Pengamanan Super Ketat Laga Persija Vs Persib, 2.000 Personel Gabungan Dikerahkan
Tim Redaksi
BEKASI, KOMPAS.com
– Pengamanan super ketat akan diterapkan menghadapi laga panas antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung dalam lanjutan Liga 1 di
Stadion Patriot Candrabhaga
, Kota
Bekasi
, Minggu (16/2/2025) sore.
Dalam laga ini, sebanyak 2.000 lebih personel gabungan dari unsur kepolisian dan TNI dikerahkan.
Selain itu, unsur pemerintahan turut dilibatkan, antara lain Satpol PP Kota Bekasi, Dinas Perhubungan Kota Bekasi, dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
“Jadi untuk personel pengamanan yang akan dilibatkan sekitar 2.000 lebih,” kata Kabag Ops Polres Metro Bekasi Kota Kompol Agus Rohmat di Kota Bekasi, Jumat (14/2/2025).
Adapun, ribuan personel keamanan tersebut berasal dari unsur Polda Metro Jaya, Polres Metro Bekasi, dan TNI.
Dalam pengamanannya, polisi juga telah membagi tiga zona pengamanan, yakni zona 1, zona 2, dan zona 3 di sekitar Stadion Patriot Candrabhaga.
Menurut Agus, laga Persija versus Persib berpotensi menimbulkan eskalasi kerawanan yang cukup tinggi. Maka dari itu, pihak keamanan akan mengawal ketat pengamanan sebelum dan sesudah pertandingan berakhir.
“Pengamanan termasuk pengamanan di rute-rute yang akan dilalui oleh para penonton maupun pemain, karena ini kerawanan cukup tinggi,” ungkap dia.
Dalam laga nanti, kepolisian melarang kehadiran suporter Persib, Viking, untuk menyaksikan tim kesayangannya di Stadion Patriot Candrabhaga. Alasannya, laga ini berpotensi menciptakan kerawanan cukup tinggi.
“Penonton hanya dari pihak Persija, Jakmania, dari Persib tidak ada penonton,” ujarnya.
Pada Selasa (11/2/2025), Polda Metro Jaya telah menggelar rapat koordinasi persiapan pertandingan Persija versus Persib.
Dalam rapat koordinasi ini dihadiri panitia pelaksana pertandingan, perwakilan suporter Persija, Jakmania, dan Viking.
Agus mengungkapkan, rapat tersebut turut membahas kehadiran sejumlah Viking saat laga Persija versus Persib di Stadion Patriot Candrabhaga pada musim 2023.
Berkaca dari laga musim lalu, polisi meminta agar perwakilan Viking turut menyampaikan kepada anggotanya untuk tidak hadir langsung di pertandingan tersebut.
“Kemarin sudah saya sampaikan melalui perwakilan dari Viking, kita mengantisipasi karena saat pertandingan tahun 2023 masih ada penonton Persib yang memasuki stadion,” ungkap Agus.
Selain itu, Agus mengimbau Jakmania tidak memberikan tiket kepada saudara mereka yang notabene pendukung Persib.
Menurutnya, pada musim lalu, sejumlah pendukung Persib berhasil masuk ke stadion bermodalkan tiket yang didapatkan dari saudara mereka yang berlatar belakang Jakmania.
“Saya sudah menyampaikan kepada Jakmania jangan sampai nanti dari teman-teman Jakmania karena dia keluarga atau saudara dia memberikan tiket ke penonton Viking,” pungkas dia.
Pihak kepolisian juga akan memberikan pengamanan ekstra kepada pemain dan ofisial tim Persib.
Nantinya, kepolisian akan mengerahkan barracuda untuk tim Persib dari hotel tempat mereka menginap menuju stadion, dan sebaliknya.
“Untuk Persib akan menggunakan barracuda dan nantinya akan dijemput dari hotel menuju ke stadion dan dari stadion menuju hotel,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: Satpol PP
-

Razia saat Momen Valentine di Kaltara, 30 Orang Terciduk, 5 Pasangan di Antaranya Bukan Suami Istri – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, TARAKAN – Total 30 orang diciduk tim gabungan dari berbagai hotel dan penginapan di wilayah Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), Jumat (14/2/2025) malam.
Lima pasangan di antara ke-30 orang yang diamankan itu ternyata bukan suami istri.
