Kementrian Lembaga: Tim SAR

  • Sempat Dibuka Terbatas Akibat Bencana Longsor, Jalur Alternatif Pacet–Batu via Cangar di Mojokerto Dibuka

    Sempat Dibuka Terbatas Akibat Bencana Longsor, Jalur Alternatif Pacet–Batu via Cangar di Mojokerto Dibuka

    Mojokerto (beritajatim.com) – Jalur alternatif Pacet–Batu via Cangar yang sebelumnya dibatasi operasionalnya karena bencana longsor, mulai Jumat, (13/6/2025) resmi dibuka selama 24 jam penuh. Sebelumnya, jalur yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kota Batu ini hanya dibuka dari pukul 05.00 hingga 18.00 WIB.

    Pembukaan penuh ini merupakan hasil evaluasi bersama yang dilakukan oleh sejumlah instansi, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas Perhubungan (Dishub), TNI/Polri, UPT Tahura Raden Soerjo, hingga Basarnas.

    “Berdasarkan hasil evaluasi dan keputusan bersama, jalur Pacet–Batu via Cangar dibuka 24 jam mulai besok,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Prasarana Perhubungan Lalu Lintas Angkutan Jalan (UPT P3 LLAJ) Mojokerto Dishub Jawa Timur, Kristiani Asih Pratiwi.

    Untuk mendukung keamanan pengguna jalan, telah dipasang berbagai fasilitas keselamatan di titik-titik rawan longsor, seperti rambu-rambu peringatan dan 10 unit lampu Penerangan Jalan Umum (PJU). Selain itu, proyek terasering dan pipanisasi aliran air dari atas tebing juga telah rampung.

    “Meski dibuka penuh, operasional jalur tersebut tetap bersifat dinamis melihat kondisi cuaca. Jika terjadi hujan lebat selama tiga hari berturut-turut, maka jalur akan ditutup sementara sebagai langkah antisipatif,” katanya.

    Senada dengan itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati mengatakan bahwa penutupan bisa dilakukan sewaktu-waktu jika curah hujan tinggi terjadi. “Penutupan akan dilakukan di Pos Sendi dan Pos Cangar bila cuaca ekstrem tidak memungkinkan aktivitas kendaraan,” tegasnya.

    Evaluasi pembukaan jalur ini melibatkan tim gabungan dari berbagai instansi, antara lain, BPBD Provinsi dan Kabupaten Mojokerto, BMKG, Dinas PU Bina Marga Jatim, Dishub Jatim, Dishub Jatim, UPT Tahura Raden Soerjo, Basarnas, TNI, Polri, Forkopimda Mojokerto, dan FPRB Kabupaten Mojokerto.

    Sebelumnya, jalur Pacet–Batu sempat ditutup total akibat longsor di kawasan Blok Watu Lumpang, Tahura R. Soerjo, pada Kamis (3/4/2025) lalu. Tebing setinggi 50 meter dengan kedalaman 70 meter longsor dan menimbun badan jalan sepanjang 50 meter usai kawasan tersebut diguyur hujan deras.

    Akibat kejadian ini, dua kendaraan yakni sebuah mobil pikap dan Toyota Kijang Innova Reborn tertimbun material longsor dan menewaskan 10 orang. Seluruh korban berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Jumat, (4/4/2025).

    Setelah proses pembersihan dan perbaikan, jalur sempat dibuka kembali secara terbatas mulai Rabu (23/4/2025), hanya dari pukul 05.00 hingga 18.00 WIB. [tin/aje]

  • Tim SAR Evakuasi Pendaki yang Terkilir saat Mendaki Gunung Klotok Kediri 
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        10 Juni 2025

    Tim SAR Evakuasi Pendaki yang Terkilir saat Mendaki Gunung Klotok Kediri Surabaya 10 Juni 2025

    Tim SAR Evakuasi Pendaki yang Terkilir saat Mendaki Gunung Klotok Kediri
    Tim Redaksi
    KEDIRI, KOMPAS.com

