Kementrian Lembaga: TNI AL

  • Warga Kohod Geram, Kades Arsin Catut Nama Tanpa Izin untuk Penerbitan HGB Pesisir Tangerang – Halaman all

    Warga Kohod Geram, Kades Arsin Catut Nama Tanpa Izin untuk Penerbitan HGB Pesisir Tangerang – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG – Sejak awal, sosok Arsin bin Sanip Kepala Desa Kohod di Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang menjadi kontroversial ketika masyarakat menyoroti kemunculan pagar laut di perairan desanya dan desa-desa lain di Tangerang sejauh 30 km lebih.

    Kades Arsin makin jadi sorotan masyarakat karena pernyataan-pernyataannya yang kontroversial soal asal-usul kemunculan pagar laut tersebut yang diduga kuat untuk kepentingan reklamasi pengembang properti.

    Saat berbicara dengan Menteri Agraria Tata Ruang /Badan Pertanahan Negara (ATR/BPN) Nusron Wahid pada Jumat 24 Januari 2025, Kades Arsin secara kontroversial menyatakan bahwa kawasan perairan Tangerang yang kini dipasangi pagar laut dulunya adalah empang. 

    Terlebih, gaya hidup Kades Arsin juga dinilai tidak wajar karena bergelimang kemewahan karena memiliki sejumlah mobil mewah seperti Jeep Rubicon dan Honda Civic di kediamannya.

    Warga kini juga menyoroti ihwal asal-usul penerbitan sertifikat hak guna bangunan (SHGB) di perairan desa merek yang kini dipasangi pagar bambu.

    Khaerudin, aarga Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, bikin akal-akalan dengan mencatut nama mereka tanpa izin demi penerbitan sertifikat HBG tersebut.

    Khaerudin mengatakan, identitas sejumlah warga digunakan tanpa izin oleh oknum untuk pembuatan SHGB pada 2023 lalu.

    Khaerudin meminta agar Pemerintah serius mengusut kasus pencatutan nama warga untuk kepentingan penerbitan SHGB tersebut karena warga tidak pernah merasa mengajukan sertifikat HGB itu.

    “Kami tidak pernah merasa mengajukan sertifikat. Sertifikat-sertifikatnya atas nama warga yang memang nggak tahu dibuat sertifikat. Nah di sini, tolong diusut tuntas,” ujar Khaerudin saat dihubungi, Selasa (28/1/2025), dikutip Kompas.com.

    Khaerudin menduga kasus ini melibatkan oknum aparat dan perangkat Desa Kohod.

    “Ada keterlibatan dari Kepala Desa ya. Itu harus diusut, harus diusut tuntas. Wallahu a’lam kalau aparat desa. Soalnya di aparat desa juga ada data-datanya,” kata dia.

    Persoalan ini sudah dilaporkan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Bahkan, warga sudah menggelar audiensi bersama pengacara mereka. 

    KONTROVERSI PAGAR BAMBU – TNI Angkatan Laut (AL) bersama instansi maritim dan masyarakat nelayan membongkar pagar laut di perairan Tangerang Banten, Senin (27/1/2025). (dok TNI AL)

    “Kami sudah audiensi bersama lawyer dan menyerahkan laporan ke ATR/BPN. Data lengkap soal warga yang dicatut ada di tangan lawyer kami,” jelas Khaerudin.

    Warga berharap, pihak berwenang segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini dan menindak oknum tersebut.

    “Kami mohon agar ini tidak hanya dibatalkan, tetapi juga ditindak. Ini menyangkut tanah yang merupakan milik negara dan masyarakat umum,” ucap dia.

    Hingga berita ini diterbitkan, diketahui belum ada tanggapan dari Kepala Desa Kohod, Arsin, soal pernyataan warga itu.

    Sebelumnya, kasus menjadi semakin ruwet setelah diketahui area pagar laut itu memiliki SHGB dan sertifikat hak milik (SHM).

    Bahkan, sampai dilakukan pembongkaran, belum diketahui juga siapa yang membangun pagar laut tersebut.

    KADES DESA SOHOD MENGHILANG – Arsin Bin Snip Kepala Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. yang kini dikabarkan menghilang. Dia didugan mencatut nama warga desanya untuk menerbitkan Sertifikat HGB kepentingan pengembang.  (YouTube.com/KohodTV)

    Namun, berdasarkan temuan Kementerian ATR/BPN, ada 263 bidang tanah yang berbentuk SHGB. 

    Rinciannya, atas nama PT IAM sebanyak 234 bidang, PT CIS 20 bidang, dan perorangan sebanyak sembilan bidang. Sementara itu, SHM tersebut berjumlah 17 bidang. 

    Menurut keterangan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang didapat dari Kementerian ATR/BPN, sertifikat tersebut diterbitkan pada 2023.

    Kepala Desa Kohod, Arsin, sempat sesumbar bahwa laut di wilayah Kohod, Kabupaten Tangerang adalah empang dan daratan milik warga yang tergerus abrasi. 

    Namun, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, ternyata tak sependapat dengan Arsin. 

    Ia justru membatalkan sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan sertifikat Hak Milik (SHM) di laut tersebut. 

    Di sisi lain, eks Kabareskrim Polri, Komjen Purn Susno Duadji pun meyakini bahwa sang kades lah dalang di balik pemasangan pagar laut di Kabupaten Tangerang. 

    Hal itu diungkapkan Susno Duadji di Metro TV dalam acara primetime news yang tayang pada Sabtu (25/1/2025). 

