Kementrian Lembaga: NASA

  • VIDEO: ‘Koper’ Milik NASA Hasilkan Oksigen di Mars

    VIDEO: ‘Koper’ Milik NASA Hasilkan Oksigen di Mars

    Jakarta, CNN Indonesia

    Robot penjelajah Perseverance NASA meluncur ke Mars tahun lalu membawa kotak emas berukuran seperti koper yang disebut Mars Oxygen In-Situ Resource Utilization Experiment (MOXIE) yang dapat memproduksi oksigen.

    Sejak pengujian yang dimulai pada April 2021, MOXIE telah menghasilkan oksigen pada tujuh percobaan dalam berbagai kondisi atmosfer di Planet Merah tersebut.

    Dalam setiap putaran, MOXIE dapat menghasilkan enam gram oksigen per jam, sebanding dengan laju keluaran oksigen satu pohon Bumi.

  • Pakar Ungkap Skenario Bumi Keluar dari Orbit, Akhir Riwayat Manusia?

    Pakar Ungkap Skenario Bumi Keluar dari Orbit, Akhir Riwayat Manusia?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Peneliti menyebut Bumi mungkin dapat meninggalkan tata surya jika ada sebuah objek langit raksasa yang melintas sehingga mengganggu orbit Bumi.

    “Bumi dapat dipindahkan dari orbitnya karena aksi objek antarbintang besar, terbang melalui ruang angkasa dan masuk ke tata surya lalu melintas dekat Bumi,” kata Matteo Ceriotti, seorang insinyur kedirgantaraan dan dosen teknik sistem ruang angkasa di Universitas Glasgow di Inggris, seperti dikutip dari Live Science.

    “Dalam pertemuan ini, yang dikenal sebagai ‘flyby’, Bumi dan objek akan bertukar energi dan momentum, dan orbit Bumi akan terganggu. Jika objek itu cepat, masif, dan cukup dekat, itu bisa membuat Bumi melarikan diri dari orbit dan mengarah ke luar tata surya,” tambahnya.

    Seorang dosen senior dalam fisika dan astronomi di Universitas Cardiff di Inggris Timothy Davis setuju dengan teori Bumi dapat keluar dari tata surya, dan memiliki hipotesis sendiri tentang bagaimana ini bisa terjadi.

    “Planet-planet, seperti yang ada sekarang, berada dalam orbit yang stabil di sekitar Matahari. Namun, jika Matahari bertemu dengan bintang lain, maka interaksi gravitasi dari benda-benda ini dapat mengganggu orbit yang ada, dan berpotensi menyebabkan Bumi untuk bergerak. keluar dari tata surya,” kata Davis.

    Meski teori tersebut masuk akal, Davis sangat meragukan hal itu akan terjadi. Pasalnya, hal semacam itu cukup langka terjadi.

    “Pertemuan bintang seperti itu cukup langka,” kata Davis.

    “Misalnya, kita tahu bahwa bintang Gliese 710 diperkirakan akan datang cukup dekat, dalam istilah astronomi, ke Matahari dalam waktu sekitar satu juta tahun – tetapi bahkan terbang sedekat ini tidak mungkin mengganggu planet,” imbuhnya.

    Meski tidak mungkin kekuatan eksternal akan memaksa Bumi keluar dari tata surya dalam waktu dekat, Davis menyebut manusia mungkin dapat membangun mesin yang mampu menggeser planet sedemikian rupa sehingga akhirnya keluar dari tata surya, tetapi akan butuh energi yang besar.

    “Energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan Bumi dari orbitnya dan mengeluarkannya dari tata surya sangat besar – setara dengan sextillion (1 dengan 21 nol setelahnya) bom nuklir megaton meledak sekaligus – bahwa ini tampaknya tidak mungkin,” kata Davis.

    Apa yang akan terjadi jika Bumi sampai benar-benar keluar dari tata surya?

    “Bumi akan terbang ke ruang antarbintang sampai ditangkap atau ditelan oleh bintang lain atau lubang hitam,” kata Ceriotti.

    Ceriotti juga menyebut jika Bumi meninggalkan tata surya, maka kemungkinan kehidupan kehidupan makhluk hidup di dalamnya akan terancam.

