Kementrian Lembaga: NASA

  • Ketika AS Mendadak Gelap Dilihat dari Luar Angkasa

    Ketika AS Mendadak Gelap Dilihat dari Luar Angkasa

    Jakarta

    Astronaut Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengabadikan momen Gerhana Matahari Total dari luar angkasa. Terlihat jelas bayangan Bulan di Bumi yang menggelapkan sebagian wilayah AS pada siang hari.

    Anggota kru ekspedisi 71 yang sedang bertugas di Stasiun Luar Angkasa (ISS), yakni Matthew Dominick dan Jeanette Epps memotret dan merekam bayangan proses terjadinya piringan Bulan menutupi Matahari.

    Tampak bayangan Bulan di Bumi atau umbra berbentuk bulat menggelapkan wilayah AS. Sekedar informasi, jalur Gerhana Matahari Total 8 April 2024 sebagian besar wilayah Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

    Kedua astronaut NASA ini mengabadikan gerhana matahari tersebut lewat jendela di kubah ISS, yakni ‘jendela dunia’ pos terdepan orbit. Adapun, ISS ini mengorbit 260 mil di atas tenggara Kanada saat terjadinya umbra Bulan bergerak dari negara bagian New York (AS) ke Newfoundland and Labrador (Kanada).

    [Gambas:Twitter]

    Stasiun luar angkasa mengalami totalitas sekitar 90% selama periode flyover-nya. Pemandangan gerhana matahari itu sendiri, Bulan yang mengorbit langsung antara matahari dan Bumi, hanya dapat diakses melalui sepasang jendela di segmen stasiun luar angkasa Roscosmos yang mungkin tidak dapat diakses karena keterbatasan kargo.

    Gerhana Matahari Total ini memang disambut dengan meriah di Amerika Utara karena merupakan peristiwa yang sangat langka. Belum lagi selain gerhana, ada pemandangan langit yang menakjubkan lainnya.

    “Selama gerhana total, saat langit jadi gelap, Anda akan melihat planet paling terang Venus muncul di salah satu sisi Matahari. Di sisi lain Matahari, Anda akan menemukan planet paling terang kedua, Jupiter. Dan jika Komet Pons-Brooks cukup terang, Anda akan melihatnya berada di antara Jupiter dan Matahari, tetapi lebih dekat ke Jupiter,” sebut Earth Sky.

    Gerhana Matahari terjadi saat Bulan melintas antara Bumi dan Matahari, menimbulkan bayangan di permukaan planet ini. Bagi yang berada di jalur totalitas, Bulan tampak berukuran hampir sama dengan Matahari, sehingga menghalangi seluruhnya selama beberapa menit. Maka, Komet Setan tersebut mungkin hampir tidak terlihat dengan mata telanjang, atau mungkin lebih jelas menggunakan teropong.

    (agt/agt)

  • Ide Gila, Amerika Mau Bangun Kereta ke Bulan

    Ide Gila, Amerika Mau Bangun Kereta ke Bulan

    Jakarta

    Astronaut di masa depan mungkin bisa ke Bulan lebih mudah dengan naik kereta api. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), badan penelitian rahasia Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), ditugaskan mencari cara untuk mendukung astronaut yang akan tinggal di Bulan untuk waktu yang lama.

    Rencana tersebut sangat hipotetis, karena sejauh ini tidak ada bangunan permanen sama sekali di Bulan, dan tidak ada manusia yang pernah ke sana sejak tahun 1972.

    Namun AS dan negara-negara lain berlomba mengeksplorasi Bulan dan ingin sekali lagi mengirim manusia ke sana. Hal itu memerlukan infrastruktur futuristik untuk menyediakan listrik, komunikasi, dan transportasi yang andal.

    Sebagai bagian dari misi ini, DARPA menugaskan perusahaan teknologi kedirgantaraan dan pertahanan AS Northrop Grumman untuk mengembangkan konsep kereta api ke Bulan.

