Kementrian Lembaga: OJK

  • Ratu Belanda Tiba di Indonesia, Bakal Temui Prabowo Pekan Ini
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 November 2025

    Ratu Belanda Tiba di Indonesia, Bakal Temui Prabowo Pekan Ini Nasional 24 November 2025

    Ratu Belanda Tiba di Indonesia, Bakal Temui Prabowo Pekan Ini
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ratu Belanda Máxima Zorreguieta Cerruti tiba di Indonesia, pada Senin (24/11/2025) malam.
    Kedatangannya ke Indonesia untuk
    kunjungan kerja
    dalam kapasitasnya sebagai United Nations Secretary-General’s Special Advocate (UNSGSA) for Financial Health.
    Dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Ratu Máxima tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Provinsi Banten, menggunakan penerbangan komersial KLM 809.
    Setibanya di Gedung VVIP Bandara Soekarno-Hatta, Ratu Máxima disambut oleh Kepala Eksekutif PEPK OJK, Friderika Widyasari Dewi, dan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen.
    Selain itu, Ratu Máxima turut disambut pasukan jajar kehormatan yang menandai dimulainya secara resmi kunjungan kerja pada 24-27 November 2025.
    Dalam kunjungan ini, Ratu Máxima dijadwalkan mengikuti sejumlah pertemuan dan kegiatan strategis terkait
    keuangan inklusif
    dan kesehatan keuangan masyarakat.
    Ratu Máxima juga diagendakan melakukan dialog dengan berbagai pemangku kepentingan nasional, termasuk kementerian/lembaga keuangan terkait, serta para pelaku usaha dan masyarakat.
    Presiden Prabowo
    Subianto juga diagendakan untuk menerima Ratu Máxima di Istana Kepresidenan Jakarta.
    Pertemuan Presiden Prabowo dengan Ratu Máxima diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi Indonesia dengan PBB dalam bidang keuangan.
    Kunjungan kerja selama empat hari ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mendorong inklusi keuangan digital.
    Rangkaian kegiatan Ratu Máxima di Indonesia juga diharapkan memberikan dukungan pada program pemerintah dalam mengembangkan layanan keuangan yang aman dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menteri Maman Wanti-Wanti UMKM Tak Boleh Dibiarkan Jalan Sendirian

    Menteri Maman Wanti-Wanti UMKM Tak Boleh Dibiarkan Jalan Sendirian

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyelenggarakan MikroDOTS (Desk on The Street) di Kota Pontianak, sebagai upaya memperkuat ekosistem UMKM yang inklusif dan kolaboratif.

    Kegiatan ini mempertemukan langsung para pengusaha UMKM dengan berbagai institusi pendukung seperti lembaga pembiayaan, pemberi perizinan, dan penyedia pelatihan. Acara dikemas melalui fun walk bersama masyarakat bertepatan dengan car free day (CFD), dalam suasana interaksi sehingga menjadi lebih cair dan dekat.

    Menteri UMKM Maman Abdurrahman menegaskan MikroDOTS dirancang sebagai ruang terbuka yang menyatukan pemerintah pusat, provinsi, dan kota bersama pemangku kepentingan untuk mendukung UMKM yang tumbuh, berkembang, dan terlindungi.

    “Selama ini kita tidak ingin menimbulkan kesan bahwa UMKM berjalan sendiri, pemerintah berjalan sendiri. Lewat acara ini, semuanya dibuat cair. Pemerintah adalah bagian dari setiap proses tumbuh-kembangnya UMKM,” ujar Menteri Maman dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/11/2025).

    Dalam kegiatan ini, masyarakat Pontianak dapat berkonsultasi langsung dengan lembaga pembiayaan, mengajukan KUR (Kredit Usaha Rakyat), mengurus perizinan, sertifikasi, hingga legalisasi usaha. OJK, perbankan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, serta Pemerintah Kota Pontianak hadir mendampingi masyarakat secara penuh.

