Kementrian Lembaga: PGRI

  • Siswa SMK PGRI 24 Kalideres Terlantar Sekolah Digembok Ahli Waris, Pramono Turun Tangan Cari Info

    Siswa SMK PGRI 24 Kalideres Terlantar Sekolah Digembok Ahli Waris, Pramono Turun Tangan Cari Info

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengaku bakal mengusut kasus ini dan mencari informasi soal SMK PGRI 24 Kalideres, Jakarta Barat yang digembok.

    Diketahui, para murid yang bersekolah di SMK PGRI 24 Kalideres, tak bisa sekeolah setelah digembok oleh pihak ahli waris sejak Jumat (25/4/2025) kemarin.

    Aksi penggembokan ini pun sempat viral di media sosial.

    Dalam video yang beredar terlihat beberapa pelajar berdiri di luar sekolah lantaran pintu gerbang terkunci.

    Pramono Anung mengaku bakal mengusut kasus ini dan mencari informasi lebih lanjut terkait sengketa yang melibatkan pihak sekolah dan ahli waris.

    “Terus terang saya belum tahu, saya pelajari dulu,” ucapnya di Balai Kota Jakarta, Selasa (29/4/2025).

    “Kalau belum tahu saya enggak mau jawab, tapi saya akan pelajari. Saya janji itu,” sambungnya.

    KLIK SELENGKAPNYA: Pengamat Politik Adi Prayitno Menganalisa Sikap Partai Hanura yang Mendukung Prabowo Subianto. Rumor Matahari Kembar Diungkit Ketum Hanura Oesman Sapta Oedang (OSO)

    Dikonfirmasi terkait hal ini, Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta Sarjoko mengatakan, sengketa terjadi setelah perjanjian kerja sama antara pihak sekolah dan pemilik lahan selesai pada awal April 2025 ini.

    Hal ini berdasarkan surat pemberitahuan yang disampaikan pihak sekolah kepada Disdik DKI Jakarta pada 2015.

    Dalam surat itu dijelaskan bahwa SMK PGRI 24 Kalideres pindah lokasi ke tempat yang sekarang disengketakan oleh ahli waris.

    “Tanggal 24 April 2025 dari pihak SMK PGRI 24 sudah menyampaikan surat hal pindah lokasi ke Kompleks Kebersihan Nomor 50, RT 008 RW 011, Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat,” ujarnya.

    “Dan dilampirkan juga surat kesepakatan bersama pengakhiran perjanjian dengan pemilik tanah tertanggal 9 April 2025,” sambungnya.

    (TribunJakarta)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Sekolah Digembok Ahli Waris, Siswa SMK PGRI 24 Bisa Kembali Bersekolah di Lokasi Baru Mulai 1 Mei

    Sekolah Digembok Ahli Waris, Siswa SMK PGRI 24 Bisa Kembali Bersekolah di Lokasi Baru Mulai 1 Mei

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR – Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta memastikan, kegiatan belajar mengajar di SMK PGRI 24 Kalideres, Jakarta Barat bakal kembali normal mulai 1 Mei 2025 mendatang.

    Nantinya, kegiatan belajar mengajar tersebut bakal dilaksanakan di lokasi baru.

    Hal ini disampaikan Plt Kepala Disdik DKI Jakarta Sarjoko menanggapi video viral sekolah digembok yang viral di media sosial.

    “Terlepas dari adanya sengketa para ahli waris tersebut, kegiatan belajar mengajar SMK 24 direncanakan sudah bisa dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2025 di tempat yang baru,” ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (29/4/2025).

    Sarjoko menerangkan, kasus ini bermula dari berakhirnya perjanjian kerja sama antara pihak sekolah dengan pemilik lahan di awal April ini.

    Adapun kerja sama antara pihak SMK PGRI 24 Kalideres dengan pemilik lahan berlangsung selama 10 tahun sejak 2015 silam.

    Hal ini disampaikan Sarjoko berdasarkan surat pemberitahuan yang dikirimkan pihak sekolah kepada Disdik DKI Jakarta beberapa tahun lalu.

