Kementrian Lembaga: NASA

  • Purnama Harvest Moon Unjuk Gigi Besok Sore, Apa Istimewanya?

    Purnama Harvest Moon Unjuk Gigi Besok Sore, Apa Istimewanya?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Bulan purnama Harvest Moon akan menghiasi langit pada Sabtu (10/9). Wilayah RI pun akan kebagian. Apa istimewanya purnama ini?

    Fenomena Harvest Moon terjadi saat Bulan untuk pertama kalinya kembali ke ukuran normal setelah empat bulan berturut-turut dalam fase supermoon ketika Bulan berada di perigee atau titik terdekatnya dengan Bumi.

    Pada fenomena supermoon, Bulan tampak lebih besar dan lebih terang sekitar 16 persen dari biasanya.

    Dikutip dari situs lembaga penerbangan dan Antariksa AS (NASA), puncak bulan purnama ini akan terjadi pada Sabtu (10/9) pukul 05.59 EDT. Meski demikian, fase bulan purnama akan dimulai sejak Jumat (9/9) hingga Minggu (11/9).

    Sementara, menurut Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dari situs resminya, mengatakan Bulan Purnama Panen (Full Harvest Moon) merupakan purnama astronomis yang terjadi berdekatan dengan ekuinoks September, baik sebelum atau pun sesudahnya.

    Ekuinoks sendiri merupakan momen saat lintasan semu Matahari berada di garis khatulistiwa. 

    Andi mengatakan Harvest Moon di RI bisa dinikmati pada Sabtu (10/9) pukul 16.59 WIB atau 17.59 WITA atau 20.59 WIT.

    Asal-usul nama

    Menurut NASA, bulan purnama yang terjadi pada September diberi nama Harvest Moon sejak 1706. Fenomena ini terjadi ketika banyak tanaman dipanen di Belahan Bumi Utara.

    Selain itu, beberapa petani secara historis menggunakan cahaya bulan purnama untuk bekerja hingga larut malam memanen tanaman mereka.

    Bulan purnama sendiri terjadi saat Bulan berada di sisi Bumi yang berlawanan dari Matahari. Orbit Bulan miring sekitar 5 derajat dari bidang orbit Bumi, jadi meskipun bulan berada di belakang Bumi, ia tidak berada dalam bayangan Bumi setiap kali mengelilingi planet kita, seperti dikutip Space.

    Harvest Moon diketahui sering bertepatan dengan beberapa hari libur keagamaan dan budaya, di antaranya Festival Pertengahan Musim Gugur yang dirayakan di Cina dan beberapa negara Asia lainnya, serta periode Pitru Paksha 16 hari dalam kalender Hindu.

    Tahun lalu, Harvest Moon juga bertepatan dengan dimulainya hari raya Sukkot selama tujuh hari dalam Yudaisme.

    Di kebudayaan selain Eropa, Bulan Purnama juga memiliki beberapa nama, salah satu yang paling terkenal adalah Corn Moon. Sebutan ini diciptakan oleh suku Algonquin yang mendiami tempat yang sekarang menjadi timur laut Amerika Serikat dan Kanada tenggara.

    Dilansir dari Live Science, Almanak Petani Maine yang mulai menerbitkan nama bulan asli Amerika pada 1930-an menjelaskan Corn Moon muncul ketika jagung, labu, labu, dan berbagai bahan pokok musim gugur lainnya dipanen.

    (lom/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • NASA Kebut Perbaikan Artemis 1 Jelang Peluncuran Ulang Akhir Pekan Ini

    NASA Kebut Perbaikan Artemis 1 Jelang Peluncuran Ulang Akhir Pekan Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) masih memperbaiki roket System Launch Pad (SLS) untuk misi Artemis 1 yang akan diluncurkan ulang pada Sabtu (10/9). Alhasil, roket Artemis pun masih ‘nongkrong’ di menara peluncuran paling tidak untuk saat ini.

    Mengutip Space, proses perbaikan kini tengah dilakukan NASA pada seal (segel) yang bocor di roket tersebut dengan menambalnya.

    Kebocoran terjadi pada bagian “pemutusan cepat”, sebuah bagian yang menghubungkan tahap inti SLS dengan jalur propelan yang berasal dari menara peluncuran seluler roket raksasa.

    Pada Selasa (6/8), seorang pejabat NASA mengatakan setelah menganalisis masalah selama beberapa hari, tim Artemis 1 telah memutuskan untuk mengganti seal pada bagian yang bermasalah tersebut.

    Sebelumnya, misi Artemis 1 direncanakan akan meluncur pada Sabtu (3/9). Pada misi ini roket SLS akan membawa pesawat antariksa Orion mengitari Bulan dalam misi tak berawak.