    “Tidak mungkin atmosfer akan tetap ada: Iklim global Bumi sangat rapuh karena keseimbangan radiasi yang baik yang masuk dari Matahari dan energi yang hilang ke luar angkasa. Jika ini bervariasi, suhu akan segera berubah secara dramatis,” ujarnya.

    Mengutip situs resmi NASA, sistem Tata Surya manusia mengitari pusat Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 828 ribu km/jam. Tata Surya manusia sendiri berada di salah satu dari empat lengan spiral Bima Sakti.

    Selain itu, ada tiga jenis bentuk galaksi yang telah diketahui sampai saat ini. Tiga bentuk itu adalah elips, spiral, dan iregular. Bima Sakti sendiri termasuk galaksi spiral.

    (lom/lth)

  • Padi China Mekar di Luar Angkasa, Teknologi Setara AS?

    Padi China Mekar di Luar Angkasa, Teknologi Setara AS?

    Jakarta, CNN Indonesia

    China dikabarkan berhasil menumbuhkan tanaman jenis arabidopsis dan padi di dalam lemari eksperimen saintifik mereka. Hal itu dikabarkan Zheng Huiqiong, periset yang bekerja di Chinese Academy of Sciences (CAS) pada Senin (29/8) waktu setempat.

    Melansir CGTN, tanaman itu diletakkan di dalam lemari yang berada di laboratorium Wentian yang berada di luar angkasa. Ditanam sejak 29 Juli, tanaman arabidopsis itu kemudian menghasilkan empat daun.

    Di saat yang sama, tanaman padi yang juga ada di dalamnya tumbuh sekitar 30 cm. Menurut Zheng, eksperimen ini akan berfokus kepada menumbuhkan tanaman dan mengeksplorasi bagaimana menggunakan lingkungan mikro gravitasi untuk mengontrol pembungaan dan meningkatkan efisiensi produksi.

    “Bibit padi tumbuh dengan sangat baik. Kami ingin menginvestigasi bagaimana lingkungan mikro gravitasi berdampak kepada proses pembungaan tanaman dalam level molekuler dan apakah mungkin menggunakannya untuk mengontrol proses terkait,” ujar Zheng seperti dilansir Interesting Engineering.

    Laboratorium Wentian merupakan laboratorium luar angkasa yang berada di Stasiun Luar Angkasa, Tiangong milik China. Wentian mengorbit ke Tiangong sejak 24 Juli lalu dan memiliki tinggi 17,9 meter dan berat 23 metrik ton.

    Delapan proyek eksperimen dikirim bersama Wentian selain eksperimen tanaman padi tersebut.

    China sejatinya telah bereksperimen mengirim padi dan tanaman lain ke luar angkasa sejak 1980an. Namun mereka sering mengalami kesulitan lantaran lingkungan luar angkasa termasuk efek mikro gravitasi, kekurangan udara, dan paparan energi kosmik.

    “Tetapi jika kita ingin mendarat dan mengeksplorasi Mars, membawa makanan dari Bumi tidaklah cukup buat para astronot. Kita harus menemukan sumber makanan yang tahan lama untuk eksplorasi luar angkasa jangka panjang,” kata Zheng.

    Pada 2021 lalu, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) telah lebih dahulu sukses menanam cabai di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Para astronot di ISS pun menggunakan cabai-cabai itu untuk membuat beragam makanan seperti taco.

    Cabai yang ditanam astronaut di luar angkasa itu berjenis paprika. Astronaut NASA Megan McArthur mengunggah kicauannya di Twitter pada pekan lalu bahwa kru mencicipi paprika, dan dia mencampurkan paprika itu ke taco, dicampur daging sapi dan sayuran fajita.

    (lth/arh)

  • James Webb Tunjukkan Pesona Sesungguhnya ‘Galaksi Hantu’

    James Webb Tunjukkan Pesona Sesungguhnya ‘Galaksi Hantu’

    Jakarta, CNN Indonesia

    Teleskop antariksa James Webb merilis foto phantom galaxy atau galaksi hantu yang memuat miliaran planet di dalamnya.

    Galaksi yang juga dikenal dengan nama Messier74 atau M74 itu berjarak 32 juta tahun cahaya dari Bumi. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), galaksi ini terletak di konstelasi Pisces.

    Ia merupakan sejenis galaksi spiral yang dikenal sebagai “grand design spiral” karena memiliki lengan spiral yang terdefinisi dengan baik, terlihat berliku dari tengah ke luar.