    “Jika terwujud, jalur kereta api ini dapat mengangkut manusia, perbekalan, dan kargo komersial untuk di Bulan,” kata Northrop Grumman dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Business Insider.

    Perusahaan tersebut bukan ditugaskan untuk membangun jalur kereta api namun mencari tahu apakah hal tersebut memungkinkan secara fisik dan finansial.

    Mereka harus menemukan ide-ide cerdas untuk mengatasi lanskap Bulan yang ekstrem. Mencari cara mengatasi debu Bulan yang bersifat abrasif, misalnya, karena dapat merusak jejak dan pengangkut.

    NASA sebelumnya menyelidiki konsep kereta melayang magnetik yang disebut FLOAT untuk menghindari masalah tersebut. Dalam konsep tersebut, jalur elektromagnetik mengangkut robot melayang yang membawa muatan bolak-balik.

    Studi tersebut menemukan bahwa konsep tersebut dapat dilakukan, tetapi memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tidak jelas apakah Northrop Grumman berniat meneruskan ide tersebut atau memunculkan ide lain.

    Meskipun ide ini mungkin terdengar gila seperti fiksi ilmiah, hal tersebut tidaklah terlalu mengada-ada. NASA memiliki rencana jangka panjang untuk membawa manusia ke Bulan.

    Program Artemis dimulai dengan penerbangan mengelilingi Bulan pada tahun 2022. Tujuan utamanya adalah untuk menempatkan astronaut di Bulan dan Mars, menetapkan landasan bagi eksploitasi komersial Tata Surya.

    Untuk misi Artemis berikutnya, NASA bertujuan mengirim astronaut kembali ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun pada akhir tahun 2025.

    Sementara itu, mitra komersial sudah memikirkan cara untuk menambang Bulan. Hal ini dapat menghasilkan bahan bangunan, air yang dapat digunakan untuk menggerakkan roket menuju Mars, dan Helium-3, sebuah isotop berharga yang dapat digunakan dalam reaktor fusi.

    NASA dan badan antariksa lainnya juga sedang mempertimbangkan untuk menempatkan reaktor nuklir mini di Bulan untuk memberi daya pada pangkalan tersebut.

    Rencananya juga mencakup penempatan satelit komunikasi dan GPS di orbit Bulan untuk memungkinkan astronaut melakukan navigasi, berbicara, dan bahkan streaming dari permukaan Bulan.

    Namun, sebelum hal ini terjadi, NASA perlu menyelesaikan masalah pengiriman astronaut ke Bulan dari Bumi. Pada saat ini, hal ini bergantung pada SpaceX dan Blue Origins yang menyempurnakan roket raksasa mereka.

    Starship milik Elon Musk pekan lalu melewati tonggak sejarah ketika roket setinggi hampir 121 meter terbang ke luar angkasa untuk pertama kalinya. Sedangkan Blue Origin milik Jeff Bezos, sedang bersiap meluncurkan roket raksasa New Glenn pada akhir tahun ini.

    (rns/afr)

  • Lebih Baik Lindungi Bumi Daripada ke Mars

    Lebih Baik Lindungi Bumi Daripada ke Mars

    Jakarta

    Elon Musk dan Jeff Bezos melalui perusahaan masing-masing, SpaceX dan Blue Origin, berambisi membangun koloni di luar angkasa, termasuk ke Planet Mars. Akan tetapi, upaya itu dikritik oleh mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

    Menurutnya, Bumi akan lebih layak huni dibandingkan planet Mars, bahkan setelah perang nuklir. Obama berpendapat bahwa para taipan di Silicon Valley, seharusnya lebih fokus pada penyelamatan Bumi daripada berinvestasi menerbangkan manusia ke antariksa.