    “Ya pelakunya jelas, si lurah Kohod (kades). Dia sudah ngaku pasti dia mengeluarkan dokumen itu,” ujar Susno, mengutip dari TribunJakarta.

    Bahkan, pemeriksaan terhadap Arsin menjadi pintu masuk untuk membongkar kasus pagar laut sepanjang 30 KM di perairan Tangerang. 

    Susno memuji tindakan Kementerian ATR/BPN yang memihak kepada rakyat. Menurutnya, semua SHGB dan SHM yang dikeluarkan berasal dari hasil pemalsuan.

    “Kenapa palsu? Ya jelas enggak mungkin punya tanah di situ (laut). Jadi berpatokan kepada pembatalan oleh kementerian ATR/BPN , entah satu sertifikat syukur kalau semuanya itu sudah bisa dijadikan sebagai salah satu alat bukti bahwa telah terjadi tindak pidana pemalsuan,” ujarnya. 

    Susno melanjutkan jika pemalsuan itu diikuti dengan tindak pidana suap, maka menjadi tindak pidana korupsi. 

    “Sekarang siapa pelakunya? Ya jelas mulai dari si Lurah Kohod (Arsin) dia udah ngaku pasti ngeluarin dokumen. Kemudian siapa lagi? Usut saja siapa yang menerima, yang nerima misalnya Agung Sedayu Grup dengan anak perusahaan Intan Agung Makmur,” katanya. 

    Mustahil, kata Susno, anak perusahaan itu memiliki tanah di laut.  Seandainya membeli tanah di laut, jelas pasti melalui prosedur yang tidak beres. 

    “Notarisnya pasti kena juga itu (pidana), jadi gampang ngusutnya. Usut bisa dari dokumen ATR, atau bisa juga dari mulai siapa yang memagari itu, siapa yang membayar, siapa yang nyuruh, duitnya dari siapa kemudian terkait perusahaan apa. Sudah terang benderang ini, seperti makan siang pakai lampu petromak,” pungkasnya. 

    Laporan Reporter: Ani Susanti | Sumber: Tribun Jatim

  • 2 Kapal Perang Buatan Italia Bakal Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 Januari 2025

    2 Kapal Perang Buatan Italia Bakal Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya Nasional 30 Januari 2025

    2 Kapal Perang Buatan Italia Bakal Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – TNI Angkatan Laut (AL) akan segera menerima dua
    kapal perang
    terbaru buatan Italia, yaitu
    KRI Brawijaya
    -320 dan
    KRI Prabu Siliwangi
    -321.
    Upacara pemberian nama kapal secara simbolis atau
    shipnaming
    dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali dan Ketua Umum Jalasenastri Fera Muhammad Ali, di galangan kapal Fincantieri Muggiano, Italia, pada Rabu (29/1/2025).
    “Kedua kapal perang ini merupakan bagian dari kerja sama strategis antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan Fincantieri, salah satu perusahaan galangan kapal terkemuka di dunia,” ungkap Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/1/2025).
    Nama KRI Brawijaya dan KRI Prabu Siliwangi diambil dari nama raja-raja Nusantara, dengan harapan bahwa kedua kapal tersebut akan menjadi legenda baru yang memberikan kontribusi besar bagi kejayaan bangsa.
    Kedua kapal ini juga dilengkapi dengan teknologi terkini dan sistem persenjataan modern.
    “Saya yakin kapal-kapal ini akan berhasil menyelesaikan setiap misi yang diberikan kepada mereka,” kata KSAL, saat membacakan amanat Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin.
    Menhan RI menegaskan bahwa dua kapal perang ini adalah komitmen nyata pemerintah dalam memperkuat pertahanan negara, khususnya Angkatan Laut Indonesia.
    Lebih lanjut, kerja sama ini menunjukkan bahwa kemitraan strategis antara Indonesia dengan mitra internasional dapat menghasilkan alat utama sistem senjata (alutsista) yang modern dan berdaya saing tinggi.
    “Seperti kita ketahui, pemberian nama kapal bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah strategis dalam membangun identitas kapal. Nama-nama yang dipilih tersebut merupakan simbol harapan, doa, dan tekad untuk menegakkan kedaulatan dan kehormatan bangsa di seluruh lautan dunia,” tambah dia.
    Kerja sama ini juga mencerminkan keseriusan Kementerian Pertahanan dalam meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Laut Indonesia.
    Menhan berharap, Angkatan Laut Indonesia akan mampu menghadapi tantangan di perairan nasional dan regional dengan lebih efektif.
    KRI Brawijaya-320 dan KRI Prabu Siliwangi-321 memiliki spesifikasi yang serupa.
    Kedua kapal ini memiliki panjang 143 meter, lebar 16,5 meter, dengan draft 5,2 meter dan kecepatan maksimum 32 knots, menggunakan pendorongan kombinasi diesel, listrik, dan gas turbin.
    Selain itu, kapal buatan Italia ini dilengkapi dengan sistem persenjataan yang terdiri dari 16 Vertical Launch System (VL) untuk Surface-to-Air Missiles (SAM), 8 Teseo Mk-2E untuk Surface-to-Surface Missiles (SSM), meriam 127 mm, meriam 76 mm, serta torpedo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Membongkar pagar, melindungi nelayan

    Membongkar pagar, melindungi nelayan

    Sejumlah petugas Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel lokasi pemagaran laut sepanjang 30,16 km di perairan pesisir Tangerang, Banten, Kamis (9/1/2025). ANTARA FOTO/Harianto/foc/am.

