Kementrian Lembaga: P2TP2A

  • Lolly, anak Nikita Mirzani kabur dari rumah aman

    Lolly, anak Nikita Mirzani kabur dari rumah aman

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian membenarkan bahwa anak Nikita Mirzani, Lolly atau LM (17) kabur dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) atau rumah aman dalam pemeriksaan kasus dugaan pencabulan dan aborsi yang dilakukan Vadel Badjideh.

    “Sekarang Lolly ada di Polres. Dia lagi di berita acara pemeriksaan (BAP) di atas,” kata Kepala Seksi (Kasi) Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

    Nurma menjelaskan, pada awalnya Lolly mengaku sakit kepala dan meminta diantar ke Puskesmas. Kemudian, dia meminta izin untuk ke toilet.

    Setelah ditunggu lama, Lolly menghilang dan dicari petugas yang mengantarnya ternyata tidak kunjung ketemu.

    “Kan dicari-cari ternyata Lolly sudah di Polres, setelah itu tiba-tiba dia ada sama si Razman malah muncul di media,” ujarnya.

    Ternyata, Lolly ditemukan bersama dengan kuasa hukum Vadel, Razman Arief Nasution. Mengetahui hal tersebut, Nikita Mirzani langsung melaporkan itu terkait penculikan.

    “Itulah makanya dilaporkan sama Nikita dia telah melakukan penculikan,” ujarnya.

    Nikita Mirzani melaporkan kejadian itu dengan laporan polisi nomor LP/B/107/2025/SPKT/POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA pada Jumat pukul 08.08 WIB.

    Atas laporan tersebut, Razman terjerat Pasal 76F Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 yang mengatur larangan penculikan anak.

    Selain laporan terkait penculikan, ada tiga laporan lainnya, yakni Pasal 170 tentang pidana pengeroyokan dari Nikita, Pasal 335 tentang tentang perbuatan tidak menyenangkan dari adik Nikita berinisial L serta Pasal 351 tentang penganiayaan dari Razman.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Polisi Buru Guru Ngaji Diduga Lecehkan Empat Muridnya di Ciledug Tangerang – Halaman all

    Polisi Buru Guru Ngaji Diduga Lecehkan Empat Muridnya di Ciledug Tangerang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Polisi sedang mencari seorang guru ngaji berinisial W (40) diduga melakukan pelecehan seksual di Kawasan Sudimara Selatan, Ciledug, Kota Tangerang, Banten.

    W diketahui melecehkan empat muridnya.

    Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Zain Dwi Nugroho menjelaskan pihaknya menerima laporan pelapor J (54) selaku orangtua korban pada 23 Desember 2024 lalu.

    Terduga pelaku hasil penyelidikan dan penyidikan diketahui telah meninggalkan kediamannya sejak 29 November 2024 sebelum dilaporkan ke Polres Metro Tangerang Kota, Polda Metro Jaya.

    “Setelah menerima laporan, selanjutnya guna melengkapi administrasi penyelidikan, personel Unit PPA mengantarkan korban untuk dilakukan Visum. Kemudian ditanggal yang sama (23/12) juga dilakukan BAP terhadap pelapor, korban dan saksi,” terang Zain, Kamis, (9/1/2025).

    Selama proses pemeriksaan, Polres Metro Tangerang Kota juga melakukan pendampingan untuk pemulihan dan trauma yang dialami korban dengan melibatkan psikolog dari P2TP2A dan dinas terkait.

    “Saat penyelidikan, kami (polisi,red) telah melakukan pemanggilan terhadap terduga pelaku berinisial W (40) sebanyak 2 kali, yakni ditanggal 27 Desember 2024 dan 30 Desember 2024, namun terduga pelaku tersebut tidak hadir. Lalu setelah melalui gelar perkara, statusnya dinaikkan ke tahap penyidikan pada tanggal 3 Januari 2025, karena terdapat alat bukti yang cukup telah terjadi peristiwa pidana” jelasnya.