    “Ketika saya mendengar beberapa orang berbicara tentang rencana untuk menjajah Mars karena lingkungan Bumi mungkin sudah sangat terdegradasi sehingga tidak dapat ditinggali, saya melihat mereka dan bertanya-tanya, apa yang Anda bicarakan?” kata Obama pada pembukaan KTT POwR.Earth 2024 di Paris.

    “Bahkan setelah perang nuklir, Bumi akan lebih layak huni dibandingkan Mars, bahkan jika kita tidak melakukan apa pun terhadap perubahan iklim, Bumi masih memiliki oksigen. Sejauh yang kami tahu, Mars tidak memilikinya,” imbuhnya.

    Obama menegaskan, pengembangan eksplorasi luar angkasa harus terus berlanjut demi ilmu pengetahuan dan penemuan. Namun beda halnya ketika menyangkut relokasi manusia ke luar angkasa, “Saya lebih suka kita berinvestasi dalam menjaga planet ini di sini,” kata Obama.

    “Kita dirancang untuk tempat ini, dan akan lebih baik jika kita menjaga tempat ini agar tetap layak huni,” cetusnya, seperti dikutip detikINET dari Insider.

    Elon Musk pernah mengatakan ingin mengirim jutaan manusia ke Mars pada tahun 2050 dan menurutnya sangat mungkin manusia akan mendarat di planet merah tersebut dalam dekade berikutnya.

    Sedangkan perusahaan Blue Origin milik Jeff Bezos berencana menguji mega-roketnya sendiri, New Glenn, untuk pertama kalinya pada Agustus tahun ini. Roket tersebut dapat bersaing dengan Starship dari SpaceX untuk rencana NASA untuk kembali ke bulan sebelum menuju ke Mars.

    Mantan CEO Amazon itu mengatakan tahun lalu bahwa dia melihat lebih banyak potensi dalam menempatkan manusia di stasiun luar angkasa raksasa daripada mengirim mereka ke planet lain.

    (fyk/fyk)

  • Amerika Sukses Kembali ke Bulan Setelah 50 Tahun, Tapi…

    Amerika Sukses Kembali ke Bulan Setelah 50 Tahun, Tapi…

    Jakarta

    Misi pendaratan Odysseus, penjelajah Bulan swasta Amerika Serikat, disebut sukses, menandai untuk pertama kalinya AS kembali ke Bukan setelah 50 tahun lamanya. Akan tetapi, wahana itu menemui kendala serius.

    Odyssues mengalami ‘patah kaki’ saat mendarat di Bulan. Pendaratan yang terlalu cepat menjadi penyebab utama insiden tersebut. Sebagai akibatnya, pesawat terguling di dekat Kutub Selatan Bulan, merusak salah satu dari enam kakinya dan menghambat komunikasi serta sumber daya.

    Menyikapi situasi ini, pejabat dari Intuitive Machines, perusahaan pembuat Odysseus, menyatakan bahwa pesawat saat ini berada di ambang kehabisan daya. CEO Steve Altemus mengungkapkan bahwa meskipun Odysseus masih dapat menghasilkan daya, perkiraan mereka adalah pesawat ini akan mati dan kehilangan kontak dalam waktu dekat.

    Dilansir dari The Guardian, walaupun mengalami pendaratan dengan posisi miring, pesawat antariksa ini masih hidup dan berfungsi. Akan tetapi menghadapi polar night yang sangat dingin dan panjang, mungkin Odysseus akan tamat riwayatnya.

    Intuitive Machines telah mempublikasikan foto terbaru Odysseus yang menunjukkan kerusakan yang dialami oleh pesawat selama pendaratan. Direktur misi, Tim Crain, mengingatkan bahwa suhu ekstrem selama lunar moon dapat menjadi ancaman serius karena dapat merusak elektronik dan membunuh baterai. Namun demikian, misi ini dinyatakan sukses.

    Administrator NASA Bill Nelson menganggap misi Odysseus berhasil, mengingat keenam alat eksperimen NASA di wahana tersebut berfungsi hingga Rabu (28/2) pagi, enam hari dari apa yang seharusnya delapan hari operasi.