    Misi tak berawak ini akan mengumpulkan sejumlah data untuk membantu misi Artemis berikutnya. Misi Artemis sendiri merupakan upaya NASA untuk membawa manusia ke Bulan.

    Tim Artemis 1 saat ini tengah mengerjakan perbaikan di Pad 39B di Kennedy Space Center (KSC), Florida, AS.

    “Melakukan pekerjaan di menara peluncur mengharuskan teknisi untuk memasang penutup di sekitar area kerja untuk melindungi perangkat keras dari cuaca dan kondisi lingkungan lainnya, tetapi memungkinkan para insinyur untuk menguji perbaikan di bawah kondisi kriogenik, atau super dingin,” tulis pejabat NASA Selasa waktu setempat.

    Kemudian dia juga menyebut perbaikan di menara peluncur dapat membantu tim Artemis mengumpulkan data penyebab masalah kegagalan peluncuran.

    “Melakukan pekerjaan di menara peluncur juga memungkinkan tim untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk memahami penyebab masalah ini,” katanya.

    “Tim dapat mengembalikan roket ke Vehicle Assembly Building (VAB) untuk melakukan pekerjaan tambahan yang tidak memerlukan penggunaan fasilitas kriogenik yang hanya tersedia di landasan,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, tim Artemis 1 juga akan memeriksa penutup pelat pada antarmuka pusar lainnya untuk memastikan tidak ada kebocoran di lokasi tersebut. Dengan tujuh garis pusar utama, setiap garis mungkin memiliki beberapa titik koneksi, seperti dikutip situs NASA.

    (lom/lth)

  • Planet Ekstrasurya Akhirnya Tertangkap Webb, Ada Tanda Kehidupan?

    Planet Ekstrasurya Akhirnya Tertangkap Webb, Ada Tanda Kehidupan?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Teleskop antariksa James Webb (JWST) menangkap foto exoplanet alias planet ekstrasurya pertamanya. Bagaimana bisa menangkap objek angkasa yang amat sukar difoto langsung?

    Foto pertama itu diungkap Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Kamis (1/9). Isinya adalah planet di luar tata surya kita yang bernama HIP 65426 b yang ditangkap lewat observasi teleskop inframerah.

    Planet yang disebut masih berusia muda ini memiliki massa enam hingga delapan kali massa Jupiter, planet terbesar di tata surya kita yang berdiameter 142.984 km. Sebagai perbandingan, Jupiter menurut Universe Today mampu menampung 1.300 Bumi.

    Exoplanet gas ini diketahui mengorbit bintang tipe-A yang berukuran sekitar dua kali ukuran Matahari dan berjarak sekitar 349 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Centaurus.

    “Ini adalah momen penting karena berbagai alasan,” ujar Aarynn Carter, penulis utama dan peneliti pascadoktoral di University of California, Santa Cruz, seperti dikutip Live Science.

    “Pertama, ini adalah pertama kalinya kami mencitrakan sebuah planet dengan panjang gelombang lebih dari 5 mikron,” tambahnya.

    Mikron atau mikrometer adalah cara para ilmuwan mengukur panjang gelombang cahaya dalam spektrum elektromagnetik. Cahaya inframerah memiliki panjang gelombang lebih panjang daripada cahaya tampak, hingga 0,75 mikron.

    Tidak seperti teleskop luar angkasa lainnya, JWST dapat mencakup kisaran 0,6 hingga 28 mikrometer. Sebagai perbandingan, Teleskop Luar Angkasa Hubble hanya dapat menangkap cahaya inframerah hingga 2,5 mikron sementara teleskop berbasis darat maksimal pada 2,2 mikron.

    JWST pun memberi astronom pandangan yang jauh lebih luas tentang objek daripada teleskop-teleskop sebelumnya.

    “Kita dapat menutupi rentang panjang gelombang bercahaya dari objek-objek ini dan mendapatkan batasan ketat pada luminositasnya, dan, pada gilirannya, sifat-sifat lain, seperti massa, suhu, dan jari-jari,” kata Carter.

    Sulit diamati

    Para astronom mengamati HIP 65426 b menggunakan tujuh filter yang masing-masing memungkinkan panjang gelombang cahaya inframerah tertentu untuk melewatinya. Hasil yang muncul dari pengamatan ini disebut mengejutkan para peneliti.

    “Teleskop ini lebih sensitif dari yang kami harapkan, tetapi juga sangat stabil,” ujar Carter.

    Carter mengatakan JWST cukup kuat untuk mendeteksi planet ekstrasurya yang lebih kecil daripada yang pernah divisualisasikan sebelumnya.

    “Sebelumnya kami terbatas pada deteksi super-Jupiter, tetapi sekarang kami memiliki potensi untuk memotret objek yang mirip dengan Uranus dan Neptunus untuk target yang tepat,” tuturnya.