    Gambar yang baru dirilis ini dibuat menggunakan data dari Teleskop Hubble dan Teleskop Webb. Webb sendiri berfungsi mendeteksi “filamen halus gas dan debu” di lengan spiral galaksi.

    Gambar-gambar tersebut memberikan tampilan yang jelas pada gugus bintang nuklir di pusat galaksi yang tidak tertutup oleh gas.

    ESA menyebut teleskop Webb menggunakan Mid-InfraRed Instrument (MIRI) untuk mengamati Galaksi Phantom sebagai bagian dari proyek untuk memahami fase awal pembentukan bintang, seperti dikutip CNN.

    Webb diketahui memberikan hasil sangat baik dalam mengamati panjang gelombang cahaya inframerah, sedangkan Hubble memiliki penglihatan yang sangat tajam pada panjang gelombang ultraviolet dan tampak.

    Kenapa namanya Phantom Galaxy?

    Dikutip dari bgr.com, penampakan Messier 74 seringkali samar di langit. Hal ini membuatnya sangat sulit untuk dikenali, bahkan terkadang tidak mungkin. Komunitas astronomi pun menjulukinya sebagai ‘hantu’.

    Dilansir dari Space, teleskop Hubble yang berusia 32 tahun mengambil peran menangkap alam semesta dalam spektrum cahaya tampak, mengungkapkan distribusi bintang-bintang di galaksi.

    Sementara Webb berfokus pada spektrum inframerah, melihat gas yang memancarkan panas dan debu yang terakumulasi di lengan spiral galaksi.

    Kombinasi kedua teleskop ini memungkinkannya para peneliti untuk mengungkapkan area pembentukan bintang yang sangat terang yang dikenal sebagai wilayah HII di Galaksi Phantom.

    Phantom Galaxy hasil jepretan Hubble (kiri), hasil foto James Webb (kanan), dan kombinasi keduanya (tengah). (Foto: via REUTERS/NASA/ESA/CSA James Webb Space Telescop)

    Kombinasi data dari kedua teleskop juga memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang Galaksi Phantom.

    Pada Juli, NASA merilis gambar resolusi tinggi pertama Webb dan memberikan pemandangan luar angkasa yang menakjubkan.

    Lebih besar dari Hubble, teleskop ini mampu mengamati galaksi yang sangat jauh, memungkinkan para ilmuwan untuk belajar tentang pembentukan bintang awal. Hubble mengorbit Bumi, tetapi Webb mengorbit matahari, sekitar 1 juta mil jauhnya dari Bumi.

    (lom/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ahli Temukan Bagian Sisi Gelap Bulan Jelang Misi Artemis I

    Ahli Temukan Bagian Sisi Gelap Bulan Jelang Misi Artemis I

    Jakarta, CNN Indonesia

    Ahli menemukan bagian tergelap di Bulan yang sangat misterius dan penting untuk penelitian bagi perkembangan ilmu pengetahuan menjelang misi Artemis I.

    Peneliti menyebut wilayah tergelap Bulan ini terdiri kawah besar dan dalam yang suhunya diprediksi mencapai -163 derajat Celcius sehingga terbentuk hamparan es.

    Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru bisa membuktikannya pada 2024 lewat misi Artemis III.

    Misi Artemis III merupakan kelanjutan dari misi Artemis I yang akan dilaksanakan pada Sabtu (3/9).

    Dalam misi Artemis III, penelusuran area tergelap Bulan akan dilakukan di total 13 wilayah. Penelitian ini dapat memberikan para peneliti pengetahuan tentang area misterius yang belum pernah mereka jamah.

    Misi pencarian ini tentunya tak akan berjalan mulus. Menurut ahli glasiologi Valentin Bickel dari ETH Zurich di Swiss yang juga pemimpin penelitian, penelusuran area-area kawah ini sepertinya mengharuskan para peneliti melakukan penggalian jika ingin menemukan es.

    “Tidak ada bukti es permukaan murni di dalam area tergelap tersebut, menyiratkan bahwa es sepertinya bercampur dengan tanah bulan atau berada di bawah permukaan,” kata Bickel, seperti dikutip Science Alert, Kamis (1/9).