    Zain mengungkapkan, hasil dari penyelidikan, bahwa pelaku sudah meninggalkan rumahnya di Kampung Dukuh, Kelurahan Sudimara Selatan, Kecamatan Ciledug sejak tanggal 29 November 2024 yakni kurang lebih sebulan sebelum dilaporkan orangtua korban ke Polisi. 

    Saat ini, anggota masih melakukan pengejaran. 

    Namun, pelaku masih belum diketahui keberadaannya. 

    “Mohon doa dan dukungannya kami sedang cari dan kejar pelakunya, kami juga menghimbau pelaku untuk bisa kooperatif memenuhi panggilan polisi,” tandas Kapolres.

  • Kaleidoskop Banyuwangi 2024: Gadis 7 Tahun Diperkosa dan Dibunuh hingga Banjir Rob Parah

    Kaleidoskop Banyuwangi 2024: Gadis 7 Tahun Diperkosa dan Dibunuh hingga Banjir Rob Parah

    Liputan6.com, Banyuwangi – Memasuki bulan November 2024, Kabupaten Banyuwangi, digemparkan dengan tewasnya gadi berusia 7 tahun yang diketahui berinisal CAN, warga Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru.

    Seluruh media masa memberitkan tewasnya gadis yang masih duduk dibangku sekolah Madrasah Ibdtidaiyah (MI), atau setara sekolah dasar (SD). Pasalnya gadis malang ini, ditemukan meregang nyawa di sebuah kebun tidak jauh dari rumahnya pada Rabu Siang pukul 10.30 WIB, diduga akibat diperkosa dan penganiayaan

    Karena pada saat ditemukan kancing baju korban lepas, dan sejumlah perhiasan yang dikenakan korban hilang. Hingga kini polisi telah memeriksa puluhan saksi, termasuk orang tua korban untuk mendapatkan bukti kuat, agar kasus tersebut segera cepat terkuak.

    Namun hingga 1 bulan sejak kematian CNA, Polisi masih belum menetapkan tersangka terhadap kasus ini. Polresta Banyuwangi, berjanji akan berusaha keras untuk mengungkap tabir pembunuhan yang sangat keji tersebut

    Selain kasus pemerkosaan, pada bulan Februari, Banyuwangi juga dihebohkan dengan tewasnya seoarang santri yang dianiaya seniornya di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Kediri. Dan di penghujung tahun 2024 tepatnya pada hari Minggu 21 Desember 2024, ribuan warga di Banyuwangi terdampak banjir rob.

    Berikut ulasan lengkap Kaleidoskop Banyuwangi 2024:

    Tragedi Gadis 7 Tahun di Ban yuwangi Tewas, Diduga Diperkosa

    Tragis adalah kata yang menggambarkan betapa sedihnya kondisi CNA, gadis 7 tahun yang diduga jadi korban pembunuhan disertai pemerkosaan saat ditemukan pada Rabu, (13/11/2024). 

    Murid kelas 1 salah satu sekolah madrasah di Desa Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi itu ditemukan pada pukul 10.30 pagi, usai jam sekolah selesai pada pukul 10.00 WIB. 

    “Korban ditemukan tertelentang di semak-semak ilalang,” terang Kasatreskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Andrew Vega

    Vega membenarkan kronologi penemuan yang beredar di masyarakat yaitu saat sebelum ditemukan, orang tua korban sempat gelisah karena CNA yang seharusnya sudah pulang ke rumah, sudah ditunggu lama, belum juga sampai di rumah. 

    “Saat itu orang tua menelpon pihak sekolah. Dilakukanlah upaya pencarian bersama hingga akhirnya korban ditemukan meninggal dunia di semak-semak,” kata Vega. 

    Vega mengurai, saat ditemukan, bocah cilik yang biasa pulang ke rumah menggunakan sepeda ontelnya itu ditemukan masih mengenakan seragam namun celana korban dalam kondisi melorot. 

    Di sekitar tempat ditemukannya korban, kancing baju korban juga tercecer yang kemudian memperkuat indikasi adanya upaya pemerkosaan yang dilakukan oleh pelaku yang hingga saat ini belum diketahui identitasnya. 