    Acara ini juga menghadirkan zona pelatihan digital dan layanan bagi penyandang disabilitas agar seluruh lapisan masyarakat dapat terlibat aktif dalam pengembangan UMKM. Prinsip keterbukaan dan inklusivitas menjadi fondasi penting bagi layanan MikroDOTS, sehingga masyarakat merasa dekat dengan pemerintah dalam setiap upaya memulai maupun mengembangkan usaha.

    Melalui program ini, pengunjung CFD dapat mengakses lima desk layanan usaha secara lengkap dan terpadu yang mencakup pembiayaan usaha, legalitas usaha, ruang inklusi, pemasaran dan digitalisasi, serta kemitraan dan konsultasi franchise.

    Seluruh layanan tersebut tersedia gratis, terbuka untuk umum, dan disiapkan untuk membantu masyarakat menjadi lebih siap berusaha, meningkatkan rasa percaya diri, serta memberikan kemudahan dalam memulai dan mengembangkan bisnis.

  • OJK: Kredit hijau didominasi Himbara, bank swasta dan BPD mulai naik

    OJK: Kredit hijau didominasi Himbara, bank swasta dan BPD mulai naik

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini sebagian besar penyaluran kredit hijau didominasi oleh bank-bank besar khususnya Himbara, namun tren positif juga mulai terlihat pada bank swasta nasional dan bank pembangunan daerah (BPD).

    “Tren positif mulai terlihat pada bank swasta nasional dan BPD yang mulai mengembangkan portofolio hijau serta produk berorientasi ESG (Environmental, Social, and Governance), meskipun skalanya masih terbatas,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam jawaban tertulis di Jakarta, Senin.

    OJK mencatat bahwa hingga tahun 2024, total penyaluran kredit berkelanjutan (KUBL) mencapai Rp2.074 triliun, atau sekitar 26,24 persen dari total kredit nasional.

    Portofolio ini didominasi oleh sektor usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM (69,01 persen), diikuti oleh keanekaragaman hayati (16,59 persen) dan kegiatan berwawasan lingkungan (3,34 persen).

    Menurut OJK, data ini menunjukkan bahwa sebagian besar pembiayaan berkelanjutan masih berakar pada sektor produktif rakyat dan kegiatan ekonomi yang bersentuhan langsung dengan alam, sebuah potensi besar untuk dikembangkan menjadi green lending yang lebih terarah dan berdampak.

    Dian menyampaikan bahwa perubahan iklim memang semakin nyata dampaknya terhadap sektor-sektor yang bergantung pada kondisi alam seperti pertanian, perikanan, dan kehutanan. Dari perspektif regulator, hal ini memunculkan dua sisi bagi sektor keuangan.

    Pertama, risiko iklim, baik fisik maupun transisi, meningkatkan ketidakpastian terhadap kinerja sektor-sektor tersebut. Risiko gagal panen, gangguan rantai pasok, hingga penurunan produktivitas dapat berdampak pada peningkatan risiko kredit.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • OJK: Transmisi BI-Rate dan Nataru dorong kredit konsumsi di akhir 2025

    OJK: Transmisi BI-Rate dan Nataru dorong kredit konsumsi di akhir 2025

    OJK menekankan pemulihan kredit konsumsi bergantung pada perbaikan permintaan domestik, transmisi penurunan suku bunga ke lending rate, serta perbaikan pendapatan rumah tangga yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat,

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang, transmisi kebijakan moneter yang semakin membaik hingga dorongan belanja musiman rumah tangga jelang Natal dan Tahun Baru akan mendorong kinerja kredit konsumsi hingga akhir 2025 dan awal tahun 2026.

    Di samping itu, faktor tren penurunan suku bunga pinjaman serta percepatan belanja pemerintah/investasi swasta juga dapat mendorong pertumbuhan kredit pada periode yang sama.

    Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam jawaban tertulis di Jakarta, Senin, menilai bahwa kredit konsumsi sejauh ini masih tumbuh meskipun termoderasi.

    Hal ini sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang bersumber dari konsumsi rumah tangga maupun indikator terkait daya beli konsumen yang masih tumbuh terbatas.

