Indonesia di Ambang “Genesis Mission” AS, Kita Perlu Berbuat Sekarang
Mengabdi lebih dari empat dekade pengalaman di bidang pertahanan, keamanan, dan penanggulangan bencana, antara lain sebagai Penasihat Militer Indonesia pada Perwakilan Tetap RI di PBB New York hingga 2007, Komandan Pangkalan Utama TNI AL VIII Manado hingga 2010, Deputi I Menko Kesra yang membidangi lingkungan hidup dan kerawanan sosial hingga 2015, serta menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana hingga 2019, dan aktif dalam berbagai forum kebencanaan tingkat ASEAN dan global.
ADA
rencana besar sedang berjalan di Washington. Namanya Genesis Mission, yakni strategi ambisius Amerika Serikat untuk menguasai kecerdasan buatan (AI), komputer supercanggih, dan data-data nasional sebagai senjata ekonomi dan militer di abad ke-21.
Inisiatif ini bukan sekadar program teknologi biasa melainkan tentang siapa yang akan menguasai dunia di era digital.
Bayangkan,
AI
bukan lagi fitur di ponsel Anda. Pikirkan AI sebagai mesin penggerak utama dalam industri manufaktur, sistem pertahanan negara, dan cara kita hidup sehari-hari. Itu yang AS targetkan.
Mereka mau menguasai
chip
semikonduktor, energi baru, bioteknologi, komputer kuantum, dan industri manufaktur canggih. Mereka mau menarik para ilmuwan dan engineer terbaik dari seluruh dunia ke ekosistem riset mereka. Juga mau menulis aturan main global tentang bagaimana AI boleh digunakan, diatur, dan dievaluasi dari segi etika.
Pertanyaannya untuk Indonesia sederhana, tetapi menggugah: Kita mau jadi pemain utama, atau sekadar pasar pembeli?
Jika Indonesia hanya menjadi penonton, maka kesenjangan teknologi dengan negara maju bisa melebar dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bukan dalam puluhan tahun, tapi mungkin hanya beberapa tahun saja.
Pertama
, menjadi pasar konsumen teknologi AI impor. Perusahaan teknologi global datang membawa solusi AI siap pakai, mulai platform kesehatan, sistem pabrik pintar, sistem perbankan, hingga sistem logistik berbasis AI.
Indonesia membeli dan menggunakan produk-produk itu, tapi tidak menguasai cara kerjanya. Kita tidak mengontrol data pelanggan kita sendiri dan nilai uang terbesar didapat oleh pihak asing, bukan oleh perusahaan dan negara kita.
Kedua
, menjadi sumber data dan bahan baku digital. Data tentang konsumen Indonesia, data transaksi, data pendidikan, dan data kesehatan mengalir ke server perusahaan asing. Mereka menggunakan data itu untuk membuat produk dan layanan yang lebih baik, lalu menjualnya kembali kepada kita dengan harga premium. Ini seperti “koloni digital generasi baru”.
Indonesia sebagai negara kaya dengan sumber daya besar, tapi bergantung sepenuhnya pada teknologi asing.
Akan tetapi, cerita ini tidak harus berakhir buruk. Indonesia sebenarnya punya tiga leverage strategis sangat besar yang sering diabaikan.
Pertama
, data dan pasar raksasa. Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta, ekonomi yang terus berkembang, dan ekosistem digital yang dinamis, Indonesia adalah “laboratorium hidup” untuk mengembangkan teknologi AI yang unik.
Pertanian tropis, logistik kepulauan, sistem keuangan syariah butuh solusi AI khusus yang tidak bisa dibuat hanya dengan meniru negara lain.
Kedua
, generasi muda yang cerdas. Banyak anak muda Indonesia sudah bekerja sebagai
research scientist, engineer
, dan
founder startup
teknologi di berbagai belahan dunia.
Tantangannya, mencegah mereka hanya menjadi ekspor talenta. Bagaimana membuat mereka ingin pulang atau berkontribusi di Indonesia? Kalau mereka tersedot ke Amerika Serikat, Singapura, atau Eropa saja, Indonesia bakal kehilangan talenta terbaik.