    Membongkar pagar, melindungi nelayan
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Rabu, 29 Januari 2025 – 17:11 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah akhirnya mengambil tindakan tegas. Setelah beberapa bulan menjadi sorotan publik, pagar bambu yang membentang sepanjang 30,16 kilometer di perairan Tangerang, Banten, akhirnya dibongkar.

    Pembongkaran mulai dilakukan oleh tim gabungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan TNI AL, melibatkan Pemda Banten, Polairud, KPLP, Bakamla, serta masyarakat nelayan sejak 22 Januari 2025 dan dijadualkan selesai dalam tempo 10 hingga 15 hari.

    Hingga saat ini, tim sudah membongkar sekitar 15 km pagar di tengah kendala angin dan ombak.

    Pembongkaran dilakukan dengan prioritas untuk membuka jalur nelayan melaut. Karena selama ini, nelayanlah yang paling menderita akibat keberadaan pagar laut tersebut.

    Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Doni Ismanto Darwin mengatakan tim KKP sudah turun langsung ke lapangan untuk berdialog dengan nelayan di setiap desa yang terdampak untuk mendengarkan keluhan mereka.

    “Hasil dari dialog ini akan menjadi dasar bagi kami untuk merancang program bantuan yang tepat secepatnya,” kata Doni.

    Pembongkaran pagar laut misterius itu bukan hanya soal penegakan hukum, tetapi juga terkait dengan stabilitas ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada laut.

    Pagar laut yang muncul tanpa kejelasan siapa yang bertanggung jawab tersebut menimbulkan banyak masalah, terutama bagi masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut.

    Aktivitas nelayan terganggu karena pagar ini membatasi akses mereka ke wilayah penangkapan ikan yang biasa mereka manfaatkan. Setidaknya, ada 3.888 masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan dan 502 pembudidaya di kawasan itu.

    Nelayan bukan satu-satunya pihak yang akan dirugikan jika masalah ini tidak segera diselesaikan. Banyak pihak di sektor kelautan juga akan direpotkan jika masalah dibiarkan berlarut-larut.

    Bagi nelayan jelas, jika mereka sulit melaut, pendapatan dan kesejahteraan keluarga akan menurun. Tidak ada ikan, tidak ada uang.

    Begitu pun, perekonomian daerah akan terkena imbasnya. Nelayan yang tidak dapat melaut akan mengurangi pasokan hasil laut yang penting bagi pasar lokal dan bahkan nasional. Ini juga berdampak pada rantai pasokan industri pengolahan hasil laut dan sektor-sektor terkait, seperti distribusi dan retail produk-produk perikanan.

    Artinya, ketika nelayan terganggu, dampak ekonomi yang timbul tidak hanya dirasakan oleh mereka, tetapi juga oleh seluruh ekosistem ekonomi yang terkait dengan sektor kelautan.

    Di Desa Karang Serang, beberapa nelayan yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kesulitan mereka saat berusaha melaut. Mereka kini harus berhati-hati, bahkan terpaksa menghindari bagian laut yang tertutup pagar bambu tersebut.

    Mereka khawatir, jika sampai melanggar batas akan diminta ganti rugi oleh si pemilik pagar.

    Perubahan rute berlayar ini membuat perjalanan mereka lebih jauh sehingga membutuhkan lebih banyak bahan bakar. Dampaknya, biaya operasional mereka meningkat. Dulu, untuk mencari ikan, mereka cukup mengisi bahan bakar kapal dengan 5 liter solar, namun kini mereka terpaksa mengisi hingga 7 liter.

    Celakanya, kawasan di sekitar pagar tersebut tadinya adalah area yang biasanya banyak ikan, udang, kerang dan rajungan. Karena mereka tidak bisa beroperasi di sekitar pagar, akhirnya hasil tangkapan nelayan merosot.

     Nelayan berharap agar masalah pagar bambu tersebut segera tertangani. Keinginan mereka tidaklah muluk. Mereka hanya ingin, laut yang menjadi nafas kehidupan mereka, bisa dikembalikan seperti semula.

    Para nelayan berharap agar hak mereka dihormati, dan kehidupan mereka kembali seperti semula, tanpa ada hambatan yang menghalangi upaya mereka mencari nafkah.

    Terkuak Agustus 2024

    Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Eli Susiyanti menyatakan pagar laut itu 30,16 km terbentang dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji di wilayah perairan Kabupaten Tangerang.

    Struktur pagar laut terbuat dari bambu atau cerucuk dengan ketinggian rata-rata 6 meter. Di atasnya, dipasang anyaman bambu, paranet dan juga dikasih pemberat berupa karung berisi pasir.

    Pagar meliputi 16 kecamatan dengan rincian tiga desa di Kecamatan Kronjo; tiga desa di Kecamatan Kemiri; empat desa di Kecamatan Mauk; satu desa di Kecamatan Sukadiri; tiga desa di Kecamatan Pakuhaji; dan dua desa di Kecamatan Teluknaga.

    Pagar laut sepanjang 30,16 km itu merupakan kawasan pemanfaatan umum yang berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2023 meliputi zona pelabuhan laut, zona perikanan tangkap, zona pariwisata, zona pelabuhan perikanan, zona pengelolaan energi, zona perikanan budi daya, dan juga beririsan dengan rencana waduk lepas pantai yang diinisiasi oleh Bappenas.

    Dinas setempat mendapatkan informasi pertama kali pada 14 Agustus 2024. Lalu ditindaklanjuti dengan turun ke lapangan pada 19 Agustus 2024. Dari kunjungan ke lapangan ditemukan aktivitas pemagaran laut saat itu masih di sepanjang kurang lebih 7 km.