    Pencitraan exoplanet secara langsung sulit dilakukan karena planet-planet mudah hilang dalam sorotan bintang. Namun, JWST bisa memblokir cahaya yang menyilaukan menggunakan disk yang disebut koronagraf pada Kamera Inframerah Dekat dan Instrumen Inframerah jarak menengah.

    HIP 65426 b awalnya terdeteksi pada Juli 2017 dalam panjang gelombang cahaya inframerah pendek oleh para ilmuwan menggunakan Very Large Telescope (VLT) milik Observatorium Eropa Selatan di Chili.

    Planet ini kemudian dipilih untuk menguji kepresisian JWST dan untuk mencari cara terbaik melakukan pencitraan langsung planet ekstrasurya dalam cahaya inframerah-menengah.

    “Kami memilih bintang ini karena kami tahu ia memiliki planet mapan yang akan matang untuk pencitraan langsung dan karena itu akan menjadi target pertama yang luar biasa untuk menguji koronagraf JWST,” terang Sasha Hinkley, seorang profesor di Departemen Fisika & Astronomi di University of Exeter dan peneliti utama untuk salah satu dari 13 Program Sains Rilis Awal JWST.

    Dalam temuan terbaru ini, NASA tak memberi informasi apakah planet gas ini memuat peradaban alien, atau setidaknya terkait dengan peradaban alien, atau bisa menunjang kehidupan.

    Lebih lanjut, gambar exoplanet yang ditangkap JWST bukanlah yang pertama dipotret oleh manusia. Sebelumnya, teleskop Hubble sudah beberapa kali memotret gambar exoplanet.

    Meski demikian, temuan ini menjadi langkah baru dalam eksplorasi planet di luar tata surya. “Saya pikir yang paling menarik baru saja akan mulai,” kata Carter, seperti dikutip dari situs NASA.

    “Ada lebih banyak gambar exoplanet yang akan datang yang akan membentuk pemahaman kita secara keseluruhan tentang fisika, kimia, dan pembentukannya. Kami bahkan mungkin menemukan planet yang sebelumnya tidak diketahui juga,” pungkasnya.

    (lom/lth)

  • Wahana Parker Pecahkan Rekor Jarak Terdekat ke Matahari

    Wahana Parker Pecahkan Rekor Jarak Terdekat ke Matahari

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wahana Parker milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Selasa (6/9) memecahkan rekor penerbangan terdekat Matahari yang telah bertahan selama 46 tahun.

    Rekor penerbangan wahana antariksa terdekat Matahari sebelumnya dipegang wahana Helios 2 milik NASA pada 1976. Jarak wahana antariksa itu dengan pusat Tata Surya hanya 43,5 juta kilometer.

    Parker telah mengalahkan rekor tersebut dengan terbang dalam jarak 8,5 juta kilometer dari Matahari.

    “Tidak ada yang pernah terbang melalui peristiwa Matahari yang begitu dekat dengan Matahari sebelumnya,” kata ilmuwan proyek Parker Solar Probe Nour Raouafi dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins (JHUAPL), seperti dikutip Space.

    “Datanya akan benar-benar baru, dan kami pasti akan belajar banyak darinya,” tambahnya.

    Parker diluncurkan pertama kali pada 2018. Sejak saat itu, wahana antariksa ini sudah mendekati Matahari sebanyak 13 kali.

    Selain karena jaraknya yang sangat dekat, penerbangan Parker kali ini juga cukup istimewa pasalnya terjadi saat Matahari sangat aktif.

    Beberapa waktu lalu, Matahari melontarkan beberapa kali suar yang menyebabkan badai Matahari.

    Peningkatan aktivitas ini disebut karena siklus 11 tahunan Matahari. Saat ini Matahari sudah mulai memasuki fase awal siklus tersebut, sehingga aktivitasnya terus meningkat.

    Parker sendiri belum pernah mengalami aktivitas seperti itu selama terbang jarak dekat dengan Matahari, tetapi para ilmuwan memperkirakan pesawat ruang angkasa itu mungkin akan meledak kali ini.

    Penerbangan ke Matahari memiliki banyak tantangan. Panas yang ekstrem adalah kekhawatiran yang paling jelas. Suhu permukaan Matahari adalah 5.726 derajat Celcius tetapi anehnya, daerah yang mengelilingi Matahari malah lebih panas.

    Salah satu daerah Matahari yang sangat panas adalah bagian korona yang berjarak 2.100 kilometer dari permukaan Matahari dan memanjang hingga ke luar angkasa.

    Dilansir dari How Stuff Works, korona bisa memiliki suhu 300 kali lipat suhu permukaan Matahari.

    Pada penerbangan April 2021 lalu, korona menjadi salah satu wilayah yang coba didekati Parker.