Razia dilakukan bertepatan pada momen hari kasih sayang (Valentine), Jumat (14/2/2025) malam dan dipimpin Satpol PP Kota Tarakan berlangsung mulai pukul 21.00 hingga Sabtu (15/2/2025) pukul 00.10 dini hari Wita.
Tidak kurang 40 personel gabungan terdiri dari Satpol PP, Polres Tarakan, Pomal, TNI AL, BNNK Tarakan, Dinas Pariwisata, Disdukcapil, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak merazia hotel dan losmen.
Dalam razia gabungan tersebut, menyasar sekitar 11 tempat penginapan terdiri dari hotel dan losmen di Kota Tarakan.
Hasilnya setelah mendatangi beberapa hotel di Tarakan, Kalimantan Utara didapati 30 orang terjaring razia.
Lima orang pasangan muda mudi di antaranya bukan pasutri atau belum menikah diamankan tim gabungan.
Kepala Satpol PP dan PMK Tarakan, Sofyan melalui Rohimansyah, Kasi Pembinaan Pengawasan dan Penyuluhan mengatakan, 11 tempat penginapan didatangi rata-rata hotel, termasuk losmen.
“Malam ini kami laksanakan kegiatan kepatuhan terhadap pelaksanaan Perda dan Perwali Tarakan tahun 2025,” ujar Rohimansyah.
Perda yang dijadikan dasar untuk kegiatan adalah Perda Nomor 21 Tahun 2000 tentang Asusila, Perda Nomor 13 tentang Trantibmum, Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Usaha Kepariwisataan, Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, Perda Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Anak.
“Pada giat malam ini, objek sasarannya adalah hotel. Dari kegiatan ini, kami di dalam tim melibatkan unsur TNI Polri, OPD terkait termasuk BNNK, Pengadilan dan Kejaksaan terlibat dalam tim.”
DIANGKUT SATPOL PP – Lima pasangan bukan suami istri kedapatan ngamar di hotel wilayah Tarakan, Kalimantan Utara saat razia gabungan, Jumat (14/2/2025) malam hingga dini hari, Sabtu (15/2/2025). Total 30 orang diamankan dalam razia gabungan ini.
“Hasilnya didapatkan atau diamankan 30 orang. Terdiri 15 perempuan dan 15 laki-laki,” ujarnya.
Untuk yang berpasangan ditemukan di dalam kamar ada lima pasang dari hotel berbeda.
Di antaranya Hotel B berada di Jalan Jenderal Sudirman, Hotel M di Jalan Jenderal Sudirman.
Lalu ada juga di TL , salah satu losmen, kemudian di Hotel TT Jalan Mulawarman.
Di hotel TT didapati 1 pasangan bukan suami istri dan satu kamar berisi 7 anak tengah berkumpul.
Menyusul di Hotel GC Jalan Mulawarman ditemukan satu pasangan.
Selanjutnya, di Hotel A masih di Jalan Mulawarman didapati satu pasangan.
Di hotel M berada di Jalan Hasanuddin didapati dua pasangan.
Tim juga menyasar ke losmen C 1 dan C 2, Hotel F di Jalan Yos Sudarso, dan Hotel G di Jalan Gajah Mada.
-

Video Gas Elpiji 3 Kg Meledak Hari Ini Sebabkan Rumah Tinggal di Wergu Kulon Kudus Terbakar
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Berikut ini video Gas Elpiji 3 Kg Meledak Hari Ini Sebabkan Rumah Tinggal di Wergu Kulon Kudus Terbakar.
Kebakaran melanda sebuah rumah tinggal milik Cholif Tiah (62), warga RT 03 RW 04 Kelurahan Wergu Kulon, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jumat (14/2/2025).
Sebuah tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram meledak hingga mengakibatkan bangunan rumah rusak hingga 50 persen.
Korban juga mengalami luka bakar sekitar 30-40 persen di bagian kaki, tangan, badan, dan sebagian wajah.
Korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Loekmono Hadi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Menurut keterangan saksi tetangga korban, Siswoyo (64) mengatakan, saat kejadian sedang menonton televisi bersama cucu di ruang tengah.
Tiba-tiba kurang lebih pukul 14.45 WIB dikagetkan dengan suara ledakan keras yang bersumber dari rumah tetangga.
Kepulan asap membumbung tinggi di atas rumah tetangganya, sedangkan atap rumah berhamburan dampak dari ledakan.
