    Profil Singkat

    Marsekal Pertama TNI Fajar Adrianto sendiri merupakan perwira tinggi TNI AU kelahiran 20 Juni 1970. Dirinya merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992 dan menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign ‘Red Wolf’.

    Alumni SMAN 1 Malang itu juga pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 – 2010, Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019, dan Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari 6 Mei 2019 hingga 18 November 2020.

    Fajar menjadi salah satu pelaku sejarah peristiwa terjadinya duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada 2003 silam.

    Penghargaan yang Pernah Diterima

    Fajar diketahui menempuh pendidikan Pascasarjana di Universitas Pertahanan Indonesia, program studi Disaster Management for National Security. Dalam masa pendidikan tersebut, ia pernah mendapatkan sertifikat dan brevet ‘Tanggap Tangkas Tangguh’ yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kala itu, Syamsul Ma’arif,  dan menjadi satu-satu perwakilan TNI yang menerimanya. Tesis Fajar yang berjudul ‘Pengerahan Kekuatan Udara (Air Power) dalam Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana di daerah Terpencil’, menjadi tesis terbaik di kampusnya.