    (lom/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • Topan Terdahsyat Terjang Korea Selatan, Punya Kecepatan 257 km/jam

    Topan Terdahsyat Terjang Korea Selatan, Punya Kecepatan 257 km/jam

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pelabuhan Busan dan Ulsan di Korea Selatan terpaksa ditutup pada Selasa (6/9) setelah topan Hinnamor menerjang wilayah tersebut.

    Mengutip Reuters, juru bicara di otoritas pelabuhan Busan mengatakan, pelabuhan menutup aktivitas hingga pukul 18.00 waktu setempat atau pukul 09.00 WIB. Namun pelabuhan ditargetkan beroperasi kembali setelahnya.

    Terjangan topan Hinnamor sendiri menyebabkan kerusakan kecil di pelabuhan tersebut. Sementara itu, otoritas pelabuhan Ulsan mengungkapkan pelabuhan juga akan kembali beroperasi setelah situasi normal.

    Berbeda dengan di Busan, pelabuhan Ulsan untungnya tidak menderita kerusakan sama sekali.

    Setelah menerjang Korea Selatan, Topan Hinnamor bergerak ke utara dengan kecepatan 52 km/jam. Demikian menurut keterangan Badan Meteorologi Korea Selatan.

    Topan Hinnamor sendiri membuat sejumlah penerbangan batal dan beberapa kegiatan bisnis ditunda, serta penutupan beberapa sekolah. Topan Hinnamor menurut otoritas berwenang Korea Selatan saat ini sedang bergerak menuju timur laut Jepang.

    Mengutip situs Modis milik NASA, topan Hinnamor menjadi topan terkuat pada tahun ini. Pada 30 Agustus lalu, topan itu bergerak dengan kecepatan maksimal 256 km/jam dengan kekuatan hembusan 306 km/jam.

    Topan Hinnamor pada waktu tersebut sedang berputar-putar di Samudera Pasifik sekitar 644 km dari sebelah tenggara Pulau Kyushu, Jepang. Kecepatan tersebut membuat topan Hinnamor berada dalam kategori 5 dalam skala Saffir-Simpson Hurricane Wind Scale.

    Bukan hanya Korea Selatan, sejumlah pelabuhan di China seperti Shanghai dan Ningbo juga terdampak. Pelabuhan Shanghai misalnya, harus ditutup pada pukul empat sore waktu setempat.

    Lebih lanjut, topan Hinnamor juga diprediksi akan menerjang Filipina sebelah utara. Otoritas setempat di wilayah Batanes dan Babuyan telah memperingatkan nelayan agar tidak meninggalkan pantai karena angin diprediksi semakin dahsyat dalam 36 jam ke depan.

    Melansir UCA News, sejumlah sekolah dan universitas di daerah-daerah terdampak juga ditutup.

    “Seseorang bisa melihat bagian dari topan itu dari utara Filipina ke arah wilayah Visayas, langit yang berawan dan hujan diprediksi terjadi. Akan ada hujan deras akibat topan tersebut,” demikian keterangan Pagasa, Lembaga Geofisia dan Astronomi serta Atmosfer Filipina.

    (lth/lth)

  • Kiamat Gletser Jadi Ancaman Berikutnya untuk Manusia

    Kiamat Gletser Jadi Ancaman Berikutnya untuk Manusia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Para ilmuwan mengungkapkan Antartika berpotensi menjadi ‘kiamat gletser‘ yang menghasilkan ancaman terhadap naiknya permukaan laut secara global.

    Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Senin di jurnal Nature Geoscience, para ilmuwan memetakan sejarah ancaman gletser itu, dan berharap untuk belajar dari masa lalu apa yang kemungkinan akan dilakukan gletser di masa depan.

    Gletser Thwaites, disebut ilmuwan mampu menaikkan permukaan laut beberapa kaki, terkikis di sepanjang dasar bawah lautnya saat planet ini menghangat.

    Tim peneliti menemukan di beberapa titik dalam dua abad terakhir, dasar gletser copot dari dasar laut dan mundur dengan kecepatan 2,1 kilometer per tahun. Copotan itu dua kali lipat dari tingkat yang telah diamati para ilmuwan dalam dekade terakhir.

    Alastair Graham, penulis utama studi tersebut dan ahli geofisika kelautan di University of South Florida, mengatakan disintegrasi cepat itu kemungkinan terjadi “baru-baru ini pada pertengahan abad ke-20,”

    Hal ini menunjukkan Thwaites memiliki kemampuan untuk menjalani mundur cepat dalam waktu dekat, setelah surut melewati punggungan dasar laut yang membantu untuk tetap terkendali.

    “Thwaites benar-benar bertahan hari ini dengan kukunya, dan kita harus berharap untuk melihat perubahan besar dalam rentang waktu kecil di masa depan – bahkan dari satu tahun ke tahun berikutnya, setelah gletser mundur melampaui punggungan dangkal di tempat tidurnya,” kata Robert Larter, ahli geofisika kelautan dan salah satu rekan penulis studi dari British Antarctic Survey seperti dikutip dari CNN.

