Kementrian Lembaga: PGRI

  • Diduga Usai Santap Makan Bergizi Gratis, Puluhan Siswa di Cianjur Masuk Rumah Sakit

    Diduga Usai Santap Makan Bergizi Gratis, Puluhan Siswa di Cianjur Masuk Rumah Sakit

    Liputan6.com, Cianjur – Puluhan siswa dari dua sekolah yakni MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami keracunan massal diduga usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) pada Senin (21/4/2025). Mereka mengalami gejala pusing, mual, dan muntah sehingga dibawa ke rumah sakit. 

    Humas RSUD Sayang Cianjur, Raya Sandi mengatakan, sejak sore hingga Senin malam sebanyak 35 pasien dari SMP PGRI 1 Cianjur diterima pihak rumah sakit dengan indikasi keracunan makanan. 

    “Memang betul semalam itu (senin) menerima pasien yang berjumlah 35 siswa yang terindikasi keracunan makanan. Namun sejauh ini masih kita selidiki penyebab keracunan tersebut,” ujarnya, Selasa (22/5/2025).

    Dia mengatakan, dari jumlah pasien yang diduga menderita keracunan massal ini sebagian besar merupakan siswa perempuan berjumlah 25 siswa, selebihnya 10 siswa laki-laki. Usai diobservasi puluhan siswa ini diperbolehkan pulang dan melakukan pemeriksaan rawat jalan. 

    “Pihak rumah sakit Sayang lebih memfokuskan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien yang terdampak, semua pasien sudah diobservasi yang 35 itu sudah diperbolehkan pulang dan untuk pembiayaan kami bebaskan,” jelasnya. 

    Lebih lanjut, pada Selasa (22/5) pihak rumah sakit kembali menerima pasien pelajar dengan indikasi serupa diduga keracunan makanan sebanyak 14 orang dari PGRI 1 Cianjur dan MAN 1 Cianjur. Dia menuturkan, para pasien mengeluhkan pusing, mual, muntah hingga diare. 

    “Kami kembali menerima pasien yang diduga mengalami keracunan makanan yang kejadian tersebut bermula dari kemarin Senin (21/4) diantaranya dari SMP PGRI 1 terindikasi 14 orang (9 perempuan dan 4 laki-laki) dan dari MAN 1 Cianjur ada 1 orang,” ungkapnya.

    Hingga Selasa sore, puluhan pelajar ini diperbolehkan pulang dan melakukan pemeriksaan rawat jalan. Selain di RSUD Sayang, sebagian siswa mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Cianjur.

     

     

  • 7
                    
                        Puluhan Guru di Magetan Tak Terdata di Dapodik, Ketua PGRI: Diangkat Kepsek Tanpa Sepengetahuan Dinas
                        Surabaya

    7 Puluhan Guru di Magetan Tak Terdata di Dapodik, Ketua PGRI: Diangkat Kepsek Tanpa Sepengetahuan Dinas Surabaya

    Puluhan Guru di Magetan Tak Terdata di Dapodik, Ketua PGRI: Diangkat Kepsek Tanpa Sepengetahuan Dinas
    Tim Redaksi
    MAGETAN, KOMPAS.com
    – Sejumlah guru di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ditengarai tak terdaftar di Data Pokok Pendidikan (
    Dapodik
    ) karena diangkat sepihak oleh kepala sekolah tanpa adanya koordinasi dengan Dinas Pendidikan.
    Ketua
    PGRI
    Kabupaten Magetan, Sundarto, mengatakan bahwa sejumlah guru tersebut mengadukan nasib mereka ke PGRI setelah pemerintah menerapkan UU ASN No 23 Tahun 2023.
    “Yang jelas sekarang itu ada beberapa guru yang datang ke PGRI tapi belum berdapodik. Padahal,
    dapodik
    2,5 tahun guru dapat dapodik ikut P2 P3 ini (penjaringan
    P3K
    ). Dia tidak termasuk itu,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (23/4/2025).
    Sundarto menambahkan, terkait keberadaan puluhan guru yang tidak terdata di dapodik dengan masa kerja di bawah 2,5 tahun, dipastikan tidak akan masuk dalam penjaringan P3K yang masih menyisakan 200 formasi.
    Keberadaan guru yang tidak terdata di dapodik disebabkan oleh kepala sekolah yang memaksakan guru untuk mengajar karena kebutuhan pengajar yang diduga masih kurang.
    Guru tersebut diduga memiliki masa kerja kurang dari 2,5 tahun.
    “Sekolah melangkah sendiri tidak izin Disdikpora. Kepala sekolah memaksakan karena tidak ada yang mengajar,” imbuhnya.
    Karena tidak bisa mengikuti penjaringan tenaga P3K, maka puluhan guru tersebut dipastikan tidak akan mendapat tempat untuk mengajar.
    “Tapi yang jelas itu nanti dengan adanya yang P2 dan P3, kalau ini SK kan mereka tidak ada tempat,” ucapnya.
    Dengan adanya penerapan UU ASN, menurut Sundarto, Kabupaten Magetan tidak akan mengalami kekurangan guru lagi.
    Guru juga akan memiliki status yang jelas dengan standar gaji yang sesuai dengan aturan pemerintah.
    “Kalau tidak ada honor, kemudian pemerintah sangat bertanggung jawab, tidak seperti 5 tahun yang lalu kita berayukur, karena guru setidaknya menerima gaji yang bisa membiayai hidupnya. Magetan dipastikan tidak kekurangan guru lagi,” pungkasnya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sosok Anggrek Anggarayani, Guru SMP di Sragen yang Viral Gunting Seragam Siswa