    Pada saat pendaratan, Odysseus mengalami kesalahan dalam sistem navigasi. Ini menyebabkan pesawat melewatkan titik pendaratan yang diinginkan sejauh 1,5 kilometer dan berakhir pada elevasi yang lebih tinggi dari yang diantisipasi. Akibatnya, ia turun terlalu cepat dan mengenai tanah lebih keras dari yang tidak dapat ditolerir. Wahana setinggi 4,3 meter itu sejenak berdiri tegak, mesinnya menyala, sebelum perlahan-lahan jatuh ke lereng yang agak curam.

    Odysseus menjadi pesawat pertama yang sukses mendarat di Bulan setelah lebih dari 50 tahun, menandai pencapaian besar di bawah program pendaratan bulan komersial NASA.

    Odysseus mendaratkan AS kembali ke bulan setelah lebih dari lima dekade sejak program Apollo. Dengan NASA yang terakhir kali mendaratkan astronaut pada tahun 1972, operasi mengeksplorasi permukaan Bulan kembali aktif dengan kedatangan Odysseus.

    Robot penjelajah ini membawa bendera AS dari era Apollo, serta barang-barang eksklusif lainnya seperti jaket baru dari Columbia Sportswear, patung mini Bulan karya Jeff Koons, dan seperangkat kamera dari University Aeronautika Embry-Riddle. Meski demikian, upaya pada hari Selasa (27/2) untuk memotret penjelajah yang miring tidak berhasil.

    Sebagai inisiatif awal menuju program Artemis NASA yang bertujuan untuk mendaratkan astronaut di Bulan dalam beberapa tahun ke depan, pendaratan Odysseus menjadi langkah krusial dalam menghadapi tantangan dan memahami kondisi di Bulan yang penuh tantangan dengan topografi berbukit.

    Dengan proyeksi lebih banyak misi komersial di masa depan, keberhasilan penjelajah Bulan swasta AS ini menciptakan tonggak signifikan dalam eksplorasi luar angkasa.

    *) Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

    (fyk/rns)

  • Viral Pesan Berantai WhatsApp Minta Matikan HP karena Radiasi Kosmik, Faktanya?

    Viral Pesan Berantai WhatsApp Minta Matikan HP karena Radiasi Kosmik, Faktanya?

    Jakarta

    Viral imbauan untuk mematikan HP dan laptop malam ini dan menjauhkannya dari badan karena radiasi kosmik. detikINET mendapatkan pesan berantai tersebut melalui platform chatting WhatsApp.

    Narasi yang digunakan dalam broadcast tersebut menakutkan. Bahkan, ditulis juga bahwa Anda bisa mengecek kabar tersebut di outlet media seperti BBC.

    Berikut isi pesan singkat yang mengajak orang-orang mematikan HP tengah malam nanti:

    Malam ini antara jam 00:30pagi hingga 3.30pagi pastikan off hp, laptop dll dan jauhkn dr badan anda. TV Singapore tlh mengumumkn berita tersebut. Tlg beritahu keluarga dan sahabat2 anda. Malam ini antara jam 00:30 pagi hingga 3.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yg paling tinggi. Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dgn bumi. Oleh itu off hp dll dan jauhkn dr badan anda sbb akn menyebabkan kita mendapat efek radiasi yg berbahaya….Boleh lihat di google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kpd org2 lain yg penting bagi keluarga ,Teman,Sahabat, dan juga anak istri anda. Anda blh menyelamatkan nyawa banyak orang dengan berbuat demikian…
    Semoga bermanfaat
    Aamiin…🙏🏻🙏🏻

    Kami pun mengecek kabar tersebut dengan mudah dengan berseluncur di internet. Tidak ada artikel BBC yang dimaksud.