    Gletser Thwaites yang terletak di Antartika Barat, adalah salah satu yang terluas di Bumi dan lebih besar dari negara bagian Florida.

    Tapi gletser hanya bagian dari lapisan es Antartika Barat, yang menyimpan cukup es untuk menaikkan permukaan laut hingga 16 kaki, menurut laporan NASA.

    Karena krisis iklim semakin cepat, wilayah ini diawasi dengan ketat karena pencairannya yang cepat dan kapasitasnya untuk merusak pantai secara luas.

    Gletser Thwaites sendiri telah mengkhawatirkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Pada awal 1973, para peneliti mempertanyakan risiko tinggi runtuhnya glester itu.

    Hampir satu dekade kemudian, mereka menemukan arus laut yang hangat dapat melelehkan gletser dari bawah, menyebabkannya tidak stabil dari bagian bawah karena gletser berada di dasar laut, bukan di daratan kering.

    Pada abad ke-21, para peneliti mulai mendokumentasikan kemunduran cepat Thwaites dalam serangkaian studi yang mengkhawatirkan.

    Pada 2001, data satelit menunjukkan garis landasan surut sekitar 1 kilometer per tahun. Pada 2020, para ilmuwan menemukan bukti air hangat memang mengalir melintasi dasar gletser melelehkannya dari bawah.

    Kemudian pada tahun 2021, sebuah penelitian menunjukkan Lapisan Es Thwaites, yang membantu menstabilkan gletser dan menahan es agar tidak mengalir bebas ke laut, dapat pecah dalam waktu lima tahun.

    Penelitian terbaru yang dipublikasikan ini, yang menunjukkan Thwaites mampu surut dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan, didokumentasikan setelah misi 20 jam dalam kondisi ekstrem yang memetakan area bawah laut seukuran Houston.

    Graham mengatakan penelitian ini “benar-benar misi sekali seumur hidup,” tetapi tim berharap dapat segera kembali untuk mengumpulkan sampel dari dasar laut sehingga mereka dapat menentukan kapan kemunduran cepat sebelumnya terjadi.

    Hal itu bisa membantu para ilmuwan memprediksi perubahan di masa depan pada “gletser kiamat”, yang sebelumnya diasumsikan oleh para ilmuwan akan lambat untuk mengalami perubahan.

    “Hanya tendangan kecil ke Thwaites bisa menghasilkan respon besar,” kata Graham.

    (lth/lth)

  • NASA Kebut Perbaikan Artemis 1 Jelang Peluncuran Ulang Akhir Pekan Ini

    Masuk Bengkel Berminggu-minggu, Peluncuran Roket Artemis 1 Terlunta?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengaku perbaikan roket Artemis 1 akibat masalah kebocoran bahan bakar bakal memakan waktu berminggu-minggu. Bagaimana nasib peluncurannya?

    Kendala pada sistem bahan bakar membuat Artemis 1 memakan waktu hingga berminggu-minggu untuk diperbaiki, bahkan memaksa megaroket itu keluar dari landasan pelucurannya.

    Kebocoran hidrogen cair terjadi Sabtu (3/9) pagi, saat NASA mencoba mengisi bahan bakar megaroket Space Launch System (SLS) untuk meluncurkan Artemis 1 uji terbang tanpa awak ke Bylan dari Pad 39B di Kennedy Space Center (KSC).

    Meskipun tiga upaya terpisah memperbaiki kebocoran bahan bakar telah dilakukan, para insinyur tidak dapat memperbaiki dan akhirnya mundur dari peluncuran untuk memperbaiki situasi lebih lanjut.

    Dikutip dari Space, perbaikan itu Artemis 1 direkomendasikan dilakukan setidaknya dua minggu.

    “Kami tidak akan meluncurkan dalam periode peluncuran ini,” kata Jim Free, administrator asosiasi NASA untuk pengembangan sistem eksplorasi.

    Periode peluncuran itu ditutup pada Selasa (6/9). Artemis 1 sekarang harus menunggu hingga peluncuran berikutnya, yang berlangsung dari 16 September hingga 4 Oktober, untuk diuji coba.

    Jadwal itu kemungkinan molor lebih dalam ke Oktober karena persyaratan keselamatan yang dapat memaksa roket SLS kembali ke Gedung Perakitan Kendaraan (VAB) KSC selama perbaikan.

    Sebelum uji coba Sabtu (4/9), upaya peluncuran Artemis 1 pertama yang pada hari Senin (29 Agustus) dibatalkan setelah tim menyadari salah satu dari empat mesin RS-25 yang menggerakkan tahap inti SLS tidak mendingin dengan benar sebelum diluncurkan.