Ketiga
, posisi geostrategis dan ekonomi. Indonesia berada di jalur perdagangan global, jalur energi, dan jalur data internasional. Kabel laut yang menghubungkan dunia, pusat data, jaringan satelit ini penting di era AI. Indonesia punya kartu tawar penting jika tahu cara memanfaatkannya.
Dengan aset-aset ini, Indonesia sebenarnya bisa menjadi mitra strategis yang dihormati di dunia AI global, bukan sekadar pembeli atau pemasok bahan mentah.
Dampak Genesis Mission akan terasa paling keras di dunia industri dan pabrik.
Pabrik di Eropa dan Asia Timur sudah menggunakan AI untuk desain produk, memprediksi kapan mesin akan rusak, menghemat energi, dan mengoptimalkan pengiriman barang.
Mereka bisa memproduksi dengan biaya lebih rendah, kualitas lebih bagus, dan inovasi lebih cepat.
Kalau industri Indonesia tidak ikut menggunakan AI, maka akan terjadi tiga hal buruk: (1) biaya produksi lebih tinggi, (2) inovasi tertinggal jauh, (3) akhirnya hanya menjadi kontraktor murah yang mengerjakan pekerjaan bermargin tipis sehingga tidak mampu menjadi pemimpin industri.
Akan tetapi ada cara lain. Indonesia bisa memilih tiga sampai lima sektor prioritas untuk jadi ”
pilot project
” adopsi AI:
Untuk berhasil, Indonesia butuh “Peta Jalan AI Industri Indonesia” yang jelas, bagaimana AI akan meningkatkan produktivitas, hemat energi, dan kurangi emisi karbon.
Ini tidak bisa dikerjakan pemerintah sendiri. Butuh kemitraan besar mulai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, universitas, dan bahkan militer. Perusahaan strategis di aviasi, logistik, dan energi harus jadi pusat eksperimen dan akselerasi, bukan sekadar menjalankan operasi rutin.
Ada kekhawatiran nyata tentang risiko hilangnya pekerjaan. Pekerjaan yang paling terancam saat ini adalah yang ebrkaitan dengan administrasi, input data,
customer service
, dan operasional rutin. AI bisa mengerjakan ini lebih cepat dan lebih murah.
Pekerja dengan skill rendah yang tidak belajar AI bisa menjadi pengangguran dalam jangka panjang.
Di sisi lain, para ahli Indonesia di bidang AI bisa ditarik keluar negeri dengan gaji fantastis dan fasilitas riset bagus.
Pekerja yang belajar memanfaatkan AI bisa produktif berkali-kali lipat. Seseorang yang dulunya cuma bisa proses beberapa laporan sehari, dengan bantuan AI bisa meng-handle lebih dari 20 laporan.
Solusinya, Indonesia harus punya program pelatihan nasional yang serius, bukan sekadar simbolis. Ada tiga tingkat:
Program Kartu Prakerja bisa dikembangkan fokus pada skill AI. Sekolah kejuruan dan politeknik perlu dibenahi agar langsung selaras dengan kebutuhan industri.
Sekolah-sekolah di negara maju sudah pakai AI tutor pribadi, pembelajaran yang menyesuaikan kemampuan siswa, dan simulasi lab virtual. Siswa di Eropa bisa belajar fisika lewat simulasi, dapat soal yang disesuaikan dengan kemampuan, dan dapat umpan balik instan dari AI.
Bila Indonesia tetap memakai metode mengajar puluhan tahun lalu, kesenjangan akan semakin dalam. Lebih serius lagi, kalau semua platform AI pendidikan dari luar negeri, maka nilai Pancasila, sejarah, budaya, agama lokal bisa terpinggirkan. Data puluhan juta siswa Indonesia ada di server asing.
Solusinya, Indonesia harus membuat Platform Pendidikan AI Nasional sendiri, dengan konten lokal (Bahasa Indonesia, Pancasila, sejarah, agama, sains sesuai kebutuhan lokal / local wisdom).
Dengan begitu, guru tidak digantikan, malah di-upgrade jadi “pengajar berbasis AI” yang fokus pada nilai, makna, dan pengembangan karakter, sementara tugas mengajar rutin dibantu AI.