    “Tanggal 24 April 2015 dari pihak SMK PGRI 24 sudah menyampaikan surat hal pindah lokasi ke Komplek Kebersihan Nomor 50 RT 008RW 011, Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat,” ujarnya.

    “Dan dilampirkan Surat kesepakatan bersama pengakhiran perjanjian dengan pemilik tanah tertanggal 9 April 2025,” sambungnya.

    Sebelumnya viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan pagar SMK PGRI 24 Kalideres digembok ahli waris.

    Dalam video terlihat sejumlah pelajar tak bisa masuk lantaran pagar sekolah digembok.

    Meski tertahan di luar, namun para pelajar tampak tenang dan tidak melakukan tindakan-tindakan anarki.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • Sekolah Digembok Ahli Waris, Siswa SMK PGRI 24 Bisa Kembali Bersekolah di Lokasi Baru Mulai 1 Mei

    Sekolah Digembok Ahli Waris, Siswa SMK PGRI 24 Jakbar Bisa Kembali Bersekolah di Lokasi Baru

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR – Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta memastikan, kegiatan belajar mengajar di SMK PGRI 24 Kalideres, Jakarta Barat bakal kembali normal mulai 1 Mei 2025 mendatang.

    Nantinya, kegiatan belajar mengajar tersebut bakal dilaksanakan di lokasi baru.

    Hal ini disampaikan Plt Kepala Disdik DKI Jakarta, Sarjoko, menanggapi video viral sekolah digembok yang viral di media sosial.

    “Terlepas dari adanya sengketa para ahli waris tersebut, kegiatan belajar mengajar SMK 24 direncanakan sudah bisa dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2025 di tempat yang baru,” ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (29/4/2025).

    Sarjoko menerangkan, kasus ini bermula dari berakhirnya perjanjian kerja sama antara pihak sekolah dengan pemilik lahan di awal April ini.

    Adapun kerja sama antara pihak SMK PGRI 24 Kalideres dengan pemilik lahan berlangsung selama 10 tahun sejak 2015 silam.

    Hal ini disampaikan Sarjoko berdasarkan surat pemberitahuan yang dikirimkan pihak sekolah kepada Disdik DKI Jakarta beberapa tahun lalu.

    “Tanggal 24 April 2015 dari pihak SMK PGRI 24 sudah menyampaikan surat hal pindah lokasi ke Komplek Kebersihan Nomor 50 RT 008RW 011, Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat,” ujarnya.

    “Dan dilampirkan Surat kesepakatan bersama pengakhiran perjanjian dengan pemilik tanah tertanggal 9 April 2025,” sambungnya.

    Sebelumnya viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan pagar SMK PGRI 24 Kalideres digembok ahli waris.

    Dalam video terlihat sejumlah pelajar tak bisa masuk lantaran pagar sekolah digembok.

    Meski tertahan di luar, namun para pelajar tampak tenang dan tidak melakukan tindakan-tindakan anarki.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Kasus Keracunan MBG di Cianjur, Apa Saja yang Sudah Dilakukan BGN?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 April 2025

    Kasus Keracunan MBG di Cianjur, Apa Saja yang Sudah Dilakukan BGN? Nasional 28 April 2025