    Tim SAR
    gabungan berhasil mengevakuasi seorang pendaki yang mengalami masalah kesehatan saat mendaki menuju Watu Bengkah di
    Gunung Klotok
    , Kota
    Kediri
    , Jawa Timur, Senin (9/6/2025) malam.
    Pendaki tersebut diketahui bernama Novian Risky (17), warga Karanganyar, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
    Novian mengalami cedera kaki terkilir yang menghalanginya untuk menyelesaikan pendakian di gunung setinggi 500 meter di atas permukaan air laut (mdpl) tersebut.
    Aji Blangkon dari Wana Rescue, yang terlibat dalam evakuasi, menjelaskan bahwa survivor ditemukan masih berada di jalur pendakian, namun dalam kondisi tidak dapat berjalan.
    “Bukan hilang. Masih pada jalur tapi kakinya sakit sehingga tidak bisa jalan,” ungkap Aji Blangkon kepada Kompas.com, Selasa (10/6/2025).
    Tim gabungan memberikan bantuan kepada Novian, yang memiliki berat badan sekitar 100 kilogram, dengan cara memapahnya turun melalui jalur pendakian.
    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri, Joko Ariyanto, menjelaskan bahwa peristiwa ini bermula ketika Novian mendaki gunung bersama empat rekannya pada siang hari.
    “Menjelang perjalanan sore, survivor terkilir kakinya sehingga tak sanggup lagi naik,” ujar Joko Ariyanto.
    Situasi semakin mendesak seiring dengan gelapnya malam.
    Salah satu rekan Novian turun gunung untuk mencari pertolongan.
    Sementara itu, Novian juga berusaha mencari bantuan dengan menggunakan gadgetnya.
    Dalam pencariannya, ia menemukan nomor kedaruratan 112 yang merupakan layanan Lapor Mbak Wali Kota Kediri.
    “Laporan yang masuk itu lalu ditembuskan kepada BPBD, lalu kami turun evakuasi,” lanjut Joko Ariyanto.
    Operasi evakuasi berhasil diselesaikan sebelum tengah malam.
    Novian, yang masih dalam kondisi kesakitan pada kakinya, kemudian diserahkan kepada keluarganya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
    Watu Bengkah merupakan lokasi favorit bagi para pendaki di Gunung Klotok, menawarkan pemandangan indah berupa gugusan bukit dan hamparan hutan hijau.
    Pemandangan malam hari semakin menarik dengan temaram lampu-lampu Kediri yang terlihat dari puncak gunung.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bocah Berkebutuhan Khusus Hilang di Bengawan Solo, Pencarian Dihentikan Setelah 7 Hari

    Bocah Berkebutuhan Khusus Hilang di Bengawan Solo, Pencarian Dihentikan Setelah 7 Hari

    Gresik (beritajatim.com) – Tim SAR gabungan menghentikan pencarian bocah berinisial AAH (9) yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo. AAH hingga hari ketujuh belum ditemukan, sehingga tim SAR menutup operasi pencarian terhadap bocah malang asal Desa Dukunanyar, Kecamatan Dukun, Gresik itu.

    AAH merupakan anak berkebutuhan khusus. Bocah tersebut dinyatakan hilang sejak Senin (2/6). Namun, hingga hari ketujuh petugas gabungan belum menemukan keberadaan AAH.

    Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, Sukardi mengatakan, pencarian selama tujuh hari dihentikan sejak kemarin (8/6). Namun, bila dikemudian hari ada tanda-tanda keberadaan korban. Pencarian dilanjutkan kembali. “Sampai sekarang pencarian belum membuahkan hasil. Sejak kemarin operasi kami hentikan,” katanya, Senin (9/6/2025).

    Lebih lanjut Sukardi menuturkan, pihak keluarga korban sudah diberitahu terkait dengan pencarian AAH. Malah juga diajak ke posko tim gabungan, dan diberitahu mengenai penghentian operasi pencarian. “Dari pihak keluarga menerima apa yang menjadi keputusan tim gabungan meski dengan berat hati,” tuturnya.

