Tanda Tanya dalam Rekonstruksi Pembunuhan Jurnalis Juwita
Tim Redaksi
BANJARBARU, KOMPAS.com –
Rekonstruksi kasus
pembunuhan
jurnalis
Juwita
, yang diduga dilakukan oleh oknum anggota TNI AL bernama
Jumran
, telah dilaksanakan oleh Polisi Militer (POM) AL Banjarmasin pada Sabtu (5/4/2025) siang.
Kegiatan ini berlangsung di lokasi penemuan jenazah Juwita, yakni di kawasan Gunung Kupang, Kecamatan Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Dalam rekonstruksi tersebut, Jumran hadir sebagai tersangka dan memeragakan 33 adegan yang menggambarkan tindakan pembunuhan terhadap Juwita di atas mobil sewa.
Namun, kuasa hukum keluarga Juwita, M Pazri, mempertanyakan mengapa adegan
kekerasan seksual
yang dilakukan Jumran terhadap korban tidak diperagakan.
Menurutnya, adegan tersebut sangat penting untuk ditampilkan, terutama karena hasil forensik telah menguatkan adanya indikasi kekerasan seksual terhadap korban.
“Kami akan mendalami mengapa kekerasan seksual tidak dimunculkan, padahal ada indikasi. Termasuk soal waktu kejadian yang tidak disebutkan secara spesifik. Ini penting,” ujar Pazri kepada wartawan pada hari yang sama.
Pazri juga menambahkan bahwa rekonstruksi tersebut sudah cukup menggambarkan bagaimana Jumran merencanakan tindakan pembunuhan secara matang.
Oleh karena itu, dia menilai bahwa Jumran layak dijatuhi hukuman berat.
“Kami sepakat ini pembunuhan berencana, dan itu berarti pelaku layak dijatuhi hukuman maksimal,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pazri menyatakan bahwa pihaknya akan menelusuri kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam peristiwa pembunuhan Juwita, meskipun dari hasil rekonstruksi, Jumran bertindak seorang diri.
“Meski dari rekonstruksi pelaku bertindak sendiri, tapi kami tetap mendalami kemungkinan keterlibatan pihak lain,” pungkasnya.
Sebelumnya, Juwita, seorang wartawati dari salah satu media online di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, ditemukan tewas di kawasan Gunung Kupang pada Sabtu (22/3/2025) sore.
Penyebab kematiannya yang dinilai janggal mendorong organisasi pers dan rekan-rekan jurnalis di Banjarbaru untuk mendesak Polres Banjarbaru melakukan penyelidikan.
Kapolda Kalsel, Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, juga memberikan perhatian khusus terhadap kasus kematian Juwita.
Lima hari setelah kematiannya, terduga pelaku pembunuhan mulai terungkap setelah Detasemen Polisi Militer Lanal Balikpapan menggelar konferensi pers.
Juwita diduga kuat dibunuh oleh oknum anggota TNI AL berinisial J, yang merupakan kekasihnya.
Keluarga Juwita menuntut keadilan dan berharap pelaku dapat dihukum seberat-beratnya.
Dari keterangan Pazri, pelaku Jumran telah ditetapkan sebagai tersangka.
Setelah penetapan tersebut, terungkap fakta-fakta baru, termasuk pemerkosaan yang dilakukan Jumran terhadap Juwita sebelum menghabisinya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: TNI AL
-