    Kasus Keracunan MBG di Cianjur, Apa Saja yang Sudah Dilakukan BGN?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN)
    Dadan Hindayana
    mengatakan, pihaknya masih melakukan uji lab di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)
    Makanan Bergizi Gratis
    (MBG) di
    Cianjur
    , Jawa Barat.
    Sebelumnya, puluhan siswa dari dua sekolah mengalami gejala keracunan usai mereka menyantap hidangan MBG.
    Adapun jumlah siswa yang terdampak akibat mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis, yaitu 52 dari 788 siswa MAN 1 dan 20 dari 167 siswa SMP PGRI 1.
    “Uji lab untuk mikrobiologinya di Cianjur belum keluar,” kata Dadan saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/4/2025).
    Selain melakukan uji lab, BGN juga memeriksa air dan peralatan makan yang digunakan. 
    Dadan mengatakan, untuk masalah air dan peralatan MBG sejauh ini sudah tidak ada masalah.
    “Kalau dari air dan peralatan sudah
    clear
    aman dan tidak ada masalah,” lanjut dia.
    Sebagai informasi, SPPG Cianjur setiap harinya memproduksi makanan bergizi hingga 3.470 porsi yang dibagikan ke 9 sekolah.
    Atas kejadian ini, Dadan menegaskan akan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan salah satu program prioritas utama pemerintah ini.
    “Meningkatkan SOP aspek higienis, dan melakukan penyegaran melalui pelatihan penjamah makanan,” lanjutnya.
    Dadan juga menegaskan, meski mengalami berbagai kendala dalam penyalurannya, dia menargetkan ke depannya MBG akan
    zero accident
    .
    “BGN memiliki target tidak ada kejadian,” tegas dia.
    Sebelumnya, kasus siswa yang keracunan seusai menyantap MBG terjadi di berbagai tempat sepanjang 2025, yakni di MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur; SDN 33 Bombana; SDN Proyonanggan 5 Batang; SD Katolik Andaluri, Waingapu; SDN 2 Alaswangi, Pandeglang; hingga SDN 3 Dukuh, Sukoharjo.
    Bahkan, kasus keracunan MBG di Cianjur, Jawa Barat, telah ditetapkan sebagai kasus luar biasa (KLB) karena 78 siswa dari 2 sekolah mengalami gejala
    keracunan makanan
    .
    Dadan menyebutkan, keracunan massal di Cianjur disebabkan tempat makanan atau food tray MBG yang masih menggunakan bahan dasar plastik.
    “Yang pertama,
    food tray
    -nya harus diganti, karena setengah dari
    food tray
    itu masih plastik,” kata Dadan saat ditemui di Asrama Haji Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 8 Kasus Keracunan MBG, Ada Ulat hingga Bakteri dalam Menu Makanan Siswa

    8 Kasus Keracunan MBG, Ada Ulat hingga Bakteri dalam Menu Makanan Siswa

    PIKIRAN RAKYAT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh pemerintah Presiden Prabowo Subianto terus menuai kontroversi sejak diluncurkan. Sepanjang Oktober 2024 hingga April 2025, sejumlah kasus dugaan keracunan makanan dari program ini mencuat di berbagai daerah.

    Insiden-insiden ini tidak hanya memunculkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat, tetapi juga mendorong perlunya evaluasi menyeluruh terhadap standar keamanan pangan dalam pelaksanaan MBG.

    Berikut rangkuman kasus-kasus keracunan yang tercatat:

    Daftar Kasus Dugaan Keracunan Program MBG

    1. Nganjuk, Jawa Timur (2 Oktober 2024)

    Sebanyak tujuh siswa SDN Banaran 1, Kecamatan Bagor, dilarikan ke puskesmas setelah mengalami mual, muntah, dan pusing usai mengonsumsi menu MBG. Menu yang diberikan saat itu terdiri dari nasi, ayam goreng, dan sayur sop.

    Pihak sekolah mengakui ada makanan yang sebelumnya sudah tampak mencurigakan namun tetap sempat tersaji. Setelah kejadian, Dinas Kesehatan Nganjuk melakukan investigasi dan mengambil sampel makanan untuk diuji laboratorium.

    2. Sukoharjo, Jawa Tengah (16 Januari 2025)

    Sebanyak 40 siswa SDN Dukuh 03, Kecamatan Baki, mengalami gejala mual dan muntah usai makan ayam krispi dari paket MBG. Sejumlah siswa langsung mendapatkan penanganan medis di puskesmas terdekat.

    Pemerintah Kabupaten Sukoharjo menyebut dugaan awal adalah kesalahan dalam proses penyimpanan makanan, karena suhu penyimpanan tidak sesuai standar keamanan pangan. Dinas Kesehatan juga menemukan adanya kontaminasi bakteri dari sampel makanan yang diuji.

    3. Nunukan, Kalimantan Utara (13 Januari 2025)

    Lebih dari 30 siswa SMAN 2 Nunukan Selatan mengalami keracunan makanan dengan gejala mual, diare, dan sakit perut. Menu yang disajikan adalah ayam kecap dan nasi putih.