    Sosok Anggrek Anggarayani, Guru SMP di Sragen yang Viral Gunting Seragam Siswa

    GELORA.CO – Belum lama ini, sebuah video yang menggambarkan seorang guru sedang menggunting seragam siswanya viral di media sosial.

    Usut punya usut, guru yang melakukan tindakan itu diketahui bernama Anggrek Anggarayani.

    Ia merupakan seorang tenaga pendidik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 5 Sukodono, Sragen, Jawa Tengah.

    Anggrek merupakan guru pengampu mata pelajaran seni budaya dan PPKN, serta guru bagian kesiswaan SMP PGRI 5 Sukodono, Sragen.

    Di balik viralnya video itu, ternyata ada fakta lain. 

    Anggrek melakukan itu atas permintaan orang tua siswa. 

    Mengetahui videonya viral, Anggrek lantas menyampaikan permintaan maaf.

    “Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya, seharusnya itu tidak saya unggah, tapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua anak,” katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (22/4/2025).

    Anggrek menjelaskan, pemotongan seragam serta pengambilan video dilakukan pada Senin (17/4/2025).

    Dimana, sebenarnya seragam yang dikenakan oleh siswa bernama Iksan tersebut adalah seragam dari sekolah lamanya.

    Iksan sendiri adalah siswa pindahan di SMP PGRI 5 Sukodono, yang kini duduk di bangku kelas 9.

    Anggrek mengatakan, sejak dua bulan sebelum pengguntingan itu, Iksan sudah dibelikan seragam baru oleh ibunya.

    Namun, Iksan tidak mau memakai seragam baru tersebut, karena Iksan merasa dirinya lebih keren memakai seragam yang lama.

    “Sudah dibelikan seragam baru 2 bulan sebelumnya, tapi Nak Iksan tidak mau, katanya dia memakai seragam itu terlihat keren, alhasil ibunya meminta saya untuk dipotong saja,” jelasnya.

    “Saya menelpon ibunya, Bu bagaimana ini kok Iksan masih memakai seragam tersebut, akhirnya ibunya chat saya, bilang agar dipotong saja bu, digunting saja, dan chat itu masih ada, juga sudah saya print,” sambungnya.

    Lebih lanjut, Anggrek menuturkan video tersebut ia unggah pada Sabtu (19/4/2025) pagi di media sosial TikTok.

    Kemudian, dia diminta untuk menghapus video tersebut oleh Komite Sekolah.

    Video itu sudah ia hapus dari akun TikToknya pada malam hari di hari yang sama saat ia mengunggah video tersebut.

    Sebelum mengunggah video tersebut, Anggrek juga telah meminta izin kepada orang tua Iksan.

  • Sosok Mohammad Wahyu Ferdian, Bupati Cianjur Kaget 70 Siswa Keracunan, Seorang Dokter Kandungan – Halaman all

    Sosok Mohammad Wahyu Ferdian, Bupati Cianjur Kaget 70 Siswa Keracunan, Seorang Dokter Kandungan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sosok Mohammad Wahyu Ferdian menjadi sorotan setelah insiden puluhan siswa Cianjur keracunan makanan.

    Mohammad Wahyu Ferdian atau akrab disapa Wahyu adalah Bupati Cianjur.

    Bupati Cianjur yang mendengar kabar 70 siswa dari dua sekolah mengalami keracunan mengaku kaget.

    Lantas siapa sosok Bupati Cianjur Mohammad Wahyu Ferdian?

    Sebelumnya diberitakan, 70 siswa MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami keracunan setelah menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (BMG).

    Bupati Cianjur kemudian menginstruksikan Puskesmas untuk siaga dan berkoordinasi dengan sekolah terkait.

    “Kita sudah menginstruksikan setiap puskesmas untuk siaga dan terus berkoordinasi dengan pihak sekolah. Sekolah juga sudah diminta untuk melakukan pendataan kepada para korban,” ucap Wahyu, dikutip dari TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).

    Ia juga mengaku terkejut atas peristiwa puluhan siswa yang keracunan ini.

    “Saya cukup sedih dan kaget, anak-anak kita harusnya sekolah, malah mendapat musibah seperti ini,” katanya.

    Selain itu, ia menuturkan, pihak-pihak terkait tengah melakukan penyelidikan soal penyebab puluhan siswa keracunan.