    Lebih lanjut, sejumlah cahaya diketahui memantul dari gunung dan dinding kawah di area dekat area tergelap Bulan. Cahaya ini kemudian ditangkap oleh Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) yang saat ini sedang meluncur di sekitar Bulan. Namun, data itu terlalu samar untuk melihat detail apa yang ada di kawah.

    Peneliti lantas mencoba memasukkan algoritma pembelajaran mesin yang disebut Hyper-efektif nOise Removal U-net Software (HORUS). Algoritma ini dapat membersihkan noise dalam data LRO dan mengungkapkan apa yang tersembunyi di wilayah tergelap di Bulan.

    Tim menggunakan HORUS untuk mencitrakan 44 daerah yang dibayangi secara permanen dengan diameter lebih dari 40 meter di wilayah eksplorasi Artemis III. Gambar-gambar ini disebut akan membantu dalam perencanaan eksplorasi bulan pada 2024.

    “Rute yang terlihat ke daerah yang dibayangi secara permanen sekarang dapat dirancang, sangat mengurangi risiko bagi astronot Artemis dan penjelajah robot,” jelas ahli geologi David Kring dari Lunar and Planetary Institute dan NASA.

    Ini sangat berarti karena pakaian antariksa Artemis hanya akan memberikan waktu eksplorasi terbatas karena dinginnya bagian kawah Bulan. Waktu maksimal eksplorasi mungkin hanya dua jam.

    Dengan demikian penggunaan HORUS memungkinkan peneliti secara efisien memetakan area mana yang harus dikunjungi dan mana yang harus dihindari untuk memaksimalkan durasi tersebut.

    (lom/mik)

  • Misi Artemis 1 NASA Ke Bulan Dijadwalkan Ulang pada 3 September

    Misi Artemis 1 NASA Ke Bulan Dijadwalkan Ulang pada 3 September

    Jakarta, CNN Indonesia

    Misi Artemis 1 NASA ke Bulan resmi dijadwalkan ulang untuk peluncuran pada Sabtu (3/9) pukul 14:17 ET atau Minggu (4/9) 1:17 WIB.

    Sebelumnya misi ini sempat dikabarkan berpotensi diluncurkan ulang pada Jumat (2/9). Namun NASA memutuskan memundurkan jadwal tersebut.

    Peluncuran roket SLS yang membawa pesawat antariksa Orion pada Senin (29/8) terpaksa dibatalkan karena ada masalah pada beberapa bagian roket.

    Setelah peluncuran dibatalkan, tim Artemis 1 tengah mengevaluasi data yang dikumpulkan selama upaya tersebut. Sementara roket Space Launch System (SLS) dan pesawat ruang angkasa Orion masih berada di Launchpad 39B di Kennedy Space Center di Florida.

    Salah satu dari empat mesin RS-25 roket, yang disebut sebagai mesin #3 tidak dapat mencapai suhu tepat yang diperlukan mesin untuk memulai lepas landas, sehingga peluncuran dibatalkan.

    Dilansir dari CNN, mesin perlu dikondisikan secara termal sebelum propelan superdingin mengalir melaluinya sebelum lepas landas. Kemudian untuk mencegah mesin mengalami guncangan suhu, pengontrol peluncuran meningkatkan tekanan tangki hidrogen cair tahap inti untuk mengirim sedikit hidrogen cair ke mesin, atau proses yang dikenal sebagai “bleed.”

    Hidrogen cair yang digunakan tersebut memiliki suhu sekitar minus 252 derajat Celcius.

    Manajer Program Sistem Peluncuran Luar Angkasa di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA di Alabama John Honeycutt menyebut mesin #3 mungkin sekitar 30 hingga 40 derajat lebih hangat daripada mesin lainnya yang mencapai sekitar minus 245 derajat Celcius.

    “Cara sensor bekerja tidak sejalan dengan situasi fisik,” kata Honeycutt.

    Dalam peluncuran Sabtu nanti, tim berencana memulai bleed 30 sampai 45 menit lebih awal dalam hitungan mundur dibandingkan proses peluncuran pada Senin dan memantau suhu mesin selama bleed.

    Manajer misi Artemis di Markas Besar NASA Mike Sarafin mengatakan jika mereka tidak dapat mengondisikan mesin secara termal, mereka tidak akan meluncurkannya

    “Itu adalah syarat yang sama yang akan kita lakukan pada hari Sabtu,” tuturnya.