    Ironisnya, sehari setelah kejadian, pihak sekolah menemukan lauk ayam kecap yang disimpan di dapur sudah berulat. Pihak Dinas Kesehatan Nunukan segera melakukan sidak dan menemukan masalah pada higienitas pengolahan dan distribusi makanan.

    4. Pandeglang, Banten (19 Februari 2025)

    Sebanyak 28 siswa SDN Alaswangi 2, Kecamatan Menes, mengalami gejala mual, diare, dan muntah setelah menyantap makan siang dari program MBG. Seorang siswa sempat menjalani rawat inap di puskesmas.

    Investigasi awal menemukan bahwa makanan disimpan lebih dari 4 jam dalam suhu ruang sebelum dibagikan, sehingga memicu pertumbuhan bakteri. Dinas Kesehatan Pandeglang merekomendasikan evaluasi pada penyedia katering lokal.

    5. Waingapu, Sumba Timur (18 Februari 2025)

    Sebanyak 29 siswa SDK Andaluri dilaporkan mengalami mual, muntah, dan sakit perut. Menu yang diberikan adalah nasi, ikan goreng, dan sayur kangkung.

    Pihak dapur MBG menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan reaksi alergi, bukan keracunan. Namun, hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan tetap menemukan indikasi kerusakan makanan akibat pengolahan yang kurang higienis.

    6. Takalar, Sulawesi Selatan (26 Februari 2025)

    Sebanyak 12 siswa dari tiga sekolah dasar di Kabupaten Takalar mengalami sakit perut dan pusing setelah menyantap makanan MBG yang terdiri dari nasi, ikan, tahu, dan pisang.

    Dinas Kesehatan setempat telah menerjunkan tim surveilans dan mengambil sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium.

    7. Batang, Jawa Tengah (14 April 2025)

    Sekitar 60 siswa dari jenjang TK hingga SMP di Batang mengalami mual dan muntah usai makan mi goreng dengan telur putih goreng dari menu MBG. Beberapa siswa bahkan harus mendapat observasi lanjutan di puskesmas.

    Dinas Pendidikan Kabupaten Batang menduga insiden disebabkan kualitas bahan makanan yang tidak segar. Investigasi juga mengungkapkan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah terhadap penyedia makanan.

    8. Cianjur, Jawa Barat (22 April 2025)

    Puluhan siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG berupa ayam goreng dan sambal. Kasus ini viral di media sosial dan memicu kecaman dari berbagai pihak.

    Bupati Cianjur segera membentuk tim investigasi khusus dan menyatakan bahwa akan ada audit terhadap semua penyedia jasa katering yang terlibat dalam program MBG di wilayah tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Respons Badan Gizi Nasional soal Laporan Keracunan Massal usai Santap MBG

    Respons Badan Gizi Nasional soal Laporan Keracunan Massal usai Santap MBG

    Jakarta

    Kembali gaduh laporan kasus keracunan massal makanan bergizi gratis (MBG). Teranyar terjadi di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, tepatnya SDN 33 Kasipute pada Rabu, (23/4/2025).

    Belasan murid dilaporkan setelah mencium aroma amis dari paket MBG yang berisi nasi, chicken karaage, tahu goreng, dan sayur sop. Kepala sekolah setempat, Santi Jamal, menyebut aroma tak sedap berasal dari ayam krispi yang sudah tidak layak konsumsi. Kepolisian mengonfirmasi ada 53 dari 1.026 paket makanan yang tidak segar.

    Beberapa hari sebelumnya, kasus yang mirip terjadi di Cianjur. Pada Senin (21/4), keracunan massal terjadi pada 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur. Peristiwa itu menjadi bagian dari Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan pemerintah daerah, setelah total 176 warga mengalami gejala serupa akibat konsumsi makanan dari acara hajatan warga.

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Prof Dadan Hindayana menekankan sudah ada evaluasi dan perbaikan yang dilakukan pemerintah. Utamanya pada satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang bertugas sebagai distribusi dan pengawasan MBG.