    “Beberapa sampel makanan serta muntahan dari korban keracunan, akan diteliti untuk mendapatkan sumber penyebabnya,” katanya.

    Sosok Bupati Cianjur

    Mengutip TribunBengkulu, Mohammad Wahyu Ferdian, yang akrab disapa Wahyu, lahir di Subang pada 27 November 1988.

    Ia dikenal sebagai seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) yang aktif berpraktik di RSUD Sayang, Cianjur.

    Selain meniti karier di bidang medis, Wahyu juga memiliki latar belakang keluarga yang cukup dikenal di dunia pemerintahan lokal.

    Ia merupakan menantu dari Tjetjep Muchtar Soleh, Bupati Cianjur dua periode (2006–2016), serta adik ipar dari Irvan Rivano Muchtar, yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Cianjur (2016–2021).

    Pendidikan kedokterannya dimulai di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), tempat ia menyelesaikan program sarjana pada tahun 2006.

    Ketertarikannya terhadap bidang kebidanan dan kandungan membawanya melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) pada tahun 2014.

    Tak hanya fokus pada pendidikan klinis, Wahyu juga memperluas keilmuannya dengan meraih gelar Magister Manajemen Rumah Sakit.

    Menariknya, ia juga mendalami bidang hipnosis dan hipnoterapi, dibuktikan dengan gelar CH (Certified Hypnotherapist) dan CHt (Certified Hypnotherapy Trainer) yang ia miliki.

    Karier profesionalnya di dunia medis dimulai sebagai dokter umum di RSUD Sayang pada tahun 2012.

    Setelah menuntaskan pendidikan spesialis, ia kembali mengabdi di rumah sakit yang sama sebagai dokter spesialis Obgyn, serta melayani pasien di RSUD Bhayangkara Cianjur.

    dr. Mohammad Wahyu Ferdian, S.Ked, MM, Sp.OG, CH, CHt, terus melayani masyarakat dengan keahlian medis yang ia miliki, sekaligus membawa pendekatan alternatif melalui keilmuannya di bidang hipnoterapi.

    Guru Ikut Keracunan

    Diberitakan TribunJabar, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudi, menuturkan dari data yang ia peroleh, ada 55 siswa yang alami keracunan.

    “Sebagian besar siswa yang mengalami gejala sempat menjalani perawatan di rumah sakit sudah pulang. Namun masih ada beberapa siswa yang masih dirawat,” katanya saat dihubungi TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).

    JALANI PERAWATAN – Satu siswi MAN 1 Cianjur menjalani perawatan setelah mengalami mengalami gejala mual dan muntah, Senin (21/4/2025). Total ada 38 orang yang mengalami gejala serupa sehingga dilarikan ke rumah sakit. Mereka diduga mengalami keracunan usai menyantap paket Makan Bergizi Gratis (MBG). (Istimewa/TribunJabar)

    Ia menuturkan, sebagian siswa telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan.

    “Sampai saat ini jumlah siswa yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 5 orang. Sebagian besarnya sudah diizinkan pulang,” katanya.

    Dihubungi di kesempatan berbeda, Kepala SMP PGRI 1 Cianjur, Rika Mustikawati menuturkan, di sekolahnya ada 23 siswa yang alami gejala keracunan.

     Dari 23 siswa, tiga di antaranya dirawat di rumah sakit.

    “Sejak semalam kita sudah menerima laporan soal siswa yang mengalami keracunan. Hingga kini pun kita terus berkomunikasi dengan para orang tua siswa,” katanya.

    Ia juga menuturkan, para guru juga ikut menyantap hidangan MBG.

    Tiga orang guru pun alami gejala keracunan ringan.

    “Ada tiga guru yang mengalami keracunan, tapi kondisinya ringan, sehingga bisa ditangani secara mandiri di rumah,” katanya.

    Penyelidikan BGN

    Badan Gizi Nasional (BGN) akan menyelidiki penyebab keracunan puluhan siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setelah menyantap makanan di program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan terkait dugaan penyebab keracunan, apakah berasal dari MBG atau bukan” ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana, dalam keterangan resmi, Selasa (22/4/2025).

    Dadan belum dapat memastikan apakah keracunan terjadi akibat menu makanan yang dibagikan dari program pemerintah tersebut. Kendati demikian, pihaknya masih menunggu hasil lab yang tengah dilakukan timnya untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.

    “Kami turut menyampaikan rasa empati dan berharap seluruh siswa segera pulih. Keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah prioritas utama kami,” jelas dia.

    Berdasarkan laporan, saat ini sampel MBG yang dimasak hari Senin (21/04/2025) telah dikirimkan ke Lab Kesda Provinsi setempat dan hasilnya akan keluar dalam rentang waktu sepuluh hari ke depan.

    Menurut keterangan dari perwakilan SPPG, makanan yang diolah juga telah memenuhi standar dan telah melewati proses sebagaimana mestinya.