    “Seragam masih menempel namun celana korban sudah dalam kondisi melorot. Diduga ada upaya memaksa membuka baju berdasarkan bukti kancing korban yang ditemukan berceceran,” beberapa Vega. 

    Hal yang sama juga terjadi pada sepatu dan sepeda korban yang ditemukan di parit tak jauh dari Tempat Kejadian Perkara (TKP). 

    Sementar itu, berdasarkan pemeriksaan luar oleh tim medis, pada jasad korban juga ditemukan luka memar di bagian kepala serta hidung yang mengucurkan darah.

    “Ada luka memar pada kepala bagian belakang kepala dan keluar darah pada hidung korban,” jelasnya.

    Polisi telah memeriksa 41 saksi dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan CNA.

    “Kami sudah memeriksa 41 saksi dan hingga saat ini masih berproses,” terang Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra   

    Polisi juga telah menemukan bukti adanya kekerasan seksual yang dialami CNA. Pernyataan tersebut didasarkan pada proses autopsi yang telah dilakukan pada Rabu, (13/11/2024) malam hingga pukul 02.00 WIB pada Kamis, (13/11/2024). 

    Namun demikian, Rama belum dapat mengurai secara rinci karena hasil autopsi belum secara resmi diumumkan kepada publik. 

    “Hasil belum keluar secara resmi tapi kita sudah dapat mengetahui dan patut menduga tanda kekerasan ditemukan di tubuh korban,” terang kapolres. 

    Pemkab Banyuwangi sendiri langsung memberikan pendampingan pada keluarga korban kasus dugaan kekerasan seksual dan pembunuhan anak berusia 7 tahun tersebut. Pendampingan terutama diperuntukkan pada ibunda korban yang diketahui saat ini tengah hamil tua. 

    “Sejak kemarin, usai mendapat informasi kejadian memilukan ini, kami langsung terjunkan tim untuk melakukan pendampingan. Utamanya pendampingan psikologis pada ibunda korban, yang saat ini tengah hamil tua,” kata Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB, Henik Setyorini

    Menurut Henik, ibunda korban saat ini tengah hamil besar dengan usia kandungan 7 bulan masuk 8 bulan, dan serta sering mengigau memanggil nama almarhumah korban.

    “Saat ini kondisi ibu korban sudah mulai mau makan meskipun sedikit. Tim P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak) juga terus berupaya untuk memberikan motivasi kepada orang tua korban,” tambah Henik.

    Henik menjelaskan Satgas PPA dan Tim pendamping P2TP2A, sejak 13 November telah melakukan pendampingan visum dan otopsi di RSUD Genteng. Terkait biaya visum dan autopsi yang telah dilakukan ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi.

    Tim juga telah mendatangi rumah duka untuk cek lokasi kejadian dan makam korban, serta melihat kondisi orang tua korban bersama Kepala Kemenag Banyuwangi yang merupakan anggota dari Tim SATGAS PPA Banyuwangi.

    “Tim P2TP2A juga akan terus mengawal kasus ini secara hukum hingga putusan pengadilan,” tambah Henik.

     Kasus tersebut Sudah 35 hari berlalu kasus itu masih menyisakan tanya termasuk siapa dalang dibaliknya

    Belum terungkapnya kasus ini pun turut membawa keresahan publik tak terkecuali DN (35) ayah korban. Hingga kini DN hanya bisa pasrah sembari menanti kepastian hukum siapa dalang dibalik pembunuhan yang menimpa putri keduanya itu.

    DN hanya duduk merenung di ruang tamu menggumam lirih berharap ada kepastian terkait kabar siapa yang telah dengan keji merenggut nyawa putrinya. Dalam gumam itu, DN pun mewadulkan keresahannya tersebut kepada Presiden RI dan Kapolri.

