Kementrian Lembaga: OJK

  • Fondasi Resiliensi Kinerja BRI Didukung Layanan Perbankan Unggul dan Tata Kelola Berkualitas – Page 3

    Fondasi Resiliensi Kinerja BRI Didukung Layanan Perbankan Unggul dan Tata Kelola Berkualitas – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Di pusaran tekanan ekonomi global yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik serta tantangan likuiditas di sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tetap menunjukkan kinerja keuangan yang stabil dengan fondasi yang kuat.

    Resiliensi kinerja BRI didorong oleh seluruh layanan operasional perbankan yang berjalan dengan lancar dan aman. Alhasil,  nasabah mendapatkan akses layanan optimal terhadap berbagai produk dan layanan transaksi perbankan BRI.

    Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan kinerja positif BRI didukung oleh penerapan tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Seperti layaknya bank swasta, BRI juga turut serta dalam program penjaminan simpanan yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

    “Di samping itu, BRI juga menjadi bank yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia. Partisipasi dan tata Kelola tersebut memberikan jaminan kepada nasabah bahwa dana mereka dijamin keamanannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” jelasnya.

    Seperti diketahui pada 12 Februari 2025 lalu, BRI telah mengumumkan capaian kinerja keuangannya. Sepanjang tahun 2024 BRI berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp60,64 triliun.

    Adapun total aset BRI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp1.992,98 triliun atau tumbuh 1,42% secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas dengan tetap berfokus pada UMKM.

    Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.354,64 triliun atau tumbuh 6,97% yoy dan seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif. Penyaluran kredit BRI tersebut didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97% dibandingkan dengan total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.110,37 triliun.

  • Spektrum Merger XL – Smartfren, Komdigi: Kemungkinan Ada yang Dikembalikan

    Spektrum Merger XL – Smartfren, Komdigi: Kemungkinan Ada yang Dikembalikan

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana untuk menarik sebagian spektrum frekuensi hasil merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).

    “Kemungkinan sih ada yang dikembalikan (spektrum frekuensinya), tapi kita lihat dulu seperti apa. Kalau dikembalikan itu ternyata tidak memiliki value misalnya dari sisi frekuensinya. Kemudian kita akan ada potensi kehilangan dari BHP (Biaya Hak Penggunaan) frekuensi. Ya jangan diambil,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto dilansir dari Antara, Minggu (23/2/2025)

    Diketahui, spektrum frekuensi merupakan nadi bagi bisnis operator seluler. Perusahaan telekomunikasi yang memiliki spektrum frekuensi lebar, dapat menghadirkan layanan internet yang lebih optimal kepada pelanggan, termasuk untuk 5G. 

    PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (XLSmart), entitas hasil merger XL Axiata dan Smartfren, diperkirakan mengoperasikan spektrum frekuensi sebesar 152 MHz untuk melayani 94,5 juta pelanggan.  

    Spektrum frekuensi tersebut berasal dari 90 MHz milik XL Axiata (15 MHz/900 MHz, 45 MHz/1800 MHz, dan 30 MHz/2100 MHz) dan 62 MHz milik Smartfren (22 MHz/850 MHz dan 40 MHz/ 2300 MHz). Jumlah tersebut masih berpotensi berubah karena harus melalui perhitungan terlebih dahulu oleh regulator Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).  

    Adapun jika dibandingkan dengan perusahaan hasil merger Indosat-Tri Indonesia, Indosat Ooredoo Hutchison yang total menggunakan spektrum frekuensi sebesar 135 MHz, maka jumlah spektrum frekuensi tersebut lebih besar 17 MHz, dengan jumlah pelanggan terlayani XLSmart lebih sedikit. 

    Wayan menyebutkan bahwa Kementerian Komdigi sebenarnya saat ini tengah mengkaji merger XL Axiata dan Smartfren secara keseluruhan termasuk di antaranya terkait dengan rencana pemanfaatan frekuensi yang sudah disiapkan oleh pihak operator seluler.

    Sementara itu, Bos Sinar Mas Group Franky O. Widjaja membeberkan target merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) rampung pada April 2025.

    Franky menuturkan pihaknya saat ini tengah mengurus proses merger tersebut dengan otoritas terkait, termasuk di dalamnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    “Lagi proses mudah-mudahan bisa sesuai jadwal targetnya April ini,” kata Franky kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).