    “Kami sedang menunggu hasil Lab Kesda Provinsi dari sampel yang sudah dikirimkan. Kami akan update infonya pada kesempatan pertama setelah hasil lab. keluar,” tegasnya. 

     Sebagai langkah preventif, BGN akan meningkatkan pengawasan standar penyimpanan makanan di dapur MBG. Melakukan proses penyempurnaan sistem berskala nasional.

    Kemudian, mendorong transparansi jadwal menu harian melalui kanal digital. Serta meningkatkan kapasitas pelatihan keamanan pangan bagi seluruh penyedia MBG.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Profil Mohammmad Wahyu Ferdian, Seorang Dokter yang Unggul di Pilbup Cianjur 2024 Bareng Ramzi

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Renald, Nitis Hawaroh)(TribunBengkulu.com 

  • BGN Selidiki Penyebab Puluhan Siswa Keracunan Menu Program Makan Bergizi Gratis di Cianjur – Halaman all

    BGN Selidiki Penyebab Puluhan Siswa Keracunan Menu Program Makan Bergizi Gratis di Cianjur – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) akan menyelidiki penyebab keracunan puluhan siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setelah menyantap makanan di program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan terkait dugaan penyebab keracunan, apakah berasal dari MBG atau bukan” ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana, dalam keterangan resmi, Selasa (22/4/2025).

    Dadan belum dapat memastikan apakah keracunan terjadi akibat menu makanan yang dibagikan dari program pemerintah tersebut. Kendati demikian, pihaknya masih menunggu hasil lab yang tengah dilakukan timnya untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.

    “Kami turut menyampaikan rasa empati dan berharap seluruh siswa segera pulih. Keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah prioritas utama kami,” jelas dia.

    Berdasarkan laporan, saat ini sampel MBG yang dimasak hari Senin (21/04/2025) telah dikirimkan ke Lab Kesda Provinsi setempat dan hasilnya akan keluar dalam rentang waktu sepuluh hari ke depan.

    Menurut keterangan dari perwakilan SPPG, makanan yang diolah juga telah memenuhi standar dan telah melewati proses sebagaimana mestinya.

    “Kami sedang menunggu hasil Lab Kesda Provinsi dari sampel yang sudah dikirimkan. Kami akan update infonya pada kesempatan pertama setelah hasil lab. keluar,” tegasnya. 

    Sebagai langkah preventif, BGN akan meningkatkan pengawasan standar penyimpanan makanan di dapur MBG. Melakukan proses penyempurnaan sistem berskala nasional.

    Kemudian, mendorong transparansi jadwal menu harian melalui kanal digital. Serta meningkatkan kapasitas pelatihan keamanan pangan bagi seluruh penyedia MBG.

    Mengutip TribunJabar, jumlah siswa MAN 1 Cianjur yang menjadi korban keracunan diduga usai mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) bertambah menjadi 38 orang.

    “Saat ini jumlah korban keracunan sudah bertambah 22 orang, sehingga total siswa keracunan menjadi 38 orang,” kata Kabid Pencagahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Frida Laila Yahya saat dihubungi wartawan, Senin (21/4/2025).

    Dari ke 38 korban tersebut lanjut dia, 28 diantaranya di rawat di RSUD Sayang Cianjur, dan 10 lainya di RS Bhayangkarang. Hingga saat ini sejumlah korban masih menjalani perawatan intensif.

    “Rata-rata para korban tersebut mengalami gejala muntah, mual dan pusing. Para korban rata-rata mulai masuk masuk ke IGD RSUD Sayang Cianjur, dan RS Bhayangkara pada pukul 18.00 WIB,” ucapnya.

    Frida menyebutkan, pihaknya sudah menurunkan sejumlah tim ke RSUD Sayang Cianjur, RS Bhayangkarang serta dapur Makan Bergizi Gratis (MBG).

    “Sejumlah tim tersebut ditugaskan untuk mengobservasi dan mengambil sampel muntahan dari para korban, serta makanan yang diduga dikonsumsi para siswa,” ucapnya.

    Sebelumnya, belasan siswa MAN 1 Cianjur mengalami gejala mual dan muntah diduga usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG). Akibatnya sejumlah siswa tersebut harus menjalani perawatan di dua rumah sakit.

    Kabid Pencagahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Frida Laila Yahya membenarkan adanya sejumlah siswa MAN 1 Cianjur yang mengalami gejala keracunan.

    “Saat ini tim dari Dinskes sudah diturunkan ke rumah sakit, dan dapur MBG di Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur,” katanya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

  • Baju Bergambar Geng-gengan, Digunting Atas Perintah Orangtua

    Baju Bergambar Geng-gengan, Digunting Atas Perintah Orangtua

    GELORA.CO – Wakil Kepala Kesiswaan SMP PGRI 5 Sukodono, Sragen, Anggrek Anggrayani, 34, memberikan klarifikasi terkait aksi gunting seragam siswa yang videonya viral di media sosial. Aksi pengguntingan seragam siswa itu didokumentasikan dalam bentuk video dan sempat diunggah di TikTok selama 11 jam kemudian dihapus tetapi video itu ternyata sudah menyebar dan viral dimana-mana.

