Kementrian Lembaga: NASA

  • NASA Kehilangan Kontak dengan Helikopter Ingenuity di Planet Mars

    NASA Kehilangan Kontak dengan Helikopter Ingenuity di Planet Mars

    Jakarta

    NASA telah kehilangan kontak dengan helikopter kecilnya Ingenuity di Planet Mars. Ingenuity diketahui telah melakukan penerbangan sebanyak 72 kali.

    Dilansir AFP, Minggu (21/1/2024), para insinyur NASA kini sedang berusaha membangun kembali komunikasi. Kontak tiba-tiba berakhir pada hari Kamis (19/1) ketika Ingenuity turun dari uji terbang, kata NASA pada Jumat malam.

    Ingenuity, menyerupai drone besar, telah tiba di Mars pada tahun 2021 dengan penjelajah Perseverance. Dan menjadi pesawat bermotor pertama yang terbang secara mandiri di planet lain.

    Data dari penerbangan helikopter ini dikirimkan melalui Perseverance kembali ke Bumi.

    Dalam penerbangannya hari Kamis, Ingenuity berhasil mencapai ketinggian 40 kaki atau 12 meter. Namun katanya, selama penurunan yang direncanakan, komunikasi antara helikopter dan penjelajah dihentikan lebih awal, yakni sebelum mendarat.

    “Tim Ingenuity sedang menganalisis data yang tersedia dan mempertimbangkan langkah selanjutnya untuk membangun kembali komunikasi,” kata pihak NASA.

    Dalam sebuah postingan di X, bekas Twitter, Jet Propulsion Laboratory NASA menambahkan bahwa Perseverance untuk sementara “di luar jangkauan Ingenuity, namun tim dapat mempertimbangkan untuk berkendara lebih dekat untuk inspeksi visual.”

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wahana Luar Angkasa Jepang Mendarat di Bulan, Tapi Misinya Mungkin Dipersingkat

    Wahana Luar Angkasa Jepang Mendarat di Bulan, Tapi Misinya Mungkin Dipersingkat

    Tokyo

    Wahana luar angkasa Jepang telah berhasil mendarat di Bulan, namun ada masalah dengan panel suryanya sehingga misi ini kemungkinan dipersingkat hanya beberapa jam.

    Wahana Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) melakukan pendaratan mulus di permukaan Bulan di dekat kawah khatulistiwa.

    Jepang menjadi negara kelima yang berhasil mendaratkan wahananya dengan mulus di Bulan, setelah AS, Uni Soviet, China, dan India.

    Tetapi saat ini tenaga ahli Jepang tengah berusaha menyelamatkan misi tersebut.

    Karena alasan yang belum sepenuhnya dipahami, panel surya pada pesawat tersebut tidak menghasilkan listrik.

    Baca juga:

    Ketika hal ini terjadi, wahana ini tidak bisa melakukan aktivitas. Dia tidak akan menerima perintah dan tidak akan dapat melakukan kontak dengan Bumi.

    Para ahli saat ini tengah memprioritaskan agar wahana itu dapat melakukan aktivitasnya.

    Mereka telah mematikan pemanasnya dan menurunkan gambar-gambar yang sudah diambil oleh pesawat robot itu.

    Belum diketahui bagaimana masalah itu terjadi, namun ada kemungkinan orientasi panel surya itu bergeser sedemikian rupa sehingga menghalanginya untuk melihat Matahari.

    Ketika sudut cahaya berubah di Bulan, Slim kemungkinan bisa hidup kembali, kata otoritas Jepang.

    Masyarakat Jepang merayakan saat wahana itu berhasil mendarat dengan mulus di Bulan (Reuters)

    Ketika ditanya dalam jumpa pers tentang masalah pada panel surya dan klaim Jepang bahwa wahananya mendarat dengan mulus, Wakil Presiden Jaxa, Hitoshi Kuninaka, mengatakan pendaratan dengan kondisi seperti itu masih bisa dilakukan.

    “Jika tidak, maka akan terjadi tabrakan dengan permukaan Bulan dengan kecepatan sangat tinggi dan fungsi pesawat ruang angkasa akan hilang sama sekali,” katanya kepada wartawan.

    “Tetapi mereka masih mengirimkan data dengan baik kepada kami, yang berarti tujuan awal kami untuk melakukan pendaratan yang mulus berhasil.”

    Slim membawa dua penjelajah kecil dan telemetri yang menunjukkan bahwa mereka berhasil mengeluarkannya sesuai rencana sebelum mendarat.

    Wahana, yang membawa kamera infra merah itu, akan menghabiskan dua pekan berikutnya untuk mempelajari geologi lokal.

    Sejauh mana penyelidikan ini dapat dicapai dalam waktu yang tersedia, masih belum bisa dipastikan.