    Khusus terkait kasus Cianjur, dua perbaikan yang diminta BGN adalah pergantian food tray dari berbahan plastik, menjadi stainless steel. Kedua, alur proses yakni akses bahan baku yang berbeda dengan akses makanan setelah selesai dimasak, untuk dikirim.

    “Seperti diketahui, MBG di SPPG Cianjur telah dilaksanakan mulai 15 Januari 2025 dan baru pertama kali terjadi. Jadi butuh penyegaran dan tambahan pelatihan,” tandas Prof Dadan saat dihubungi detikcom Jumat (25/4/2025).

    Sementara di Kabupaten Bombana, disebutnya berhasil dicegah di sekolah-sekolah lain.

    “Sekolah lainnya aman, BGN akan melakukan pelatihan peningkatan kualitas makanan secara berkala,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Wamendagri: Makan Bergizi Gratis Harus Higienis dan Ikuti Panduan BGN
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        25 April 2025

    Wamendagri: Makan Bergizi Gratis Harus Higienis dan Ikuti Panduan BGN Nasional 25 April 2025

    Wamendagri: Makan Bergizi Gratis Harus Higienis dan Ikuti Panduan BGN
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto menekankan bahwa
    makan bergizi gratis
    (
    MBG
    ) yang diberikan kepada siswa harus higienis dan sehat.
    Hal itu disampaikan Bima saat meninjau pelaksanaan program MBG di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 015 Balikpapan Selatan, Kalimantan Timur, Jumat (25/4/2025).
    “Yang paling utama adalah pastikan higienis dan nutrisi. Semua harus higienis. Nah, higienis ini kan berarti tepat waktu, dihidangkannya, dan cara memprosesnya,” kata Bima Arya dalam keterangannya, dikutip dari
    Antaranews
    , Jumat.
    Untuk mencegah kejadian, seperti keracunan makanan, Bima Arya mengingatkan pentingnya mematuhi standar dan pedoman yang telah ditetapkan Badan Gizi Nasional (BGN).
    “Jadi, waktu penyajian, cara menyajikan, semuanya sudah ada panduannya dari Badan Gizi, ikuti saja,” ujarnya.
    Tak hanya itu, mantan Wali Kota Bogor tersebut juga mengatakan, program MBG seharusnya mendorong perputaran ekonomi di daerah.
    “Yang kedua itu, harus memberikan dampak ekonomi bagi wilayah lingkungan di sini. Jadi, supplier-nya juga harus di sini. Semuanya, pengusaha katering dan sebagainya,” katanya.
    Kemudian, Bima Arya menyebut, pengelolaannya juga harus dilakukan secara transparan dan profesional agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.
    “Semua pengelolaan itu harus transparan. Harus dikelola secara profesional,” ujarnya.
    Lebih lanjut, dia meminta agar kepala daerah tetap terlibat aktif dan membuka ruang komunikasi dengan masyarakat terkait program MBG.
    “Kepala daerah itu harus turun. Kepala daerah itu harus meminta masukan,” kata Bima Arya.
    Selain itu, menurut dia, pelaksanaan MBG harus dievaluasi secara berkelanjutan termasuk oleh kepala daerah.
    Sebagaimana diketahui, belakangan ini, program makan bergizi gratis kembali jadi perbincangan karena sejumlah kasus keracunan.
    Sejauh ini, kasus keracunan terbanyak usai menyantap menu MBG terjadi di MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat.
    Sebanyak 78 siswa mengalami keracunan sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena kejadian tersebut.
    Kemudian, sebanyak 60 siswa mengalami mual dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan program MBG di SDN Proyonanggan 5 Batang, Jawa Tengah.
    Selanjutnya, sebanyak 40 siswa SDN Alaswangi 2, Pandeglang, Jawa Barat, juga dilaporkan mengalami keracunan massal usai mengkonsumsi menu MBG.
    Demikian juga, 40 siswa SDN 3 Dukuh, Sukoharjo, Jawa Tengah, diberitakan mengalami keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Marak Kasus Keracunan MBG, ICW Desak Program Dihentikan
                        Nasional