Di dunia bisnis, AI sudah jadi mesin di balik rekomendasi produk e-commerce, penilaian risiko fintech, optimasi rute logistik.
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tidak pakai AI akan kalah dalam jangka panjang karena kurang terlihat dan kurang ekspos, iklan kurang efisien, serta pelayanan pelanggan kurang cepat.
Jangan lupa, ada peluang besar juga dari
chatbot customer
service, otomasi pembukuan, tool design dan promosi yang
AI-powered
,
startup
lokal di agritech, healthtech dan, fintech syariah.
Pemerintah harus buat regulasi yang melindungi data konsumen tapi tidak menghambat inovasi. Perlu tempat uji coba regulasi untuk
startup AI
, dan dorong pembangunan data center lokal dengan keamanan tinggi.
Genesis Mission bukan hanya soal ekonomi, tapi juga keamanan militer. AI akan mengubah cara perang, drone swarm, sistem pertahanan udara otomatis, cyber attack yang dijalankan AI, termasuk intelijen berbasis big data.
Negara yang infrastruktur listrik, komunikasi, transportasinya tidak terlindungi bisa dilumpuhkan tanpa perang fisik.
Indonesia harus membangun kemampuan pertahanan AI sendiri, mulai cyber defense, pengawasan maritim dengan AI, hingga analisis ancaman.
Hal ini memerlukan kolaborasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga pihak universitas dan industry untukmengadaptasi Genesis Mission yang fokus untuk Indonesia.
Untuk jangka panjang, Indonesia butuh visi besar: “Indonesia AI Mission” dengan lima pilar: (1) Kedaulatan data nasional, (2) Penguasaan teknologi kritikal di beberapa titik kunci, (3) Jutaan pekerja yang melek AI, (4) AI untuk kesejahteraan rakyat (pangan, kesehatan, dan pendidikan), (5) Sishankam yang canggih berbasis AI.
Perusahaan besar, terutama BUMN di aviasi, logistik, dan energi, harus punya rencana AI 5–10 tahun, pahami risiko AI, mulai dari
cyber
, data, dan model, hingga tata kelola yang jelas.
Genesis Mission menunjukkan
kecerdasan buatan
dan data bukan lagi pilihan, tapi keharusan untuk tetap relevan di dunia global dan telah menjadi dasar kekuatan Nasional.
Indonesia memiliki peluang emas. Kita punya pasar besar, talenta yang terus berkembang, letak geografis strategis. Jika kita cerdas, fokus, dan berani bertindak, kita bisa jadi pemain penting di dunia AI, bukan sekadar pembeli atau konsumen.
Pertanyaannya bukan lagi apakah AI akan mengubah Indonesia? Namun, “Apakah kita ingin menentukan sendiri bentuk perubahan itu? atau kita sekedar sebagai
follower
dari Keputusan dari negara lain?
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: TNI AL
-
/data/photo/2025/12/12/693c1425b46d9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Indonesia di Ambang “Genesis Mission” AS, Kita Perlu Berbuat Sekarang
-

Pertamina Tambah Pasokan BBM-LPG ke Aceh Lewat Jalur Udara
Jakarta –
Pertamina Patra Niaga kembali mengirimkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG menggunakan moda udara menuju Bandar Udara Rembele, Aceh. Pasokan energi ini akan bisa digunakan untuk masyarakat di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Pengiriman lewat mode udara ditempuh sebagai solusi atas terbatasnya akses darat akibat kondisi bencana yang masih menghambat mobilitas distribusi di sejumlah titik.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun menjelaskan jalur udara kembali dipilih untuk menyalurkan energi ke wilayah tersebut, termasuk LPG Bright Gas 5,5 kg sebanyak 10 tabung yang diterbangkan menggunakan pesawat Casa TNI AL dari Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe.
“Pertamina Patra Niaga terus memastikan distribusi energi berjalan lancar. Pada wilayah tertentu yang aksesnya terbatas, pengiriman melalui jalur udara menjadi opsi terbaik agar kebutuhan energi masyarakat dan fasilitas pelayanan tetap terjaga,” ujar Roberth dalam keterangannya, Selasa (9/12/2025).