    Dua penjelajah yang dikerahkan: Hopper (Kiri) dan bola yang bisa berubah bentuk (kanan), seperti yang dibayangkan para seniman (Jaxa)

    Secara statistik, sudah banyak bukti bahwa sangat sulit untuk mendarat di Bulan. Hanya sekitar setengah dari seluruh upaya pendaratan selama ini yang berhasil.

    Jaxa memberikan kepercayaannya pada teknologi navigasi baru yang memungkinkan pendaratannya yang tepat.

    Komputer di dalam pesawat pendarat menggunakan pemrosesan gambar cepat dan pemetaan kawah guna menghindari bahaya saat mencapai titik pendaratan.

    Para ahli menginginkan pendaratan itu berada dalam jarak 100m dari lokasi yang sudah ditargetkan.

    Baca juga:

    Mereka saat ini akan mempelajari data untuk melihat seberapa baik kinerja Slim. Namun dari indikasi awal menunjukkan bahwa teknologi tersebut berfungsi sesuai rancangan awal.

    “Melihat data jejak, saya yakin Slim pasti berhasil mendarat tepat dengan akurasi 100m. Tentu saja, seperti yang kami informasikan sebelumnya, diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk menganalisis informasi secara akurat,” kata Kuninaka.

    Slim memulai manuver turun dari ketinggian 15km pada Jumat tengah malam hingga Sabtu (waktu Jepang). Mereka mendarat tepat setelah pukul 15:20 GMT.

    Lokasi pendaratan di dekat Kawah Shioli ketika Matahari bersinar terang, namun kegelapan malam Bulan akan kembali ke sana pada akhir bulan ini.

    Ketika itu terjadi, suhu akan turun drastis ke tingkat yang dapat merusak papan sirkuit elektronik.

    Lokasi pendaratan yang ditargetkan berada di suatu lereng yang mendekati Kawah Shioli, yang berada tepat di sebelah selatan ekuator Bulan (NASA/LRO)

    Jaxa telah dua kali mendaratkan wahana-wahana robotnya di sejumlah asteroid, sehingga pendaratan di Bulan ini merupakan hal penting.

    Wahana luar angkasa ini akan memainkan peran penting dalam program Artemis milik badan antariksa AS (NASA), yang berupaya mengembalikan manusia ke permukaan bulan setelah jeda selama lebih dari setengah abad.

    Tahun lalu, sebuah perusahaan swasta Jepang, iSpace, mencoba melakukan pendaratan. Pesawat Hakuto-R miliknya jatuh ketika komputer di dalamnya kesulitan mendeteksi mengenai ketinggiannya di atas Bulan.

    Pada Kamis, perusahaan swasta Amerika Astrobotic membuang kapal pendarat Peregrine miliknya di atmosfer bumi. Kesalahan pada aspek pendorong membuatnya gagal melakukan upaya pendaratan.

    Bagaimanapun, Dr Simeon Barber dari Open University Inggris menyatakan salut atas upaya Jepang mendaratkan wahana pertamanya yang mendarat di Bulan.

    “Bagi saya, ini semua tentang bagaimana pendaratan itu dilakukan secara presisi. Itu adalah sebuah kesuksesan besar. Saya akan sangat senang jika saya menjadi mereka,” katanya kepada BBC News.

    “Kita berada di era di mana banyak misi menuju Bulan dilakukan dengan banyak pemain yang berbeda. Jika kita menggabungkan semua pengetahuan ini, yang diperoleh dari semua pemain melalui upaya ini – baik berhasil atau tidak – maka kita sebagai sebuah komunitas akan belajar bagaimana caranya menyusun misi dengan lebih sukses di masa depan.”

    Senada dengan hal tersebut, Dr Emma Gatti, dari media digital SpaceWatch Global, mengatakan Jepang layak merayakan keberhasilannya.

    “Ini bersejarah bagi mereka; ini adalah masalah prestise. Ini penting bagi Jepang sebagai sebuah negara; penting bagi semua investasi yang sudah mereka gelontorkan – bukti bahwa hal itu bisa dilakukan oleh negara yang tidak sebesar China atau AS,” papar Emma Gatti.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bertikai di Bumi, Rusia-AS Sepakat Lanjutkan Misi Bersama di Luar Angkasa

    Bertikai di Bumi, Rusia-AS Sepakat Lanjutkan Misi Bersama di Luar Angkasa

    Moskow

    Badan antariksa Rusia, Roscosmos, dan badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, menyepakati untuk terus bekerja sama mengirimkan kosmonaut dan astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) setidaknya hingga tahun 2025 mendatang.

    Kesepakatan tersebut dicapai saat kedua negara bersitegang terkait invasi Moskow ke Ukraina. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (28/12/2023).