    Franky berharap lewat merger ini kinerja perusahaan bisa lebih efisien mendatang. Hanya saja, dia enggan berkomentar banyak ihwal target pendapatan dan laba dari perusahaan hasil peleburan tersebut.

    Menurut dia, peleburan perusahaan telekomunikasi tersebut bakal berdampak positif pada kinerja jangka panjang dan efisiensi operasional nantinya.

    “Kita bisa lihat yang di Malaysia, Thailand di Indonesia itu kan semuanya membaik saya rasa begitu,” kata dia.

    Sebelumnya diketahui pada Desember 2024, para pemegang saham XL Axiata dan Smartfren sepakat untuk menggabungkan anak usaha mereka yang kelak menjadi entitas baru bernama XLSmart.
    Kesepakatan tersebut terjadi usai penandatanganan perjanjian definitif untuk usulan penggabungan dengan nilai perusahaan pra-sinergi gabungan sebesar Rp 104 triliun atau setara 6,5 miliar dolar AS.

  • BNI buka suara soal seruan tarik dana massal dari bank BUMN

    BNI buka suara soal seruan tarik dana massal dari bank BUMN

    Ilustrasi – Aplikasi wondr by BNI. ANTARA/HO-BNI

    BNI buka suara soal seruan tarik dana massal dari bank BUMN
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 22 Februari 2025 – 15:30 WIB

    Elshinta.com – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membuka suara soal seruan menarik dana secara massal dari bank badan usaha milik negara (BUMN).

    Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap isu tersebut.

    Dia menjamin fundamental keuangan tetap solid di tengah tantangan global dan kondisi keketatan likuiditas di industri perbankan.

    “Kami berkomitmen untuk mengedepankan prinsip tata kelola yang baik atau good corporate governance. Operasional bisnis BNI diawasi ketat oleh regulator yakni Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan BNI merupakan peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),” kata Okki.

    Pencapaian kinerja 2024 menjadi landasan yang memperkuat komitmen BNI untuk terus berinovasi dan meningkatkan layanan perbankan kepada seluruh masyarakat Indonesia, di dalam maupun luar negeri.

    Sepanjang 2024, BNI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) terutama pada semester kedua tahun lalu setelah diluncurkannya aplikasi wondr by BNI. Porsi CASA terhadap total dana pihak ketiga (DPK) mampu dijaga pada kisaran 70 persen.

    Okki menambahkan BNI juga berhasil menjaga kualitas aset yang tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) yang mencatat perbaikan dari 2,1 persen menjadi 2 persen hingga akhir Desember 2024. Fungsi intermediasi tercermin dari pertumbuhan kredit sebesar 11,6 persen yoy. Sedangkan, total aset BNI meningkat 4 persen yoy menjadi Rp1.129,8 triliun.

    Dari sisi profitabilitas, laba BNI tetap tumbuh dari Rp20,9 triliun menjadi Rp21,5 triliun. Pendapatan nonbunga atau non interest income mampu tumbuh 11,9 persen yoy, sedangkan pendapatan bunga bersih atau net interest income mencapai Rp40,5 triliun.

    “Berdasarkan pencapaian di sepanjang 2024, BNI akan terus menjaga kinerja yang berkelanjutan, melanjutkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, serta memberikan pelayanan perbankan yang optimal untuk kebutuhan masyarakat Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri,” ujar Okki.

    Sumber : Antara

  • Kinerja Cemerlang! Saham BRIS Tumbuh 10,99% Sejak Awal Tahun

    Kinerja Cemerlang! Saham BRIS Tumbuh 10,99% Sejak Awal Tahun

    Jakarta

    Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan kinerja solid sepanjang pekan ini (17-21 Februari 2025). Meski menghadapi ketidakpastian pasar akibat sentimen global, BRIS tetap mampu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham berkat fundamental yang kuat.

    Pada periode tersebut, saham BRIS mengalami kenaikan signifikan. Harga sahamnya naik 4,78% menjadi Rp3.070 pada penutupan perdagangan 18 Februari 2025, dibandingkan dengan awal bulan.