    Sementara itu, Direktur peluncuran Artemis di Program Sistem Tanah Eksplorasi NASA Charlie Blackwell-Thompson menyebut melepas dan mengganti sensor akan sulit di landasan peluncuran, jadi satu-satunya alternatif adalah menggulungnya kembali ke Gedung Perakitan Kendaraan untuk diservis.

    Selain masalah suhu, beberapa masalah lain, seperti badai, kebocoran pada saluran 8 inci yang digunakan untuk mengisi dan mengalirkan hidrogen cair tahap inti roket dan kebocoran hidrogen dari katup ventilasi pada intertank tahap inti juga menyebabkan penundaan pada peluncuran.

    “Kami menyetujui apa yang disebut opsi satu, yaitu mengubah prosedur pemuatan secara operasional dan memulai pendinginan mesin kami lebih awal. Kami juga setuju untuk melakukan beberapa pekerjaan di pad untuk mengatasi kebocoran yang kami lihat di pusat layanan hidrogen,” kata Sarafin.

    Prakiraan saat ini untuk hari Sabtu mencakup kemungkinan hujan dan badai petir di pagi dan sore hari, sehingga tim peluncuran akan terus memantau prakiraan tersebut.

    Ada kemungkinan 60 persen cuaca buruk akan terjadi selama peluncuran.

    Maka dari itu masih ada kemungkinan peluncuran diundur kembali menjadi 5 September.

    Misi Artemis 1 merupakan tahap awal dari sebuah program yang bertujuan untuk membawa manusia ke Bulan dan akhirnya mendaratkan misi berawak di Mars.

    (lom/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • Suar Matahari Bikin Kacau Sinyal di Eropa dan Afrika

    Suar Matahari Bikin Kacau Sinyal di Eropa dan Afrika

    Jakarta, CNN Indonesia

    Fenomena suar Matahari kuat menghantam Bumi dan mengacaukan sinyal di Eropa dan Afrika pada Jumat (26/8) lalu.

    “Sunspot AR3089 bergerak dengan serangkaian semburan matahari kelas M [sedang] yang semakin intensif,” kata SpaceWeather.com pada Jumat (26/8).

    Solar Dynamics Observatory Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap suar yang sangat kuat pada pukul 07:16 EDT (18:16 WIB). Suar Matahari ini disebut membuat masyarakat di Eropa dan Afrika mengalami pemadaman radio singkat, seperti dikutip Live Science.

    Aktivitas matahari cukup kuat dalam beberapa waktu ke belakang, setelah bintang ini mengeluarkan sederet cuaca luar angkasa yang menandai dimulainya aktivitas maksimum siklus 11 tahunan Matahari.

    Samantha Cristoforetti dari Badan Antariksa Eropa yang tengah berada di luar angkasa pada awal pekan lalu mengatakan dirinya melihat sejumlah aurora di kutub utara dan selatan Bumi.

    Fenomena langit yang disebabkan cuaca luar angkasa ini bahkan terlihat dari luar angkasa, menandakan fenomena yang sangat kuat.

    Sebagian besar cuaca luar angkasa biasanya memberi pertunjukan luar biasa bagi orang-orang di atau dekat Bumi, tetapi beberapa badai yang sangat kuat dapat merusak saluran listrik, satelit, dan infrastruktur vital lainnya yang menjadi tumpuan teknologi planet kita.

    Matahari lebih rentan terhadap temper tantrum ketika mencapai aktivitas maksimumnya, karena bintik matahari menyebar di permukaan dan garis magnet berputar dan patah. Badai Matahari yang mengarah ke Bumi dapat menyebabkan aurora, pemadaman, dan efek lainnya.

    Selain pada Jumat (26/8), suar Matahari juga diketahui menghantam Bumi pada Senin (29/8). Suar Matahari kelas M8 tersebut menghantam Bumi pada 7:07 a.m. EDT (18:07 WIB), seperti dikutip Space.

    Sebagai informasi, para ilmuwan mengurutkan suar Matahari dalam lima kategori huruf, di mana M adalah yang terkuat keempat. Dalam setiap kategori, angka yang lebih tinggi mewakili ledakan yang lebih besar.