    Kesepakatan untuk melanjutkan kerja sama antara Moskow dan Washington itu diumumkan oleh korporasi Roscosmos, badan antariksa Rusia, dalam pernyataan terbaru yang dirilis pada Kamis (28/12) waktu setempat.

    Sektor luar angkasa menjadi bidang kerja sama langka yang tersisa antara Rusia dan AS sejak Moskow mengerahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu. Invasi militer itu membuat Rusia dan AS terlibat sejumlah perselisihan yang semakin memperburuk hubungan kedua negara.

    Salah satu bentuk kerja sama sektor luar angkasa yang masih dilakukan kedua negara adalah penerbangan silang atau cross-flight yang melibatkan pengiriman awak dari berbagai negara dalam satu pesawat luar angkasa ke Stasiun Luar Angkasa Internasional yang mengorbit Bumi.

    “Kesepakatan telah dicapai untuk melanjutkan cross-flight hingga tahun 2025,” sebut Roscosmos dalam pernyataannya.

    Keputusan itu, menurut Roscosmos, diambil “untuk mempertahankan keandalan ISS secara keseluruhan”.

    Stasiun Luar Angkasa Internasional diluncurkan tahun 1998 silam saat terjadi peningkatan kerja sama antara Rusia dan AS setelah “persaingan luar angkasa” pada era Perang Dingin.

    Mitra-mitra dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional — AS, Rusia, Eropa, Kanada dan Jepang — untuk saat ini hanya berkomitmen dalam mengoperasikan laboratorium yang mengorbit hingga tahun 2024, meskipun para pejabat AS mengatakan keinginan mereka untuk melanjutkannya hingga tahun 2030.

    Sementara pada April lalu, Rusia mengatakan bahwa mereka berencana menggunakan Stasiun Luar Angkasa Internasional hingga tahun 2028. Pernyataan itu bertolak belakang dengan pengumuman sebelumnya soal rencana menghentikan laboratorium di dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah tahun 2024.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 4 Hal Diketahui soal Penemuan Diduga Jasad Alien di Meksiko

    4 Hal Diketahui soal Penemuan Diduga Jasad Alien di Meksiko

    Jakarta

    Jasad diduga alien ditemukan di Meksiko. Hal tersebut membuat para senator Meksiko melakukan pertemuan yang membahas berbagai kesaksian bahwa adanya makhluk lain selain manusia di alam semesta.

    Berikut sederet informasi terkini soal penemuan jasad diduga alien di Meksiko.

    Sesosok jasad dengan bentuk aneh diduga sebagai alien ditemukan di Meksiko. Kehebohan jasad mirip alien itu terjadi saat seorang jurnalis Meksiko bernama Jaime Maussan, yang juga seorang penggemar UFO sejak lama, menunjukkan dua makhluk bertubuh kecil dipajang dalam kotak kepada para politisi Meksiko dalam rapat pada Selasa (12/9) waktu setempat.

    Usai rapat tersebut, para senator Meksiko melakukan pertemuan resmi membahas berbagai kesaksian bahwa adanya mahkluk lain selain manusia di alam semesta ini.

    Ini merupakan pertemuan pertama di negara tersebut yang membahas tentang kehidupan di luar Bumi. Pada sidang senat pada Selasa (12/9), anggota parlemen diperlihatkan dua tubuh keriput dengan kepala menciut, dan rekaman video ‘fenomena anomali yang tidak dapat dijelaskan’ oleh Jaime Maussan, seorang jurnalis olahraga yang menjadi penggemar UFO.

    Maussan mengatakan sisa-sisa tersebut berusia lebih dari 1.000 tahun dan merupakan milik ‘makhluk non-manusia yang bukan bagian dari evolusi terestrial kita’.

    Jasad diduga alien di Meksiko (Foto: ABC Australia)2. Disebut Bukan Bagian Manusia

    “Saya dapat menegaskan kalau kedua jasad ini tidak ada hubungannya dengan manusia,” kata Jose de Jesus Zalce Benitez, direktur Institut Ilmiah untuk Kesehatan dari angkatan laut Meksiko, dalam ruang sidang tersebut.

    Namun, bukan berarti mereka disebut sebagai alien. Para ilmuwan yang bekerja dengan National Laboratory of Mass Spectrometry dengan Akselerator di National Autonomous University of Mexico (NAUM) melakukan serangkaian tes, termasuk analisis DNA dan sinar-X 3D.

    “Tentu saja ini semua dibuat-buat,” kata Julieta Fierro, ilmuwan di Institut Astronomi NAUM.

    Profesor Fierro menunjukkan kalau penanggalan karbon-14, yang biasanya digunakan untuk menentukan usia spesimen, tidak bisa dilakukan jika makhluk ini berasal dari planet lain karena senyawa kimiawi mereka berbeda.