    Sementara itu, pada penutupan perdagangan Jumat (21/2), BRIS mencatatkan kenaikan 3,41% secara year to date (YTD) ke level Rp3.030. Hal ini menunjukkan daya tarik saham BRIS yang terus meningkat di kalangan investor.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menutup perdagangan pada Jumat (21/2) di zona hijau setelah dua hari berturut-turut melemah. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG bertambah 14,95 poin atau 0,22% ke level 6.803,00 pada penutupan perdagangan.

    Meski pasar saham secara keseluruhan masih bergejolak, BRIS mampu mempertahankan tren pertumbuhannya sejak awal tahun. Sejak Januari 2025, saham BRIS tumbuh 10,99% meskipun IHSG dan banyak saham sektor finansial berada dalam tren bearish.

    Kinerja positif ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk izin penyelenggaraan usaha bulion dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diterima BRIS pada 12 Februari 2025. Izin ini membuka peluang baru bagi BRIS dalam bisnis perdagangan dan penitipan emas, yang berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan.

    Selain itu, kinerja positif BRIS juga sejalan dengan pencapaian BSI pada 2024. Perseroan mencatat laba bersih Rp7,01 triliun, tumbuh 22,83% secara tahunan (year on year/YoY). Sektor keuangan BSI terus tumbuh signifikan, terutama dalam hal Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan aset yang mengalami kenaikan substansial.

    “Kepercayaan investor terhadap BRIS terus meningkat berkat kinerja yang konsisten serta prospek bisnis yang berkembang, terutama melalui inovasi dan digitalisasi produk yang diterapkan BSI,” ujar Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar dalam keterangannya, Sabtu (22/2/2025).

    Dengan pencapaian ini, lanjut Wisnu, BRIS berkomitmen terus memberikan nilai tambah bagi investor serta mencatatkan kinerja positif di masa depan.

    (akn/ega)

  • OJK Buka-bukaan Prospek Bisnis Bank Emas

    OJK Buka-bukaan Prospek Bisnis Bank Emas

    Jakarta

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan izin Kegiatan Usaha Bullion atau bank emas untuk Bank Syariah Indonesia atau BSI (BRIS) pada 12 Februari 2025. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) OJK Dian Ediana Rae, meyakini bisnis tersebut akan meningkat pesat.

    Dian mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, usaha bullion dapat memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya emas yang ada di Indonesia, baik emas hasil tambang maupun stok emas yang dimiliki masyarakat.

    “Pengembangan usaha bullion akan memberikan keuntungan bagi tiga pihak yaitu pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha, serta Lembaga Jasa Keuangan (LJK),” kata dia dalam keterangannya, dikutip Sabtu (22/2/2025).

    Menurutnya, usaha bullion dapat berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel yang akan memacu peningkatan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas yang mewadahi dengan tambahan value added (VA) hingga sebesar Rp 30-50 triliun.

    “Oleh karena itu, potensinya tentu akan sangat besar didukung dengan ekosistem pengembangan usaha bullion bank yang ada saat ini antara lain produsen, refiner, manufacturer, wholesales, dan retailers serta masyarakat yang menjadikan logam mulia sebagai sarana investasi dan pengembangan bisnis,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) akan menjalankan bisnis bank bullion menyusul keluarnya izin dari regulator terkait penyelenggaraan kegiatan usaha bullion kepada Perseroan. Izin usaha bullion untuk BSI diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk produk Perdagangan Emas dan Penitipan Emas.

    Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan perseroan telah mendapatkan izin dari OJK terkait penyelenggaraan kegiatan usaha bullion dan hal ini menjadi dasar (legal standing) bagi perseroan untuk mulai menjalankan bisnis bank bullion.

    “Kami mengapresiasi kepercayaan dan dukungan dari regulator dan stakeholder sehingga BSI melangkah ke jenjang selanjutnya dalam mengelola bisnis emas, yaitu bank bullion,” ujar Hery, dalam keterangan tertulis, Kamis (13/2/2025).

    (ada/ara)

  • Kondisi Keuangan Tetap Solid, Mandiri Pastikan Jaga Stabilitas Perbankan

    Kondisi Keuangan Tetap Solid, Mandiri Pastikan Jaga Stabilitas Perbankan

    Jakarta

    Bank Mandiri memastikan kondisi keuangan perusahaan berada di posisi yang kuat dan sehat. Serta terus memastikan bakal terus menjaga stabilitas keuangan dan memastikan keamanan dana nasabah di tengah berbagai tantangan.

    Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menjelaskan sebagai bagian dari sinergi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional, Bank Mandiri terus berkomitmen menjalankan operasional bisnis secara optimal dan profesional.

    “Sebagai lembaga jasa keuangan, Bank Mandiri berkomitmen untuk menjalankan operasional bisnis berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang diawasi ketat oleh regulator yaitu Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan merupakan peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta menerapkan praktik perbankan terbaik yang berorientasi pada perlindungan kepentingan nasabah dan stabilitas sistem keuangan nasional,” ujar Ashidiq dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/2/2025).

    Dia menjelaskan Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang solid sepanjang tahun 2024. Hingga akhir tahun lalu, DPK Bank Mandiri meningkat sebesar 6,82% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.327 triliun dengan dominasi dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) yang mencapai 80,3% dari total DPK.

    Dari sisi likuiditas, Bank Mandiri berada pada tingkat optimal, sebagaimana tercermin dari berbagai indikator keuangan utama. Sepanjang tahun 2024, Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) tercatat 94,8%. Selain itu, Loan to Funding Ratio (LFR) mencapai 82,9%, sedangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 141% serta Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 109%.

    “Pencapaian ini mencerminkan strategi pengelolaan likuiditas yang efektif, memastikan ketahanan bank dalam menghadapi dinamika pasar serta tetap memenuhi kebutuhan nasabah dan pemangku kepentingan,” jelasnya.

    Sebagai bagian dari strategi akselerasi dan sinergi untuk percepatan ekonomi negeri, Bank Mandiri terus menunjukkan pertumbuhan dalam penyaluran kredit. Sepanjang 2024, kredit yang disalurkan secara bank-only mencapai Rp 1.310,8 triliun, tumbuh 20,7% (YoY). Pertumbuhan ini didukung oleh segmen wholesale yang mencatatkan peningkatan 25,5% (YoY) menjadi Rp 913,3 triliun, serta kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tumbuh 6% (YoY) menjadi Rp 135 triliun.

    Dia mengatakan Bank Mandiri turut menjaga kualitas asetnya dengan baik. Pada akhir 2024, rasio Non-Performing Loan (NPL) gross secara bank-only mengalami penurunan menjadi 0,97% dari 1,02% pada tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio NPL net juga menunjukkan tren positif dengan membaik menjadi 0,33% per Desember 2024.

    “Pencapaian ini mencerminkan efektivitas strategi pengelolaan risiko kredit yang diterapkan oleh Bank Mandiri, yang berkomitmen untuk menjaga kualitas portofolio kredit serta memastikan stabilitas keuangan yang berkelanjutan,” kata Ashidiq.

    Dia menambahkan Mandiri juga berhasil mempertahankan posisi mereka sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia yakni Rp 2.427 triliun per akhir 2024. Pihaknya memastikan bakal terus berperan aktif dalam memperkuat industri keuangan nasional.

    “Melalui pencapaian-pencapaian tersebut, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus menjaga kinerja yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah yang optimal bagi nasabah dan masyarakat. Kami percaya bahwa stabilitas dan kepercayaan yang terus terjaga akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional serta kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tutupnya.

    (akn/ega)

  • OJK Ungkap Kabar Terkini BTN Akuisisi Bank Victoria Syariah

    OJK Ungkap Kabar Terkini BTN Akuisisi Bank Victoria Syariah

    Jakarta

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap progres aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN yang ingin mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS). Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae aksi korporasi ini sejalan dengan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah (RP3SI) 2023-2027.

    Dian mengatakan, OJK dalam proses akuisisi ini mendorong penguatan struktur dan ketahanan daya saing perbankan syariah, salah satunya melalui konsolidasi perbankan syariah agar dapat dihasilkan struktur industri perbankan syariah yang lebih ideal.

    “Kami yakin bahwa inisiatif penguatan industri ini dapat menciptakan industri perbankan syariah nasional yang stabil dan berdaya saing, sehingga mampu merespons tantangan dalam industri perbankan yang semakin dinamis dan komplek,” terang dia, dalam keterangannya, Sabtu (22/2/2025).