Sejak 3 Desember yang lalu, Pertamina Patra Niaga telah melakukan penyaluran energi melalui moda udara. Pasokan tersebut mencakup BBM jenis gasoline, mulai dari Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo-dengan total 2.800 liter. Ada juga BBM jenis gasoil seperti Pertamina Dex, Dexlite, dan BioSolar sebanyak 8.000 liter.
Penyaluran ini diprioritaskan untuk memastikan operasional layanan publik, kendaraan logistik, dan kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi di wilayah yang masih terisolasi dan belum dapat dilalui mobil tangki.
Sejalan dengan upaya menjaga kelancaran pasokan energi, Pertamina Patra Niaga juga menyalurkan berbagai bantuan logistik sejak 3 Desember 2025 untuk membantu masyarakat terdampak bencana.
Bantuan ini meliputi kebutuhan pangan seperti 490 kilogram beras, 78 kardus mie instan, 54 kardus air mineral, dan 100 kardus biskuit. Pertamina juga mendistribusikan dukungan kesehatan berupa 70 kardus masker, obat-obatan, dan vitamin.
Sementara itu, kebutuhan harian masyarakat turut dipenuhi melalui penyaluran 100 selimut, 100 handuk, serta 10 lampu emergency, ditambah 1 unit genset untuk mendukung operasional posko dan fasilitas pelayanan publik yang terdampak. Seluruh bantuan disalurkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan perkembangan situasi di lapangan.
(acd/acd)
-

Di Tengah Jalan Berlumpur, TNI AL Perkuat Pelayanan Medis untuk Korban Bencana
Foto News
Rengga Sancaya – detikHealth
Selasa, 09 Des 2025 15:00 WIB
Aceh – Upaya memperkuat layanan kesehatan bagi warga terdampak bencana di Aceh Utara terus dilakukan di tengah tantangan medan yang sulit.
-

Satgas TNI AL kerahkan 85 prajurit dan dokter untuk beri layanan kesehatan di Aceh Utara
Senin, 8 Desember 2025 20:53 WIB
Satgas Penanggulangan Bencana Alam TNI AL menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit saat pelayanan kesehatan di Desa Kuala Cangkoy di Aceh Utara, Aceh, Senin (8/12/2025). Satgas TNI AL menurunkan 85 prajurit beserta dokter spesialis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terdampak bencana alam di wilayah Aceh Utara. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
Satgas Penanggulangan Bencana Alam TNI AL memeriksa kesehatan warga di Desa Kuala Cangkoy, Aceh Utara, Aceh, Senin (8/12/2025). Satgas TNI AL menurunkan 85 prajurit beserta dokter spesialis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terdampak bencana alam di wilayah Aceh Utara. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
Satgas Penanggulangan Bencana Alam TNI AL mendorong mobil ambulan yang terjebak jalan berlumpur saat menuju Desa Kuala Cangkoy di Aceh Utara, Aceh, Senin (8/12/2025). Satgas TNI AL menurunkan 85 prajurit beserta dokter spesialis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terdampak bencana alam di wilayah Aceh Utara. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
Sejumlah warga antre untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Desa Kuala Cangkoy, Aceh Utara, Aceh, Senin (8/12/2025). Satgas TNI AL menurunkan 85 prajurit beserta dokter spesialis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terdampak bencana alam di wilayah Aceh Utara. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

TNI AL kerahkan 14 KRI dan ribuan prajurit dalam operasi penanganan serta bantuan bencana alam di Sumatera
Minggu, 7 Desember 2025 16:49 WIB
Prajurit Marinir TNI AL mengeluarkan perahu karet dari KRI dr Soeharso-990 saat tiba di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, Aceh, Minggu (7/12/2025). KRI dr Soeharso tiba di Aceh setelah berlayar selama tujuh hari dan merupakan bagian dari pengerahan TNI AL dalam operasi pendistribusian, penanganan, dan bantuan bencana alam di Sumatera yang melibatkan 14 KRI, 3.752 prajurit, lima helikopter, dan dua pesawat cassa. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.