    Ia juga menyebutkan akan menjadi proses yang sulit untuk membawa alien dari Peru melewati bea cukai ke Meksiko.

    3. NASA Menyelidiki UFO

    Masih terkait dengan alien, NASA melaporkan temuan obyek terbang tak dikenal oleh fenomena anomali tak dikenal atau tim studi independen UAP. Laporan ini dimaksudkan untuk membantu NASA menentukan bagaimana mereka akan mengumpulkan data UAP di masa depan, dengan harapan dapat menjelaskan fenomena tersebut.

    Dalam pernyataannya, badan tersebut mengatakan “saat ini terdapat sejumlah pengamatan berkualitas tinggi terhadap UAP, sehingga mustahil untuk menarik kesimpulan ilmiah soal sifatnya”.

    Kasus makhluk diduga alien di Meksiko menuai banyak kritik. Baca berita di halaman selanjutnya.

  • NASA Rilis Laporan soal UFO, Ini Kesimpulannya

    NASA Rilis Laporan soal UFO, Ini Kesimpulannya

    Jakarta

    Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, pada hari Kamis (14/09) merilis sebuah laporan setebal 33 halaman yang menyerukan teknik-teknik baru untuk mempelajari fenomena anomali tak dikenal, UAP.

    Itulah istilah yang digunakan NASA untuk objek atau fenomena yang tidak teridentifikasi atau tidak dapat dijelaskan yang terlihat di langit atau ruang angkasa, beberapa di antaranya lebih sering disebut sebagai penampakan potensial UFO atau objek terbang tak dikenal.

    Administrator NASA Bill Nelson juga mengatakan bahwa NASA akan menunjuk direktur baru untuk penelitian UAP. Direktur baru ini akan ditugaskan untuk menangani, “komunikasi terpusat, sumber daya, dan kemampuan analisis data untuk membangun kumpulan daya yang lebih kuat sebagai evaluasi UAP di masa depan.”

    Nelson: Ada kehidupan di luar angkasa

    Dalam konferensi pers, Bill Nelson juga memberikan pendapat pribadinya bahwa ada kehidupan di luar Bumi.

    “Ada ketertarikan global terhadap UAP. Dalam perjalanan saya, salah satu pertanyaan pertama yang sering saya dapatkan adalah tentang penampakan UFO. Dan sebagian besar ketertarikan itu disebabkan oleh hal yang tidak diketahui,” jelasnya.

    “Jika Anda bertanya kepada saya apakah saya percaya ada kehidupan di alam semesta yang begitu luas sehingga sulit bagi saya untuk memahami seberapa besar alam semesta ini, jawaban pribadi saya adalah, ‘Ya’,” tambah Nelson.

    Namun, Nelson mengatakan bahwa kemungkinan jika makhluk luar angkasa ini telah mengunjungi Bumi sangat kecil.

    Tim studi khusus UAP

    Tim studi ini mengatakan bahwa satelit canggih, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin begitu penting untuk memahami UAP dengan lebih baik.

    “NASA memiliki berbagai aset pengamatan Bumi dan ruang angkasa yang sudah ada dan yang sedang direncanakan, begitu pula dengan arsip data sejarah maupun modern yang sangat luas, yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk memahami UAP,” tulis para penulis laporan tersebut.

    Panel yang beranggotakan fisikawan, astronaut, dan astrobiolog ini juga mencatat bahwa persepsi negatif seputar topik UAP menjadi penghalang dalam pengumpulan data mereka. Para pejabat NASA berharap keterlibatan tim ini akan memungkinkan pertimbangan yang lebih serius terhadap fenomena tersebut.

    Administrator NASA Bill Nelson, mantan senator Partai Demokrat dari Florida, mengatakan bahwa NASA sedang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan seputar UAP, “dari sensasionalisme menjadi ilmu pengetahuan (sains).”

    Nelson juga menegaskan bahwa panel tersebut tidak menemukan bukti asal usul makhluk luar angkasa di salah satu UAP yang mereka selidiki. Dia juga menambahan bahwa NASA berkomitmen untuk selalu “transparan” dalam mengidentifikasi UAP di langit dan luar angkasa.

    Ilmu pengetahuan dan teori konspirasi

    Laporan hari Kamis (14/09) menggunakan beberapa contoh populer yang sering dikutip sebagai bukti kemungkinan adanya bukti kehidupan nonmanusia atau alien, untuk menggarisbawahi kesalahan penafsiran publik berdasarkan rekaman sensor yang salah.

    Laporan ini mengklaim bahwa kesimpulan ilmiah tidak mungkin dibuat, sampai metode observasi dapat ditingkatkan. Laporan baru ini juga menyebut UAP sebagai “salah satu misteri terbesar di planet kita”.