    Anggrek memberi klarifikasi kepada wartawan dengan disaksikan Kepala Sekolah SMP PGRI 5 Sukodono, Sutardi, dan orang tua siswa, Dwi Aminardi, 47, dan Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Disdikbud Sragen Tri Giyanto di Ruang Rapat Kepala Disdikbud Sragen, Selasa (22/4/2025).

    Anggrek yang juga guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebelum bercerita meminta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaiannya. Ia menyadari video rekaman saat menggunting seragam siswa itu seharusnya tidak diunggah di TikTok tetapi cukup didokumentasikan atas permintaan orang tua siswa sendiri.

    “Video itu sebenarnya hanya sebagai bukti bahwa memang benar seragam siswa itu sudah saya potong. Yang menyuruh saya memotong seragam siswa itu adalah ibu siswa yang bersangkutan. Begitu,” katanya.

    Inisiatif mengunggah video ke Tiktok itu hanya untuk memberitahukan kepada anak-anak didiknya saja. Dia menyebut siswa yang mencoret-coret baju seragamnya tidak hanya satu orang saja tetapi ada beberapa siswa. Dia menyampaikan para siswa itu saat ini masih dalam penanganan guru bimbingan konseling (BK).

    “Iki lho cah, nek jik enek gambar ki nyatane takpotong. [Ini loh cah], kalau masih ada gambar kenyatannya dipotong [digunting)]. Gitu, awalnya seperti itu,” ungkap Anggrek.

    Dia menjelaskan video berdurasi hanya 58 detik itu diunggah pada Sabtu, 19 April 2025 dan pada hari itu pula dihapus. Video diunggah Anggrek pada pukul 08.00 WIB kemudian pada pukul 19.00 WIB dihapus. “Pagi hari, video saya unggah di TikTok, lantas saya diperintah Bapak Komite untuk menghapus. Lalu video itu saya hapus pada pukul 19.00 WIB. Tetapi video sudah menyebar dan viral sampai hari ini,” kata Anggrek.

    Anggrek mengaku sebelum mengunggah video itu sudah berkomunikasi dan meminta izin kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Anggrek mengulang kata-katanya kala itu, “Ibu mohon maaf. Apakah boleh video ini saya upload? Izin itu lewat chat dan ada buktinya sudah saya screenshot dan sudah saya print [cetak]. Itu ada semua. Pihak orang tua membolehkan,” katanya.

    Gambar Geng-gengan

    Anggrek melanjutkan aksi gunting seragam siswa itu atas perintah ibunya siswa yang bersangkutan. Dia mengatakan di seragam itu terdapat gambar yang kurang jelas, seperti ada geng-gengan dan ada tulisan tertentu yang intinya wanita itu tidak baik. Dia menduga sepertinya siswa tersebut merasakan kekecewaan. Dia menyampaikan gambar itu ditemukan di bagian belakang baju dan ada tulisan kecil-kecil di celana.

    “Seragam siswa itu sebenarnya bukan seragam SMP PGRI 5 Sukodono melainkan seragam dari sekolah sebelumnya karena siswa itu merupakan siswa pindahan dari SMP lain. Sedangkan ibunya sudah membelikan seragam yang sesuai dengan seragam SMP PGRI 5 Sukodono, yaitu bawahan biru dan atasan putih. Seragam itu sudah dibelikan dua bulan sebelum kejadian itu,” kata Anggrek.

    Meskipun sudah dibelikan seragam orang tuanya, kata dia, siswa tersebut tidak mau memakainya. Saat ditegur, Anggrek mengatakan siswa beralasan kalau pakai seragam lama lebih keren. Dia menegaskan ibu siswa itu yang memintanya memotong baju seragam siswa karena ibunya meminta supaya memotong saja bajunya dengan cara digunting.

    “Selama ini support guru dekat dengan semua siswa, lebih khusus ke siswa yang ‘nakal’, sering bolos. Mereka justru kami dekati tetapi memang anaknya suka membandel. Siswa itu sudah dipanggil guru BK sebanyak tiga kali dan catatannya masih ada. Terus ada lagi panggilan-panggilan yang sering bolos, banyak. Buku BK itu bahkan dipenuhi oleh nama siswa itu sendiri,” ujarnya.

  • Soal Keracunan Massal di 2 Sekolah di Cianjur, Bupati Mengaku Kaget – Halaman all

    Soal Keracunan Massal di 2 Sekolah di Cianjur, Bupati Mengaku Kaget – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Puluhan siswa di Cianjur, Jawa Barat, mengalami keracunan.

    Total, ada lebih dari 70 orang siswa dari dua sekolah yang alami keracunan usai menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (BMG).

    Dua sekolah yang siswanya alami keracunan, yakni MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur.

