Kementrian Lembaga: Tim SAR

  • Kisah Haical Terjebak 3 Hari di Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Akhirnya Bisa Selamat

    Kisah Haical Terjebak 3 Hari di Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Akhirnya Bisa Selamat

    Bisnis.com, SURABAYA – Syehlendra Haical (13 tahun) santri Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur yang menjadi korban ambruknya bangunan empat lantai, termasuk musala dari ponpes tersebut berhasil dievakuasi dan selamat tanpa mengalami luka yang berarti.

    Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, dr Atok Irawan mengungkapkan hasil rontgen keseluruhan atas organ tubuh Haical yakni tidak ada luka, dan hanya mengalami lecet saja.

    “Hanya lecet dan observasi saja, [kondisi Haical] masih lemah. Mulai torak, panggul, kaki, jari juga semuanya normal, enggak ada masalah,” beber Atok di rumah sakit tersebut kepada awak media, Rabu (1/10/2025).

    Atok menyebut saat ini Haical saat ini sedang diobservasi oleh tim dokter di ruangan IGD RS, karena kondisi bocah tersebut masih lemas dan dehidrasi setelah terjebak selama kurang lebih tiga hari lamanya di bawah reruntuhan bangunan itu.

    “Mungkin kulitnya agak tergencet [reruntuhan bangunan] ya, agak kebiru-biruan tapi aman, InsyaAllah aman semua. Observasi kita terapi dengan baik. Nanti juga mungkin perlu asupan nutrisi yang bagus. Mukanya juga yang enggak luka terbuka dirawat dengan baik,” bebernya.

    Usai Haical, hingga pukul 19.25 WIB, sudah ada dua korban selamat lagi, yang dilarikan ke RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo atas nama Muhammad Wahyudi dan Alfatih Cakra Buana. 

    Syehlendra Haical (13) menjalani perawatan di ruang IGD RSUD R.T Notopuro, Sidoarjo, usai dievakuasi oleh tim SAR gabungan sore tadi. Bisnis-Julianus Palermo

  • Sudah 86 Jam, Tim SAR Berpacu dengan Waktu Cari Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo – Page 3

    Sudah 86 Jam, Tim SAR Berpacu dengan Waktu Cari Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo – Page 3

    Sebelumnya, Basarnas mengungkapkan kesulitan Tim SAR dalam menyelamatkan korban reruntuhan musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Memasuki hari ketiga evakuasi, tim SAR menghadapi medan sulit untuk mencapai para korban.

    Direktur Operasi Basarnas sekaligus SAR Mission Coordinator (SMC), Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengatakan timnya harus merayap dan tengkurap berjam-jam untuk mengevakuasi korban yang berada di Site 1.

    “Medan sangat sulit. Galian hanya berdiameter 60 cm dan kedalaman 80 cm, sehingga personel harus merayap bahkan tengkurap berjam-jam untuk mencapai korban,” imbuh Yudhi pada Kamis 2 Oktober 2025..

    Tim SAR gabungan mengevakuasi tujuh korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Dari tujuh korban yang berhasil dievakuasi, ada sebanyak lima orang selamat dan dua korban meninggal dunia.

    “Seluruh korban ditemukan di sektor pencarian Site A1,” ujar Yudhi.

    Tim SAR gabungan mengevakuasi tujuh korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Dari tujuh korban yang berhasil dievakuasi, ada sebanyak lima orang selamat dan dua korban meninggal dunia.

    “Seluruh korban ditemukan di sektor pencarian Site A1,” ujar Yudhi.

    Rangkaian evakuasi dimulai pada pukul 14.48 WIB dengan ditemukannya korban ke-12 dalam kondisi meninggal dunia. Selang 30 menit kemudian, pukul 15.22 WIB, harapan muncul ketika Haikal berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat.

    Evakuasi berikutnya berlangsung maraton. Pukul 18.05 WIB, Muhammad Wahyudi berhasil dikeluarkan selamat, disusul Al Fatih pukul 18.40 WIB dalam kondisi selamat. Namun, 10 menit kemudian korban ke-16 ditemukan meninggal dunia.

    “Tim SAR berhasil menyelamatkan Putra pukul 19.16 WIB, dan terakhir Rosi pukul 20.20 WIB juga berhasil dievakuasi selamat,” ucap Yudhi.