    10 Marak Kasus Keracunan MBG, ICW Desak Program Dihentikan Nasional

    Marak Kasus Keracunan MBG, ICW Desak Program Dihentikan
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) dihentikan setelah rentetan kasus
    keracunan MBG
    yang menimpa siswa di berbagai daerah.
    Setidaknya, sudah terdapat lebih dari 200 siswa yang menjadi korban keracunan akibat menyantap menu MBG.
    “Kualitas makanan yang disediakan tidak memenuhi standar gizi minimal. Itu mencakup segi kandungan protein, vitamin, maupun keragaman menu. Terdapat temuan siswa di sekolah disajikan telur rebus yang tak layak dikonsumsi. Di beberapa sekolah, siswa bahkan membuang makanan karena rasa yang tak sedap,” tulis peneliti ICW lewat keterangan resminya, dikutip Jumat (25/4/2025).
    ICW juga melihat adanya ketimpangan layanan dan kualitas MBG antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.
    Salah satunya adalah temuan wadah makanan yang berbahan plastik tipis. Hal itu tentu berbahaya karena bahan kimia dapat keluar jika wadah ditaruh makanan panas.
    “Hal ini menunjukan tidak adanya standarisasi layanan dalam pelaksanaan MBG,” tulis ICW.
    “Mengacu pada hal-hal di atas, Presiden Prabowo harus menunjukkan tanggung jawabnya dengan menghentikan proyek MBG,” sambung ICW menegaskan.
    Setidaknya sudah terjadi sederet kasus keracunan massal akibat menu MBG selama 2025. Mulai kasus keracunan yang menimpa 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat.
    Bahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena kejadian tersebut.
    Kedua adalah 13 siswa yang mengalami gejala muntah dan sakit perut akibat menu MBG ayam tepung yang diduga basi SDN 33 Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara.
    Kemudian, sebanyak 60 siswa mengalami mual dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan program MBG di SDN Proyonanggan 5 Batang, Jawa Tengah.
    Selanjutnya terjadi di SD Katolik Andaluri, Waingapu, Sumba Timur, di mana 29 siswa mengalami keracunan.
    Kelima, sebanyak 40 siswa juga mengalami keracunan massal usai mengkonsumsi menu MBG di SDN Alaswangi 2, Pandeglang, Jawa Barat.
    Terakhir, keracunan makanan juga dialami oleh 40 siswa setelah mengkonsumsi MBG di SDN 3 Dukuh, Sukoharjo, Jawa Tengah.
    Jika mengacu pada kasus-kasus keracunan MBG di atas, setidaknya terdapat 260 siswa yang menjadi korban. Mayoritas korban MBG tersebut mengeluhkan gejala mual, diare, hingga sakit perut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • ​​Mendikdasmen Respons Karut-marut Program MBG: Mudah-mudahan Disempurnakan

    ​​Mendikdasmen Respons Karut-marut Program MBG: Mudah-mudahan Disempurnakan

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, merespons karut-marut pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia.

    Dalam keterangan terbaru, ia hanya meminta agar pelaksanaan MBG dievaluasi menyusul munculnya berbagai masalah, termasuk kasus keracunan massal di sejumlah sekolah.

    “Mudah-mudahan ini bisa menjadi evaluasi dari pihak-pihak yang terkait. Mudah-mudahan ke depan dapat tetap disempurnakan dan terlaksana sebaik-baiknya,” kata Abdul Mu’ti di Gedung C1 KPK, Jakarta, Kamis, 24 April 2025.

    Mu’ti menegaskan, tanggung jawab pelaksanaan MBG ada di tangan Badan Gizi Nasional (BGN). Namun, kementeriannya tetap mendukung penuh karena program ini merupakan salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto.

    “Kami mendukung sepenuhnya program Makan Bergizi Gratis ini sebagai program prioritas Pak Presiden dan kalau ada masalah tentu itu bagian dari evaluasi kita bersama-sama,” ujarnya.

    Rentetan Masalah Program MBG

    Sejak diluncurkan pada awal tahun 2025, Program Makan Bergizi Gratis telah berjalan hampir empat bulan. Namun, sepanjang perjalanan itu, sejumlah masalah serius mulai bermunculan:

    1. Kasus Keracunan Massal Berulang

    Masalah paling menonjol adalah keracunan massal yang dialami para siswa penerima makanan MBG.