Seketika Siswoyo mengecek kondisi rumah korban dan segera melaporkan kejadian ke Kantor BPBD Kabupaten Kudus.
“Saya dengar sekali ledakan kencang, atap rumah rusak, temboknya sampai miring mau roboh,” terangnya di lokasi.
Lebih lanjut, Siswoyo mendengar suara teriakan minta tolong korban dari dalam rumah.
Dia bersama tetangga lain berhasil mengevakuasi korban dari dalam rumah ke tempat yang lebih aman.
Korban yang mengalami luka bakar dibawa jajaran Polsek Kota Kudus ke RDUD dr Loekmono Hadi.
Menurut dia, korban tinggal bersama dua anaknya.
Saat kejadian, anak-anak korban sedang bekerja, sementara korban berada di rumah sendirian.
Korban diketahui memiliki keterbatasan berjalan, sehingga tidak bisa menyelamatkan diri ketika rumahnya terbakar.
“Korban selamat, tapi ada luka bakar cukup serius, berhasil dievakuasi,” lanjut dia.
Lima unit mobil pemadam kebakaran dari BPBD, Satpol PP dan Damkar, PT Nojorono dan PT Djarum dikerahkan untuk memadamkan api.
Penyebab kebakaran diduga karena gas elpiji di rumah korban bocor.
Ketika korban hendak menghidupkan kompor untuk merebus air, terjadi ledakan hingga menyebabkan kebakaran.
Atap rumah korban rusak parah, sebagian dinding rumah juga miring terancam roboh.
Kerugian materil dampak kebakaran kali ini ditaksir mencapai puluhan juta rupiah. (Sam)
-

Coretan ‘Adili Jokowi’ Marak di Berbagai Daerah, Pengamat: Bisa Berdampak pada Politik – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Aksi vandalisme bertuliskan ‘Adili Jokowi’ muncul di berbagai kota Indonesia.
Coretan tersebut antara lain merebak di Surabaya, Solo, Yogyakarta, Jakarta hingga Medan.
Aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat segera melakukan pembersihan guna menjaga estetika ruang publik.
Terkini, aksi vandalisme tersebut berlanjut ke aksi unjuk rasa.
Misalnya saja aksi aliansi Gerakan Wong Solo Adili Jokowi, Jumat (14/2/2025).
Aksi demonstrasi dimulai dari Stadion Sriwedari Solo. Massa melakukan long march dan berakhir di depan Mapolresta Solo. Tulisan ‘Adili Jokowi’ terpampang di spanduk maupun ikat kepala sejumlah massa.
Ada 24 titik Vandalisme di Surabaya
Di Kota Surabaya, tulisan ‘Adili Jokowi’ ditemukan di 24 titik yang tersebar di berbagai kecamatan.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M Fikser, mengungkapkan bahwa pihaknya langsung mengerahkan petugas membersihkan coretan tersebut begitu laporan diterima.
“Kami kerahkan personel dari Satpol PP kota dan kecamatan. Ada tim yang menyisir titik lokasi dan ada juga tim yang melakukan pengecatan,” ujar Fikser pada Jumat (7/2/2025).
Vandalisme ini ditemukan di berbagai tempat, termasuk tembok dan seng penutup bangunan di Kecamatan Wonocolo, Wonokromo, Jambangan, Gayungan, Gubeng, Sawahan, Tandes, Genteng, dan Tegalsari.
“Dari hasil laporan personel, kami temukan lebih kurang di 24 titik lokasi dari sembilan kecamatan. Paling banyak di Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Genteng,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa langkah pengecatan ulang dilakukan untuk menjaga kebersihan dan estetika kota.
“Ini sebagai bentuk upaya kami sebagai warga Kota Surabaya untuk menjaga keindahan serta kenyamanan, sehingga kami lakukan pengecatan ulang, mengembalikan tembok kembali bersih,” lanjutnya.
Coretan ‘Adili Jokowi’ juga muncul di Solo
Selain di Surabaya, coretan serupa juga ditemukan di Solo, Jawa Tengah. Berdasarkan pantauan, setidaknya ada enam titik lokasi yang menjadi sasaran aksi vandalisme ini, termasuk di Jalan Ahmad Yani, Jalan Menteri Supeno, Jalan Prof. DR. Soeharso, Jalan Moh. Husni Thamrin, dan Jalan Sam Ratulangi.