    Sukardi menambahkan, sebelumnya tim gabungan tetap menjalankan tugas mencari keberadaan korban yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo. Bahkan, ada petunjuk yang dimiliki petugas adalah jejak kaki dan sandal korban yang ditemukan di tepi sungai.

    Hal itu menjadi petunjuk kuat yang mengarahkan pencarian di aliran sungai bengawan solo. “Ada dugaan korban terpeleset lalu jatuh di Bengawan Solo. Berbagai upaya pun telah dilakukan petugas, mulai dari menyisir sungai sejauh 15 kilometer ke arah aliran air, dan memakai metode penjangkaran,” imbuhnya.

    Tim gabungan juga membuka pintu air Bendung Gerak Sembayat (BGS) guna mengurai sampah-sampah di sungai. “Kita sudah maksimalkan pencarian selama tujuh hari. Namun belum membuahkan hasil,” pungkas Sukardi. [dny/kun]

  • 24 Jam Dicari, Remaja Terseret Ombak Pantai Ketapak Ditemukan Tewas

    24 Jam Dicari, Remaja Terseret Ombak Pantai Ketapak Ditemukan Tewas

    Lombok Tengah, Beritasatu.com – Fazahurrahman (17), remaja asal Desa Darek, Kecamatan Praya Barat, yang hilang terseret ombak di Pantai Ketapak, akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Minggu (8/6/2025) siang.

    Korban ditemukan di kedalaman sekitar sembilan meter dan berjarak sekitar 100 meter dari lokasi awal ia dilaporkan hilang pada Sabtu (7/6/2025). Proses pencarian yang berlangsung selama 24 jam ini melibatkan Basarnas, TNI, Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.

    “Setelah membagi area pencarian, korban akhirnya ditemukan oleh tim SAR gabungan dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Mataram, Saidar Rahmanjaya, Minggu (8/6).

    Saidar menjelaskan, pencarian pada hari kedua difokuskan di bawah permukaan laut berdasarkan analisis arus laut. Tim penyelam terdiri dari rescuer kantor SAR Mataram dan penyelam lokal dari komunitas nelayan.

    “Korban ditemukan oleh regu penyelam. Jadi, kita menerjunkan satu tim penyelam yang terdiri dari satu rescuer SAR Mataram dan satu orang dari penyelam lokal,” tambahnya.

    Kejadian tragis ini bermula saat Fazahurrahman dan teman-temannya menghabiskan akhir pekan di Pantai Ketapak, Desa Selong Belanak. Pantai yang terkenal karena pasir putih dan pemandangannya ini mendadak berubah menjadi lokasi bencana saat ombak besar tiba-tiba menyeret Fazahurrahman ke tengah laut.

  • Legenda Urban: Misteri Penunggu Gunung Tambora dan Mitos Korban yang Hilang

    Legenda Urban: Misteri Penunggu Gunung Tambora dan Mitos Korban yang Hilang

    Liputan6.com, Sumbawa – Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, tidak hanya menyimpan sejarah letusan dahsyat tahun 1815. Terdapat kepercayaan turun-temurun di Gunung Tambora tentang adanya penunggu gaib yang menuntut korban.

    Mengutip dari berbagai sumber, Gunung Tambora dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling mematikan dalam sejarah dunia. Letusannya pada April 1815 menewaskan puluhan ribu orang dan mengubah iklim global.

    Akan tetapi, di balik fakta geologis itu, masyarakat Dompu meyakini bahwa gunung ini dijaga oleh kekuatan gaib. Kepercayaan tentang sang penunggu telah ada sejak lama.

    Menurut mitos, roh penjaga gunung ini meminta tumbal sebagai bentuk persembahan. Jika tidak dipenuhi, gunung akan menunjukkan kemarahannya melalui bencana atau fenomena aneh.

    Beberapa warga meyakini bahwa orang-orang yang hilang di sekitar Tambora bukan karena tersesat, melainkan karena dipilih oleh penunggunya. Beberapa kasus hilangnya pendaki atau pencari kayu hutan kerap dikaitkan dengan legenda ini.