    Mendengar hal tersebut, Bupati Cianjur, Mohammad Wahyu Ferdias, pun menginstruksikan Puskesmas untuk siaga dan berkoordinasi dengan sekolah terkait.

    “Kita sudah menginstruksikan setiap puskesmas untuk siaga dan terus berkoordinasi dengan pihak sekolah. Sekolah juga sudah diminta untuk melakukan pendataan kepada para korban,” ucap Wahyu, dikutip dari TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).

    Ia juga mengaku terkejut atas peristiwa puluhan siswa yang keracunan ini.

    “Saya cukup sedih dan kaget, anak-anak kita harusnya sekolah, malah mendapat musibah seperti ini,” katanya.

    Selain itu, ia menuturkan, pihak-pihak terkait tengah melakukan penyelidikan soal penyebab puluhan siswa keracunan.

    “Beberapa sampel makanan serta muntahan dari korban keracunan, akan diteliti untuk mendapatkan sumber penyebabnya,” katanya.

    Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudi, menuturkan dari data yang ia peroleh, ada 55 siswa yang alami keracunan.

    “Sebagian besar siswa yang mengalami gejala sempat menjalani perawatan di rumah sakit sudah pulang. Namun masih ada beberapa siswa yang masih dirawat,” katanya saat dihubungi TribunJabar.id, Selasa (22/4/2025).

    Ia menuturkan, sebagian siswa telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan.

    “Sampai saat ini jumlah siswa yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 5 orang. Sebagian besarnya sudah diizinkan pulang,” katanya.

    Dihubungi di kesempatan berbeda, Kepala SMP PGRI 1 Cianjur, Rika Mustikawati menuturkan, di sekolahnya ada 23 siswa yang alami gejala keracunan.

    Dari 23 siswa, tiga di antaranya dirawat di rumah sakit.

    “Sejak semalam kita sudah menerima laporan soal siswa yang mengalami keracunan. Hingga kini pun kita terus berkomunikasi dengan para orang tua siswa,” katanya.

    Ia juga menuturkan, para guru juga ikut menyantap hidangan MBG.

    Tiga orang guru pun alami gejala keracunan ringan.

    “Ada tiga guru yang mengalami keracunan, tapi kondisinya ringan, sehingga bisa ditangani secara mandiri di rumah,” katanya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kasus Dugaan Keracunan Makan Bergizi Gratis, Bupati Cianjur Instruksikan Puskesmas untuk Siaga

    (Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Fauzi Noviandi)

  • Viral Guru SMP di Sragen Gunting Seragam Siswa yang Penuh Coretan, Mengaku Disuruh oleh Ibu Muridnya – Halaman all

    Viral Guru SMP di Sragen Gunting Seragam Siswa yang Penuh Coretan, Mengaku Disuruh oleh Ibu Muridnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah video yang merekam aksi seorang guru yang menggunting seragam murid laki-laki di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah menjadi viral di media sosial.

    Tampak guru tersebut memotong beberapa bagian termasuk di area punggung yang penuh coretan di tengah halaman sekolah.

    Dalam narasi yang beredar, peristiwa itu terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Kabupaten Sragen.

    Video itu menjadi viral setelah diunggah ulang oleh akun Instagram @sragenkita pada Selasa (22/4/2025).

    Kejadian ini dibenarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen, Prihantomo.

    “Kemarin kita konfirmasi, ketemu di salah satu SMP swasta yang ada di Sragen,” ujarnya, Selasa.

    Diketahui, guru tersebut mengajar di salah satu sekolah swasta yang ada di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.

    Lantara sekolah swasta, Disdikbud Sragen tidak bisa langsung mengambil sikap.

    Tindak lanjut terkait kasus ini akan dikembalikan kepada pihak yayasan.

    “Mekanismenya beda, kalau negeri kan otomatis atasan langsung di tempat kami, sehingga kami bisa langsung tentukan langkah,” jelasnya.

    “Tapi, swasta tetap kewenangan di yayasan, hanya kita selaku pembinaan dan pengawas, nanti kita harus meluruskan dan memberikan arahan,” tambah Prihantomo.

    Guru yang bersangkutan bernama Anggrek Anggarayani, pengampu mata pelajaran Seni Budaya dan PPKN, serta guru BK di SMP PGRI 5 Sukodono.

    Anggrek mengatakan, pemotongan seragam itu terjadi pada Senin (17/4/2025).

    Dia mengaku melakukan hal itu atas permintaan orang tua siswa yang bersangkutan, bernama Iksan.

    Melihat videonya yang kini viral, Anggrek menyampaikan permintaan maafnya.

    “Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya, seharusnya itu tidak saya unggah, tapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua anak,” katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (22/4/2025).

    Anggrek melanjutkan, video itu dibuat sebagai bukti kepada ibu dari Iksan.

    “Itu sebagai bukti untuk, memang benar sudah saya potong (seragam), karena yang menyuruh memotong itu adalah ibu dari Iksan,” sambungnya.