    Kemudian tepat 4-5 September 2024, dinas setempat bersama dengan Polsus dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP kembali datang ke lokasi itu, bertemu dan berdiskusi.

    Tim yang turun ke lapangan saat itu mendapatkan informasi bahwa tidak ada rekomendasi atau izin dari camat maupun desa terkait pemagaran laut di daerah itu. Saat itu pula belum ada keluhan dari masyarakat terkait pemagaran tersebut.

    Tak sampai di situ, dinas setempat pada 18 September 2024, kembali melakukan patroli dengan melibatkan dari Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang serta Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI). Saat itu, DKP Banten meminta aktivitas pemagaran dihentikan.

    Inspeksi gabungan bersama-sama dengan TNI Angkatan Laut, Polairut, PSDKP KKP, PU, Satpol-PP, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, ditemukan pagar laut bertambah menjadi 13,12 km hingga 30,16 km.

    Negara hadir

    Pada 9 Januari 2025, pagar bambu yang membentang luas disegel oleh petugas Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP).

    Plang merah bertuliskan larangan dipasang, menandakan bahwa pagar tersebut tidak memiliki izin yang sah. Penyegelan itu juga disertai peringatan bahwa pembongkaran akan dilakukan dalam waktu singkat. Pemerintah memberikan tenggat waktu 20 hari untuk pihak yang bertanggung jawab segera membongkar pagar tersebut.

    Namun hingga berakhirnya tenggat waktu tersebut, tidak ada pihak yang mengaku dan membongkar pagar tersebut. Hingga akhirnya pada 18 Januari 2025, proses pembongkaran dimulai atas perintah langsung Presiden Prabowo Subianto. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) bersama masyarakat nelayan setempat bergerak bersama melakukan aksi pembongkaran.

    Pada 22 Januari 2025, pembongkaran besar-besaran dilakukan dengan melibatkan sekitar 1.500 personel gabungan dari KKP, TNI AL, Bakamla, Polairud, dan nelayan setempat. Kerja keras pun dimulai.

    KKP menurunkan 11 armada meliputi kapal pengawas, URC, tugboat, RIB, serta sea rider bersama 460 personel. Selain KKP dan TNI AL, pembongkaran melibatkan Pemda Banten, Polairud, KPLP, Bakamla, serta masyarakat nelayan.

    Pembongkaran dilakukan petugas gabungan dengan cara menarik pagar menggunakan tali dari boat-boat yang dikerahkan. Bambu yang dibongkar lalu diangkut ke daratan.

    Metode ini membuat bagian bawah pagar ikut tercabut sehingga tidak menyisakan batang bambu di dasar lautan. Estimasi proses pembongkaran hingga selesai memakan waktu maksimal 10 hari.

    Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, meski anggaran pembongkaran pagar laut bersumber dari patungan antara berbagai pihak, namun pembongkaran terus dilakukan hingga seluruh pagar laut sepanjang 30,16 km dibongkar.

    Sinergi perwakilan negara hingga masyarakat nelayan dalam mencabut pagar-pagar bambu yang membelenggu akses nelayan itu, menjadi semangat kolektif untuk mengembalikan hak nelayan agar mereka bisa kembali mengarungi laut dalam menghidupi keluarga tercinta tanpa penghalang.

    Dengan komitmen pemerintah yang kuat, diharapkan perekonomian nelayan dan keberlanjutan ekosistem laut Indonesia dapat terjaga, serta memastikan bahwa proyek pembangunan yang menguntungkan semua pihak dilakukan secara sah dan berkelanjutan.

    Pembongkaran pagar laut Tangerang merupakan komitmen negara dalam melindungi hak nelayan dan keberlanjutan ekosistem laut Indonesia.

    Sumber : Antara

  • Satpolairud dan TNI AL Masih Mencari Nelayan Bawean yang Hilang Diterjang Ombak

    Satpolairud dan TNI AL Masih Mencari Nelayan Bawean yang Hilang Diterjang Ombak

    Gresik (beritajatim.com) – Memasuki hari ketiga Satpolairud Polres Gresik dan TNI AL masih mencari nelayan asal Pulau Bawean yang hilang diterjang ombak. Korban atas nama Sukandi (63) warga asal Deket Agung, Kecamatan Sangkapura hingga saat ini belum ditemukan.

    Sebelumnya korban (Sukandi) bersama tiga rekannya pada 27 Januari 2025 mencari ikan 3 mil dari bibir pantai Pulau Bawean. Naas saat menjaring ikan kedua kalinya, tiba-tiba datang ombak besar sehingga menerjang kapal ikan yang ditumpanginya terbalik.

    Dari kejadian tersebut, Sudariono (57) menjadi korban dan jasadnya ditemukan oleh nelayan lain. Sementara Nurul Mujahata (57) dan Nur Fali (65) berhasil diselematkan.

    Kasatpolairud Polres Gresik, Iptu Arifin mengatakan, timnya bersama TNI AL terus berupaya mencari korban dengan menyisir area perairan serta memeriksa titik-titik lokasi yang diduga menjadi tempat korban tenggelam.

    “Kami bersama TNI AL dan masyarakat nelayan terus melakukan pencarian, baik di perairan maupun di sekitar bibir pantai, namun hingga saat ini korban belum ditemukan,” katanya, Rabu (29/1/2025).