    Direktur NASA Bill Nelson menekankan bahwa keselamatan adalah prioritas utama. “Ingat saja: Kami tidak akan meluncurkannya sampai dia (roket Artemis 1) betul,” katanya, dikutip dari Associated Press.

    Analisis segera melacak masalah itu ke sensor suhu yang rusak, dan tim memutuskan untuk melanjutkan percobaan lagi pada Sabtu (3/9). Kebocoran menyebabkan tingkat gas hidrogen yang mudah terbakar di dekat roket yang beberapa kali lebih tinggi dari kisaran yang dapat diterima.

    Apanya yang rusak?

    Manager pada misi Artemis 1 Mike Sarafin mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah kebocoran itu disebabkan oleh peristiwa tekanan berlebih atau tidak.

    “Kami ingin berhati-hati dan berhati-hati dalam menarik kesimpulan di sini, karena korelasi tidak sama dengan sebab-akibat,” katanya.

    Yang jelas, seal gasket lunak kemungkinan harus diganti. Insinyur NASA akan bertemu minggu depan untuk memutuskan apakah itu dapat dilakukan di Launch Pad 39B.

    Seperti yang terjadi saat ini, roket SLS perlu segera meluncur kembali ke VAB untuk menguji sistem penghentian penerbangan,yang dirancang untuk menghancurkan roket dengan bahan peledak jika menyimpang dari jalurnya.

    Angkatan Luar Angkasa AS mengharuskan NASA untuk menguji sistem keamanan setiap 25 hari, dan itu hanya dapat dilakukan di VAB.

    Batas waktu 25 hari untuk Artemis 1 sudah dekat, jadi NASA akan membutuhkan pengabaian untuk menjaga roket bulan tetap di landasan jika ingin memperbaiki kebocoran di sana.

    Dikutip dari situs resmi NASA, Free dan Sarafin mengatakan dibutuhkan banyak waktu untuk mendiskusikan dan menganalisis data temuan kesalahan yang terjadi pada roket itu.

    Mereka menekankan pembatalan peluncuran Sabtu (3/9) adalah langkah yang tepat.

    “Meskipun kami tidak jadi meluncurkan, saya perlu memberi tahu Anda bahwa tim-tim ini tahu persis apa yang mereka lakukan, dan saya sangat bangga dengan mereka,” kata Direktur NASA Bill Nelson.

    Roket SLS merupakan penerbangan uji senilai US$4,1 miliar (Rp61,2 triliun) adalah langkah pertama dalam program Artemis, dinamakan berdasarkan saudara kembar Apollo dalam mitologi Yunani, NASA untuk eksplorasi baru Bulan AS.

    Artemis 1 akan mengirim kapsul Orion tanpa awak dalam perjalanan panjang ke orbit bulan dan kembali ke Bumi.

    Sepuluh cubesat (satelit mini berbentuk kubus) yang akan terbang dalam misi Artemis 1 bertugas untuk melakukan berbagai pekerjaan sains dan menguji berbagai teknologi.

    (can/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kotak Kecil Milik NASA Bisa Hasilkan Oksigen di Mars

    Kotak Kecil Milik NASA Bisa Hasilkan Oksigen di Mars

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sebuah kotak bernama MOXIE berhasil menghasilkan oksigen dari udara planet Mars. Alat seukuran koper tersebut diketahui terpasang di bagian lambung wahana Perserverance milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).

    Mengutip dari Science Alert, MOXIE (Mars Oxgen In-Situ Resource Utilization Experiment) ikut bersama Perseverance sejak Februari 2021. Hingga saat ini, MOXIE telah memproduksi oksigen sebanyak tujuh kali dan akan terus melanjutkan tugasnya.

    “Ini adalah pertunjukan yang pertama penggunaan sumber daya dari permukaan planet lain, mentransformasikannya secara kimiawi menjadi sesuatu yang mungkin berguna untuk misi manusia,” ujar mantan astronaut NASA dan Deputi Investigasi Prinsipal MOXIE, Jeffrey Hoffman.

    “Ini merupakan sesuatu yang bersejarah,” katanya menambahkan.

    MOXIE menghasilkan oksigen lewat beberapa tahap. Pertama, ia menyaring udara Mars yang penuh debu sebelum mengompresi, memanaskan, dan mengirimnya melalui Solid Oxide Electrolyzer (SOXE).

    SOXE kemudian memisahkan karbon dioksida ke dalam karbon monoksida, yang lalu dikembalikan ke atmosfer Mars, dan ion oksigen. Ion oksigen itu lalu dikombinasikan ke dalam oksigen molekuler (O2) yang kemudian diukur kuantitas dan tingkat kemurniannya sebelum dilepaskan kembali.