    Pada 2018, seorang pencari madu dilaporkan menghilang di kawasan hutan lereng Tambora. Tim SAR mencarinya selama berhari-hari, tetapi tidak menemukan jejak.

    Beberapa warga percaya bahwa orang tersebut telah menjadi persembahan. Fenomena lain yang sering diceritakan adalah suara bisikan memanggil nama di tengah kabut.

     

  • Hari Keempat, Bocah Tenggelam di Sungai Bengawan Solo Gresik Belum Ditemukan

    Hari Keempat, Bocah Tenggelam di Sungai Bengawan Solo Gresik Belum Ditemukan

    Gresik (beritajatim.com) – Memasuki hari keempat pencarian terhadap Ahmada Ainun Haq (9), bocah asal Desa Dukunanyar, Kecamatan Dukun, Gresik, yang dilaporkan tenggelam di Sungai Bengawan Solo, tim gabungan masih belum menemukan titik terang.

    Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan bahwa pencarian dilakukan secara intensif oleh lima Search and Rescue Unit (SRU) air yang menyisir sepanjang aliran Bengawan Solo, Kamis (5/6/2025).

    “SRU pertama dan kedua menyisir sisi kanan dan kiri sungai menggunakan perahu karet sejauh 2,06 kilometer hingga Bendungan Gerak Sembayat (BGS),” ujar Nanang.

    Dari titik BGS, SRU ketiga melanjutkan penyisiran hingga Jembatan Sembayat sejauh 11,8 kilometer, lalu dilanjutkan oleh SRU keempat ke wilayah Randuboto dengan jarak 8,5 kilometer. Terakhir, SRU kelima menyisir dari Randuboto hingga muara sungai, menempuh jarak 19,5 kilometer.

    Nanang menambahkan, pada lokasi-lokasi tertentu yang dicurigai menjadi tempat korban tersangkut, perahu melakukan manuver khusus untuk menciptakan gelombang air dengan harapan bisa mengangkat benda dari dasar sungai.

    “Selain SRU air, kami juga mengerahkan SRU darat untuk memantau daerah sekitar lokasi kejadian dan wilayah BGS,” jelasnya.

    Tim SAR juga aktif menyebarluaskan informasi tenggelamnya korban kepada warga sekitar, agar masyarakat turut membantu dengan melaporkan bila menemukan tanda-tanda keberadaan korban.

    Operasi pencarian ini melibatkan puluhan personel dari berbagai instansi, seperti Kantor SAR Kelas A Surabaya, BPBD Gresik, BPBD Provinsi Jatim, SAR MTA, SAR Pangkah, Satpolairud Gresik, Polsek dan Koramil Dukun, Jasa Tirta, MDMC Gresik, serta SAR Surabaya.
    Kronologi Kejadian:

    Diketahui, korban Ahmada Ainun Haq meninggalkan rumah setelah sarapan pada Sabtu (31/5) pukul 06.00 WIB. Namun hingga sore hari, ia belum kembali. Pihak keluarga yang khawatir kemudian dibantu warga melakukan pencarian di sekitar DAS Bengawan Solo.

    Pada keesokan harinya, Minggu (1/6), pencarian menemukan jejak kaki dan sepasang sandal yang diduga milik korban di tepi sungai. Berdasarkan temuan tersebut, diduga kuat korban terpeleset dan jatuh ke sungai.

    Hingga berita ini ditulis, pencarian masih terus dilakukan. [dny/but]

  • Kemensos Salurkan Santunan Rp 384 Juta untuk Korban Longsor Cirebon

    Kemensos Salurkan Santunan Rp 384 Juta untuk Korban Longsor Cirebon

    Jakarta

    Kementerian Sosial menyerahkan santunan untuk 21 ahli waris korban meninggal dunia dan 8 korban luka longsor di Gunung Kuda Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (3/6/2025). Total santunan dan bantuan paket sembako yang disalurkan sebesar Rp 384 juta.