    Masih menurut Arifin, tim gabungan melakukan pencarian korban dengan menggunakan perahu patroli untuk memperluas area pencarian. Namun, cuaca yang kurang bersahabat menjadi salah satu tantangan dalam pencarian ini.

    “Kami juga menghimbau kepada para nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan sebelum melaut dan selalu memperhatikan kondisi cuaca yang akhir-akhir ini kurang bersahabat,” ungkapnya.

    Perwira pertama Polri ini menambahkan, guna menghindari kejadian serupa. Anggotanya di lapangan akan terus berkoordinasi untuk menentukan langkah lanjutan dalam pencarian korban yang masih hilang. “Mudah-mudahan besok cuaca cerah, sehingga memudahkan pencarian korban yang hanyut diterjang ombak,” imbuhnya. [dny/kun]

  • 3 Kapal Perang Prancis dan 1 Kapal Perang Australia Tiba di Pelabuhan Benoa Bali

    3 Kapal Perang Prancis dan 1 Kapal Perang Australia Tiba di Pelabuhan Benoa Bali

    loading…

    Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar menyambut kedatangan tiga Kapal Perang Prancis dan satu Kapal Perang Australia yang sandar di Pelabuhan Benoa Bali. Fioto/istimewa

    JAKARTA – Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar menyambut kedatangan tiga Kapal Perang Prancis dan satu Kapal Perang Australia yang sandar di Pelabuhan Benoa Bali.

    Kehadiran Kapal Perang Asing tersebut disambut oleh Danlanal Denpasar Kolonel Laut (P) Endra Kusuma, beserta Staf Kedutaan Prancis, LCDR Jean Jacques Body, LCDR Alban dan Australian Assistant Naval Attache (Matthew Dunt).

    Kedatangan Kapal Perang Prancis yakni FNS Forbin (D620) yang dipimpin oleh Komandan Kapal Captain Aurelie Leiuffre, FNS Provence (D652) yang dipimpin oleh Komandan Kapal Captain Lionel Siegfried, dan FNS Alsace (D656) dipimpin oleh Komandan Kapal Captain Jerome Henry, tiba di Dermaga Baru AP2 Pelabuhan Benoa Bali pada Selasa (28/1/2025).

    Ketiga Kapal Perang Prancis jenis Fregat itu singgah dalam rangka Routine Visit dari 28 Januari-3 Februari 2025 dengan agenda kegiatan crew change, wisata dan perawatan kapal.

    Selanjutnya pada 3 Februari 2025, Kapal Perang FNS Forbin (D620) dan Kapal Perang FNS Provence (D652) akan bergerak menuju Manilla (Philippines), serta Kapal Perang FNS Alsace (D656) menuju Okinawa (Japan).

    Sementara itu Kapal Perang Australia HMAS Hobart (DDG 39) yang dipimpin oleh Komandan Kapal Commander Alisha Withers, sebelumnya telah tiba terlebih dahulu di Dermaga Timur Pelabuhan Benoa Bali disambut pada Minggu, 26 Januari 2025.

    Kedatangan Kapal Perang Australia HMAS Hobart (DDG 39) ini dalam rangka Refuel, Replenishment dan Liberty mulai 26-29 Januari 2025, yang selanjutnya akan melanjutkan perjalanan dengan tujuan Subic Bay (Philippines).

    Adapun kegiatan penyambutan diawali dengan tari tradisional dilanjutkan dengan sambutan, pertukaran plakat/cinderamata, dan foto bersama.

    Dalam rangka menjamin keamanan selama berlabuh kapal perang asing tersebut, Lanal Denpasar menyiapkan satu peleton pasukan pengamanan di area Dermaga Pariwisata Pelabuhan Benoa, serta menurunkan satu RBB dan dua sekoci karet untuk melaksanakan patroli laut di sekitar alur Pelabuhan Benoa Bali.

    Penyambutan Kapal Perang Asing di Perairan Indonesia ini selaras dengan kebijakan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali dalam meningkatkan hubungan diplomasi dengan negara-negara sahabat guna mewujudkan kejayaan Angkatan Laut Jalesveva Jayamahe.

    (cip)

  • Profil Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto, Jenderal Marinir yang Memimpin Pembongkaran Pagar Laut Tangerang

    Profil Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto, Jenderal Marinir yang Memimpin Pembongkaran Pagar Laut Tangerang

    loading…

    Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto. Foto/Riana Rizkia

    JAKARTA – Profil Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto bisa diketahui di artikel berikut ini. Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) III Jakarta itu memimpin pembongkaran pagar laut di pesisir utara Kabupaten Tangerang, Banten.

    Pagar laut yang terbuat dari bambu sepanjang 30 kilometer (km) menghebohkan publik sejak beberapa waktu terakhir. Lantaran adanya desakan publik yang kuat, pagar laut yang belakang diketahui memiliki sertifikat hak guna bangunan (SHGB) dan sertifikat hak milik (SHM) tersebut akhirnya dibongkar.

    Pembongkaran dilakukan oleh tim gabungan dari TNI Angkatan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan ribuan nelayan pada Sabtu, 18 Januari 2025. Sempat berhenti sebentar, pembongkaran pagar laut Tangerang kembali dilanjutkan pada Rabu, 22 Januari 2025.

    Sekitar 1.500 personel TNI AL yang dipimpin Danlantamal) III Jakarta Brigjen TNI Harry diterjunkan untuk membongkar pagar laut Tangerang. Mereka juga dibantu ribuan nelayan untuk mencabuti bambu yang menghalangi akses nelayan mencari nafkah. Hingga Selasa (28/1/2025), pagar laut yang tersisa masih 11,46 kilometer.