    Proses itu menurut para ilmuwan menghasilkan oksigen yang dapat digunakan untuk bernafas. Dalam satu jam beroperasi, MOXIE didesain untuk menghasilkan 10 gram, setara dengan 20 menit oksigen pernapasan untuk satu astronaut.

    Dalam tujuh kali bekerja, MOXIE menghasilkan antara 5,4 hingga 8,9 gram oksigen molekuler dengan total 49,9 gram. MOXIE juga dapat bekerja di tengah lingkungan dan temperatur Mars yang beragam.

    “Satu-satunya hal yang belum kami coba adalah mengoperasikannya di saat subuh atau senja, ketika temperatur berubah drastis,” kata investigator prinsipal MOXIE, Michael Hecht.

    Melansir situs Eurekalert, para ahli berencana meningkatkan kapasitas dan produksi MOXIE terutama ketika kepadatan atmosfer dan level karbon dioksida di Mars sedang tinggi.

    “Giliran berikutnya akan berlangsung saat kepadatan atmosfer berada di level tertinggi tahun ini dan kami hanya ingin menghasilkan sebanyak mungkin oksigen yang kami bisa,” kata Hecht.

    Kendati sukses memproduksi oksigen, misi mendaratkan manusia di Mars masih terbilang jauh. Pasalnya, sekumpulan astronaut butuh sekitar satu metrik ton oksigen agar bisa hidup selama satu tahun di Mars.

    “Para astronaut yang menghabiskan satu tahun di permukaan Mars mungkin akan menggunakan satu metrik ton di antara mereka untuk bernafas,” ujar Hecht.

    (lth/lth)

    [Gambas:Video CNN]

  • Sempat Alami Kebocoran, Roket Artemis 1 Mungkin Meluncur Pekan Depan

    Sempat Alami Kebocoran, Roket Artemis 1 Mungkin Meluncur Pekan Depan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pembatalan peluncuran roket Bulan milik Badan Antariksa AS (NASA) disebabkan oleh kebocoran yang menunda pengisian bahan bakar pada Sabtu (3/9). Kapan percobaan peluncuran bisa dilakukan lagi?

    Sebelumnya, megaroket Space Launch System (SLS) batal meluncurkan misi bulan Artemis 1 pada Senin (29/8) pukul 08:33 EDT (19.33 WIB) karena masalah pendinginan mesin.

    Peluncuran dijadwalkan ulang untuk Sabtu (3/9) pukul 14.17 EDT atau Minggu (4/9) pukul 01.17 WIB.

    Namun, kebocoran bahan bakar hidrogen terdeteksi sekitar tujuh jam sebelum lepas landas menggagalkan upaya tersebut.

    Dikutip dari Space, insinyur NASA berulang kali mencoba menghentikan kebocoran bahan bakar selama hitungan mundur Artemis 1. Pertama, dengan menghangatkan konektor tangki dan mendinginkannya dengan bahan bakar dingin untuk memasang kembali konektor pemutus cepat hidrogen.

    Kedua, dengan menekannya kembali dengan helium, dan kemudian kembali ke metode hangat-dan-dingin untuk menghentikan kebocoran. Semua upaya itu gagal.

    Dengan penundaan yang kedua ini, misi Artemis 1 harus menunggu paling cepat hingga Senin (5/9) untuk jadwal peluncuran berikutnya. Itupun jika sumber kebocoran dapat diperbaiki tepat waktu.

    “Kami akan berangkat ketika sudah siap. Kami tidak pergi sampai saat itu tiba, dan terutama sekarang saat uji terbang,” kata Direktur NASA Bill Nelson dalam komentar yang disiarkan televisi, “Ini adalah bagian dari bisnis luar angkasa.”

    Astronot Victor Glover mengatakan penundaan ini “benar-benar keputusan yang tepat.”

    “Ini bukan kekecewaan,” kata Glover kepada wartawan, “Ini adalah memahami bagaimana hal-hal tersebut bekerja, mesin yang sangat kompleks ini yang ingin kami coba integrasikan dengan manusia.”

    Nelson mengatakan peluncuran akan ditunda hingga Oktober jika NASA harus memperbaiki roket SLS Artemis 1 kembali di dalam hanggar Gedung Perakitan Kendaraan.

    NASA sudah berencana untuk meluncurkan empat astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional pada misi SpaceX’s Crew-5 Dragon pada awal Oktober. Alhasil, peluncuran Artemis 1 pada Oktober baru akan dilakukan di akhir bulan.

    Artemis 1 kini memiliki masa jendela peluncuran (window to launch) 90 menit untuk lepas landas pada Senin (5/9) pukul 17.12 EDT atau Selasa (6/9) pukul 04.12 WIB.

    Jendela peluncuran merupakan periode waktu tertentu pada hari tertentu roket harus diluncurkan untuk mencapai orbit yang diinginkan. Hal itu dilakukan untuk menghindari, misalnya, tumpang tindih orbit.