    Hingga September 2025, kredit konsumsi tumbuh sekitar 7,42 persen year on year (yoy). OJK mencatat risiko kredit sedikit meningkat di segmen konsumsi pada periode tersebut, tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) yang meningkat menjadi sebesar 2,37 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 1,85 persen.

    “OJK menekankan pemulihan kredit konsumsi bergantung pada perbaikan permintaan domestik, transmisi penurunan suku bunga ke lending rate, serta perbaikan pendapatan rumah tangga yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat,” kata Dian.

    Menurut catatan OJK, perlambatan paling nyata terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR) serta kredit kendaraan bermotor (KKB).

    KPR tumbuh termoderasi pada September 2025 sebesar 7,26 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 10,89 persen. Sedangkan KKB pada September 2025 tumbuh sebesar 0,72 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 9,00 persen sehingga berkontribusi menahan laju pertumbuhan kredit konsumsi.

    “Lemahnya pertumbuhan KKB juga sejalan dengan masih terkontraksinya penjualan kendaraan bermotor selama setahun terakhir,” ujar Dian.

    Namun demikian, imbuh Dian, terjadi pertumbuhan cepat pada segmen buy now pay later (BNPL) sebesar 25,49 persen menjadi Rp24,86 triliun, meskipun porsi BNPL terhadap total kredit perbankan masih relatif kecil dengan rasio NPL yang tetap terjaga sebesar 2,61 persen.

    Adapun secara keseluruhan, kredit pada September 2025 tumbuh sebesar 7,70 persen yoy, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,56 persen. Total outstanding kredit pada periode ini mencapai Rp8.162,8 triliun.

    Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi menempati posisi kedua tertinggi. Kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,18 persen yoy, sementara kredit modal Kerja tumbuh moderat 3,37 persen yoy.

    OJK mencatat, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) telah direspon secara bertahap oleh sektor perbankan melalui penyesuaian suku bunga kredit dan dana pihak ketiga (DPK).

    Secara tahunan, terjadi penurunan rerata suku bunga kredit rupiah, masing-masing sebesar 50 bps untuk kredit investasi (September 2025: 8,25 persen; September 2024: 8,75 persen) dan sebesar 41 bps untuk kredit modal kerja (September 2025: 8,46 persen; September 2024: 8,87 persen).

    Penurunan BI-Rate umumnya cenderung diikuti dengan penurunan suku bunga kredit meskipun dengan jeda waktu tertentu, seiring dengan proses transmisi kebijakan moneter.

    Suku bunga kredit diperkirakan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penurunan sebagai respons dari penurunan BI-Rate pada 2025, khususnya jika suku bunga global juga turun.

    Dengan adanya ekspektasi penurunan suku bunga global pada triwulan IV 2025, OJK menilai bahwa masih terdapat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, meskipun implementasinya akan sangat bergantung pada strategi masing-masing bank serta struktur biaya yang dimiliki khususnya terkait dengan biaya dana (cost of fund/CoF).

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hasil survei OJK: Bank optimis kinerja tetap solid hingga akhir 2025

    Hasil survei OJK: Bank optimis kinerja tetap solid hingga akhir 2025

    Mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan IV-2025 masih terjaga dan terkendali.

    Jakarta (ANTARA) – Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) menunjukkan bahwa perbankan optimis kinerja akan tetap solid hingga akhir 2025, tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) triwulan IV-2025 yang tercatat sebesar 66 (zona optimis).

    Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam keterangan di Jakarta, Minggu, mengungkapkan ekspektasi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menjadi alasan utama responden menyatakan bahwa kinerja perbankan tetap baik didukung keyakinan bahwa perbankan cukup mampu mengelola risiko yang dihadapi.

    Prediksi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menyebabkan Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada triwulan IV-2025 kembali ke level optimis, yaitu sebesar 63.

    Hal itu terutama didorong oleh prakiraan akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik seiring penurunan BI-Rate serta ditopang oleh penguatan nilai tukar rupiah.

    Konsumsi masyarakat yang biasanya meningkat pada Hari Raya Natal dan tahun baru diyakini akan mampu mendongkrak permintaan terhadap barang dan jasa.