Ada Teknologi Baru buat Jaga Kedaulatan Maritim, Ini Kecanggihannya
Jakarta –
Dalam rangka memperkuat sistem pertahanan dan pengawasan wilayah maritim Indonesia, dibutuhkan pengembangan teknologi kedirgantaraan hasil karya anak bangsa. Salah satu terobosan yang dikembangkan adalah Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA) SE-01, sebuah pesawat multifungsi yang mampu beroperasi baik di darat maupun di perairan.
Wakil Gubernur Lemhanas Laksamana Muda TNI Edwin Rajo Mangkuto menjelaskan, pesawat ini memiliki dimensi bentang sayap 4,5 meter, panjang 3,1 meter, dan tinggi 0,9 meter, dibangun menggunakan material komposit ringan namun kokoh. Dengan berat maksimum saat lepas landas (MTOW) 60 kg, PUTA mampu membawa beban hingga 15 kg.
PUTA SE-01 ditenagai bahan bakar Pertamax dengan kapasitas tangki 10 liter, memungkinkannya terbang selama 3 hingga 4 jam pada ketinggian antara 300 sampai 6.000 kaki. Kecepatan jelajahnya mencapai 75 km/jam, dengan kecepatan maksimum 130 km/jam.
Mesinnya berjenis 2 tak dengan kapasitas 170 cc dan tenaga 17,5 HP, mampu menghasilkan hingga 9.000 RPM. Propeller dua bilah berukuran 30″×12″ dengan konfigurasi pusher mendukung performa mesin ini secara optimal.
Keunggulan utama PUTA SE-01 terletak pada kemampuannya untuk lepas landas dan mendarat di dua medan, baik air maupun darat. Ini membuatnya sangat ideal untuk operasi di wilayah pulau terluar, pesisir pantai, serta daerah terdampak bencana.
Meski sudah memiliki kapabilitas tinggi, Edwin menyebutkan bahwa pengembangan PUTA masih akan terus dilakukan agar dapat beroperasi dalam kondisi cuaca ekstrem dan ombak laut yang lebih besar (sea-state), dengan target penggunaan di kapal perang TNI AL.
“PUTA adalah bentuk nyata dari upaya memperkuat pengawasan maritim nasional. Dengan kemampuan take off dan landing di air, pesawat ini menjadi aset strategis dalam menjaga luasnya perairan Indonesia,” ujar Edwin dalam keterangan tertulis, Jumat (4/4/25).
Ia juga menegaskan bahwa PUTA tidak semata untuk operasi militer, namun juga berpotensi besar digunakan dalam misi kemanusiaan, pelestarian lingkungan, dan ketahanan pangan.
“Ini bukan sekadar alat pertahanan. PUTA adalah bukti kesiapan kita menjaga kedaulatan sekaligus melayani masyarakat di wilayah yang sulit dijangkau,” lanjutnya.
PUTA SE-01 menjadi representasi kemajuan teknologi nasional yang adaptif, efisien, dan dirancang untuk menjawab tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
(ada/ara)
-

Perhimpunan Indonesia Tionghoa Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Gempa Myanmar – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, MYANMAR – Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI) telah mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk membantu korban gempa yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025.
Bantuan tersebut diserahkan kepada TNI AL pada Rabu, 2 Maret 2025, untuk kemudian diterbangkan ke Myanmar melalui Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Ketua PINTI Pusat, dr. Metta Agustina MARS, menyampaikan bahwa bantuan ini adalah bentuk solidaritas terhadap masyarakat yang terdampak bencana, tanpa memandang batas negara atau wilayah.
“Mari kita bergandengan tangan untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena bencana di mana pun mereka berada,” ujar dr. Metta.
Bantuan yang dikirimkan PINTI terdiri dari 500 pcs selimut, 40 dus biskuit, paket obat-obatan, minyak kayu putih, serta perlengkapan mandi seperti sabun, pasta gigi, dan sikat gigi.
“Semoga bantuan ini bisa meringankan beban penderitaan rakyat Myanmar,” harapnya.
Gempa dasyat bermagnitudo 7,7 yang terjadi pada 28 Maret 2025 telah menelan ribuan korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur di Myanmar.
Berdasarkan laporan terbaru, jumlah korban tewas telah mencapai 3.085 orang, sementara 341 orang masih dinyatakan hilang, dan 4.715 orang terluka.
PINTI berharap bantuan ini dapat memberikan sedikit meringankan beban masyarakat Myanmar yang sedang berjuang menghadapi bencana tersebut.
“Kita doakan agar para korban diberi kekuatan dan ketabahan, serta Myanmar segera pulih,” tambah dr. Metta.
Bantuan kemanusiaan dari PINTI ini merupakan wujud nyata solidaritas internasional, dan diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan di Myanmar pasca-gempa.
/data/photo/2025/04/05/67f0e005e287d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2025/04/05/67f0d3e3e59bd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)




/data/photo/2025/03/26/67e33f3789b28.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)