    “Untuk Pak Presiden saya bangga kerena Pak Presiden orang yang tegas. Saya mohon untuk anggotanya pak, untuk Kapolri, Polda, Polsek maupun Kapolres untuk kinerjanya dimaksimalkan. Harapan saya, yang ditangkap pelaku kejahatan anak saya mjngan sampai salah tangkap,” ucapnya

    Sementara itu, ia juga memberikan satu kalimat permohonan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dalam kalimatnya itu ia memohon agar kasus ini  mendapat atensi dari anggotanya untuk segera menangkap pelaku

    “Bapak Kapolri mohon anggotanya Pak untuk segera melakukan penangkapan untuk pelaku anak saya pak,” tegasnya

    Maski demikian, DN tak ingin ada salah tangkap terhadap pelaku kejahatan terhadap putri kecilnya tersebut.

    “Harapan saya Pak, pelaku benar-benar ditangkap jangan sampai salah tangkap,” tambahnya

    Selain kepada Presiden Prabowo dan Kapolri jendral Listyo Sigit Prabowo, DN juga menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Menteri  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi.

    Menurutnya, menteri PPPA telah memberikan dukungan psikologi kepada istrinya yang sempat mengalami kontraksi hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit akibat stress

    “Untuk Ibu menteri terimakasih selama ini sudah berkomunikasi  bersama istri memperhatikan keadaan kami, mohon untuk Bu Menteri untuk terus memberikan pendampingan kapada kami,” harap Doni

    Sejauh ini polisi sudah memeriksa memeriksa 41 saksi. Setelah sebelumnya memeriksa 27 saksi seperti yang disampaikan pengacara keluarga korban Dr Charisma Adilaga Sugiyanto beberapa waktu lalu

  • Polisi Selidiki Kasus Bullying Remaja di Gresik, Buru Pelaku

    Polisi Selidiki Kasus Bullying Remaja di Gresik, Buru Pelaku

    Gresik (beritajatim.com) – Aparat Kepolisian di Gresik tengah mengusut kasus bullying yang dialami oleh seorang pelajar SMP berinisial TT (15) asal Kecamatan Manyar.

    Korban mengalami perundungan yang dilakukan oleh seorang perempuan berambut pirang bersama rekannya. Kasus ini sempat menjadi perhatian publik setelah sebuah video viral di media sosial memperlihatkan aksi bullying tersebut.

    Kapolsekta Gresik, Iptu Suharto, menjelaskan bahwa pihak kepolisian sudah mengambil langkah-langkah penyelidikan segera setelah video tersebut tersebar di media sosial.

    “Langkah pertama kami lakukan cek lokasi kejadian (TKP) dan mengunjungi rumah korban,” ujar Suharto, Selasa (19/11/2024).

    Menurut Suharto, korban telah membuat laporan resmi dan menjalani visum untuk melengkapi proses penyidikan terkait kasus bullying yang dialaminya. Penyelidikan mengungkap bahwa insiden bullying ini terjadi pada Minggu (17/11/2024) sore, di dua lokasi yang berbeda. Lokasi pertama, di Balai RT Kelurahan Kebomas, Kecamatan Kebomas, Gresik, di mana perundungan terekam dalam video yang direkam menggunakan ponsel. Sayangnya, lokasi ini tidak memiliki kamera CCTV.

    Lokasi kedua berada di Jalan Manggis sebelah timur GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik, di mana aksi bullying pelaku terekam jelas oleh kamera CCTV.

    “Di lokasi pertama tidak terekam CCTV karena tidak ada kamera pengawas, namun di lokasi kedua, pelaku jelas terlihat melakukan perundungan,” tambah Suharto.

    Sementara itu, Ipda Hepy Muslih, Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Gresik, mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dan anggota Bhabinkamtibmas Polsek Manyar untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap korban yang berasal dari Kecamatan Manyar.

    “Kami masih terus memeriksa saksi korban, dan pelaku saat ini sedang dalam pencarian,” pungkasnya.