Satpol PP Solo segera bertindak dengan melakukan pengecatan ulang menggunakan cat putih untuk menutupi coretan berwarna merah dan hitam. Kepala Satpol PP Solo, Didik Anggono, menyatakan bahwa pembersihan dilakukan berdasarkan laporan masyarakat.
“Malam hari ini kita melakukan kegiatan penghapusan vandalisme atau corat-coret yang berada di pinggir jalan atau tepatnya di Jalan Prof. DR. Soeharso, di mana ada tulisan provokatif ‘Adili Jokowi’. Dan ini berdasarkan informasi dari masyarakat,” ujar Didik pada Selasa (4/2/2025).
VANDALISME ADILI JOKOWI DI SOLO. Vandalisme bertuliskan ‘Adili Jokowi’ muncul di sejumlah titik di kota Solo, Selasa (4/2/2025) sore. Salah satunya ditemukan di jalan Prof Dr Soeharso, Kecamatan Laweyan tak jauh dari kantor Samsat Kota Solo. Tulisan ‘Adili Jokowi’ di lokasi tersebut juga dibubuhkan pada pagar seng sebuah lahan kosong dengan menggunakan tinta kombinasi warna oranye dan hitam. (TribunSolo.com/Andreas Chris)
Ia menegaskan bahwa tindakan ini sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Lingkungan Hidup Nomor 10/2015 Pasal 62, yang melarang aksi vandalisme di ruang publik.
“Bahwa kegiatan corat-coret yang mengganggu keindahan kota itu merupakan larangan. Jika itu mengganggu keindahan kota, akan kita kembalikan ke bentuk aslinya sehingga keindahan kota terjaga dan kenyamanan warga juga terjaga,” tambahnya.
Warga Yogyakarta temukan coretan di Jalan Sultan Agung
Sementara itu, di Yogyakarta, coretan serupa ditemukan di beberapa lokasi, salah satunya di Jalan Sultan Agung. Seorang warga bernama Fian mengatakan bahwa dirinya baru menyadari keberadaan tulisan tersebut saat melintas di kawasan tersebut.
“Di situ (Jalan Sultan Agung) memang banyak coretan, ini baru sadar tadi pas lihat-lihat kayanya itu (Adili Jokowi),” ujar Fian, Rabu (5/2/2025).
Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Aditya Surya Dharma, mengatakan bahwa pihaknya masih menganalisis motif di balik aksi vandalisme ini. Ia menduga ada kelompok tertentu yang mengorganisir aksi tersebut.
“Baru analisis awal, kalau ada tulisan yang sama di beberapa daerah, mungkin ada beberapa kelompok tertentu yang menggerakkan, atau bergerak (terkait) isu-isu politik atau hal-hal lainnya,” kata Aditya, Jumat (7/2/2025).
Sudut-sudut Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) banyak dihiasi tulisan berbunyi “Adili Jokowi”.
Di antaranya tulisan Adili Jokowi ada di jalan Jamin Ginting, tepat di bawah Flyover.
Tulisan yang sama juga terlihat seperti di jalan Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Setia Budi, Jalan Wiliam Iskandar, Jalan Sutrisno dan sejumlah kawasan lainya di Medan.
Tanggapan Jokowi
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) menuding demo dan vandalisme bertuliskan ‘Adili Jokowi’ merupakan wujud kekecewaan dari pihak yang kalah di Pilpres 2024.
“Itu kan ungkapan ekspresi. Ekspresinya bisa macam-macam. Ekspresi karena kekalahan di Pilpres, bisa. Ekspresi karena kejengkelan terhadap sesuatu, ya bisa,” katanya dikutip dari YouTube Mata Najwa, Rabu (12/2/2025).
Jokowi menilai peristiwa tersebut adalah operasi politik yang direncanakan oleh seseorang atau kelompok.
Selain itu, dia juga menganggap ada pihak yang ingin menurunkan reputasinya lewat aksi massa dan vandalisme tersebut.
“Bisa saja (operasi politik tertentu), ya kan. Masih ada yang belum move on (dari Pilpres 2024) sehingga berusaha untuk men-downgrade,” tuturnya.
Kendati demikian, mantan Wali Kota Solo itu tidak terlalu mempermasalahkan adanya aksi massa tersebut.
Dia menegaskan hal itu merupakan wujud hidupnya demokrasi di Indonesia.