    Selain itu, stimulus 8+4+5 dari Pemerintah diperkirakan juga dapat meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Di sisi lain, inflasi juga diperkirakan akan turut meningkat sebagai akibat peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi ini.

    Seiring dengan kondisi makroekonomi yang diperkirakan membaik, mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan IV-2025 masih terjaga dan terkendali.

    Hal itu terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 57 atau berada pada zona optimis seiring dengan keyakinan bahwa kualitas kredit tetap terjaga baik dan Posisi Devisa Netto (PDN) tetap rendah dengan aset dan tagihan valuta asing (valas) yang lebih besar dibandingkan kewajiban valas (long position).

    Pada sisi lain, net cashflow perbankan diproyeksikan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, cash outflow perbankan juga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya penarikan dana untuk kebutuhan operasional nasabah serta pembayaran belanja pemerintah daerah yang biasanya cukup besar di akhir tahun.

    Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan IV-2025 juga berada pada level optimis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 78.

    Optimisme pertumbuhan pada triwulan IV-2025 didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan kredit serta didukung dengan usaha bank dalam melakukan ekspansi kredit pada pipeline yang tersedia.

    Sektor ekonomi yang diyakini menjadi motor pertumbuhan kredit antara lain adalah sektor industri pengolahan yang pada September 2025 tumbuh sebesar 8,64 persen year on year (yoy).

    Selain sektor tersebut, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pengangkutan dan pergudangan yang tumbuh masing-masing 19,15 persen (yoy) dan 19,32 persen (yoy) pada September 2025, juga diyakini mampu menjadi penggerak pertumbuhan kredit perbankan.

    Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan IV-2025, dana pihak ketiga (DPK) juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan usaha bank dalam memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit dan menjaga likuiditas.

    Untuk diketahui, survei dilakukan pada Oktober 2025 dengan melibatkan 102 bank dengan nilai aset mencapai sebesar 99,25 persen dari total aset seluruh bank umum pada September 2025.

    Pada SBPO periode ini, OJK juga menghimpun informasi dari responden terkait proyeksi pencapaian target Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2025.

    Mendekati akhir tahun, bank telah dapat memproyeksikan apakah target kredit dan DPK dapat tercapai di tengah kondisi ekonomi saat ini. Berdasarkan hasil SBPO, sebagian besar bank optimis bahwa target kredit dan DPK dapat tercapai sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2025.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dorong ASN Investasi Saham, Bobby: Daripada Main Judi Online
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        22 November 2025

    Dorong ASN Investasi Saham, Bobby: Daripada Main Judi Online Medan 22 November 2025

    Dorong ASN Investasi Saham, Bobby: Daripada Main Judi Online
    Tim Redaksi
    MEDAN, KOMPAS.com
    – Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Bobby Afif Nasution mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov Sumut untuk terlibat menjadi investor pasar modal.
    Ia meminta Otoritas Jasa Keuangan (
    OJK
    ) dan PT Bursa Efek Indonesia (
    BEI
    ) memberikan literasi agar
    ASN
    memahami investasi yang aman dan produktif.
    “Saya minta dalam kesempatan ini kalau boleh para ASN kami bisa diajari atau diberi literasi tentang
    pasar modal
    sehingga bisa membuka peluang ASN juga bisa terlibat atau menjadi bagian investor pasar modal di
    Sumut
    ,” ujar Bobby dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/11/2025).
    Bobby menyampaikan itu saat memberi sambutan pada acara
    Medan
    Sharia Investor City di Hotel JW Marriott Medan, Jumat (21/11/2025).
    Menurut dia, pemahaman pasar modal dapat membantu ASN meningkatkan kondisi ekonomi sekaligus mencegah tindakan negatif seperti judi online dan korupsi.
    “Yang main pasar modal ini tadi saya lihat ada yang dari Ojol, pedagang dan ASN. Daripada main Judol (judi online), bagus belajar pasar modal,” ujarnya.
    Bobby juga menyoroti potensi
    industri halal
    di Indonesia, termasuk di Sumut, yang menurutnya belum dimanfaatkan secara optimal. Ia menyebut meskipun Indonesia memiliki jumlah konsumen produk halal terbesar, mayoritas produk justru berasal dari negara Tiongkok dan Australia.
    “Produk halal kita yang dikonsumsi masyarakat Indonesia kebanyakan diproduksi bukan dari Indonesia,” kata Bobby.
    Sementara itu, Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien menyampaikan bahwa jumlah investor pasar modal di Sumut merupakan salah satu yang terbesar di luar Pulau Jawa. Ada sekitar 736 ribu investor dengan nilai transaksi mencapai Rp 21,7 triliun.
    Ia menyebut pertumbuhan tersebut tidak hanya berasal dari pembukaan rekening baru, tetapi juga dari aktivitas pengelolaan portofolio yang cukup tinggi.
    “(Sementara itu) Untuk pasar modal syariah, pertumbuhan investor secara nasional mencapai 142 persen, sedangkan di Sumut meningkat hingga 270 persen dalam lima tahun terakhir,” ujar Khoirul.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Jakarta