    Kronologi

    Lebih lanjut, Anggrek menceritakan kronologi Iksan yang didapati memakai seragam penuh coretan.

    Dia menyebut Iksan merupakan siswa pindahan yang kini duduk di bangku kelas 9.

    Seragam yang dipotong itu adalah seragam sekolah lamanya.

    Anggrek mengatakan, sejak dua bulan sebelum pengguntingan itu, Iksan sudah dibelikan seragam baru oleh ibunya.

    Namun, Iksan tidak mau memakai seragam baru tersebut, karena Iksan merasa dirinya lebih keren memakai seragam yang lama.

    “Sudah dibelikan seragam baru 2 bulan sebelumnya, tapi Nak Iksan tidak mau, katanya dia memakai seragam itu terlihat keren, alhasil ibunya meminta saya untuk dipotong saja,” jelasnya.

    Mendapati hal itu, Anggrek lantas menghubungi ibu Iksan terkait seragam penuh coretan itu.

    Melalui pesan singkat WhatsApp, ibu Iksan kemudian menyuruh Anggrek untuk memotong seragam anaknya.

    “Saya menelpon ibunya, Bu bagaimana ini kok Iksan masih memakai seragam tersebut, akhirnya ibunya chat saya, bilang dipotong saja bu, digunting saja, dan chat itu masih ada, juga sudah saya print,” sambungnya.

    Anggrek menjelaskan, coretan di seragam itu berisi tulisan nama geng dan gambar yang tak senonoh.

    Dia melanjutkan, video tersebut ia unggah pada Sabtu (19/4/2025) pagi di media sosial TikTok.

    Sebelum mengunggah video tersebut, Anggrek juga telah meminta izin kepada orang tua Iksan.

    “Komunikasi sama orang tua ada, saya meminta izin, Ibu mohon maaf apakah boleh video ini saya upload, itu ada screenshot, itu ada semua, dan orang tua membolehkan, iya Bu,” ujar dia.

    Kemudian, dia diminta untuk menghapus video tersebut oleh Komite Sekolah.

    Video itu sudah ia hapus dari akun TikToknya pada Sabtu malam.

    Orangtua membenarkan

    Ayah Iksan, Dwi Aminarti membenarkan bahwa pemotongan seragam tersebut memang permintaan istrinya.

    Sebab menurut Dwi, Iksan merupakan anak yang bandel.

    Iksan sudah sering dinasehati orang tuanya, namun tidak pernah diindahkan.

    “Dia kalau dikasih tahu diam, tapi nggak mau dengar, setelah itu, waktu Bu Anggrek telfon istri saya, suruh ngasih tahu, ya sudah bu (untuk dipotong), sebenarnya sudah dibelikan seragam baru,” ujar Dwi.

    Menurutnya, setelah seragam digunting, Iksan sudah tidak lagi memakai seragam lamanya itu.

    Dwi juga mengatakan hal itu sebagai pelajaran untuk Iksan agar menaati peraturan sekolah.

    “Iya menerima (seragam Iksan dipotong), justru diminta, karena sudah dikasih tahu baik-baik nggak nurut sama orang tua, ini yang meminta istri saya, iya, jadi pelajaran untuk anak,” pungkasnya. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Sosok Anggrek Anggarayani, Guru di Sragen yang Viral karena Gunting Seragam Siswa, Ini Faktanya. 

    (Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

  • Bos BGN Buka Suara soal Puluhan Siswa Keracunan Usai Santap MBG

    Bos BGN Buka Suara soal Puluhan Siswa Keracunan Usai Santap MBG

    Jakarta

    Badan Gizi Nasional (BGN) menanggapi terkait puluhan siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). BGN tengah mendalami penyebab keracunan massal tersebut.

    Kepala BGN Dadan Hindayana menyampaikan empati dan kepedulian akibat insiden yang menimpa puluhan siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang diduga mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan pada program MBG.

    “Kami turut menyampaikan rasa empati dan berharap seluruh siswa segera pulih. Keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah prioritas utama kami. Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan terkait dugaan penyebab keracunan, apakah berasal dari MBG atau bukan” ujar Dadan dalam keterangannya, Selasa (22/4/2025).

    Dadan belum dapat memastikan apakah keracunan terjadi akibat menu makanan yang dibagikan dari program pemerintah tersebut. Kendati demikian, pihaknya masih menunggu hasil lab yang tengah dilakukan timnya untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.

    Berdasarkan laporan, saat ini sampel MBG yang dimasak hari Senin (21/4) telah dikirimkan ke Lab Kesda Provinsi setempat dan hasilnya akan keluar dalam rentang waktu 10 hari ke depan. Lebih lanjut, menurut keterangan dari perwakilan SPPG, makanan yang diolah juga telah memenuhi standar dan telah melewati proses sebagaimana mestinya.