“Saya kira ini negara demokrasi. Ya biasa-biasa ajalah (menanggapi aksi massa) kalau saya menanggapinya,” jelasnya.
Diduga akan merembet ke berbagai daerah
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan aksi tersebut diprediksi akan terus membesar menjadi tuntutan senada dari Sabang hingga Merauke.
Hal itu diperkirakan akan terjadi bila polisi terus mengabaikan tuntutan para pendemo. Karena itu, polisi harus tanggap atas tuntutan para pendemo tersebut.
“Polisi setidaknya harus meresponnya secara bijak dan adil agar berbagai elemen masyarakat itu tidak merasa aspirasinya diabaikan. Sebab, kalau terus diabaikan, bisa saja rakyat dengan caranya sendiri,” kata Ritonga kepada Tribunnews.
Jadi, polisis harus secepatnya menyelesaikan tuntutan berbagai elemen masyarakat tersebut. Hal itu dimaksudkan agar persoalan Jokowi tidak semakin meluas dan berdampak pada sisi ekonomi dan politik.
Presiden Prabowo Subianto, kata Ritonga tentu tak ingin masalah Jokowi merambat ke stabilitas politik.
“Prabowo tentu ingin stabilitas politik mantap sehingga semua program kerja dapat terlaksana dengan baik,” pungkasnya. (Tribunnews/Kompas.com)
-

Nyaris Dihajar Warga Surabaya karena Dikira Jambret Handphone, Ternyata Bandar Sabu
Surabaya (beritajatim.com) – Dua pemuda di Rungkut, Surabaya nyaris dihabisi oleh warga lantaran dikira jambret handphone. Video keduanya meringkuk diamankan Satpol PP di Kantor Kecamatan Rungkut pun viral disertai narasi bahwa keduanya adalah jambret.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanti mengatakan, dari hasil penyelidikan pihak kepolisian ternyata dua orang yang melarikan diri dari kejaran warga itu bukanlah jambret.
“Bukan jambret. Dari hasil penyelidikan tidak ada bukti (keduanya melakukan penjambretan,” kata Rina, Jumat (14/02/2025).
Namun, salah satu pria berinisial AF (30) ternyata adalah bandar sabu. Ia lari ketakutan karena membawa narkoba jenis sabu sebanyak 10 poket sabu dengan berat total sekitar 1,191 gram.
“Saat digeledah malah ditemukan sabu. Yang terbukti (pengedar sabu) hanya satu. Inisial AF (30) warga Kedung Baruk,” kata mantan Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya itu.
Selain barang bukti sabu, AF juga kedapatan membawa dua buah timbangan elektrik dan sebuah HP. Sampai saat ini, AF masih diperiksa oleh Satres Narkoba Polrestabes Surabaya.
Sementara itu, satu rekan AF masih menjalani pemeriksaan intensif. Nantinya jika tidak terbukti melakukan tindak pidana akan dipulangkan ke rumah. “Sementara rekannya masih menjalani pemeriksaan. Nanti kami sampaikan perkembangannya,” pungkas Rina.
Diketahui, sebuah video menunjukkan proses penangkapan dua pemuda di wilayah Rungkut. Video tersebut pertama kali diunggah akun media sosial (medsos) facebook Johan Telaga, Selasa 11 Februari 2025, siang.
Dalam video tersebut, terlihat dua pemuda yang diduga pelaku jambret itu, duduk di salah satu ruangan Kantor Kecamatan Rungkut. Di lokasi yang sama, terlihat juga korban dan petugas Satpol PP Rungkut. (ang/ted)
-

Penggunaan obat keras ilegal dinilai berkaitan dengan fenomena tawuran
Dua orang pria yang menjual obat keras tramadol, trihex dan jenis lain secara ilegal disergap aparat gabungan di Jalan KS. Tubun, Palmerah, Jakarta Barat pada Kamis (13/2/2025) malam. ANTARA/HO-Satpol PP Jakarta Barat
Penggunaan obat keras ilegal dinilai berkaitan dengan fenomena tawuran
Dalam Negeri
Editor: Calista Aziza
Jumat, 14 Februari 2025 – 10:55 WIBElshinta.com – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Jakarta mengaitkan pengedaran ilegal obat keras seperti tramadol dan trihexyphenidyl (trihex) dengan fenomena tawuran yang marak terjadi di wilayah setempat.