    Saat ini teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk dalam melakukan transaksi ekonomi. Dari berbagai penggunaan digital ekonomi, satu yang terlihat menonjol dan berkembang sangat pesat adalah penggunaan teknologi tersebut dalam transaksi keuangan. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) melesat menjadi Rp 659,93 triliun dari 6,24 miliar transaksi di tahun 2024 dari hanya Rp 8,21 triliun yang berasal dari 124,11 juta transaksi di tahun 2020. Sementara transaksi uang elektronik naik 34,62 persen menjadi Rp 2,5 kuadriliun di tahun 2024 dari Rp 1,85 kuadriliun di tahun sebelumnya.

    Tetapi, selalu ada dua sisi dari kemajuan teknologi. Seiring masifnya transaksi keuangan digital, praktek-praktek penipuan atau scam menggunakan platform digital juga mengalami peningkatan tajam. Berdasarkan laporan Indonesia Anti-Scam Center (IASC), terdapat 323.841 laporan terkait penipuan yang dihimpun selama satu tahun sejak peluncurannya pada November 2024. Besarnya permasalahan ini tentu saja perlu ditangani secara tepat agar berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan mendapatkan perlindungan yang mencukupi, tanpa memberatkan semua pihak, dan dapat diterapkan secara efektif.

    Dalam rangka memberikan perlindungan tersebut, Undang-Undang No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang baru saja direvisi tahun lalu, mengharuskan setiap transaksi elektronik yang memiliki risiko tinggi untuk menggunakan tanda tangan elektronik tersertifikasi (TTET). Apa yang dimaksud dengan transaksi berisiko tinggi? Ternyata dalam penjelasan UU tersebut, definisinya adalah “transaksi keuangan yang tidak dilakukan dengan tatap muka secara fisik”. Definisi yang sangat luas ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai implikasi kepada seluruh pemangku kepentingan.

    Satu hal yang pasti adalah akan adanya tambahan biaya operasional dari kewajiban tersebut. Kewajiban ini bukan saja membebani pelaku industri, tetapi juga bisa menjadi biaya tambahan kepada pengguna. Bila hal tersebut terjadi, maka kebijakan yang diambil menjadi kontradiktif terhadap upaya peningkatan inklusi keuangan, terutama di daerah area tertinggal. Padahal peningkatan inklusi keuangan, dengan target 93 persen pada 2029 telah menjadi indikator Sasaran Utama Prioritas Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

    Dari sisi industri keuangan, kewajiban ini juga tentunya akan menimbulkan tambahan beban biaya. Ini dapat memberikan disinsentif bagi industri untuk melakukan berbagai inovasi yang diperlukan, bukan hanya dalam pelayanan, tetapi juga inovasi dalam pengamanan. Sebenarnya, sudah banyak invoasi yang diterapkan untuk meningkatkan pengamanan dan perlindungan, seperti know your customer (KYC), one-time password (OTP), biometrik, dan two-factor authentification (2FA). Berbagai inovasi tersebut juga sudah diakui oleh lembaga regulator terkait, seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