    “Saya datang ke sini, sudah ke lokasi. Pada hari ini saya atas nama Kemensos, pemerintah pusat ingin menyampaikan tali asih bagi keluarga yang jadi korban baik yang meninggal dan luka-luka,” kata Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono dalam keterangannya, Selasa (3/6/2025).

    Hal tersebut disampaikannya saat menyalurkan bantuan di GOR Bobos, Cirebon, Selasa (3/6/2025).

    Adapun rincian santunan dan bantuan kepada 21 ahli waris korban bencana alam yang meninggal dunia total sebesar Rp 315 juta. Kemudian santunan kepada 8 korban luka senilai Rp 40 juta dan paket sembako untuk 29 orang senilai Rp 29 juta.

    Didampingi Bupati Cirebon Imron, BNPB dan Basarnas, Agus Jabo sebelumnya telah melihat langsung lokasi bencana longsor. Dia juga meninjau dapur umum Tagana yang memproduksi 500 nasi bungkus per hari untuk dukungan para relawan SAR yang sedang melakukan pencarian korban hilang.

    Agus Jabo mengatakan bantuan dan santunan ini merupakan bentuk empati dan kepedulian pemerintah terhadap korban dan keluarga.

    Dalam kunjungannya, Agus Jabo juga menyampaikan ucapan belasungkawa dari Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul).

    “Mensos Saifullah Yusuf menyampaikan salam dan ucapan belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap keluarga yang terkena longsor,” ungkapnya.

    “Tadi saya sudah koordinasi dengan Pak Bupati agar dinas sosial membuat asesmen. Kita tunggu asesmen dan laporan dari kabupaten,” jelasnya.

    Agus Jabo juga menegaskan tambang pasir tersebut dianggap berbahaya karena sudah banyak korban yang tertimbun bahkan sebelum kejadian pada akhir Mei 2025. Oleh karena itu, dia tak bisa membiarkan situasi tersebut terus berlanjut.

    “Pekerjaan masih banyak, negara sedang berusaha untuk memberikan lapangan pekerjaan kepada rakyat dengan program-program yang disusun Pak Prabowo,” ucapnya.

    Tak lupa, Agus Jabo juga menyampaikan doa, belasungkawa mendalam dan berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat aktif dalam proses penyelamatan dan evakuasi korban longsor. Ia berharap korban yang masih dalam pencarian dapat segera ditemukan.

    “Ini ada kolaborasi dan sinergi dari berbagai macam pihak, tim SAR, Pekerjaan Umum, swasta, TNI/Polri,” imbuhnya.

    Sementara itu, Bupati Cirebon, Imron berterima kasih atas kehadiran Wamensos Agus Jabo di Cirebon. Ia ikut berbelasungkawa dan berharap keluarga korban diberikan ketabahan.

    “Mudah-mudahan keluarga yang menjadi korban diteguhkan hatinya, yang sabar dan ikhlas,” paparnya.

    Sebagaimana diketahui, Longsor di galian C Gunung Kuda terjadi pada Jumat (30/5) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat terjadi longsor, para pekerja sedang melakukan aktivitas pengangkutan material pasir dan batu dengan alat berat dan truk.

    Sebanyak 21 korban yang telah ditemukan sudah teridentifikasi. Adapun korban luka saat ini masih dalam perawatan di Rumah Sakit Sumber Hurip, Puskesmas Dukupuntang, dan Rumah Sakit Mitra Plumbon.

    (anl/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hipotermia, 35 Pendaki Bukit Pading Dievakuasi Tim SAR

    Hipotermia, 35 Pendaki Bukit Pading Dievakuasi Tim SAR

    Pangkal Pinang, Beritasatu.com – Sebanyak 35 orang pendaki dievakuasi dari jalur pendakian Bukit Pading, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, akibat sebagian di antaranya mengalami gejala hipotermia. Tim search and rescue (SAR) gabungan diterjunkan untuk melakukan evakuasi para pendaki tersebut.

    Komandan tim SAR gabungan, Supani, menyampaikan empat orang di antaranya juga mengalami kelelahan hebat saat dievakuasi pada Minggu (1/6/2025) malam.