Ketua Tim Cegah Tangkal dan Siber BBPOM Jakarta Andrianto Nur Ichsan menyebut bahwa obat keras seperti tramadol dan trihex yang diminum dapat mengurangi rasa sakit, ketergantungan, halusinasi dan percaya diri yang tinggi.
“Jadi dia kalau dipakai orang tawuran atau geng motor yang dia nanti jatuh, yang berdarah, tawuran berdarah, itu enggak akan sakit. Tapi itu sesaat, jadi kalau obatnya nanti sudah efeknya habis, itu akan hilang efeknya,” ungkap Andrianto usai menangkap dua orang penjual obat keras ilegal di Palmerah, Kamis malam.
Namun demikian, kata Andrianto, obat keras yang dipakai berlebihan dapat menimbulkan risiko yang berbahaya, bahkan kematian.
“Karena ini obat-obat yang masuk golongan obat-obat tertentu yang harus dengan resep dokter, tidak bisa dijual bebas, harus sesuai aturan dokter,” ujar Andrianto.
Selama ini, kata dia, obat-obat keras ilegal itu dikonsumsi di kalangan remaja. “Kalau selama ini umum, tapi kebanyakan memang remaja,” kata dia.
Pihaknya terus berkoordinasi lintas sektor untuk menanggulangi pengedaran ilegal barang berbahaya tersebut.
“Kita tentunya melakukan langkah-langkah pengawasan, bekerjasama dengan lintas sektor. Karena kan itu ada di mana-mana, tidak mungkin BBPOM sendiri. Jadi tentunya bekerjasama dengan lintas sektor, terutama pemerintah, Suku Dinas Soail, Satpol PP, bisa dari PPKUKM juga, atau dari kepolisian,” ujar Andrianto.
BBPOM, kata dia, juga rutin mengadakan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang potensi bahaya dari konsumsi obat-obat tersebut secara ilegal.
“Jadi tujuannya kan juga untuk efek jerak atau mendidik masyarakat agar tidak menyalahgunakan obat-obat seperti itu,” pungkas Andrianto.
Diketahui, Dua orang pria yang menjual obat keras tramadol, trihexyphenidyl (trihex) dan jenis lain secara ilegal disergap aparat gabungan di wilayah Palmerah, Jakarta Barat pada Kamis (13/2) malam.
kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (KasatPol PP) Jakarta Barat Agus Irwanto menyebut kedua pria tersebut disergap saat tengah menjajakan obat-obat keras ilegal tersebut.
“Mereka sedang menjajakan dan sesuai dengan pengakuannya mulai dari (Kamis) sore dan kita tangkap sekitar jam 20.00 WIB lewat,” ucap Agus kepada wartawan di Jakarta pada Kamis malam.
Sumber : Antara
-

Pengemis Lansia Ketahuan Bawa Rp40 Juta tapi Masih Memaksa Minta Uang, 3 Jam Dapat Rp150 Ribu – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Seorang pengemis yang sudah lanjut usia (lansia) AR (70), diamankan Satpol PP Kota Kediri, Jawa Timur.
AR diamankan petugas saat meminta-minta dengan cara memaksa di Simpang Empat Jalan Kawi, Kota Kediri.
Melansir SuryaMalang.com, penangkapan ini dilakukan setelah adanya aduan dari masyarakat.
AR sering menggebrak kendaraan yang berhenti di lampu merah untuk meminta uang.
Aksi AR itu membuat pengguna jalan merasa terganggu dan tidak nyaman.
“Jadi kemarin itu ada pengaduan masyarakat di perempatan Jalan Kawi, ada yang minta-minta sifatnya maksa, gebrak mobil, gebrak motor.”
“Akhirnya kita tindaklanjuti dan pagi tadi baru ketemu yang bersangkutan kita amankan ke Mako Satpol PP untuk didata dan dibina,” kata Kabid Trantib Satpol PP Kota Kediri, Agus Dwiratmoko, Kamis (13/2/2025).
Saat diamankan, AR ketahuan membawa uang tunai hingga Rp40 Juta.
Uang itu dimasukkan dalam dua tas berukuran tanggung.
Di dalam tas itu, petugas mendapati uang pecahan kecil Rp2 ribu dan gulungan uang pecahan Rp100 ribu.
AR mengaku, total uang yang dimilikinya mencapai sekira Rp30-40 juta.