KRI dr Soeharso-990 TNI AL bersandar di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, Aceh, Minggu (7/12/2025). KRI dr Soeharso tiba di Aceh setelah berlayar selama tujuh hari dan merupakan bagian dari pengerahan TNI AL dalam operasi pendistribusian, penanganan, dan bantuan bencana alam di Sumatera yang melibatkan 14 KRI, 3.752 prajurit, lima helikopter, dan dua pesawat cassa. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.
Prajurit Yonkes 1 Marinir TNI AL menyiapkan kasur dan alat medis di KRI dr Soeharso-990 saat tiba di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, Aceh, Minggu (7/12/2025). KRI dr Soeharso tiba di Aceh setelah berlayar selama tujuh hari dan merupakan bagian dari pengerahan TNI AL dalam operasi pendistribusian, penanganan, dan bantuan bencana alam di Sumatera yang melibatkan 14 KRI, 3.752 prajurit, lima helikopter, dan dua pesawat cassa. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Stop Atraksi, Utamakan Korban Banjir
GELORA.CO – Aksi Verrell Bramasta dan Zulkifli Hasan saat meninjau lokasi banjir di Sumatra menjadi perbincangan publik, hingga memicu teguran dari Ustaz Adi Hidayat yang meminta para elite politik fokus pada penanganan bencana.
Nama anggota DPR RI Fraksi PAN, Verrell Bramasta, dan Menteri Koordinator Bidang Pangan sekaligus Ketum PAN, Zulkifli Hasan, tengah menjadi perhatian publik.
Keduanya ramai dibahas setelah turun langsung ke sejumlah titik bencana banjir di Sumatra, dengan potret dan video kedatangan mereka beredar luas di media sosial.
Salah satu yang disorot adalah rompi yang dikenakan Verrell saat berada di lokasi.
Tulisan nama dan jabatannya pada rompi itu dinilai sebagian warganet terlalu mencolok, bahkan dianggap seperti gaya berpose.
Beberapa unggahan memperlihatkan Verrell berjongkok sambil menunjuk arah aliran air, yang ikut menuai komentar pedas.
Menanggapi kritik tersebut, Verrell menjelaskan bahwa rompi yang ia pakai bukan rompi antipeluru, tetapi tactical vest pemberian temannya di TNI AL.
Tidak hanya Verrell, aksi Zulkifli Hasan juga menjadi bahan diskusi.
Sebuah video menampilkan dirinya memanggul sekarung beras sebelum menyerahkannya kepada warga terdampak banjir.
Di tengah viralnya aksi para tokoh tersebut, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan masyarakat untuk mengutamakan bantuan bagi korban banjir.
Ia meminta para elite politik menahan diri dari segala bentuk atraksi politik dan memusatkan perhatian pada penyelamatan serta pemulihan wilayah terdampak.
“Saya menghimbau untuk kita saling menolong dan membantu korban terdampak banjir di tiga wilayah Indonesia,” dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official.
UAH meminta para elit politik untuk menghentikan sementara segala bentuk dinamika dan atraksi politik.
Ia menilai, energi dan perhatian seharusnya difokuskan pada penanganan bencana yang membutuhkan respons cepat dan prioritas maksimal.
“Saya mohon kepada para elit, tolong stop dulu beragam dinamika politiknya, beragam atraksi-atraksi politiknya,” ujar Ustadz Adi Hidayat
-

TNI kerahkan KRI Bontang bawa 2.000 ton solar ke titik banjir Sumatera
Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Kolonel Laode Mohammad Holib mengatakan TNI AL telah mengerahkan Kapal Republik Indonesia (KRI) Bontang (907) untuk membawa 2.000 ton bahan bakar solar ke wilayah banjir di Sumatera.
“Jadi, rencana akan membawa 2.000 ton bahan bakar (solar) ke daerah operasi,” kata Laode saat jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat.
Laode menjelaskan solar tersebut disalurkan guna memenuhi kebutuhan bahan bakar genset yang menjadi sumber listrik di lokasi bencana.