    Profil Brigjen TNI Harry IndartoHarry Indarto lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 15 Desember 1973. Ia tercatat memulai kariernya di TNI AL setelah lulus dari Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-XLII/tahun 1996.

    Pada masa awal kariernya, Harry Indarto sempat dipercaya menduduki berbagai posisi di Korps Marinir, mulai dari Danton 3 Ki A Yonif 2 Brigif 2 di tahun 1997, hingga Pasi 2 Yonif 2 Brigif 2 Pasmar 2 di tahun 2007.

    Setelah kurang lebih 10 tahun bertugas di Korps Marinir, Harry lalu dipindah tugaskan untuk isi posisi Dandenbek Lanmar Jkt di tahun 2008. Ia juga sempat ditunjuk jadi PS Danyon Marhanlan III Jakarta tahun 2010, dan Dikseskoal Pamen Denma Pasmar 2 Kormar pada 2011.

    Ketika pangkatnya masih Letnan Kolonel, Harry sempat ditugaskan sebagai Koorsmin Dankormar (2011), Danyonif 2 Brigif 2 Pasmar 2 Kormar (2012), Pasops Brigif 2 Pasmar 2 Kormar (2012), dan Dansatpamwal Denma Mabes TNI (2014).

    Pangkatnya kemudian naik menjadi Kolonel ketika diberi tanggung jawab sebagai Asops Denma Mabes TNI tahun 2017. Kemudian, ia sempat jabat Koorsmin Kasal (2019), dan Danlanal Yogyakarta Lantamal V Sby Koarmada II (2020).

    Sebelum menyandang pangkat Brigjen, ia sempat duduki posisi Dikreg XLVIII Sesko TNI TA. 2021 Sahli B Bidlat Kormar (2021), Sahli B Bidang Lat Kormar (2021), dan Komandan Brigif 4 Marinir/BS (2021).

    Barulah di tahun 2022, ia mendapat kenaikan pangkat usai duduki posisi Kaskogartap III/Surabaya. Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto kemudian menjalankan tugas sebagai Komandan Lantamal III/Jakarta sejak terkena mutasi pada 31 Januari 2023 lalu.

    Itulah profil singkat dari Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto yang tengah diberi tanggung jawab untuk memimpin pembongkaran pagar laut dari bambu di pesisir Kabupaten Tangerang.

    (abd)

  • TNI AL kirim KRI Bung Tomo-357 ke Karachi untuk Aman Exercise

    TNI AL kirim KRI Bung Tomo-357 ke Karachi untuk Aman Exercise

    Jakarta (ANTARA) – TNI Angkatan Laut (AL) mengirim satu korvetnya KRI Bung Tomo-357 dari Komando Armada I untuk mengikuti latihan perang multilateral Aman Exercise 2025 di Karachi, Pakistan, pada 7–11 Februari 2025.

    Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Koarmada I Kolonel Laut (P) Yoni Nova Kusumawan, saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menjelaskan KRI Bung Tomo (TOM) berlayar menuju Karachi dari Belawan, Sumatera Utara, Senin (27/1), dengan transit di Colombo, Sri Lanka.

    “Pelayaran dipimpin langsung oleh Komandan KRI TOM-357 Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko selaku komandan satuan tugas, juga melibatkan prajurit Koarmada I dari berbagai satuan, termasuk anggota Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska), Dinas Kesehatan (Diskes), dan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmada I,” kata Kadispen Koarmada I.

    Kolonel Yoni menyebut KRI Bung Tomo dijadwalkan tiba di perairan Karachi, Pakistan pada 31 Januari 2025.

    Angkatan Laut Pakistan menggelar AMAN Exercise Ke-9 di Karachi pada 7–11 November 2025, yang bakal diikuti angkatan laut dari 60 negara, termasuk TNI Angkatan Laut.

    Pejabat Direktorat Hubungan Masyarakat Angkatan Laut Pakistan, Letnan Kolonel (Letkol) Ali Irfan, saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menjelaskan latihan multilateral Aman Exercise 2025 terdiri atas fase pangkalan (harbour phase) dan fase laut (sea phase).

    Beberapa materi latihan yang bakal digelar selama fase pangkalan mencakup seminar, diskusi membahas rencana operasi, demonstrasi aksi kontra-terorisme, dan perencanaan pra-pelayaran.

    Sementara itu, latihan fase laut mencakup manuver taktis, latihan-latihan terkait keamanan maritim seperti operasi antibajak laut, operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), penembakan senjata, dan latihan anti-peperangan udara.

    Dalam kesempatan terpisah, Kolonel Yoni menambahkan kapal perang RI dan kapal-kapal perang dari berbagai negara juga akan bersama-sama mengikuti latihan khusus tim penyelam. Latihan tim penyelam itu di antaranya praktik demolisi di darat, pemusnahan alat peledak rakitan (IED), penghancuran ranjau (UXO), dan latihan gabungan dengan tim PUs.

    KRI Bung Tomo-357 dari Komando Armada I TNI Angkatan Laut berlayar dari Belawan, Sumatera Utara, Senin (27/1/2025) menuju Karachi, Pakistan, untuk mengikuti latihan multilateral AMAN Exercise 2025 pada 7–11 Februari 2025. ANTARA/HO-Dinas Penerangan Koarmada I TNI AL.

    “Latihan yang bakal menjadi sorotan saat fase laut ialah International Fleet Review, yang akan disaksikan oleh pejabat-pejabat Angkatan Laut Pakistan dan delegasi angkatan laut asing,” kata Letkol Ali saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

    Kemudian, Ali menambahkan seiring dengan rangkaian Aman Exercise juga akan digelar Aman Dialogue di Karachi.