    “Kami sedang menunggu hasil Lab Kesda Provinsi dari sampel yang sudah dikirimkan. Kami akan update infonya pada kesempatan pertama setelah hasil lab keluar,” tambah Dadan.

    Sebagai langkah pencegahan, Dadan menerangkan akan melakukan beberapa hal. Pertama, meningkatkan pengawasan standar penyimpanan makanan di dapur MBG.

    Kedua, melakukan proses penyempurnaan sistem berskala nasional. Ketiga, mendorong transparansi jadwal menu harian melalui kanal digital. Keempat, meningkatkan kapasitas pelatihan keamanan pangan bagi seluruh penyedia MBG.

    Sebelumnya, Puluhan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur keracunan massal usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), Senin (21/4). Bahkan 38 siswa dirawat di rumah sakit.

    Muhammad Reyhan, siswa MAN 1, mengatakan dirinya mulai mengalami gejala keracunan pada pukul 14.30 WIB. Sebelumnya pada pukul 12.00 WIB, dia bersama para siswa lainnya mengonsumsi nasi dengan lauk dari program MBG.

    “Tadi siang sekelas makan MBG, isinya nasi dan ayam potong seperti ayam suwir. Setelah itu, sekitar jam setengah tiga mulai pusing, mata juga kunang-kunang. Saya kan pulang, begitu sampai rumah langsung muntah,” kata Reyhan, Senin (21/4/2025), dikutip dari detikJabar.

    Menurut siswa kelas 10 itu, ayam suwir tersebut berbau, namun para siswa tetap memakannya. “Sedikit berbau, seperti asam begitu. Tapi tetap dimakan karena dikiranya bumbunya begitu,” jelasnya.

    (rea/ara)

  • Drama Dana BOS SMK PGRI 2 Ponorogo Masih On The Track: 5 Bulan Tanpa Tersangka

    Drama Dana BOS SMK PGRI 2 Ponorogo Masih On The Track: 5 Bulan Tanpa Tersangka

    Ponorogo (beritajatim.com) – Tepat 5 bulan lebih 2 hari, Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo menggeledah berbagai ruangan di SMK PGRI 2 Ponorogo. Waktu itu, penggeledahan dilakukan terkait penyidikan dugaan tindak pidana korupsi, atas penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolah tersebut. Setelah hampir setengah tahun, Kejari Ponorogo pun belum kunjung menetapkan tersangka dalam dugaan kasus yang pada akhir tahun lalu menggemparkan dunia pendidikan di Bumi Reog.

    Padahal, barang bukti berupa beberapa bus dan 2 mobil sudah disita oleh korps Adhiyaksa tersebut. Pun mereka juga telah memeriksa puluhan saksi. Tidak hanya saksi dari internal SMK PGRI 2 Ponorogo, saksi yang diperiksa juga dari pejabat Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur (Jatim). Bahkan Kepala Dindik Provinsi Jatim, Aries Agung Paewai memenuhi panggilan Kejari Ponorogo, setelah pada panggilan pertama absen. Lalu, setelah 5 bulan berlalu, apakah kasus ini juga berlalu atau jalan di tempat, seperti salah satu perintah dalam kegiatan baris berbaris?

    Kepala Seksi Intelijen Kejari Ponorogo, Agung Riyadi menegaskan bahwa kasus dugaan tindak pidana korupsi atas penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan BOS SMK PGRI 2 Ponorogo on the track. Seperti dikonfirmasi sebelumnya, Agung menyebut pihaknya saat ini masih menunggu hasil dari perhitungan oleh ahli, terkait dengan kerugian negara yang ditimbulkan dari kasus tersebut.

    “Pasti ada yang harus bertanggungjawab. Penetapan tersangka menunggu hasil penghitungan kerugian negara oleh ahli,” tegas Agung, Senin (14/4/2025).

    Agung mengungkapkan bahwa penghitungan oleh ahli ini, sudah berlangsung selama 2 bulan. Ia meminta publik untuk bersabar, pihaknya selama ini juga selalu berkoordinasi dengan ahli, supaya penghitungan cepat selesai. Kejari Ponorogo pun segera memenuhi dokumen-dokumen yang dibutuhkan ahli untuk menghitung kerugian negara tersebut.

    “Pengen kami juga secepatnya, tetapi tetap menunggu perkembangannya. Sebab, kami nunggu antrian, ahli tidak hanya menghitung kasus di Ponorogo saja,” katanya.

    Untuk diketahui, pada hari Selasa tanggal 12 November 2024 lalu, Kejari Ponorogo melakukan penggeledahan di SMK PGRI 2 Ponorogo. Tim penyidik memeriksa seluruh ruangan kantor di SMK PGRI 2 Ponorogo untuk mengamankan sejumlah dokumen, perangkat elektronik serta barang bukti lain yang diduga berkaitan dengan penggunaan Dana BOS periode tahun anggaran 2019 hingga 2024. Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan bukti dalam upaya mengusut dugaan kasus korupsi di lembaga pendidikan tersebut. [end/aje]