  • Pakai Manuver ‘Top to Down’ Tim SAR Percepat Pemindahan Runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

    Pakai Manuver ‘Top to Down’ Tim SAR Percepat Pemindahan Runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Proses pemindahan puing runtuhan bangunan lantai tiga dan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang masih terdapat korban di dalamnya, dilakukan dengan manuver ‘top to down’ atau dari atas ke bawah menggunakan alat berat hingga Kamis malam (2/10/2025).

    Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, mengatakan bahwa pemindahan terus dilakukan hingga larut malam, dengan mengandalkan prinsip kehati-hatian; cepat, tepat, aman, selamat.

    “Prinsipnya adalah cepat, tepat, aman, selamat. Ya. Jadi kurang lebih proses seperti itu sampai malam ini (pemindahan dan pencarian korban) masih terus berlangsung,” kata Freezer kepada awak media, Kamis (2/10/2025) malam.

    Freezer menjelaskan petugas dalam proses pemindahan puing tidak hanya menargetkan kecepatan semata. Melainkan juga mentaksir resiko terburuk dari bangunan yang rubuh tidak beraturan, seperti jangan sampai terjadi secondary collapse atau runtuh susulan.

    “Kita tidak ingin terjadi apa namanya itu secondary collapse, kalau istilahnya itu runtuh susulan. Yang jelas kalau kita melihat dari struktur runtuhan ini atau robohnya ini tidak beraturan walaupun secara umum bisa dikatakan ini adalah ‘pancake’ atau kue lapis, tetapi pada satu sisi yang lain belum tentu linier,” terangnya.

    Ia menyampaikan telah memiliki gambaran perencanaan dari manuver tersebut. Kata Freezer, dengan pemindahan berkala tersebut, tujuannya adalah untuk membuat akses menjangkau para korban.

    “Oleh karenanya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Kita berharap secepatnya proses pemindahan ini dilaksanakan. Tujuan satu kenapa kita harus pindahkan, agar (medan) lebih terbuka akses ke korban. Lalu kemudian mengurangi pembebanan pada struktur penyangga di bawah,” ungkap Freezer.

    Seperti diketahui, runtuhnya bangunan tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, itu terjadi pada Senin (29/9/2025) sore.

    Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri yang sedang menunaikan salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

    Berdasarkan data sementara Tim SAR Gabungan hingga Kamis (2/10/2025), tercatat total 108 orang menjadi korban dalam insiden memilukan tersebut. Rinciannya, 18 korban dievakuasi petugas dengan 5 di antaranya meninggal dunia, sedangkan sisanya berhasil menyelamatkan diri secara mandiri.

    Meskipun demikian, diperkirakan hingga hari ini, masih ada puluhan korban yang dilaporkan hilang yang kemungkinan berada di bawah reruntuhan sebanyak 59 orang. (rma/ian)

  • Kisah Alfatih Korban Selamat Insiden Robohnya Ponpes di Sidoarjo

    Kisah Alfatih Korban Selamat Insiden Robohnya Ponpes di Sidoarjo

    Bisnis.com, SURABAYA – Tangis haru dan rasa syukur dirasakan oleh orang tua maupun wali santri yang selamat dari insiden robohnya masjid di Pondok Pesantren Al Khonizy, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. 

    Abdul Hanan, orang tua santri Alfatih Cakra Buana berusia belia, 14 tahun, tidak berhenti mengucapkan syukur ketika anaknya ditemukan dalam kondisi selamat. Dia sempat gundah gulana. Apalagi, putranya baru bisa dievakuasi 3 hari pasca robohnya bangunan. 

    Alfatih kemudian mendapatkan perawatan medis di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo sekitar pukul 19.00 WIB. Sebelumya ada dua santri lainnya, yakni Syehlendra Haical (13) dan Muhammad Wahyudi (13). 

    “Saya kayak mimpi, mimpi benar. Keajaiban Allah. Subhanallah. Subhanallah. Saya sujud syukur ya Allah,” ungkap Abdul Hanan saat ditemui di RSUD R.T Notopuro, Sidoarjo.

    Abdul Hanan mengatakan bahwa Alfatih sempat pulang ke rumah sebelum kejadian tragis tersebut. Awalnya Alfatih ingin pulang hari Rabu (1/10/2025), namun Hanan memaksa anaknya supaya balik ke pondok lebih awal. Dia kemudian mengantarkan anaknya pada Sabtu (27/9/2025).