    Jika tidak Senin, NASA bisa mencoba meluncurkannya pada Selasa (6/9) pukul 18.57 EDT atau Rabu pukul 05.57 WIB, namun dengan window to launch yang tipis, hanya 24 menit.

    Artemis 1 memang memiliki jendela peluncuran pada pertengahan September. Namun, kata manajer misi, NASA kemungkinan harus memundurkannya hingga pertengahan Oktober karena waktu yang dibutuhkan untuk bolak-balik antara Pad 39B dan Gedung Perakitan Kendaraan.

    Jendela Oktober itu dibuka pada 17 Oktober dan ditutup pada 31 Oktober, dengan jeda antara 24 dan 26 Oktober dan 28 Oktober.

    Artemis 1 adalah uji terbang pertama program Artemis NASA untuk mengembalikan astronot ke bulan pada tahun 2025.

    Misi ini merupakan uji coba pertama dari Sistem Peluncuran Luar Angkasa, roket NASA yang paling kuat yang pernah ada, dan pesawat ruang angkasa Orion untuk memastikan kedua kendaraan aman untuk digunakan astronoaut.

    Setelah diluncurkan, Artemis 1 akan menghabiskan lebih dari sebulan terbang ke bulan, memutar satelit alami Bumi dalam orbit yang panjang, dan kemudian kembali ke planet kita untuk meluncur di Samudra Pasifik di lepas pantai California.

    (tim/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Rusia Klaim Stasiun Luar Angkasa ISS Sudah Uzur, Retakan Muncul

    Rusia Klaim Stasiun Luar Angkasa ISS Sudah Uzur, Retakan Muncul

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rusia menyebut Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sudah uzur dan membahayakan bagi keselamatan awak yang bertugas di tempat tersebut.

    Pernyataan tersebut dilontarkan kepala badan antariksa Rusia Roscosmos Yuri Borisov pada Kamis (1/9). Dalam kesempatan tersebut, Borisov mengatakan kegagalan perangkat secara massal dan suku cadang yang menua membahayakan keselamatan awak di stasiun berusia 24 tahun itu.

    Rusia sendiri tengah mengupayakan rencananya untuk keluar dari proyek ISS dan meluncurkan stasiun antariksanya sendiri.

    ISS telah menjadi area kerja sama yang langka antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia bahkan ketika hubungan diplomatik kedua negara besar ini memburuk.

    Namun sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari dan menjadi sasaran rentetan sanksi Barat, niat Rusia untuk meninggalkan dan meluncurkan stasiun luar angkasanya setelah 2024 tampak lebih kuat.

    “Secara teknis, ISS telah melampaui semua masa garansinya. Ini berbahaya,” kata Borisov, seperti dikutip Reuters.

    “Proses kegagalan peralatan seperti longsoran salju dimulai, retakan muncul,” tambahnya.

    Kemudian Borisov juga mengatakan stasiun Rusia akan mengorbit Bumi di sekitar kutub, memungkinkannya untuk melihat jauh lebih banyak wilayah Rusia yang luas dan mengumpulkan data baru tentang radiasi kosmik.

    Sebagai informasi, ISS diluncurkan pada 1998 dan telah diduduki terus menerus sejak November 2000 di bawah kemitraan yang dipimpin Amerika-Rusia. Beberapa negara juga terlibat dalam pengembangan ISS, di antaranya Kanada, Jepang dan 11 negara Eropa.

    Sementara ISS disebut sudah terlalu tua, Badan antariksa AS NASA ingin fasilitas penelitian luar angkasa ini tetap berfungsi hingga 2030.

    Rusia sendiri telah meluncurkan model stasiun yang direncanakanya pada bulan lalu. Stasiun antariksa ini disebut akan terbuka untuk kerja sama dengan negara-negara sahabat Rusia.

    Lebih lanjut, Borisov yang merupakan mantan wakil perdana menteri dengan latar belakang pertahanan mengatakan sanksi Barat terhadap industri luar angkasa Rusia telah merusak prospek kerja sama lebih lanjut.

    “Usaha yang sangat besar dan sejumlah besar uang dihabiskan untuk itu … tetapi politik campur tangan, dan apa hasilnya? Seharusnya tidak seperti ini, itu salah,” kata Borisov.

    Dengan goyahnya kerja sama luar angkasa AS dan Rusia, Rusia kini mengincar China dan “negara-negara sahabat” lainnya untuk bekerja sama.

    Secara khusus, Borisov mengatakan Rusia sedang mencari cara untuk berinteraksi dengan rekan-rekan terdekatnya, dan China menjadi yang pertama untuk diajak bersatu dalam upaya menjelajahi Bulan dan luar angkasa.

    (lom/lth)

    [Gambas:Video CNN]