“Dia ini membawa dua tas tanggung, setelah kita tanya, dengan kesadaran dia memperlihatkan isinya ternyata isinya duit receh dan sudah dibendeli (Rp 100 ribuan) itu. Menurut yang bersangkutan sekitar Rp 30-40 juta,” terang Agus.
Uang itu diakui AR dari usahanya mengemis selama beberapa bulan ini saja.
“Pengakuannya semua uang itu hasilnya mengemis beberapa bulan ini,” ucap Agus kepada Kompas.com, Kamis.
Dari meminta-minta dalam hitungan jam, AR menghasilkan cukup banyak uang.
Misalnya, hasil mengemisnya di Simpang Empat mulai pukul 08.00 WIB hingga diamankan petugas pukul 11.00 WIB, sudah terkumpul uang sebanyak Rp150 ribu.
Meski telah memiliki banyak uang, AR tetap memilih hidup sebagai pengemis dan enggan meninggalkan kebiasaannya.
AR mengaku selalu membawa uangnya ke mana pun ia pergi lantaran takut dicuri orang.
Selain itu, ia diketahui tidak memiliki istri dan anak.
Saat ini, ia tinggal bersama saudara-saudaranya di Kecamatan Mojoroto.
“Dia pagi sampai malam, ke mana-mana duitnya dibawa takut diambil orang katanya,” terang Agus.
Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Bikin Panik Warga Kediri, Pengemis Minta Uang dengan Cara Memaksa, Ternyata Hartanya Puluhan Juta
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, SuryaMalang.com/Luthfi Husnika, Kompas.com/M Agus Fauzul Hakim)
-

DKI kemarin, JPO kolong Kalibata dan temuan ikan predator di Jaktim
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa di DKI Jakarta pada Kamis (13/2) antara lain JPO Kolong Jalan Layang Kalibata yang dipertimbangkan untuk dibuka kembali, kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Korea Selatan lewat festival buah hingga temuan ikan predator di Pasar Kramat Jati.
Berikut rangkumannya:
1. DKI kaji buka lagi JPO Kolong Jalan Layang Kalibata
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengkaji untuk membuka kembali atau tidak, akses jalan jembatan penyeberangan orang (JPO) di kolong Jalan Layang Kalibata, Rawajati, Jakarta Selatan.
“Nanti kami akan berkoordinasi dulu ya dengan Wali Kota (Jakarta Selatan), dengan pengamanan di situ, juga dengan Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan serta Satpol PP. Kami cek-cek,” kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi di Jakarta Timur, Kamis.
Baca selengkapnya di sini
2. DKI buka kerja sama dengan Korsel melalui festival stroberi
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka kerja sama ekonomi dengan Pemerintah Kota Nonsan, Provinsi Chungcheong Selatan, Korea Selatan melalui penyelenggaraan “Nonsan Strawberry Festival 2025” di salah satu mal kawasan Jakarta Selatan sejak Kamis (13/2) hingga Minggu (16/2).
“Jakarta menjadi salah satu kota yang dipilih untuk pelaksanaan ‘Nonsan Strawberry Festival’. Kami juga diundang untuk bisa menjadi salah satu peserta (festival buah di Nonsan) pada akhir Maret 2025,” kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi di Balaikota Jakarta, Kamis.
Baca selengkapnya di sini
3. Pekerja perahu eretan di Pesanggrahan dapat penghasilan Rp50 ribu/hari
Jakarta (ANTARA) – Pekerja perahu eretan di Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Hermawan (29) mengaku mendapatkan penghasilan sebesar Rp50 ribu per harinya untuk menyeberangkan penumpang yang didominasi siswa sekolah.
“Iya, sebesar Rp100 ribu perkiraan untuk berdua. Apalagi, kalau hari Sabtu, Minggu, kan pada libur tuh. Kita pernah dapat Rp50 ribu hanya untuk makan,” kata Hermawan di Jakarta, Kamis.
Baca selengkapnya di sini
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi (tengah) bersama Wali Kota Nonsan, Chungcheong Selatan, Korea Selatan, Baek Sung-hyeon (kanan); dan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali memperlihatkan produk buah Stroberi Nonsan di Balaikota Jakarta, Kamis (13/2/2025). Pertemuan itu dalam rangka digelarnya “Nonsan Strawberry Festival” di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, pada 13 Februari-16 Februari 2025. ANTARA/Lia Wanadriani Santosa/aa.