    Hanan sempat menangis dan menyesali keputusannya begitu mendengar robohnya bangunan pesantren. “Itu saya sempat nangis karena dia kan pulang dari pondok. Dia enggak mau balik pinginnya mau Rabu balik [ke pondok]. Saya paksa, kamu kalau enggak balik sekarang kamu ini jangan apa. Saya paksa hari Sabtu biar kamu enggak ketinggalan pelajaran gitu ya. Akhirnya pas kejadian itu, mas coba sampean [kamu] nuruti Alfatih balik [ke pondok pesantren] Rabu,” ungkapnya. 

    Saat ditemui awak media di rumah sakit, Alfatih lancar untuk menceritakan segenap rangkaian peristiwa yang dialaminya selama beberapa hari terakhir, tanpa sedikit pun mengalami rasa trauma. 

    Saat kejadian berlangsung, pada Senin  (29/9/2025), Alfatih mengaku dirinya sudah menunggu azan bergema di musala tersebut. Akan tetapi, ia malah mengaku ketiduran.

    Dirinya pun lalu terbangun karena mendengar gemuruh dari gedung tersebut yang seperti hendak ambruk. Alfatih mengatakan, ia coba berlari untuk menyelamatkan diri, tapi kemudian jatuh pingsan. 

    “Iya [menyelamatkan diri], tapi terus ketimpa. Enggak sakit sama sekali,” ucapnya saat ditemui di ruang rawat RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025). 

    Alfatih mengatakan dirinya sempat sadar saat berada di bawah reruntuhan bangunan musala yang roboh tersebut, tapi kondisinya sudah gelap gulita. Ia hanya sempat berkomunikasi dengan temannya sesama santri yang posisinya bersebelahan. Lalu ia tidur lagi.

    Aktivitas dari para petugas SAR gabungan, yang saat itu mencongkel bagian bawah lantai dari bangunan ambruk itu, lalu membangunkan tidur panjangnya. Jalur sempit yang telah digali oleh petugas penyelamat tersebut kemudian diraihnya dengan cara merangkak perlahan demi perlahan.

    “Aku tanya apa sudah bisa keluar. [Lalu] keluarnya itu kayak merangkak, sedikit-sedikit,” bebernya.

    Ternyata, tubuh dari remaja itu terlindungi di dalam gundukan pasir dan wajahnya terlindungi oleh sebuah seng yang melingkupinya. Selama tidur panjang hampir tiga hari lamanya, siswa kelas 3 MTs ini mengaku bermimpi berkeliling di sepanjang jalan yang gelap sembari mengenderai mobil pikap, tanpa lampu. Ia juga mimpi sedang menenggak air yang disalurkan lewat selang. “Mimpi tapi kayak asli minumnya rasanya,” ucapnya.

    Korban Jiwa 5 Orang 

    Adapun petugas mencatat5 orang korban dinyatakan meninggal dunia akibat peristiwa naas ambruknya  bangunan empat lantai Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

    Berdasarkan data sementara yang dihimpun, total korban dalam tragedi dilaporkan sebanyak 108 orang. Sebanyak 103 korban selamat dan 5 korban meninggal dunia, 18 korban di antaranya berhasil dievakuasi oleh petugas SAR gabungan sedangkan 90 orang lainnya menjalani evakuasi mandiri. 

    “Jadi yang hari pertama itu tiga [korban meninggal]. Kemudian hari ini, sore satu dan malam ini satu, jadi lima orang [meninggal],” ucap Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksma TNI Yudhi Bramantyo, Rabu (1/9/2025) malam

    Khusus pada hari ketiga pencarian semalam, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sebanyak 7 orang korban. Dengan rincian 5 korban dinyatakan selamat dan 2 korban meninggal dunia. Para korban ditemukan di zona A1 dan A4.

    Sebagai informasi, SAR membagi bangunan yang ambruk menjadi 4 zona, yakni zona A1 (dekat pintu keluar), zona A2 (bagian belakang dan berhadapan langsung dengan dinding asrama), zona A3 (bagian atas), dan zona A4 (samping kanan A1, di bawah reruntuhan beton).

    Sementara itu, ‘Golden Time’ korban ambruknya gedung empat lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur dilaporkan tinggal tersisa beberapa saat lagi. Sejumlah alat berat pun telah disigakan di sekitar lokasi, Kamis (2/10/2025).

    Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, sekaligus On Scene Commander (OSC) menjelaskan bahwa fase golden time atau fase kritis korban akan berakhir tepat pada pukul 16.00 WIB, sore ini.

    “Golden time sampai dengan hari ini, pukul 16.00 WIB, 72 jam dari hari Senin (29/9/2025),” ucap Nanang.

    Terkait pemakaian alat berat untuk melakukan evakuasi, Nanang menyebut dirinya belum dapat memastikan apakah proses evakuasi akan menggunakan alat berat atau tidak.

    Segenap unsur petugas SAR gabungan bersama pemerintah saat ini masih akan menggelar rapat. “Belum, kita masih rapatkan, kita rapatkan hasilnya seperti apa. Tadi kan hasil dari asesmen kali ini seperti apa, tadi malam ada asesmen. Kemudian pagi ini kita juga melakukan asesmen. Hasilnya nanti kita bicarakan hasilnya terakhir seperti apa, nanti kita [sampaikan], apakah menggunakan alat berat atau seperti apa,” ucap Nanang.

  • Kerahkan Crane Angkat Runtuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny, Petugas Belum Temukan Korban
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        2 Oktober 2025

    Kerahkan Crane Angkat Runtuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny, Petugas Belum Temukan Korban Surabaya 2 Oktober 2025

    Kerahkan Crane Angkat Runtuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny, Petugas Belum Temukan Korban
    Tim Redaksi
    SIDOARJO, KOMPAS.com
    – Petugas belum menemukan korban usai mengerahkan crane untuk mengangkat runtuhan bangunan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
    Proses evakuasi runtuhan mushala Al Khoziny memasuki hari keempat. Per hari ini, Kamis (2/10/2025) pukul 21.00 WIB, petugas belum menemukan adanya korban tambahan.
    “Sementara belum dapat,” kata Kepala Subdirektorat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat, Emi Freezer, Kamis (2/10/2025).
    Data terakhir yang dihimpun petugas adalah korban terdeteksi di 7 titik berada di sektor A2 atau persisnya di sisi belakang berhadapan dengan santri putri.
    “Jadi masih kita konfirmasi dengan tujuh yang ada di sektor A2,” imbuhnya.
    Pihaknya berjanji akan mengoptimalkan proses evakuasi tidak hanya mengutamakan efisiensi tetapi juga keamanan seluruh pihak.
    “Kita ingin mengejar hasil yang lebih cepat tetapi dampaknya tidak hanya pada keselamatan personal tapi aktivitas kita,” ujarnya.
    Freezer mengatakan proses evakuasi di malam hari cukup riskan sehingga perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena cahaya mempengaruhi pandangan yang terbatas.
    “Kita tidak ingin terjadi apa yang namanya secondary collapse atau istilah itu runtuhan susulan. Karena kita melihat dari struktur runtuhannya tidak beraturan,” terangnya.
    Freezer mengatakan proses evakuasi menggunakan crane mengacu pada prinsip top to down alias dari sisi atas yang diangkat kemudian ke bawah sampai pada base plate.
    Lebih lanjut, Freezer mengatakan bahwa besi penguat bangunan utama yang runtuh terhubung atau terkoneksi dengan bangunan sisi selatan sehingga perlu kehati-hatian agar tidak terjadi pergeseran.
    “Kita berhati-hati jangan sampai pada saat proses kita melakukan pemindahan memberikan dampak pergeseran dari pola runtuhan. Artinya kuncian dari runtuhan ini bergeser, itu yang ingin kita hindari,” pungkasnya.
    Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo mengalami ambruk dan menimpa para santri saat sedang shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
    Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
    Dari 108 korban yang tercatat, 18 di antaranya berhasil dievakuasi petugas SAR gabungan. Kemudian 5 dinyatakan meninggal dunia dan 103 orang selamat.
    Diduga, 59 orang masih dalam daftar pencarian.
    Sejumlah korban masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Notopuro Sidoarjo, Rumah Sakit Siti Hajar, Rumah Sakit Delta Surya, serta rumah sakit lain terdekat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Keluarga Resah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Tak Kunjung Ditemukan
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        2 Oktober 2025

    Keluarga Resah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Tak Kunjung Ditemukan Surabaya 2 Oktober 2025