    Ia menjelaskan, setelah menyelesaikan aktivitas di puncak Bukit Pading pada Sabtu (31/5/2025), seluruh pendaki mulai turun untuk kembali menuju posko 1 sekitar pukul 16.00 WIB. Namun, di tengah perjalanan seorang pendaki mengalami gejala hipotermia disertai kelelahan berat.

    “Hingga larut malam beberapa pendaki juga mengalami kondisi hiportemia.  Rekan-rekannya yang lain memutuskan untuk menghidupkan api untuk mengurangi rasa dingin pada tubuh lalu menghubungi kantor SAR Pangkal Pinang untuk meminta bantuan evakuasi,” jelas Supani saat dikonfirmasi, Senin (2/6/2025).

    Supani menambahkan cuaca hujan selama beberapa hari terakhir, kondisi jalur pendakian yang lembap, serta penggunaan peralatan pendakian yang tidak standar, diduga menjadi penyebab utama para pendaki mengalami hipotermia.

    “Kami mengimbau untuk para pendaki sebelum melakukan aktivitas pendakian untuk memastikan kondisi fisik yang prima serta peralatan keselamatan yang memadai,” tandasnya.

  • Ironi di Balik Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon yang Tewaskan 18 Orang

    Ironi di Balik Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon yang Tewaskan 18 Orang

    Bisnis.com, CIREBON – Kawasan tambang batu di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat kembali menelan korban. Insiden tanah longsor terjadi pada awal akhir Mei 2025 membawa petaka hingga akhirnya menewaskan 14 pekerja tambang dan melukai enam lainnya. 

    Tragedi ini menambah panjang daftar kecelakaan kerja di wilayah rawan bencana yang terus beroperasi di bawah bayang-bayang lemahnya pengawasan.

    Suara gemuruh mengguncang kawasan tambang pada pagi hari yang sibuk, disusul runtuhnya tebing batu di sisi timur. Material tanah longsor mengubur para penambang yang tengah menggali batu dan tanah.

    Jaya (65), pedagang kaki lima yang telah belasan tahun mangkal di sekitar tambang, menyaksikan langsung detik-detik mencekam tersebut.

    “Saya lihat banyak yang lari, tapi 14 orang tidak sempat. Ini yang paling parah sepanjang saya di sini,” kata Jaya, Sabtu (31/5/2025).

    Sejak dibuka pada 2005, tambang Gunung Kuda, Cirebon terus berkembang. Namun, warga menyebut ekspansinya tidak sesuai izin resmi. Ardi (70), warga setempat, mengungkap, area yang digarap telah melebihi batas legal.

    “Setau saya, izin hanya 10 hektare, tapi sekarang sudah lebih dari itu. Para pekerja bahkan tak pakai helm,” katanya.

    BPBD Kabupaten Cirebon mencatat sedikitnya tujuh kejadian longsor antara 2018 hingga 2024. Penyebabnya konsisten, yaitu penggalian ekstrem tanpa perhitungan geologis. Kontur tanah Gunung Kuda dikenal labil, apalagi saat musim hujan.

    Tahun ini, longsor tak hanya menjadi rutinitas tahunan, tapi berubah menjadi bencana kemanusiaan. Mayoritas korban adalah pekerja harian lepas tanpa perlindungan hukum atau keselamatan kerja.

    “Kami cuma dikasih sekop, tidak ada pelatihan, tidak ada alat pelindung,” kata seorang penambang selamat yang enggan disebutkan namanya.

    Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana tanah longsor yang terjadi di area tambang batu Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dilaporkan bertambah menjadi 14 orang. 

    Data terbaru hingga Sabtu (31/5/2025) pukul 05.00 WIB, selain korban meninggal, terdapat enam orang lainnya yang mengalami luka-luka dan telah dievakuasi ke sejumlah rumah sakit di wilayah Cirebon.

    Korban Longsor Tambang Gunung Kuda

    Insiden longsor yang terjadi di kawasan tambang tersebut memicu respons cepat dari tim SAR gabungan yang segera dikerahkan ke lokasi untuk melakukan upaya penyelamatan dan evakuasi. 