    Patut juga dipertanyakan efektifitas dari aturan ini. Kejahatan siber yang sering terjadi di Indonesia bukanlah pemalsuan identitas data pribadi, tapi lebih sering dalam bentuk social engineering untuk mengelabui korban dalam melakukan pembayaran secara legal dan terotorisasi. Titik paling rentan bagi keamanan pengguna layanan keuangan digital adalah literasi digital dan keuangan masyarakat Indonesia yang belum memadai, bukan penggunaan data pribadi secara ilegal. Kewajiban penggunaan TTET ini tidak akan efektif menyelesaikan permasalahan yang ada, karena memang permasalahan utama bukanlah hal yang akan diselesaikan oleh kebijakan tersebut.

    Mengingat bahwa kebijakan tersebut memberikan beban tambahan kepada pengguna maupun industri, sementara efektifitasnya masih diragukan, pemerintah perlu menetapkan batasan yang lebih jelas bagi transaksi elektronik berisiko tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkannya dalam rencana revisi Peraturan Pemerintah No. 71/2019.

    Tanpa adanya kebijakan yang memberikan batasan, maka keharusan penggunaan TTET justru dapat menjadi bumerang dan kontra produktif terhadap inklusi keuangan. Ini juga memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap perkembangan ekonomi digital secara keseluruhan dan berpotensi menganggu pencapaian pertumbuhan ekonomi 8% seperti yang direncanakan.

    Sebenarnya ada beberapa alternatif solusi yang lebih efektif dalam memitigasi risiko penggunaan transaksi elektronik. Yang utama dan paling penting adalah memperkuat sosialisasi dan edukasi literasi keuangan di Indonesia. Upaya ini perlu ditingkatkan secara terstruktur, konsisten, dan berkelanjutan, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap penipuan.

    Selain itu, kolaborasi dan sinergi lintas sektor dalam melawan penipuan/scam pada transaksi elektronik perlu dilakukan melalui fraud detection system maupun fraud database yang dapat menindak secara cepat para pelaku kejahatan elektronik. Inisiatif yang diluncurkan OJK melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC) menjadi sebuah refleksi dari kolaborasi antara regulator dan industri keuangan pada 2024 untuk berbagi informasi daftar hitam secara real-time. Selain itu, IASC juga dapat menjadi acuan upaya anti scam berbasis prinsip ekonomi di sektor jasa keuangan.

    State of Scams in Indonesia 2025 Report yang diterbitkan oleh Global Anti Scam Alliance (GASA) mencatat bahwa 66 persen orang dewasa di Indonesia terpapar upaya scam setiap bulannya, dengan total 55 upaya scam per orang per tahun. Hal ini mencerminkan betapa masif dan terorganisasinya pola scam saat ini. Dalam konteks ini, kehadiran IASC menjadi sebuah tonggak penting yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai membangun sistem pertahanan digital yang lebih terintegrasi.

    Dalam penerapan kewajiban TTET, pemerintah juga perlu menggunakan cost-benefit analysis dalam menajamkan definisi transaksi berisiko tinggi yang akan menggunakan TTET melalui revisi PP No. 71/2019. Ini juga perlu diikuti dengan proses benchmarking secara sistematis untuk memutuskan kebijakan yang tepat terhadap pengamanan transaksi elektronik. Tidak ada satu negara pun yang mewajibkan penggunaan TTET sebagai cara untuk terhadap risiko penipuan/scam.

    Pengaturan teknis lanjutan mengenai transaksi berisiko tinggi sebaiknya ditetapkan regulator dengan kewenangan paling sesuai, misalnya BI dan OJK pada sektor keuangan. Ini dilakukan agar penerapan kebijakan menjadi lebih kontekstual, sehingga memastikan keseimbangan pengendalian risiko dan keberlanjutan inovasi di industri transaksi elektronik, serta menghidari dampak kontraproduktif terhadap pencapaian perkembangan ekonomi digital dan inklusi keuangan di Indonesia.