    Dian menerangkan, OJK senantiasa mendukung dan mendorong konsolidasi perbankan, termasuk konsolidasi di industri perbankan syariah. Upaya konsolidasi perbankan syariah merupakan tanggung jawab bersama dan terus diupayakan dengan tetap memperhatikan kesiapan masing-masing bank dan perkembangan dinamika pasar global maupun domestik.

    Pihaknya akan terus memantau kesiapan masing-masing bank termasuk mencermati dinamika arah kebijakan masing-masing bank tersebut. Aksi korporasi berupa akuisisi Bank Victoria Syariah oleh BTN merupakan hal yang positif karena dilakukan dalam rangka persiapan spin off UUS BTN dan akan menghasilkan Bank Umum Syariah yang memiliki skala usaha yang lebih besar.

    “Dengan aksi korporasi tersebut, akan terdapat penambahan 1 BUS KBMI 2 sehingga industri perbankan syariah akan terdiri dari 1 BUS KBMI 3, 2 BUS KBMI 2 dan 12 BUS KBMI 1 yang akan terus didorong untuk meningkatkan skala usahanya,” jelasnya.

    Rampung Semester I

    Sebelumnya, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan proses akuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) ditargetkan rampung semester I-2025. Sebelumnya, rencana akuisisi 100% saham BVS telah disampaikan ke publik.

    Menurut Nixon, aksi korporasi ini telah mendapat persetujuan Menteri BUMN Erick Thohir hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia menyebut skema hingga harga dalam proses akuisisi sudah disepakati sehingga diumumkan ke publik.

    “Pak Menteri juga udah setuju, OJK juga udah setuju di keterbukaan informasi. Nah ini nanti akan jadi cikal bakal kita masukin BTN Syariah. BTN Syariah sekarang udah Rp 60 triliun dan kinerjanya cukup bagus. Kita masukkan nah ini kita rencanain akhir semester 1 semua kelar,” ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2025).

    Pada kesempatan itu Nixon juga membuka peluang pihaknya bakal mengakuisisi bank syariah lainnya. Hal ini merupakan bagian dari konsolidasi perbankan syariah di Indonesia.

    (ada/ara)

  • Kinerja Makin Solid, BTN Siap Berkontribusi Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    Kinerja Makin Solid, BTN Siap Berkontribusi Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sepanjang tahun 2024 membukukan kinerja yang solid dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Tahun ini perseroan optimistis dapat membukukan kinerja penyaluran kredit dan DPK lebih baik lagi.

    Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan, kinerja perseroan yang solid khususnya dalam pembiayaan perumahan diyakini akan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui sektor perumahan. Apalagi sektor perumahan mempunyai dampak turunan terhadap 181 sub sektor pendukung lainnya seperti industri semen, batu bata, keramik, genteng dan lain sebagainya. 

    “Belum ditambah lagi tenaga kerja yang bisa diserap sektor perumahan mencapai sekitar 500.000 setiap tahunnya,” jelas Ramon dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/2/2025).

    Ramon mengungkapkan, sepanjang tahun 2024, BTN berhasil membukukan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar Rp 357,97 triliun atau tumbuh sebesar 7,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 333,69 triliun. 

    Penyaluran kredit BTN pada 2024 terutama didorong oleh bisnis KPR baik Subsidi maupun Non Subsidi seiring dengan permintaan yang terus meningkat terhadap kepemilkan rumah. Hingga akhir Desember 2024, penyaluran KPR Subsidi BTN mencapai Rp 173,84 triliun, naik 7,5 persen yoy dibandingkan tahun 2023. Sementara itu, KPR Non Subsidi BTN bertumbuh 10,2 persen yoy menjadi Rp 105,95 triliun pada akhir 2024.

    Di sisi perolehan dana masyarakat, pada tahun 2024 BTN membukukan pertumbuhan DPK sebesar 9,1 persen yoy menjadi Rp 381,67 triliun dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 349,93 triliun. Pertumbuhan DPK ini didukung oleh peningkatan dana murah berupa tabungan dan giro (current account saving account/CASA) yang kontribusinya mencapai 54,1 persen terhadap total DPK, naik jika dibandingkan tahun 2023 sebesar 53,7 persen. Pertumbuhan CASA BTN pada akhir 2024 tercatat mencapai 9,8 persen yoy dibandingkan tahun 2023.