    “Pengamatan objek di langit kita yang tidak dapat diidentifikasi sebagai balon, pesawat terbang, atau fenomena alam yang diketahui telah terlihat di seluruh dunia, namun pengamatan berkualitas tinggi masih terbatas,” menurut laporan tersebut.

    Lebih lanjut, laporan tersebut menyatakan bahwa “meskipun ada banyak laporan dan visual, tidak ada pengamatan yang konsisten, terperinci, dan terakurasi, saat ini kita tidak memiliki data yang diperlukan untuk membuat kesimpulan ilmiah yang pasti tentang UAP.”

    Topik tentang kemungkinan penemuan adanya kehidupan alien dan teori konspirasi seputar penyembunyian data besar-besaran oleh pemerintah, begitu populer di Amerika Serikat selama beberapa dekade dan semakin populer dalam beberapa tahun terakhir.

    Isu ini semakin dipicu oleh rilisnya video Pentagon yang diambil oleh pilot dan diklaim menunjukkan adanya objek yang menyerupai pesawat yang tampak terbang dengan cara dan kecepatan yang melampaui teknologi manusia yang diketahui.

    Panel tersebut tidak mengakses file rahasia pemerintah untuk laporannya, melainkan mengandalkan data yang tidak diklasifikasikan.

    kp/ha (AP, Reuters)

    (ita/ita)

  • Titik Eksplorasi Bulan NASA dan China Mirip, Mungkinkah Kerjasama?

    Titik Eksplorasi Bulan NASA dan China Mirip, Mungkinkah Kerjasama?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Administrator National Aeronautics and Space Administration (NASA), Bill Nelson buka suara soal kemungkinan kerja sama NASA dengan China untuk misi eksplorasi Bulan.

    Hal itu dijelaskan Nelson saat konferensi pers Kepala Badan Antariksa NASA pada Minggu (18/9), di hari pembukaan Kongres Astronautika Internasional (IAC) ke-73 di Paris.

    “Kerja sama dengan China terserah China. Harus ada keterbukaan di sana, dan itu belum terjadi” kata Nelson, dikutip Space.

    Dia mencatat China dan NASA baru-baru ini berkoordinasi mengenai isu-isu seperti orbit pesawat ruang angkasa Mars, tetapi ia menilai ada kekurangan soal transparansi dari pihak China.

    NASA dan China secara khusus telah mengidentifikasi beberapa area pendaratan potensial yang sama di sekitar kutub selatan bulan untuk misi Artemis 3 dan Chang’e 7 yang manjadi prospek eksplorasi Bulan.

    Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah dan badan antariksa tersebut dapat saling berkordinasi soal rencana mereka.

    Untuk diketahui Artemis 3 akan ke permukaan bulan untuk pertama kalinya sejak 1972 dan menargetkan peluncuran pada 2025. Sedangkan Chang’e 7 akan melakukan misi ke Bulan termasuk pengorbit, pendaratan, penjelajah, satelit relai, dan membawa robot tambahan yang bisa melompat ke kawah untuk mencari air.

    Kandidat lokasi pendaratan NASA, masing-masing sekitar 15 kali 15 kilometer, terletak dalam enam derajat garis lintang kutub selatan Bulan, menurut laporan Space News.

    Sementara itu, sebuah artikel jurnal China tentang lokasi pendaratan kutub selatan bulan yang potensial, mengidentifikasi 10 tempat yang cocok di dekat kutub selatan Bulan. Situs-situs tersebut diduga terkait dengan misi Chang’e-7 negara itu , yang saat ini dijadwalkan pada 2024.

    China tidak hadir di Paris untuk menanggapi isu-isu yang diangkat. Padahal Administrasi Luar Angkasa Nasional China (CNSA) Wu Yanhua, diharapkan hadir mewakili sesi pleno pertemuan.

    Seorang juru bicara dari International Astronautical Federation (IAF) mengatakan Wu memiliki jadwal koferensi namun dikonfirmasi tidak bisa datang.

    Sementara komentar Nelson menunjukkan NASA terbuka untuk tingkat diskusi. Badan tersebut sebagian besar dilarang terlibat secara bilateral dengan China.

    Brian Weeden, direktur perencanaan program untuk Secure World Foundation, sebuah organisasi yang berfokus pada solusi kooperatif di ruang angkasa, mengatakan perlu ada diskusi lebih lanjut antara AS dan China tentang kegiatan luar angkasa, meskipun topik diskusi itu akan berlangsung alot.

    “Amandemen Wolf membuatnya sulit, dan politik domestik AS di China bahkan lebih sulit,” kata Weeden.

    Mengutip Space Review, Amandemen Wolf merupakan peraturan yang disetujui Kongres pada 2011 perihal larangan terhadap NASA  menggunakan uang pemerintah untuk bekerjasama dengan China dalam hal eksplorasi luar angkasa. Nama Wolf diambil dari senator asal partai Republik, Frank Wolf yang memasukkan klausul itu ke dalam amandemennya. 