    Ditulis oleh Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan master The Australian National University ini juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

    (asj/asj)

  • OJK layani 1.680 konsultasi dan pengaduan konsumen di Ciayumajakuning

    OJK layani 1.680 konsultasi dan pengaduan konsumen di Ciayumajakuning

    Sebanyak 77,20 persen atau 1.297 layanan disampaikan langsung melalui walk-in ke Kantor OJK

    Majalengka (ANTARA) – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon, Jawa Barat, melayani 1.680 konsultasi dan pengaduan konsumen jasa keuangan di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka serta Kuningan (Ciayumajakuning) selama periode Januari hingga 14 November 2025.

    Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib di Majalengka, Sabtu, mengatakan layanan tersebut berasal dari berbagai saluran yang disediakan OJK, untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi maupun menyampaikan keluhan terkait sektor jasa keuangan.

    “Sebanyak 77,20 persen atau 1.297 layanan disampaikan langsung melalui walk-in ke Kantor OJK,” katanya.

    Ia menjelaskan layanan yang diterima melalui saluran telepon tercatat 95 konsultasi, sedangkan pengaduan yang disampaikan lewat Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) mencapai 288 laporan.

    Menurut Agus, sektor fintech lending menjadi bidang yang paling banyak dikeluhkan masyarakat Ciayumajakuning, yakni 566 laporan.

    “Pengaduan terkait bank umum juga tetap tinggi dengan 520 laporan,” ujarnya.

    Agus mengatakan pada program ini masyarakat umum menjadi kelompok pelapor terbesar dengan 585 layanan, diikuti pegawai swasta, wirausaha dan ibu rumah tangga.

    Selain menangani keluhan, kata dia, OJK Cirebon telah memproses 10.167 permintaan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), baik secara daring maupun luring hingga pertengahan November 2025.

    Agus menyebutkan dari sisi jenis masalah, layanan terbanyak masih terkait SLIK, sedangkan laporan penipuan sektor jasa keuangan menempati posisi kedua dengan 298 layanan.

    “Setelahnya, kami juga mencatat adanya permintaan informasi sektor keuangan mencapai 200 layanan, penyalahgunaan data 108 layanan, serta permintaan keringanan angsuran sebanyak 89 layanan,” ujarnya.

    Ia menegaskan seluruh permasalahan yang disampaikan masyarakat dapat direspons dengan baik melalui proses klarifikasi, fasilitasi dan penyelesaian secara tuntas sesuai mekanisme perlindungan konsumen OJK.

    Selain itu, pihaknya turut memberikan edukasi kepada masyarakat agar memahami hak dan kewajiban dalam penggunaan produk keuangan.

    “Seluruh permasalahan yang disampaikan dapat ditangani dengan baik melalui proses klarifikasi dan fasilitasi. Kami juga memberikan edukasi agar masyarakat lebih waspada terhadap risiko sektor jasa keuangan,” ucap dia.

    Pewarta: Fathnur Rohman
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kinerja Perbankan Diproyeksi Tetap Solid hingga Akhir 2025

    Kinerja Perbankan Diproyeksi Tetap Solid hingga Akhir 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Kinerja industri perbankan nasional diperkirakan tetap solid hingga akhir tahun 2025. Hal ini tercermin dari hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan IV 2025.

    Survei dilakukan pada Oktober 2025 dengan melibatkan 102 bank yang mewakili 99,25% dari total aset seluruh bank umum per September 2025, sehingga hasilnya dinilai cukup menggambarkan kondisi perbankan nasional secara keseluruhan.

    Dikutip dari hasil survei tersebut, Sabtu (22/11/2025), keyakinan pelaku perbankan tercermin dari indeks orientasi bisnis perbankan (IBP) pada triwulan IV 2025 yang tercatat sebesar 66, berada di zona optimistis. Ekspektasi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menjadi alasan utama responden menilai bahwa kinerja perbankan akan tetap terjaga. Perbankan juga dinilai masih cukup kuat dalam mengelola berbagai risiko yang dihadapi di tengah dinamika perekonomian global dan domestik.