    Kasus pertama terjadi pada Januari 2025, hanya beberapa pekan setelah program diluncurkan. Sebanyak 40 siswa di SDN Dukuh 03, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari program tersebut.

    Belakangan, kasus serupa terjadi lagi di Cianjur, Jawa Barat, menimpa 79 siswa dari dua sekolah, yaitu MAN I Cianjur dan SMP PGRI I Cianjur. Para korban sempat dirawat di RSUD Sayang dan RS Bhayangkara Cianjur.

    “Total 79 siswa terdiri atas siswa MAN I sebanyak 60 orang dan SMP PGRI I sebanyak 19 orang. Saat ini, seluruhnya sudah pulang ke rumah masing-masing dan tetap mendapat pengawasan dari tenaga kesehatan dari puskesmas terdekat,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Frida Laila Yahya.

    Menurut Frida, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan. Kasus di Cianjur bahkan ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

    Selain di Jawa Tengah dan Jawa Barat, kasus serupa juga muncul di Bombana, Sulawesi Tenggara, di mana siswa mengalami muntah dan sakit perut diduga akibat menyantap ayam yang basi.

    Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan semua insiden tersebut menjadi bahan evaluasi pihaknya.

    “Kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem (pelaksanaan MBG) ke depan,” katanya.

    2. Mitra Dapur Tak Dibayar, Gegas Somasi BGN

    Masalah lain muncul dari sisi mitra penyedia makanan. Salah satu mitra dapur MBG di Kalibata, Jakarta Selatan, mengaku tidak dibayar oleh Yayasan MBG, hingga akhirnya tutup dan berhenti beroperasi.

    Kuasa hukum mitra dapur, Danna Harly, menyebut kliennya, Ira, telah mengeluarkan dana hampir Rp975 juta untuk memasak 65.025 porsi makanan pada Februari–Maret 2025, tapi tidak menerima pembayaran sepeser pun.

    “Kami selaku kuasa hukum menyesalkan tindakan MBN yang tidak membayarkan sepeserpun hak dari Ibu Ira, selaku mitra dapur Makan Bergizi Gratis di Kalibata,” ujar Danna.

    Ia menjelaskan bahwa dalam kontrak, harga per porsi ditetapkan Rp15.000, tapi kemudian diturunkan menjadi Rp13.000 dan masih dipotong lagi Rp2.500 per porsi. Merasa dirugikan, kliennya melapor ke polisi.

    “Saya sudah somasi, sudah ajukan hak tagih dan sudah ke BGN juga untuk mengonfirmasi ini dan sampai sekarang belum ada. Maka dari itu kami sudah siapkan untuk langkah hukum baik gugatan maupun laporan polisi,” katanya.

    Laporan ke Polda Metro Jaya sudah diterima dengan nomor: LP/B/1160/IV/2025/SPKT/POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA, pada Kamis, 10 April 2025. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Anggrek Anggarayani yang Viral Gunting Seragam Siswa Ternyata Masih Kuliah: Belum Layak Jadi Guru – Halaman all

    Anggrek Anggarayani yang Viral Gunting Seragam Siswa Ternyata Masih Kuliah: Belum Layak Jadi Guru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah fakta terungkap di balik viralnya ibu guru bernama Anggrek Anggarayani gunting seragam siswa di Sragen, Jawa Tengah.

    Ternyata Anggrek Anggarayani masih berstatus sebagai seorang mahasiswi.

    Yang berkaitan diketahui saat ini bekerja di SMP PGRI 5 Sukodono Sragen.

    Ia pengampu mata pelajaran seni budaya dan PPKN, serta guru bagian kesiswaan.

    Fakta ini dibenarkan oleh Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Tri Giyanto.

    Ia menegaskan, Anggrek Anggarayani belum layak menjadi seorang guru.

    “Jadi memang Bu Anggrek sebenarnya belum layak menjadi kesiswaan, karena masih kuliah, masih belum dikatakan menjadi pendidik (guru, red),” katanya, dikutip dari TribunSolo.com, Kamis (24/4/2025).