    Kasus bullying ini menambah sorotan terhadap pentingnya penanganan kasus kekerasan terhadap remaja, terutama yang melibatkan media sosial dalam penyebaran video yang merugikan korban. Polisi berharap dapat segera menangkap pelaku dan memberikan keadilan bagi korban. [dny/beq]

  • Menteri PPPA Kutuk Keras Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi MI di Banyuwangi

    Menteri PPPA Kutuk Keras Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi MI di Banyuwangi

    Jakarta

    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengutuk keras kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi. Arifah memastikan pihaknya akan mengawal proses hukum terkait kejadian tersebut.

    Arifah dalam kunjungannya ke kediaman keluarga korban menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa tersebut. Kemen PPPA berkomitmen untuk mendampingi keluarga korban dan memastikan keadilan ditegakkan demi perlindungan anak.

    “Kami mengutuk keras kekerasan yang diduga menimpa DCN. Kasus ini mencerminkan pentingnya penguatan perlindungan anak, terutama di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat,” ujar Arifah dalam keterangan tertulis, Minggu (17/11/2024).

    Kemen PPPA bekerja sama dengan UPTD PPA Jawa Timur dan P2TP2A Kabupaten Banyuwangi untuk memastikan keluarga mendapatkan pendampingan asal, terkhusus saat proses autopsi jenazah. Kemen PPPA juga berkoordinasi terkait penyelesaian kasus ini kepada aparat penegak hukum.

    “Kami meminta pihak kepolisian untuk segera mengungkap kebenaran atas peristiwa ini dan memastikan keadilan bagi korban serta keluarganya,” ujarnya.

    Kemen PPPA mengingatkan perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama. Dia mengimbau masyarakat melaporkan jika menemukan tindakan serupa kepada lembaga yang berwenang.

    Sebelumnya, penyelidikan kasus dugaan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap siswi Madrasah Ibtidaiyah di Banyuwangi terus berlanjut. Polisi menemukan tanda-tanda yang mengarah kepada kekerasan seksual.

    Meski hasil autopsi belum keluar, dari hasil pemeriksaan awal Kapolresta Banyuwangi Kombes Rama Samtama Putra memastikan ada bukti kekerasan yang juga mengarah pada tanda-tanda kekerasan seksual.

    Korban ditemukan dengan kondisi mengenaskan oleh kepala sekolah dan keluarganya di sebuah kebun kosong. Saat dalam perjalanan menuju klinik terdekat, nyawa korban tak dapat diselamatkan.

    Korban diduga dibunuh dan diperkosa, hal tersebut dikuatkan dengan temuan tanda kekerasan yang juga mengarah pada kekerasan seksual di tubuh korban.

    (ial/idn)

  • Ibunda Bocah yang Diperkosa dan Dibunuh di Banyuwangi Sedang Hamil Tua, Kerap Mengigau Panggil-Panggil Nama Korban

    Ibunda Bocah yang Diperkosa dan Dibunuh di Banyuwangi Sedang Hamil Tua, Kerap Mengigau Panggil-Panggil Nama Korban

    Liputan6.com, Banyuwangi Pemkab Banyuwangi langsung memberikan pendampingan pada keluarga korban kasus dugaan kekerasan seksual dan pembunuhan anak berusia 7 tahun, di Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Rabu (13/11/2024).

    Pendampingan terutama diperuntukkan pada ibunda korban yang diketahui saat ini tengah hamil tua. 

    “Sejak kemarin, usai mendapat informasi kejadian memilukan ini, kami langsung terjunkan tim untuk melakukan pendampingan. Utamanya pendampingan psikologis pada ibunda korban, yang saat ini tengah hamil tua,” kata Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB, Henik Setyorini, Jumat (15/11/2024). 

    Menurut Henik, ibunda korban saat ini tengah hamil besar dengan usia kandungan 7 bulan masuk 8 bulan, dan serta sering mengigau memanggil nama almarhumah korban.

    “Saat ini kondisi ibu korban sudah mulai mau makan meskipun sedikit. Tim P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak) juga terus berupaya untuk memberikan motivasi kepada orang tua korban,” tambah Henik.