    Prediksi membaiknya kondisi makroekonomi domestik tercermin pada indeks ekspektasi kondisi makroekonomi (IKM) triwulan IV 2025 yang kembali ke level optimistis, yakni sebesar 63. Peningkatan indeks ini terutama didorong oleh prakiraan meningkatnya pertumbuhan ekonomi seiring penurunan BI rate dan ditopang oleh penguatan nilai tukar Rupiah.

    Selain itu, konsumsi masyarakat yang lazimnya meningkat pada momentum Natal dan tahun baru juga diyakini mampu mendongkrak permintaan terhadap barang dan jasa. Stimulus 8+4+5 dari pemerintah turut diperkirakan memperkuat daya beli masyarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun di sisi lain inflasi juga diperkirakan meningkat akibat kenaikan aktivitas ekonomi dan konsumsi tersebut.

    Sejalan dengan proyeksi membaiknya kondisi makroekonomi, mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan IV 2025 masih terjaga dan terkendali. Hal ini tercermin dari indeks persepsi risiko (IPR) sebesar 57 yang juga berada di zona optimistis.

    Para pelaku perbankan menilai kualitas kredit masih terjaga dengan baik, sementara posisi devisa netto (PDN) tetap rendah dengan aset dan tagihan valuta asing yang lebih besar dibandingkan kewajiban valas (long position), sehingga eksposur risiko nilai tukar relatif termitigasi.

    Meski demikian, net cashflow perbankan diproyeksikan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan cash outflow seiring meningkatnya penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan operasional, serta pembayaran belanja pemerintah daerah yang umumnya cukup besar pada akhir tahun anggaran.

    Dari sisi prospek bisnis, ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan IV-2025 tercatat tetap kuat. Indeks kkspektasi kinerja (IEK) berada pada level 78, yang menunjukkan optimisme tinggi terhadap prospek pertumbuhan perbankan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan meningkat seiring naiknya permintaan pembiayaan, serta dukungan ekspansi kredit yang telah disiapkan bank melalui pipeline yang ada.

    Sejumlah sektor ekonomi dinilai berpotensi menjadi motor penggerak pertumbuhan kredit. Sektor industri pengolahan pada September 2025 tercatat tumbuh 8,64% (yoy), sementara sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pengangkutan dan pergudangan masing-masing tumbuh 19,15% (yoy) dan 19,32% (yoy).

    Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan IV 2025 juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan upaya bank memperoleh sumber pendanaan untuk mendukung ekspansi kredit dan menjaga likuiditas.

    Pada SBPO periode ini, OJK juga menggali informasi mengenai proyeksi pencapaian target rencana bisnis bank (RBB) tahun 2025. Hasil survei menunjukkan, sebagian besar bank optimistis target kredit dan DPK dalam RBB 2025 dapat tercapai. 

  • Bobby Nasution Gandeng OJK Dorong ASN Pemprov Sumut Jadi Investor Pasar Modal untuk Cegah Korupsi

    Bobby Nasution Gandeng OJK Dorong ASN Pemprov Sumut Jadi Investor Pasar Modal untuk Cegah Korupsi

    Sementara itu, Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien menyampaikan bahwa jumlah investor pasar modal di Sumut merupakan salah satu yang terbesar di luar Pulau Jawa, dengan sekitar 736 ribu investor dan nilai transaksi mencapai Rp21,7 triliun.

    Ia menyebut pertumbuhan tersebut tidak hanya dari sisi pembukaan rekening, tetapi juga aktivitas pengelolaan portofolio yang cukup tinggi. Untuk pasar modal syariah, pertumbuhan investor secara nasional mencapai 142%, sedangkan di Sumut meningkat hingga 270% dalam lima tahun terakhir.

    Turut hadir Asisten Perekonomian dan Pembangunan Effendy Pohan, Kepala Bappelitbang Dikky Anugerah, Kepala Dinas Kominfo Sumut Erwin Hotmansah Harahap.

     

    (*)