    Keluarga Resah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Tak Kunjung Ditemukan
    Tim Redaksi
    SIDOARJO, KOMPAS.com
    – Suasana sedih bercampur tegang meliputi posko media center penanganan bencana reruntuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
    Proses evakuasi pengangkatan material bangunan mushala Al Khoziny menggunakan alat berat dapat dipantau melalui rekaman langsung ditampilkan di layar media center.
    Sejak layar itu dipasang pada Kamis (2/10/2025), keluarga tak henti-hentinya menonton, mengharap dengan cemas menanti kepastian kabar anak-anak mereka yang belum ditemukan.
    Pukul 18.00 WIB, situasi sempat menegang. Sebagian keluarga mengerumuni media center menanyakan nasib anak-anak mereka kepada petugas Basarnas.
    Keluarga khawatir karena sejak diturunkannya alat berat untuk mengangkat puing-puing bangunan pukul 11.30 WIB, belum ada satu pun korban ditemukan.
    “Saya cuma kurang suka sama pekerjaannya. Menurut saya lambat banget, kami ingin cepat. Kalau gak gitu kami saja semua yang turun untuk bantu,” kata seorang perempuan yang menanti kabar adiknya.
    Keluarga lainnya, seorang pria yang sejak hari Senin sudah menunggu kabar adiknya cukup emosional. Ia menuntut agar petugas bergerak cepat melakukan evakuasi.
    “Adik saya di dalam sana, saya emosional pak. Kurang empat hari lagi akan selesai tapi saya kurang menerima.”
    “Kalau bisa tolong bantuannya sekiranya malam ini bisa keluar, memohon dengan sangat. Saya gak bisa membayangkan di sana seperti apa,” kata pria tersebut.
    Keluarga pun sempat hendak menuju titik lokasi reruntuhan untuk membantu langsung proses evakuasi tapi Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit bersama jajaran Polri/TNI mencoba menenangkan keluarga.
    Keluarga korban yang belum ditemukan tersebut pun meminta maaf kepada petugas karena terbawa emosi. Maklum, perasaan mereka cemas dan khawatir.
    Terpisah, Kepala Subdirektorat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia dari Direktorat Operasi Kantor Basarnas Pusat, Emi Freezer belum dapat memastikan estimasi waktu proses evakuasi.
    “(Apakah berlangsung selama 24 jam), kami optimalkan. Tapi yang jelas proses evakuasi berlanjut,” kata Freezer kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).
    Tim SAR gabungan akan berusaha semaksimal mungkin dalam proses evakuasi.
    “Kita ingin mengejar hasil yang lebih cepat tetapi dampaknya tidak hanya pada keselamatan personal tapi aktivitas kita,” ujarnya.
    Freezer mengatakan proses evakuasi pada malam hari cukup riskan sehingga perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena cahaya mempengaruhi pandangan menjadi terbatas.
    “Kita tidak ingin terjadi apa yang namanya secondary collapse atau istilah itu runtuhan susulan. Karena kita melihat dari struktur runtuhannya tidak beraturan,” pungkasnya.
    Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
    Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
    Dari 108 korban yang tercatat, 18 di antaranya berhasil dievakuasi petugas SAR gabungan. Kemudian 5 dinyatakan meninggal dunia dan 103 orang selamat.
    Diduga, 59 orang masih dalam daftar pencarian.
    Sejumlah korban masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Notopuro Sidoarjo, Rumah Sakit Siti Hajar, Rumah Sakit Delta Surya, serta rumah sakit lain terdekat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cak Imin ke Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Yang Diamputasi Saya Jadikan Anak Angkat!
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        2 Oktober 2025

    Cak Imin ke Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Yang Diamputasi Saya Jadikan Anak Angkat! Nasional 2 Oktober 2025

    Cak Imin ke Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Yang Diamputasi Saya Jadikan Anak Angkat!
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyatakan akan menjadikan santri Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang tangannya diamputasi sebagai anak angkat.
    Adapun sejumlah santri tersebut bernama Haikal, Syaiful Rozi, Nur Ahmad, dan Maulana, yang diamputasi setelah tertimpa reruntuhan mushala yang ambruk.

    Pokoke sing diamputasi tak dadekno anak angkatku ya
    (Intinya yang diamputasi saya jadikan anak angkat ya),” kata Cak Imin saat menemui korban di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025), sebagaimana dikutip dari keterangannya pada Kompas.com.
    Cak Imin menyatakan, dirinya akan menjamin pendidikan santri-santri tersebut hingga tingkat pendidikan tinggi.