    Nelson juga telah membuat komentar kritis tentang rencana perjalanan ke Bulan oleh China dalam beberapa bulan terakhir. Tak jarang komentar itu setiap kali memicu ketegangan dari media pemerintah China.

    Amerika Serikat dan China masing-masing saat ini sedang mencari kemitraan visi mereka untuk eksplorasi bulan, dan saat ini tampaknya upaya kedua negara akan benar-benar terpisah.

    Terlepas dari masalah bilateral, tampaknya NASA dan China akan melakukan beberapa upaya untuk mengomunikasikan niat, terutama dalam konteks multinasional.

    “NASA secara aktif terlibat dengan mitra internasional untuk memahami tujuan dan minat dalam berpartisipasi dalam kegiatan permukaan bulan di masa depan,” kata juru bicara NASA kepada Space.com.

    (can/lth)

    [Gambas:Video CNN]

  • Neptunus Punya Cincin Seperti Saturnus? James Webb Buka Rahasianya

    Neptunus Punya Cincin Seperti Saturnus? James Webb Buka Rahasianya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Planet yang identik dengan cincin yang melingkarinya tak cuma milik Saturnus. Baru-baru ini, teleskop James Webb (JWST) menangkap momen Neptunus bercincin.

    Gambar itu merupakan yang pertama kali didapat Webb dari Neptunus.

    Dikutip dari situs badan antariksa AS (NASA), Webb tidak hanya menangkap pemandangan paling jelas dari cincin planet  itu. Kameranya juga mampu mengungkap gambaran planet es raksasa itu dalam cahaya yang sama sekali baru.

    Yang paling mencolok dalam gambar baru Webb adalah tampilan cincin planet yang tajam, beberapa di antaranya belum terdeteksi sejak Voyager 2 NASA menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang mengamati Neptunus pada 1989.

    Apa yang tampaknya hilang dari gambar Neptunus JWST adalah warna biru khas yang dikaitkan dengan raksasa es dari foto yang diambil oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.

    Dikutip dari Space, selain beberapa cincin terang terlihat, gambar Webb dengan jelas menunjukkan pita debu Neptunus yang lebih redup.

    “Sudah tiga dekade sejak terakhir kali kami melihat cincin samar dan berdebu ini, dan ini adalah pertama kalinya kami melihatnya dalam inframerah,” kata Heidi Hammel, pakar sistem Neptunus dan ilmuwan interdisipliner untuk Webb.

    Menurutnya, kualitas gambar Webb yang sangat stabil dan presisi memungkinkannya mendeteksi cincin yang sangat redup yang begitu dekat dengan Neptunus.

    Neptunus, yang berjarak 4,3 miliar hingga 4,7 miliar kilometer dari Bumi, itu memesona para peneliti sejak penemuannya pada 1846.

    Planet kedelapan di Tata Surya itu mengorbit di daerah terpencil yang gelap bagian luar. Pada jarak ekstrem, Matahari begitu kecil dan redup sehingga tengah hari di Neptunus mirip dengan senja di Bumi.

    Ia dicirikan sebagai raksasa es karena susunan kimiawi interiornya. Dibandingkan dengan raksasa gas, Jupiter dan Saturnus, Neptunus jauh lebih kaya akan unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium.

    Ini terlihat jelas dalam penampakan biru khas Neptunus dalam gambar Teleskop Luar Angkasa Hubble pada panjang gelombang yang terlihat, yang disebabkan oleh sejumlah kecil gas metana.

    Kamera Inframerah Dekat (NIRCam) Webb memotret objek dalam kisaran inframerah-dekat dari 0,6 hingga 5 mikron, sehingga Neptunus tidak tampak biru bagi Webb.

    Faktanya, gas metana sangat kuat menyerap cahaya merah dan inframerah sehingga planet ini cukup gelap pada panjang gelombang inframerah-dekat ini, kecuali di mana ada awan di ketinggian.

    Gambar JWST juga menyoroti pita awan lintang tinggi yang terus menerus mengelilingi pusaran yang sebelumnya diketahui terletak di kutub selatan Neptunus.

    Garis kecerahan yang tipis dan samar juga dapat terlihat mengelilingi ekuator planet yang mungkin mengindikasikan sirkulasi global atmosfer Neptunus yang mendorong angin dan badai melintasi raksasa es itu.

    (can/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • NASA Rilis Suara ‘Lucu’ Hasil Tumbukan Meteor dan Mars

    NASA Rilis Suara ‘Lucu’ Hasil Tumbukan Meteor dan Mars

    Jakarta, CNN Indonesia

    Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerikas Serikat (NASA) merilis bunyi yang dihasilkan dari tumbukan meteor yang menghantam tanah di Mars.