    Tri melanjutkan, oleh karena itu, pihak Disdikbud tidak bisa memberikan sanksi secara langsung kepada Anggrek Anggarayani terkait aksi gunting seragam siswa.

    “Kami tidak bisa memberikan sanksi, bentuk kewenangan di yayasan,” paparnya.

    Meskipun demikian, Tri sudah memberikan rekomendasi ke pihak yayasan.

    Disdikbud meminta yayasan lebih memperhatikan terkait rekrutmen tenaga pendidik atau guru.

    Selain itu, Tri menyoroti kenapa seorang mahasiswi bisa menjadi guru di sekolah tersebut.

    “Kami sampaikan ke yayasan, sehingga kami bisa memberikan imbauan, dan teguran dari pimpinan kami rekomendasikan bahwa berkomunikasi dengan pihak yayasan.”

    “Untuk memperhatikan SDM yang bisa masuk di sana, ternyata bisa dikatakan seorang yang belum lulus saja sudah jadi kesiswaan, ini kan menjadi PR kita yang perlu kami tambahan dari dinas dan sudah izin pimpinan mewakili ini,” tegasnya.

    Anggrek Anggarayani dalam kesempatannya mengaku tindakannya salah karena mengunggah video aksi gunting seragam siswa.

    Ia mengaku, aksi tersebut sebetulnya dilakukan atas dasar permintaan dari langsung orang tua siswa yang bersangkutan.

    “Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya, seharusnya itu tidak saya unggah, tapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua anak,” akunya, dikutip dari TribunSolo.com.

    Anggrek Anggarayani melanjutkan ceritanya, siswa dalam video merupakan murid pindahan.

    Ia sudah dibelikan seragam baru oleh sang ibu sejak 2 bulan lalu.

    Akan tetapi, siswa tersebut enggan memakai seragam baru dan memilih yang lama.

    Ia berdalih seragam lamanya lebih bagus, meski ada coretan-coretan.

    Anggrek Anggarayani kemudian menghubungi ibu sang siswa untuk menjelaskan kondisi yang terjadi.

    Orang tua siswa kemudian meminta agar dilakukan pemotongan seragam pada Senin (17/4/2025).

    Aksi tersebut direkam dan viral lewat media sosial.

    “Sudah dibelikan seragam baru 2 bulan sebelumnya, tapi Nak Iksan tidak mau, katanya dia memakai seragam itu terlihat keren, alhasil ibunya meminta saya untuk dipotong saja,” imbuh Anggrek Anggarayani.

    Sedangkan alasan video diunggah, diharapkan siswa lain mengambil pelajaran dari kejadian ini.

    GUNTING SERAGAM. Aksi guru gunting seragam siswa yang viral di media sosial, terungkap ternyata di Sragen. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen, Prihantomo mengatakan setelah ditelusuri, guru tersebut merupakan salah satu guru di SMP swasta yang ada di Kabupaten Sragen, Selasa (22/4/2025) (Tribun Solo / Istimewa)

    Dwi, ayah siswa dalam video membenarkan istrinya menyuruh Anggrek Anggarayani untuk menggunting seragamnya.

    Ia juga mengaku sudah berkali-kali memberi tahu anaknya agar memakai seragam baru.

    Namun, nasehit tersebut tidak didengarkan.

    “Karena dia kalau dikasih tahu nggak mau dengar, ya disuruh motong saja sama Bu Anggrek itu, sudah dipotong saja Bu, karena sudah dibelikan yang baru,” kata Dwi, dikutip dari TribunSolo.com.

    Terakhir, Dwi berharap anaknya menjadikan kejadian ini sebagai bahan pembelajaran.

    “karena sudah dikasih tahu baik-baik nggak nurut sama orang tua, ini yang meminta istri saya, iya, jadi pelajaran untuk anak,” tutupnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Duduk Perkara Viral Guru Gunting Baju di Sragen, Siswa Pindahan Ogah Pakai Seragam Sekolah Baru

    (Tribunnews.com/Endra)(TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)