Tidak hanya untuk kebutuhan genset, solar itu juga nantinya akan disalurkan ke KRI yang berada di sekitar titik banjir untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Laode mengatakan hingga saat ini beberapa KRI masih bertugas mengantar bantuan logistik ke wilayah Sibolga, Nias hingga kawasan Aceh seperti Lhokseumawe dan Aceh Tamiang.
Dengan adanya bantuan solar tersebut, Laode yakin aktivitas KRI dapat berjalan maksimal dan warga di titik lokasi banjir bisa mendapatkan arus listrik yang cukup.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Muhammad Ali mengatakan, telah mengerahkan dua KRI rumah sakit untuk bersiaga di dua titik bencana Banjir di wilayah Sumatera yakni di Aceh dan Sumatera Utara.
Penempatan KRI rumah sakit itu dilakukan agar para korban banjir bisa mendapatkan layanan medis secara cepat dan layak.
“Rencana akan nanti siaga di Lhokseumawe. Sebelumnya akan mampir di Aceh Tamiang. Kemudian, ada satu kapal rumah sakit lagi di Sibolga,” kata dia, saat jumpa pers di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/12).
Ia menjelaskan, semua kapal perang rumah sakit tersebut dilengkapi dengan petugas medis, peralatan medis, dan beberapa pasukan pendukung lain.
Tidak hanya memberikan layanan medis saja, dia mengatakan pihaknya juga akan mengerahkan satu KRI khusus untuk menyalurkan bantuan bahan bakar ke setiap titik bencana banjir.
“Mungkin akan ditambah satu KRI lagi, yaitu kapal tanker KRI Bontang untuk mendukung bahan bakar di mana banyak daerah yang memerlukan bahan bakar untuk diesel generator,” kata dia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Hari Armada RI ke-80, Khofifah Apresiasi TNI AL Dukung Ketahanan Pangan, Penanganan Bencana dan Misi Kemanusiaan
Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menghadiri Upacara Peringatan Hari Armada RI ke-80 di Koarmada II, Dermaga Ujung Surabaya.
Dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali, upacara kali ini dilaksanakan dalam format penuh kesederhanaan dengan diikuti ribuan prajurit TNA AL.
Pada momen ini, Gubernur Khofifah secara khusus menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada jajaran TNI Angkatan Laut atas dedikasi, profesionalisme, dan pengabdian tanpa lelah dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
Menurutnya, TNI AL menjadi benteng terdepan yang memastikan keamanan perairan nasional di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Gubernur Khofifah juga turut menegaskan bahwa kinerja TNI AL tidak hanya berfokus pada pertahanan semata, tetapi juga memainkan peran sentral dalam misi-misi kemanusiaan.
Dari evakuasi bencana, pengiriman logistik, hingga pelayanan kesehatan terapung, TNI AL selalu hadir memberikan bantuan cepat dan tepat bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di wilayah kepulauan dan daerah terpencil.
“Terima kasih atas seluruh kerja keras dan dedikasi TNI AL yang selalu menjadi garda terdepan dalam baik sebagai kesatria maritim sekaligus yang terdepan dalam misi-misi kemanusiaan,” ucapnya.
Kolaborasi tersebut, menurutnya, telah memperkuat kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk mitigasi bencana, pengawasan wilayah pesisir, dan pengamanan jalur perdagangan laut yang strategis.
“Sering sekali kami berkoordinasi bersama pak Pangkoarmada II ketika terjadi kebutuhan percepatan pengiriman logistik untuk bencana. Tentu kami sangat berterima kasih dan bangga atas kesempatan yang diberikan,” tuturnya.
Gubernur Khofifah juga menambahkan bahwa peringatan Hari Armada ke-80 ini harus menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam menjaga keamanan maritim Indonesia. Ia mendorong seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk semakin memahami pentingnya kedaulatan laut sebagai identitas dan kekuatan bangsa.
“Selamat Hari Armada ke-80 kepada seluruh prajurit TNI Angkatan Laut di mana pun bertugas. Semoga TNI AL akan menjadi garda terdepan yang tangguh, humanis, dan responsif dalam menjaga keamanan sekaligus melayani kemanusiaan, demi Indonesia yang semakin maju dan berdaulat,” pungkasnya. [tok/beq]