    NASA menangkap rekaman suara tumbukan itu menggunakan instrumen InSight. Perekaman dilakukan pada awal September lalu, ketika menangkap suara samar dari meteoroid yang menabrak atmosfer Mars, kemudian meledak menjadi beberapa bagian dan menghantam permukaan cukup keras untuk meninggalkan bekas.

    Namun suara yang dihasilkan terbilang lucu. Pasalnya, masuknya meteorid ke Mars terbilang cukup keras, menurut laporan The Verge.

    “Blop, bloop, bloop,” bunyi meteor yang hantam tanah Mars.

    Untuk mendengarnya secara langsung bisa mengklik tautan ini.

    Kebisingan itu terdengar sangat lucu sebagian karena bagaimana gelombang suara dari tumbukan bergerak melalui atmosfer Mars yang kering.

    Dalam kondisi tertentu, seperti gurun di Bumi, suara bernada rendah bergerak lebih lambat daripada yang bernada tinggi.

    “Seorang pengamat yang dekat dengan tumbukan akan mendengar ‘ledakan’, sementara seseorang yang jauhnya bermil-mil akan mendengar suara bass terlebih dahulu, menciptakan ‘bloop,” menurut penjelasan NASA.

    Suara itu akhirnya terdeteksi oleh InSight yang mendarat pada 2018 dan telah merekam ‘”marsquakes” besar dan kecil di planet merah selama beberapa tahun terakhir.

    InSight Mendengarkan guncangan planet dan memberi para ilmuwan ide yang lebih baik tentang apa yang terjadi jauh di bawah permukaan Mars.

    Para peneliti telah mengamati dampak dari batuan luar angkasa untuk sementara waktu dalam data InSight, tetapi 5 September 2021 adalah pertama kalinya mereka melihat dampak menggunakan instrumen.

    Dengan informasi dari InSight, para ilmuwan dapat menentukan dengan tepat di mana mereka memprediksi batu-batu itu jatuh ke tanah.

    Ketika peneliti mengirim pengorbit Mars untuk memeriksa kemungkinan lokasi pendaratan, mereka menemukan tiga kawah.

    “Setelah tiga tahun InSight menunggu untuk mendeteksi dampak, kawah itu tampak indah,” kata Ingrid Daubar peneliti Brown University.

    Dengan menggunakan informasi dari tumbukan itu, mereka dapat kembali melalui data InSight dan memilih tiga tumbukan lagi yang tersebar di antara 1.300 atau lebih gempa mars yang telah terdeteksi oleh instrumen.

    (can/lth)

  • Jupiter-Bumi Capai Titik Terdekat di 59 Tahun Terakhir, Apa Efeknya?

    Jupiter-Bumi Capai Titik Terdekat di 59 Tahun Terakhir, Apa Efeknya?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Planet kelima dari Matahari, Jupiter, akan berada pada titik terdekat dengan Bumi selama 59 tahun pada Minggu (25/9) hingga Senin (26/9).

    Planet gas raksasa itu akan berhadapan langsung dengan Matahari jika dilihat dari Bumi. Pengaturan astronomi mengenalnya sebagai fenomena oposisi.

    Oposisi merupakan hal yang biasa bagi Jupiter karena terjadi setiap 13 bulan, dan Jupiter-Bumi melakukan pendekatan sekitar setahun sekali.

    Benda luar angkasa yang paling dekat dengan Bumi sendiri adalah Bulan. Titik terdekat Bumi dengannya disebut dengan fenomena pergee.

    Saat Bumi mencapai titik terdekatnya dengan Jupiter, mulai 25 September, planet yang yang disela oleh orbit Mars itu akan tampak menjadi sangat terang dan besar di langit.

    Dikutip dari Space, Jupiter harus berada dalam posisi utama untuk pengamat langit dengan teropong atau teleskop kecil selama beberapa hari.

    Untuk menikmati pemandangan ini, warga disarankan berada di tempat tinggi maksimal dengan kondisi langit gelap dan cuaca cerah.

    “Pemandangannya akan bagus untuk beberapa hari sebelum dan sesudah 26 September,” kata Adam Kobelski, Astrofisikawan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA.

    “Jadi, manfaatkan cuaca baik di kedua sisi tanggal ini untuk menikmati pemandangan. Di luar Bulan, [oposisi Jupiter] itu akan menjadi salah satu objek paling terang di langit malam,” sambungnya.

    Untuk diketahui, planet-planet tata surya mengorbit matahari dalam lingkaran datar atau elips, bukan dalam lingkaran sempurna. Sehingga, Bumi dan Jupiter berpapasan pada jarak yang bervariasi.