    Proses pencarian korban dilakukan dengan bantuan dua alat berat serta pelibatan berbagai unsur relawan dan petugas gabungan dari instansi terkait. Enam korban selamat saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif di tiga rumah sakit berbeda. 

    RS Arjawinangun Cirebon merawat dua korban, yakni Efan Herdiansyah asal Pabedilan dan Safitri asal Kertajati, Majalengka. Dua korban lainnya, Aji dan Kurnoto, dirawat di RS Mitra Plumbon. 

    Adapun, RS Sumber Hurip menangani Reni dan Abdurohim, keduanya berasal dari wilayah Kertajati dan Bantarjati, Majalengka.

    Sementara itu, jenazah korban yang ditemukan dengan kondisi meninggal dunia telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat untuk proses identifikasi dan penanganan lebih lanjut. Dari total 14 korban meninggal, 13 di antaranya telah teridentifikasi di RS Arjawinangun dan satu korban lainnya tercatat di RS Sumber Hurip.

    Sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal dunia di RS Arjawinangun Korban berasal dari berbagai daerah, antara lain Sukandra Bin Hadi (51) dari Desa Girinata, Dukupuntang; Andri Bin Surasa (41) dari Kelurahan Padabenghar, Kuningan; Sukadi Bin Sana (48) dari Kecamatan Astanajapura; Sanuri Bin Basar (47) dari Desa Semplo, Palimanan; dan Dendi Irawan (45) dari Kampung Sukasri, Cimenyan/Bobos, Dukupuntang. 

    Korban lainnya yakni Sarwa Bin Sukira (36) dari Blok Pontas Kenanga, Sumber; Rusjaya Bin Rusdi (48) dari Blok Beran Barat, Beberan, Palimanan; Suparta Bin Supa (42) dari Desa Kepuh, Palimanan; Rio Ahmadi Bin Wahyudin (28) dari Desa Cikalahang, Dukupuntang; Ikad Budiargo Bin Arsia (47) dari Desa Budur, Ciwaringin; serta Jamaludin (49) dan Wastoni (25) dari Blok Lurah, Krangkeng, Indramayu. 

    Satu korban lain atas nama Toni, juga berasal dari Desa Kepuh, Palimanan. Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus melakukan penyelidikan terkait penyebab kejadian yang menewaskan para korban tersebut.

    Satu korban lainnya, Rion Firmansyah (28), asal Gunung Santri, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Palimanan, terdata meninggal dunia dan dibawa ke RS Sumber Hurip.

  • Tim SAR Kembali Temukan Korban, Pencarian Dihentikan Sementara Imbas Longsor Susulan

    Tim SAR Kembali Temukan Korban, Pencarian Dihentikan Sementara Imbas Longsor Susulan

    “Untuk titik sektor A dan B, tim inspektur pertambangan sebelumnya mensurvey sebelum pencarian dan melakukan assesment kelayakan pencarian jenazah sebelum melakukan pencarian,” ujarnya, Minggu (1/6/2025).

    Sementara itu, kata dia, salah satu yang memiliki peran dalam upaya pencarian adalah tim anjing pelacak. Sebelum melakukan pencarian, kata dia, tim anjing pelacak K9 diterjunkan ke lokasi titik longsor yang diduga menjadi tempat korban tertimbun.

    Pada prosesnya, kata dia, tim pencari juga kerap mencium bau aroma mayat dengan lokasi tak jauh dari reruntuhan terutama titik ditemukannya jenazah yang tertimbun.

    “Lokasinya tidak jauh dari batu besar dan memang melihat polanya kalau ada satu jenazah yang ditemukan maka kemungkinan besar rekan-rekan lain juga tidak jauh dari titik itu. Mungkin para pekerja saling berkelompok sehingga tidak berpencar,” ujar Yusron.

    Indikasi lain, kata dia, jika terjadi longsor, pekerja berlindung di batu besar. Namun, karena ada longsoran besar sehingga batu tergeser dan menimbulkan masyarakat terjepit hingga tewas.