    “Pertumbuhan DPK BTN lebih tinggi dari pertumbuhan DPK industri yang sebesar 4,48 persen yoy pada akhir 2024 sejalan dengan upaya perseroan untuk terus meningkatkan transaksi dana murah ritel dan institusi menengah, termasuk dari digital channel. Komitmen tersebut diwujudkan melalui inisiatif transformasi aplikasi mobile banking BTN yakni BTN Mobile menjadi Bale by BTN,” katanya.

    BTN mencatat pertumbuhan yang pesat di bisnis digitalnya sejak BTN Mobile diperbaharui pada 2023. Jumlah pengguna Bale by BTN yang sebelumnya bernama BTN Mobile telah mencapai 2,2 juta pada akhir 2024, meningkat 107 persen yoy dibandingkan tahun 2023. Kami optimistis jumlah user dapat mencapai minimal 3,6 juta hingga 4 juta pada tahun ini.

    Menurut Ramon, pertumbuhan bisnis BTN yang solid tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat dan nasabah kepada perseroan yang terus meningkat. Kepercayan masyarakat  yang cukup tinggi ini disebabkan karena BTN sebagai Bank BUMN diawasi oleh pemerintah, OJK, Bank Indonesia dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 

    “Dalam menjalankan operasional bisnisnya BTN juga selalu mengedepankan prinsip good corporate governance (GCG). Sehingga wajar jika masyarakat merasa aman menyimpan dananya di Bank BUMN khususnya BTN,” tegas Ramon.

    Ramon mengungkapkan, untuk terus bisa berinovasi dan mendorong kenaikan pertumbuhan kredit dan DPK perseroan tancap gas melanjutkan transformasi bisnis untuk periode 2025-2029 dengan fokus utama menjadi transactional bank atau bank transaksi yang memiliki kekuatan utama pada pendanaan (funding), khususnya melalui penghimpunan dana murah.

    “Kami tidak hanya berfokus pada ekspansi kredit, tetapi juga pada penguatan pendanaan berbasis tabungan yang lebih stabil, efisien, dan sehat. Dengan demikian, BTN dapat terus menghadirkan solusi keuangan yang komprehensif bagi masyarakat Indonesia,” katanya.

  • Cara Kerja Aplikasi DBC, Benarkah Penghasil Uang?

    Cara Kerja Aplikasi DBC, Benarkah Penghasil Uang?

    JABAR EKSPRES – Belakangan ini, aplikasi penghasil uang DBC kembali ramai jadi perbincangan di media sosial. Banyak penggunanya yang masih aktif mempromosikan aplikasi ini, tetapi di sisi lain, mulai muncul tanda-tanda ketidakstabilan. Beberapa pengguna bahkan mengaku telah mendapatkan peringatan mengenai kemungkinan aplikasi ini akan segera kolaps.

    Saat ini, tampaknya ada dua kubu di kalangan pengguna DBC. Di satu sisi, ada yang masih optimis dan terus membagikan promosi seolah-olah aplikasi ini adalah jalan pintas menuju kekayaan. Di sisi lain, ada juga yang mulai sadar dan mempertanyakan kelangsungan bisnis ini. Jika skema ini benar-benar legal dan menguntungkan, mengapa ada begitu banyak ketidakpastian dan berita simpang siur setiap harinya?

    Dalam diskusi yang beredar di berbagai forum, ada pengguna yang mengklaim sudah bergabung selama dua bulan dengan modal Rp1,5 juta dan kini saldo mereka mencapai Rp9,2 juta. Namun, apakah benar mereka bisa mencairkan uang tersebut? Pengalaman dari skema ponzi sebelumnya menunjukkan bahwa keuntungan hanya diberikan kepada pengguna awal, sementara anggota baru menjadi korban yang menanggung kerugian.

    Baca juga : Apakah Aplikasi Trust Sekuritas Aman Terpercaya atau Penipuan? Temukan Faktanya di Sini

    Seorang pengguna lain bahkan mempromosikan DBC dengan embel-embel “saya sudah balik modal, ayo gabung nanti saya ajari.” Ini adalah pola yang sama yang sering ada di skema ponzi sebelumnya. Pengguna yang sudah merasa untung akan mengajak orang lain untuk bergabung agar mereka bisa terus mendapat keuntungan. Namun, begitu sistemnya runtuh, para anggota baru yang akan menanggung kerugian paling besar.