    “Kepala staf angkatan laut dari berbagai negara, kepala Coast Guard dari berbagai negara, dan pejabat-pejabat senior dari berbagai negara akan bertemu dan berdiskusi membahas keamanan maritim di kawasan, serta bersama-sama menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di laut yang terus berkembang,” ujar dia.

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • JK Sentil Pemerintah Belum Ungkap Dalang Pagar Laut, Mahfud MD: Sertifikat Ilegal HGB Harus Dipidana – Halaman all

    JK Sentil Pemerintah Belum Ungkap Dalang Pagar Laut, Mahfud MD: Sertifikat Ilegal HGB Harus Dipidana – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belum terungkapnya dalang pemasangan pagar laut di Tangerang Banten membuat heran Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

    Jusuf Kalla menyinggung soal kasus pagar laut yang hingga kini belum terungkap siapa sosok pemiliknya.

    “Saya katakan bahwa polisi alhamdulillah dalam waktu dua hari bisa tangkap orang yang dipotong lehernya (mutilasi). Tapi ini (kasus pagar laut) 30 kilometer enggak ada yang tahu siapa (pemiliknya)” kata Jusuf Kalla, Senin (27/1/2025).

    Padahal, kata Jusuf Kalla, berdasar keterangan pemerintah Kabupaten Tangerang yang telah disampaikan sebelumnya, keberadaan pagar laut tersebut sudah diketahui sejak bulan Agustus 2024 lalu.

    Pemerintah Kabupaten Tangerang mengaku pada bulan September 2024 sudah melaporkan temuan adanya pagar laut kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.

    Tapi setelah berbulan-bulan berlalu kasus ini juga belum tuntas dan sekarang kasusnya mencuat ke publik.

    Bahkan hingga kini petugas gabungan melakukan pembongkaran pagar laut meski tak diketahui pemiliknya.

    Jusuf Kalla menyebut belum terungkapnya dalang yang mampu memasang pagar laut sepanjang 30 kilometer di Tangerang sebagai hal yang kelewatan.

    “Ini kelewatan negeri ini,” ujar Jusuf Kalla saat ditemui dalam kegiatan di kantor Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur.

    Mahfud MD: Sertifikat Ilegal HGB Harus Dipidanakan

    Mantan Menko Polhukam Prof Mahfud MD mendesak pemerintah untuk bersikap tegas soal pagar laut di Tangerang.

    Mahfud MD menyebut sertifikat ilegal yang terbit tak hanya dibatalkan namun bisa dipidanakan.

    Pasalnya sertifikat yang terbit merupakan produk kolusi melanggar hukum.

    “Sertifikat ilegal HGB utk laut tak bs hanya dbatalkan tapi hrs dipidanakan krn merupakan produk kolusi melanggar hukum,” buka akun @mohmahfudmd pada Selasa (28/1/2025).

    Mahfud MD bahkan menerangkan jelas vonis MK yang melarang pengusahaan perairan pesisir untuk swasta maupun perorangan.

    Ia menegaskan jika kasus pagar laut beda dengan reklamasi.

    “Vonis MK No. 3/PUU-VIII/2010 dan UU No. 1 Thn 2014 jelas melarang pengusahaan perairan pesisir utk swasta ataupun perorangan. Kasus ini beda loh dgn reklamasi,” pungkas cuitannya.

    Lalu Mahfud MD menanggapi pertanyaan soal sikap mantan Wamen ATR, Raja Juli yang mengaku tak tahu menahu soal sertifikat pagar laut.

    Baik tahu atau tak tahu, kasus tersebut tetap harus dipidanakan.

    Belum Terungkap

    Dalam rapat dengan Komisi IV DPR di Jakarta pekan lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan  Sakti Wahyu Trenggono  mengatakan belum diketahui siapa dalam pembangunan.

    Dia menyatakan akan memeriksa sejumlah perusahaan yang diduga terlibat dan akan menyampaikannya dalam jangka waktu 20 hari mendatang.

    Sementara Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Metro Jaya hingga kini belum menemukan indikasi tindak pidana dalam kasus pagar laut misterius di perairan Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten.

    “Kami hanya menyelidiki terkait dengan apa-apa saja yang ada di lapangan, ada tindak pidana atau tidak, tapi karena sudah diambil alih KKP, kita tunggu saja dari KKP, sementara kami masih belum temukan tindak pidana,” ungkap Direktur Polairud Polda Metro Jaya, Kombes Pol Joko Sadono dalam Breaking News Kompas TV pada Senin (27/1/2025).

    Penyelidikan kasus ini kini berada di bawah koordinasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

    Polda Metro Jaya menunggu hasil temuan dari PSDKP KKP sebelum mengambil langkah hukum lebih lanjut.

    “Kalau hasilnya mungkin barangkali dari KKP diduga ada tindak pidana, mungkin dari Pak Menteri bisa menindaklanjuti dengan instansi aparat penegak hukum yang lain,” kata Joko.

    Kasus ini bermula dari penemuan pagar bambu misterius yang ditancapkan ke dasar laut di awal Januari 2025.

    Penemuan tersebut sempat menghebohkan publik dan memicu berbagai spekulasi di masyarakat.

    Merespons temuan tersebut, KKP melakukan penyegelan terhadap pagar laut pada Kamis (9/1/2024).