    (lom/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Alami Kerusakan Mesin, NASA Tunda Peluncuran Misi Artemis I

    VIDEO: Alami Kerusakan Mesin, NASA Tunda Peluncuran Misi Artemis I

    Jakarta, CNN Indonesia

    NASA menunda peluncuran misi Artemis I ke bulan pada Senin (29/8).

    Jam hitung mundur dimatikan sekitar 40 menit sebelum peluncuran yang ditargetkan pada 08.33 EDT (12.33 GMT).

    Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat itu mendeteksi adanya masalah pada salah satu mesin utama roket usai tim peluncuran mengisi tangki roket dengan oksigen cair dan propelan hidrogen.

    NASA belum memberikan jadwal pasti untuk peluncuran berikutnya, namun jadwal cadangan sebelumnya ditetapkan pada Jumat (2/9).

  • Misi NASA ke Bulan Dijadwalkan Ulang 2 September

    Misi NASA ke Bulan Dijadwalkan Ulang 2 September

    Jakarta, CNN Indonesia

    Misi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Artemis 1 tanpa awak ke Bulan dijadwalkan ulang pada Jumat (2/9).

    Sebelumnya, megaroket Space Launch System (SLS) yang membawa pesawat antariksa Orion dijadwalkan untuk meluncur pada Senin pukul 19.33 WIB. Namun, dikarenakan adanya sejumlah masalah pada bagian pendingin mesin, proses peluncuran terpaksa ditunda.

    Jadwal berikutnya yang paling memungkinkan untuk melakukan peluncuran ulang adalah pada Jumat (2/9). Proses ini dapat dilakukan dengan catatan, masalah-masalah yang terjadi sudah terselesaikan.

    “Jumat pasti bisa. Kami hanya perlu sedikit waktu untuk melihat datanya. Tapi tim menyiapkan peluncuran ulang dalam 96 jam” kata Mike Sarafin, manajer misi Artemis, dalam konferensi pers pasca kegagalan peluncuran, seperti dikutip Space, Selasa (30/8).

    Salah satu masalah yang membuat peluncuran batal adalah scrub-spurring, atau masalah yang berkaitan dengan masalah pendinginan suhu salah satu mesin.

    Dalam proses peluncuran kemarin, tim Artemis 1 tidak cukup mendinginkannya menjelang peluncuran yang direncanakan. Sarafin menyebut pendinginan mesin secara termal dengan cara ini mencegah kejutan terjadi pada roket ketika mereka mulai membakar propelan hidrogen dan oksigen kriogeniknya.

    Tim Artemis 1 tidak tahu penyebab mesin No. 3 tidak bisa berfung normal, sehingga mereka perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Saat ini indikasinya tidak mengarah ke masalah mesin. Ada dalam sistem ‘bleed’ yang mengkondisikan mesin secara termal dengan propelan super dingin,” ,” ujar Sarafin.

    Sarafin mengatakan tim Artemis 1 tengah beristirahat untuk menghadapi peluncuran berikutnya. Tim ini akan berkumpul kembali pada Selasa (30/8) pagi waktu Florida atau Selasa malam waktu Indonesia Barat. Ketika berkumpul, tim akan menggali data lebih lanjut dan mendiskusikan langkah selanjutnya untuk misi.

    Lebih lanjut, Sarafin memuji tim Artemis 1 karena berhasil mengatasi masalah-masalah yang telah terjadi, termasuk kebocoran hidrogen yang muncul selama pemuatan propelan.

    Dia juga menekankan masalah scrub adalah bagian normal dari bisnis luar angkasa, terutama ketika mempersiapkan kendaraan untuk penerbangan pertamanya.

    “Ini adalah roket baru. Ini tidak akan terbang sampai siap,” kata pejabat NASA Bill Nelson.

    Nelson mengingatkan bagaimana misi pesawat ulang-alik pada 1986 sampai gagal empat kali sebelum akhirnya berhasil meluncur ke orbit.

    “Ada jutaan komponen roket ini dan sistemnya. Dan, tentu saja, kerumitannya menakutkan ketika Anda memasukkan semuanya ke dalam fokus hitungan mundur,” tukas Nelson.

    (lom/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kronologi Misi NASA ke Bulan Batal

    Kronologi Misi NASA ke Bulan Batal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Misi Artemis 1 yang membawa roket SLS-Orion milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ke Bulan yang dijadwalkan berlangsung tadi malam dibatalkan karena ada masalah pada pendingin mesin.