4. Dishub DKI rekayasa lalin di Jakbar karena adanya proyek JSDP
Jakarta (ANTARA) – Dinas Perhubungan DKI Jakarta melakukan rekayasa lalu lintas di sejumlah ruas jalan di Jakarta Barat menyusul adanya proyek Jakarta Sewerage Development Project (JSDP) Zona-1 Paket 5 (Area 2-1) dari Dinas Sumber Daya Air (SDA).
“Sehubungan dengan evaluasi pekerjaan, terjadi sejumlah perubahan titik lokasi pekerjaan yang sudah berjalan. Sehingga, adanya rekayasa jalan,” kata Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Hendry Sampurna di Jakarta, Kamis.
Baca selengkapnya di sini
5. Petugas temukan 63 ikan predator di Kramat Jati Jaktim
Jakarta (ANTARA) – Petugas dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menemukan 63 ikan predator di Showroom Predator Batu Ampar, Jalan Pos Inerbang Nomor 15 RT 10/RW 3, Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Kamis.
Ikan predator tersebut ditemukan saat petugas dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pedagang ikan predator di kawasan tersebut.
Baca selengkapnya di sini
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025 -

Penggunaan obat keras ilegal dinilai berkaitan dengan kasus tawuran di Jakarta
Jakarta (ANTARA) – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Jakarta mengaitkan pengedaran ilegal obat keras seperti tramadol dan trihexyphenidyl (trihex) dengan fenomena tawuran yang marak terjadi di wilayah setempat.
Ketua Tim Cegah Tangkal dan Siber BBPOM Jakarta Andrianto Nur Ichsan menyebut bahwa obat keras seperti tramadol dan trihex yang diminum dapat mengurangi rasa sakit, ketergantungan, halusinasi dan percaya diri yang tinggi.
“Jadi dia kalau dipakai orang tawuran atau geng motor yang dia nanti jatuh, yang berdarah, tawuran berdarah, itu enggak akan sakit. Tapi itu sesaat, jadi kalau obatnya nanti sudah efeknya habis, itu akan hilang efeknya,” ungkap Andrianto usai menangkap dua orang penjual obat keras ilegal di Palmerah, Kamis malam.
Namun demikian, kata Andrianto, obat keras yang dipakai berlebihan dapat menimbulkan risiko yang berbahaya, bahkan kematian.
“Karena ini obat-obat yang masuk golongan obat-obat tertentu yang harus dengan resep dokter, tidak bisa dijual bebas, harus sesuai aturan dokter,” ujar Andrianto.
Selama ini, kata dia, obat-obat keras ilegal itu dikonsumsi di kalangan remaja. “Kalau selama ini umum, tapi kebanyakan memang remaja,” kata dia.
Pihaknya terus berkoordinasi lintas sektor untuk menanggulangi pengedaran ilegal barang berbahaya tersebut.
“Kita tentunya melakukan langkah-langkah pengawasan, bekerjasama dengan lintas sektor. Karena kan itu ada di mana-mana, tidak mungkin BBPOM sendiri. Jadi tentunya bekerjasama dengan lintas sektor, terutama pemerintah, Suku Dinas Soail, Satpol PP, bisa dari PPKUKM juga, atau dari kepolisian,” ujar Andrianto.
BBPOM, kata dia, juga rutin mengadakan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang potensi bahaya dari konsumsi obat-obat tersebut secara ilegal.
“Jadi tujuannya kan juga untuk efek jerak atau mendidik masyarakat agar tidak menyalahgunakan obat-obat seperti itu,” pungkas Andrianto.
Diketahui, Dua orang pria yang menjual obat keras tramadol, trihexyphenidyl (trihex) dan jenis lain secara ilegal disergap aparat gabungan di wilayah Palmerah, Jakarta Barat pada Kamis (13/2) malam.
kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (KasatPol PP) Jakarta Barat Agus Irwanto menyebut kedua pria tersebut disergap saat tengah menjajakan obat-obat keras ilegal tersebut.
“Mereka sedang menjajakan dan sesuai dengan pengakuannya mulai dari (Kamis) sore dan kita tangkap sekitar jam 20.00 WIB lewat,” ucap Agus kepada wartawan di Jakarta pada Kamis malam.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
/data/photo/2025/02/14/67aeebadddd53.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/02/14/67af35df5c066.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)