    Sementara, Bumi membutuhkan sekitar 365 hari untuk mengorbit matahari, Jupiter mengambil rute yang lebih santai di sekitar bintang dengan menyelesaikan orbit setiap 4.333 hari Bumi atau 12 tahun Bumi.

    Selama berada di posisi dekat Bumi minggu depan, Jupiter akan berada sekitar 367 juta mil (590 juta kilometer) dari planet kita, menurut laporan NASA.

    Pada titik terjauhnya, Jupiter berjarak sekitar 600 juta mil (960 juta km) dari Bumi. Terakhir kali Jupiter begitu dekat dengan planet Bumi terjadi pada Oktober 1963.

    “Dengan teropong yang bagus, pita – setidaknya pita pusat – dan tiga atau empat satelit Galileo (empat satelit alami Jupiter yang ditemukan Galilei Galileo pada 1610) harus terlihat,” kata Kobelski dalam pernyataannya.

    “Penting untuk diingat bahwa Galileo mengamati bulan-bulan ini dengan optik pada abad ke-17,” ujarnya dikutip situs resmi NASA.

    Satelit Galilea adalah empat terbesar dari 79 bulan Jupiter yang diketahui hingga saat ini. Dinamakan Io, Europa, Ganymede dan Callisto, bulan-bulan ini harus terlihat sebagai titik terang di kedua sisi raksasa gas.

    Jupiter sendiri menarik bagi para astronom karena dianggap bisa menjelaskan bagaimana tata surya terbentuk.

    (can/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hoaks, Teleskop James Webb Tak Bantah Teori Big Bang

    Hoaks, Teleskop James Webb Tak Bantah Teori Big Bang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Teleskop antariksa James Webb (JWST) dikabarkan membantah teori Big Bang. Namun kabar tersebut ternyata hanya sebuah hoaks atau berita bohong.

    Sebelumnya, kabar JWST membantah teori pembentukan alam semesta tersebut beredar pada Agustus lalu lewat kutipan salah dari seorang astrofisikawan yang kemudian memunculkan narasi palsu. Narasi ini menyebut Big Bang tidak pernah benar-benar terjadi.

    Seorang astrofisikawan di University of Kansas Allison Kirkpatrick adalah sosok yang dikutip dalam narasi tersebut.

    Mengutip situs NASA, teori Big Bang adalah cara para astronom menjelaskan awal mula semesta. Teori itu meyakini, semesta pada awalnya adalah satu lalu kemudian melebar dan memanjang untuk tumbuh seperti sekarang dan masih terus melebar.

    Artikel awalnya diterbitkan oleh sebuah organisasi bernama Institute of Art and Ideas, tetapi sekarang diterbitkan ulang di situs berita mainstream. Artikel mengatakan bahwa pengamatan JWST terhadap galaksi jauh telah membantah teori Big Bang dan menyebutnya tidak benar.

    Kabar tersebut memburuk dengan mencatut apa yang dikatakan Kirkpatrick kepada jurnal Nature untuk kemudian disalahgunakan di luar konteks. Hal ini kemudian memberikan kesan yang salah seakan-akan para astrofisikawan sedang panik karena menganggap teori Big Bang sebagai sesuatu yang salah.

    Dilansir dari Space, penulis artikel tersebut adalah seorang peneliti independen bernama Eric Lerner. Dia telah menjadi penyangkal teori Big Bang sejak akhir 1980-an, dan lebih memilih alternatif pseudoscientific pribadinya.

    Sebelum menulis artikel bantahan Big Bang pada 11 Agustus, Lerner bahkan pernah menulis buku berjudul “Big Bang tidak pernah terjadi” pada 1991.

    “Saya melihatnya dan berpikir ‘Ini mengerikan, tetapi juga tidak masuk akal, tidak ada yang akan membaca ini,’” kata Kirkpatrick.

    “Hal berikutnya yang saya tahu, semua orang telah membacanya!” imbuhnya.

    Dilansir dari CNET, selain ditulis ulang oleh sejumlah situs berita mainstream, artikel Lerner juga beredar luas di media sosial Twitter dan Facebook selama pertengahan Agustus.

    Teleskop Antariksa James Webb baru beroperasi selama beberapa bulan, tetapi telah membuat beberapa penemuan ikonik, termasuk deteksi apa yang beberapa galaksi paling awal yang pernah terlihat, yang berusia 200 juta tahun setelah Big Bang.

    Meski masalah dengan kalibrasi instrumen dapat berarti galaksi tersebut tidak sejauh yang diperkirakan, tetapi JWST hampir pasti memecahkan rekor pemotretan galaksi terjauh.

    Baru-baru ini, JWST juga berhasil menangkap foto exoplanet pertamanya. Planet di luar tata surya ini memiliki profil mirip Jupiter, tetapi dengan ukuran enam hingga delapan kali lebih besar.

    (lom/lth)