    Sembilan hari kemudian, tepatnya pada Sabtu (18/1/2025), pagar laut tersebut akhirnya dibongkar dalam operasi yang melibatkan sekitar 600 prajurit TNI AL dan warga setempat.

  • TNI AL Sudah Bongkar Pagar Laut di Tangerang Sepanjang 18,7 KM

    TNI AL Sudah Bongkar Pagar Laut di Tangerang Sepanjang 18,7 KM

    Bisnis.com, JAKARTA – TNI Angkatan Laut melaporkan pembongkaran pagar laut di perairan pantai utara Kabupaten Tangerang, Banten, saat ini telah mencapai 18,7 kilometer dari panjang keseluruhan 30,16 kilometer.

    Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama I Made Wira Hady mengatakan pembongkaran sepanjang 18,7 kilometer itu dilakukan tim gabungan dari TNI AL, Polri, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan nelayan yang dilaksanakan di perairan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Mauk dan Kronjo.

    “Maka pagar laut yang tersisa masih 11,46 kilometer,” katanya dilansir dari Antara, Selasa (28/1/2025). 

    Menurutnya, selama proses pembongkaran atau pencabutan pagar laut ini terkendala beberapa faktor, seperti cuaca yang kurang bersahabat sehingga menjadikan kapal-kapal kesulitan melakukan pembongkaran pagar.

    “Banyaknya keramba serta tinggi 2,5 meter berukuran besar mengganggu manuver kapal menarik bambu,” katanya.

    TNI AL juga telah mengerahkan sejumlah peralatan untuk membongkar pagar laut, seperti dua Kal/Patkamla, enam Sea Rider, 12 PK, lima RBB, dua RHIB, serta dibantu puluhan kapal nelayan.

    Sebelumnya, panjang pagar laut 30,16 kilometer berada di wilayah 16 desa di enam kecamatan Kabupaten Tangerang. Rincian tiga desa di Kecamatan Kronjo, tiga desa di Kecamatan Kemiri, empat desa di Kecamatan Mauk, satu desa di Kecamatan Sukadiri, tiga desa di Kecamatan Pakuhaji, dan dua desa di Kecamatan Teluknaga.

    Kemudian, melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang mengungkapkan adanya sertifikat tanah di lokasi pagar laut. Terbitnya sertifikat hak guna bangunan (SHGB) untuk titik yang jumlahnya mencapai 263 bidang dengan pemiliknya atas nama PT Intan Agung Makmur 234 bidang. PT Cahaya Inti Sentosa sebanyak 20 bidang.

    Ada juga sertifikat hak milik (SHM) sebanyak 17 bidang. Kedua korporasi pemilik sertifikat merupakan anak perusahaan Agung Sedayu Grup, pengembang kawasan PIK 2.

  • TNI AL, Instansi Maritim, dan Nelayan Berhasil Bongkar Pagar Laut Sepanjang 18,7 Km di Tangerang – Halaman all

    TNI AL, Instansi Maritim, dan Nelayan Berhasil Bongkar Pagar Laut Sepanjang 18,7 Km di Tangerang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – TNI Angkatan Laut (AL) menyatakan hingga saat ini pihaknya dalam hal ini Lantamal III Jakarta bersama instansi maritim dan masyarakat nelayan berhasil membongkar pagar laut ilegal sepanjang 18,7 km di perairan Tangerang Banten hingga Senin (27/1/2025).

    Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI I Made Wira Hady Arsanta Wardhana mengatakan dengan demikian saat ini masih tersisa 11,46 Km dari total 30,16 Km pagar laut yang ada.

    “Setelah dibongkar sejauh 18,7 KM, maka pagar laut yang masih tersisa adalah sepanjang 11,46 KM dari 30,16 KM keseluruhan panjang pagar laut yang meresahkan masyarakat nelayan tersebut,” kata Wira saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Selasa (28/1/2025).

    “Pembongkaran pagar laut oleh tim gabungan tersebut terbagi dalam 3 titik, yaitu wilayah Tanjung Pasir, Kronjo dan Mauk,” sambung dia.

    Ia menjelaskan sarana yang digunakan oleh tim gabungan untuk melaksanakan pembongkaran antara lain 2 Kal/Patkamla, 6 Sea Rider, 12 PK, 5 RBB, 2 RHIB, dan dibantu 26 kapal milik Nelayan.

    Selain itu, sebanyak 568 personel gabungan juga terlibat pada pembongkaran hari ini yang terdiri dari TNI AL, Bakamla RI, Polair, dan masyarakat nelayan. 

    Hingga kini, lanjut dia, semua pihak masih terus berupaya membongkar pagar laut tersebut, yang mana pembongkarannya diinisiasi TNI AL sejak 18 Januari 2025 lalu.

    Wira mengungkapkan kendala yang dihadapi pada Senin (27/1/2025) di lokasi pembongkaran adalah angin dan gelombang yang cukup tinggi, bambu-bambu yang tertancap hingga 2,5 m dengan ukuran bambu yang besar, serta mulai banyak kerambah tancap hingga menghalangi manuver kapal-kapal penarik. 

    Namun demikian, lanjut dia, kendala itu semua tidak membuat tim gabungan yang terlibat menyerah dan terus berusaha membongkar pagar laut yang meresahkan tersebut.

    “Pelaksanaan kegiatan pembongkaran pagar laut merupakan implementasi dari perintah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang menekankan kepada para prajurit TNI AL untuk terus bersinergi dengan instansi maritim terkait guna mengatasi kesulitan masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,” sambung Wira.  
    (Tribunnews.com/Gita Irawan)