    Henik menjelaskan Satgas PPA dan Tim pendamping P2TP2A, sejak 13 November telah melakukan pendampingan visum dan otopsi di RSUD Genteng. Terkait biaya visum dan autopsi yang telah dilakukan ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi.

    Tim juga telah mendatangi rumah duka untuk cek lokasi kejadian dan makam korban, serta melihat kondisi orang tua korban bersama Kepala Kemenag Banyuwangi yang merupakan anggota dari Tim SATGAS PPA Banyuwangi.

    “Tim P2TP2A juga akan terus mengawal kasus ini secara hukum hingga putusan pengadilan,” tambah Henik.

  • Bupati Mojokerto Apresiasi dan Dukung Program Organisasi JP3M

    Bupati Mojokerto Apresiasi dan Dukung Program Organisasi JP3M

    Mojokerto (beritajatim.com) – Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengapresiasi dan mendukung atas program yang disampaikan pengurus organisasi Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh (JP3M) Kabupaten Mojokerto dalam memberdayakan perempuan. Program tersebut menjadi suatu penggerak dalam penyelesaian masalah khususnya terkait perempuan.

    Hal tersebut disampaikan Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto saat menerima audiensi dari pengurus organisasi JP3M Kabupaten Mojokerto, di ruang rapat Asisten, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto pada, Jumat (15/3/2024). Menurutnya, hal tersebut adalah suatu hal yang sangat luar biasa karena akan menjadi bagian dari pemberdayaan perempuan.

    “Pemberdayaan perempuan yang spesial karena disini basic-nya. para pengasuh, penduduk pesantren, hafidh, dan wali. Tentu ini akan menjadi satu gerakan yang sangat luar biasa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan para perempuan,” ungkapnya.

    Dalam audiensi tersebut, organisasi JP3M juga menyampaikan terkait hasil rapat kerja tentang program-program yang akan dilakukan dalam kurun waktu pengurusan 2022-2027. Serta laporan terkait kemitraan dengan Pemkab Mojokerto yaitu tentang pemberdayaan perempuan dan anak, pengadaan, Pelatihan terhadap perempuan.

    “Pemerintah Kabupaten juga telah menjalin kerjasama dengan P2TP2A. Karena penanganannya itu juga membutuhkan tim dari P2TP2A karena tim yang ada di kami, pemerintahan daerah ini. Kami sudah meng-hire psikolog khusus untuk pendampingan beban dan sisi pendampingan hukumnya, sehingga tentu pendistrectnya, Ini adalah satu hal saling membutuhkan” jelasnya.

    Orang nomor satu di lingkup Pemkab Mojokerto ini juga menyampaikan kegelisahannya terkait kesehatan santri perempuan yang berada didalam pondok pesantren. Kegelisahan tersebut diutarakan terhadap pengelolaan pemilahan sampah dari pembalut yang digunakan oleh santri perempuan, perencanaan reproduksi, serta kebersihan reproduksi dari para santriwati tersebut.

    “Salah satu yang menjadi kegelisahan saya adalah, terkait dengan pesantren yang santrinya itu putri, salah satu kegelisahan saya adalah bagaimana ketika para santri ini dalam kondisi menstruasi. Kalo masalah kebersihan ibu-ibu sudah mengajarkan kepada anak-anak serta bimbingan dan pemantauan, tetapi pembalut yang sudah dipakai bagaimana cara untuk mengelolanya. Hal ini menjadi kegelisahan saya” jelasnya.

    Sehingga dengan adanya organisasi JP3M, Bupati mengharapkan, program yang telah dipaparkan bisa berjalan dengan baik sekaligus memberikan dampak positif di Kabupaten Mojokerto. Harapannya, kepada organisasi JP3M agar tetap berdasarkan marwah dalam mensyiarkan agama, dan memperkuat ukhuwah Islamiyyah.

    “Semoga ini akan memberi manfaat untuk masyarakat dan bisa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto,” pungkas Bupati yang juga didampingi Plt Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ardi Sepdianto, Kabag Kesejahteraan Rakyat Nunuk Djatmiko. [tin/ian]