    Tak urus, sampe kuliah ngopo tak bantu kabeh
    (saya urus sampai kuliah, mau apa saya bantu semua),” ujar Cak Imin.
    Suara Cak Imin terdengar berat dan sedih lantaran melihat kondisi yang menimpa keempat santri tersebut.
    Menurut Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat itu, tindakan ini ia lakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral agar santri-santri itu tetap memiliki masa depan.
    Cak Imin juga meminta keluarga korban insiden di Al Khoziny itu untuk bersabar menghadapi cobaan berat tersebut.
    “Ini bentuk tanggung jawab moral agar mereka tetap punya masa depan yang cerah,” ucap Cak Imin.
    Sebelumnya, bangunan tiga lantai pada asrama putra di pesantren Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.
    Peristiwa itu membuat sejumlah santri yang tengah melakukan shalat asar berjemaah terjebak di reruntuhan.
    Sebanyak 140 santri diperkirakan terjebak di bawah reruntuhan.
    Dari jumlah tersebut, sebanyak 91 di antaranya menyelamatkan diri secara mandiri, dan 11 lainnya dievakuasi tim SAR gabungan.
    Berdasarkan laporan terakhir, sebanyak 5 santri dilaporkan meninggal dunia.
    Sementara itu, di antara santri yang selamat, sebagian anggota tubuhnya harus diamputasi karena tertimpa reruntuhan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BNPB Bicara Potensi Pelanggaran Hukum dalam Insiden Gedung Ponpes Al Khoziny Runtuh

    BNPB Bicara Potensi Pelanggaran Hukum dalam Insiden Gedung Ponpes Al Khoziny Runtuh

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto bicara soal potensi dugaan pelanggaran hukum dalam insiden runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo yang menimbulkan korban jiwa.

    Suharyanto mengatakan bahwa pihak yang lebih berwenang untuk menyampaikan pengusutan peristiwa ini adalah dari instansi kepolisian (POLRI). Namun, saat ini segenap petugas gabungan masih fokus terhadap pencarian korban, meskipun potensi pengusutan hukum akan dilakukan.

    “Ini memang domainnya dari kepolisian ya. Tapi saya dapat informasi, tentu saja setiap kejadian, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa itu sudah otomatis,” kata Suharyanto di Posko Pencarian, Kamis (2/10/2025).

    Suharyanto juga menyebutkan, bahwa informasi yang ia terima sebagian orang tua/wali santri dan pihak pesantren sudah ada upaya pemanggilan oleh kepolisian.

    Dari situ, dirinya bilang kejadian seperti ini sudah menjadi prosedur konsekuensi logis dalam hidup bernegara di negara hukum.

    “Memang ada beberapa kemarin upaya sudah memanggil orang tua, santri, kemudian mungkin pihak pesantren di Polda, di Polres, itu yang informasi. Walaupun secara koordinasi karena itu memang wewenang pemenang aparat penegak hukum, ya kita sampaikan mungkin agak ditahan dulu sampai dengan kegiatan evakuasi ini selesai. Tapi artinya tetap semuanya ada konsekuensi hukum karena kita tinggal di negara hukum,” jelasnya.

    Lebih lanjut, terkait dengan kelalaian maupun kesalahan dalam proses pembangunan, kata dia, ia belum bisa menerangkan secara terperinci penyebabnya.

    “Dari kami, kami karena sudah menangani tanggap darurat ya, bencana, kami tidak mendalami penyebabnya dulu. Dan tadi dari orang tua, semua santri juga belum ada yang menanyakan kenapa ini terjadi. Semuanya masih fokus bagaimana anak saya, ponakan saya untuk bisa selamat, gimana dicarinya, itu masih situ. Jadi, kami belum bisa menjawab itu,” ucapnya.

    Meskipun demikian, nantinya penyebab runtuhnya bangunan tiga lantai termasuk musala akan didalami oleh Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

    “Tentu saja tadi kan Pak Menko juga sudah menyampaikan dengan ke Menko Infrastruktur ini pasti akan terus didalami gimana penyebabnya. Kita tidak bisa terus memvonis dengan mata telanjang. Nanti salah kan, ilmu kita enggak di situ gitu. Nanti silakan tanya kepada ahlinya,” tutupnya.

    Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri yang sedang menunaikan salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

    Berdasarkan data sementara Tim SAR Gabungan hingga Kamis (2/10/2025), tercatat total 108 orang menjadi korban dalam insiden memilukan tersebut. Rinciannya, 18 korban dievakuasi petugas dengan 5 di antaranya meninggal dunia, sedangkan sisanya berhasil menyelamatkan diri secara mandiri.

    Diperkirakan hingga hari ini, masih ada puluhan korban yang dilaporkan hilang yang kemungkinan berada di bawah reruntuhan sebanyak 59 orang. (rma/ian)

  • Tangis Haru Wali Santri, Emil Dardak dan Wabup Sidoarjo Kompak Dampingi Orang Tua Korban Pesantren Al-Khoziny

    Tangis Haru Wali Santri, Emil Dardak dan Wabup Sidoarjo Kompak Dampingi Orang Tua Korban Pesantren Al-Khoziny

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak bersama Wakil Bupati Sidoarjo Hj. Mimik Idayana terus memberikan dukungan moral kepada para wali santri yang anaknya menjadi korban robohnya bangunan tiga lantai milik Lembaga Pesantren Al Khoziny Buduran.

    Keduanya mendatangi lokasi di mana para wali santri menunggu anak-anak mereka yang belum ditemukan dari balik reruntuhan. Satu per satu orang tua santri ditemui langsung untuk diberi penguatan dan ditenangkan.

    “Tadi kita tenangkan kedua orang tua korban ini, karena mereka pasti syok atas musibah ini, dan mereka sudah ikhlas, intinya mereka meminta anaknya segera dievakuasi,” ucap Wabup H. Mimik Idayana.

    Mimik juga berpesan kepada orang tua santri agar tetap tawakal. Menurutnya, musibah yang terjadi merupakan takdir dari Allah SWT sehingga harus diterima dengan penuh keikhlasan, meski berat dijalani. Namun ia berharap para santri segera ditemukan dalam kondisi selamat.

    “Untuk orang tua yang mengalami musibah ini untuk lebih ikhlas, tawakal kepada Allah karena semua ini takdir Allah dan kita sama-sama berdoa agar semua ini tidak terjadi lagi,” imbuhnya.

    Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menegaskan bahwa Pemprov Jatim bersama Pemkab Sidoarjo akan memberikan pendampingan psikologis bagi korban selamat maupun orang tua korban yang meninggal dunia.

    “Kita sudah menyiapkan pendampingan psikologis bagi korban yang ada di rumah sakit maupun orang tua korban yang masih menunggu anaknya ditemukan,” tegas Emil. Ia juga berharap proses evakuasi yang dilakukan tim SAR berjalan lancar. [isa/ian]

  • Evakuasi Ponpes Al Khoziny Gunakan Crane, Ratusan Personel Diterjunkan

    Evakuasi Ponpes Al Khoziny Gunakan Crane, Ratusan Personel Diterjunkan

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Proses evakuasi bangunan tiga lantai yang runtuh dan menelan banyak korban di Lembaga Pesantren Al Khoziny Buduran mulai dilakukan dengan bantuan alat berat.

    Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menjelaskan, pengerahan alat berat berupa truk crane serta ratusan personel tim evakuasi sudah dilakukan di lokasi kejadian. Crane tersebut difungsikan untuk mengangkat balok-balok besar yang menumpuk di atas reruntuhan.

    “Crane sudah masuk, ratusan personel sudah siap. Jadi crane-nya itu mengambil balok-baloknya diawasi oleh petugas yang disiagakan,” ujar Suharyanto, Kamis (2/10/2025).

    Ia menambahkan, sterilisasi dan pengendalian aroma di sekitar lokasi kejadian telah dipastikan dalam kondisi bersih. Untuk meminimalisir dampak lingkungan, tim SAR juga melakukan penyemprotan sebelum masuk ke area reruntuhan.

    “Lokasi disterilkan atau sudah bersih. Untuk memperkecil aroma, misalnya, sebelum masuk timnya juga sudah kita semprot,” tukasnya.

    Selain itu, gedung-gedung di sekitar lokasi yang dinilai berpotensi membahayakan telah dikosongkan untuk menjamin keamanan. “Gedung-gedung yang ada di sekitar lokasi itu sudah kosong,” tutup Suharyanto. [isa/ian]