    Banyak yang mulai membandingkan DBC dengan skema ponzi lainnya, seperti Vtube. Pola bisnisnya serupa: menjanjikan keuntungan besar dengan cara yang tidak transparan. Banyak yang bertanya, apakah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah melakukan audit terhadap perputaran uang di dalam aplikasi ini? Jika tidak ada transparansi, bisa dipastikan bahwa ini adalah money game, bukan investasi yang sah.

    Tanda-tanda klasik dari skema ponzi juga terlihat dari berbagai promosi yang mereka tawarkan, seperti cashback deposit dan bonus bergabung. Misalnya, ada penawaran cashback Rp315.000 bagi pengguna baru yang bergabung dengan kelas B. Semakin besar deposit yang dimasukkan, semakin besar juga bonus yang dijanjikan.

  • Benarkah Aplikasi Penghasil Uang Kantar Scam?

    Benarkah Aplikasi Penghasil Uang Kantar Scam?

    JABAR EKSPRES – Dunia investasi bodong kembali digemparkan dengan drama terbaru dari aplikasi penghasil uang bernama Kantar. Seperti halnya aplikasi money game skema Ponzi lainnya, kini muncul laporan bahwa penarikan dana di Kantar mulai tersendat. Para member yang tergiur dengan keuntungan instan kini mulai resah karena saldo mereka tak kunjung bisa dicairkan.

    Salah satu alasan yang di berikan pihak Kantar terkait keterlambatan pencairan adalah proses perizinan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pernyataan ini justru semakin memperjelas bahwa Kantar hanyalah skema penipuan, karena sejak awal tidak memiliki legalitas yang jelas.

    Logikanya, perizinan harus di dapatkan sebelum beroperasi, bukan setelahnya. Jika dari awal mereka mengklaim sudah legal, mengapa baru sekarang sibuk mengurus izin? Ini adalah modus lama yang sering digunakan oleh aplikasi investasi bodong untuk meredam kepanikan investor sebelum akhirnya benar-benar hilang.

    Sejumlah pengguna mulai melaporkan bahwa mereka tidak bisa melakukan penarikan dana sejak 19 Februari. Bahkan beberapa di antara mereka sudah mencoba sejak seminggu sebelumnya tanpa hasil.

    Baca juga : Apakah Aplikasi Trust Sekuritas Aman Terpercaya atau Penipuan? Temukan Faktanya di Sini

    Forum dan grup diskusi pun dipenuhi keluhan para member yang kehilangan akses terhadap dana mereka. Berikut beberapa indikasi bahwa Kantar sedang menuju kehancuran:

    Alasan Perizinan OJK Mendadak

    Jika memang Kantar memiliki izin OJK sejak awal, seharusnya tidak ada masalah dalam proses pencairan dana.

    Pemberitahuan Stop Deposit

    Aplikasi Ponzi yang hampir scam biasanya mulai membatasi deposit atau bahkan menghentikan pencairan secara bertahap.

    Iming-iming Bonus Besar

    Beberapa pengguna melaporkan bahwa mereka mendapatkan tawaran paket hadiah dan bonus yang sangat besar untuk menarik lebih banyak korban baru.

    Perekrutan Tetap Berjalan

    Meski penarikan macet, Kantar tetap membuka pendaftaran member baru, yang artinya mereka masih mencoba mendapatkan dana segar dari pengguna yang belum sadar akan bahaya skema ini.

    Baca juga : Alasan Kenapa Aplikasi AEG Belum Scam, Apakah Aman untuk Digunakan?

    Bagi Anda yang masih mempertimbangkan untuk berinvestasi di Kantar atau aplikasi serupa, sebaiknya berpikir ulang. Jangan mudah tergiur janji keuntungan besar tanpa risiko. Jika skema investasi menjanjikan hasil fantastis dalam waktu singkat, itu sudah pasti skema Ponzi. Ingat, uang yang Anda masukkan adalah hasil kerja keras, jadi pastikan Anda mengelolanya dengan bijak.