    Megaroket Space Launch System (SLS) itu dijadwalkan meluncur pada 08:33 EDT (19.33 WIB), dan tidak membawa awak.

    Kronologi pembatalan dimulai dari proses pengisian bahan bakar. Setelah pengisian bahan bakar, pengontrol peluncuran tidak dapat mendinginkan salah satu dari empat mesin utama ke suhu yang dibutuhkan.

    Masalah ini terpaksa menghentikan rencana peluncuran roket SLS dan pesawat antariksa Orion untuk misi 42 hari di sekitar Bulan, seperti dikutip Space.

    Menanggapi masalah tersebut, seorang pejabat NASA menyebut pendinginan mesin roket SLS sebelum mengalirkan hidrogen cair kriogenik dan oksigen cair merupakan langkah yang diperlukan sebelum roket dapat meluncur. Menurutnya, tiga mesin berhasil melewati proses itu. Namun, mesin No. 3 gagal.

    “Pengontrol peluncuran mengkondisikan mesin dengan meningkatkan tekanan pada tangki tahap inti untuk mengalirkan beberapa propelan kriogenik ke mesin agar mencapai kisaran suhu yang tepat untuk memulainya,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    “Mesin 3 tidak dikondisikan dengan benar melalui proses pembuangan, dan para insinyur sedang memecahkan masalah,” imbuhnya.

    Keempat mesin tersebut sebelumnya digunakan pada pesawat ulang-alik NASA dari kendaraan yang dapat digunakan kembali.

    Juru bicara NASA Derrol Nail mengatakan, “pengkondisian” mesin bukanlah sesuatu yang dapat diverifikasi tim selama proses latihan (wet dress) yang berakhir pada Juni.

    “Ini adalah hal yang ingin mereka uji selama Wet Dress 4 tetapi tidak bisa,” tuturnya.

    “Jadi ini adalah kesempatan pertama bagi tim untuk melihatnya secara langsung. Masalahnya sangat rumit bahkan untuk mendapatkan suhu yang ditentukan, menurut para insinyur,” lanjutnya.

    Masalah Mesin No. 3 diketahui mulai muncul ketika ada beberapa masalah lain selama hitungan mundur, termasuk kebocoran hidrogen cair di awal proses pengisian bahan bakar dan kemungkinan retakan di bagian penguat inti yang dikenal sebagai flensa antartank.

    Bagian tersebut menghubungkan tangki hidrogen cair dan oksigen cair raksasa SLS. Tangki tersebut dapat menampung 730.000 galon (3,3 juta liter) propelan gabungan.

    “Flensa adalah sambungan sambungan yang berfungsi seperti jahitan pada kemeja, ditempelkan di bagian atas dan bawah intertank sehingga kedua tangki dapat dilampirkan,” terang NASA dalam pembaruan.

    Tim insinyur NASA menemukan retakan ternyata berada pada busa isolasi pada flensa, bukan pada struktur logam roket.

    “Es yang terbentuk pada dasarnya adalah udara yang didinginkan oleh tangki yang terperangkap di dalam celah busa tetapi bukan tangki sebenarnya,” ujar Nail.

    Menurut Nail, personel NASA pernah melihat retakan serupa pada busa ketika digunakan di sebuah pesawat antariksa yang pensiun pada 2011.

    Permasalahan Mesin No. 3 dan keretakan tersebut sesuai dengan kekhawatiran NASA tentang kebocoran hidrogen cair roket.

    Nail menyebut kebocoran selama proses pengisian bahan bakar tampak mirip dengan yang terjadi selama tes pengisian bahan bakar SLS awal tahun ini.

    “Meskipun masalah serupa diidentifikasi dalam latihan wet dress sebelumnya, itu mungkin tidak selalu menjadi penyebab yang sama,” tulis NASA.

    Dengan adanya sederet masalah ini, NASA menghentikan dan memulai kembali proses pengaliran hidrogen cair ke dalam tangki dalam upaya untuk memverifikasi kebocoran dan bahkan melanjutkan dengan mengisi bahan bakar tahap atas roket setinggi 322 kaki (98 meter) sementara para insinyur berupaya menyelesaikan masalah tersebut.

    (lom/mik)

    [Gambas:Video CNN]