    Lebih lanjut, melansir Vishvas News, sinar kosmik sebenarnya adalah inti atom berenergi tinggi atau partikel lain yang bergerak melintasi ruang angkasa dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Bumi terus-menerus bersentuhan dengan sinar kosmik, namun medan magnet atmosfer dan bumi sebagian besar memantulkannya kembali ke luar angkasa. Lapisan atmosfer melindungi Anda dari sinar ini.

    “Postingan tersebut menyebutkan Singapore TV. Kami memeriksa dan menemukan bahwa tidak ada saluran seperti itu,” tulis Vishvas News.

    Konfirmasi juga dilakukan ke Badan Antariksa India yakni ISRO. Hasilnya, bisa dipastikan bahwa berita ini salah. Manusia dan gadget di Bumi cukup aman dari sinar kosmik.

    (ask/jsn)

  • Amerika Sukses Kembali ke Bulan Setelah 50 Tahun, Tapi…

    Setelah 50 Tahun, Amerika Akhirnya Kembali Mendarat di Bulan

    Jakarta

    Wahana antariksa buatan swasta bernama Odysseus berhasil mendarat di permukaan Bulan, menandai kembalinya Amerika Serikat ke satelit Bumi itu setelah lebih dari 50 tahun. Pendaratan yang berlangsung selama 73 menit itu merupakan momen tegang, tetapi akhirnya, wahana antariksa tersebut sukses mendarat di dekat kutub selatan Bulan.

    Dalam perayaan atas apa yang dijuluki NASA sebagai “langkah besar ke depan”, awalnya tidak ada konfirmasi langsung tentang status atau kondisi pendarat, kecuali bahwa wahana tersebut telah mencapai situs pendaratannya yang direncanakan di kawah Malapert A.

    Namun, kemudian Intuitive Machines, perusahaan berbasis di Texas yang membangun wahana antariksa komersial pertama yang mendarat di Bulan, mengatakan bahwa wahana tersebut “berdiri tegak dan para manajer misi sedang bekerja untuk mengirimkan data dan gambar pertama dari permukaan Bulan”.

    Pendaratan ini menjadi yang pertama kalinya wahana antariksa buatan Amerika Serikat mendarat di bulan sejak Apollo 17, dan adalah tonggak penting karena merupakan wahana komersial pertama yang berhasil mendarat setelah kegagalan pendaratan Peregrine bulan lalu.

    Bill Nelson, selaku administrator NASA, menyebut pendaratan Odysseus sebagai “kemenangan” dan “loncatan besar bagi seluruh umat manusia.” NASA memberikan kontribusi sebesar USD 118 juta untuk peluncuran Odysseus, yang merupakan bagian dari inisiatif layanan muatan lunar komersial NASA (CLPS).

    Pendaratan ini bertujuan membuka era baru eksplorasi dan mendukung rencana NASA untuk mengirim manusia kembali ke bulan pada akhir 2026. Misi Odysseus, yang merupakan bagian dari program Artemis Nasa, membawa muatan peralatan ilmiah untuk mengumpulkan data tentang lingkungan bulan.

    Khususnya, misi ini fokus pada wilayah berbatu di sekitar kawah Malapert A, yang dipilih sebagai situs pendaratan misi Artemis III berawak NASA yang direncanakan dua tahun mendatang.

    Meskipun wilayah tersebut dianggap berbahaya, keberadaan potensi “miliaran ton air” diyakini dapat mendukung rencana untuk membangun pangkalan Bulan permanen, suatu langkah krusial untuk misi manusia ke Mars di masa depan.

    NASA berharap bahwa analisis yang dilakukan selama masa hidup oprasional wahana yang direncanakan selama tujuh hari ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana tanah di permukaan Bulan bereaksi terhadap dampak pendaratan.

    Ini mencakup pengamatan terhadap efek cuaca antariksa di permukaan Bulan serta penelitian terkait komunikasi dan navigasi di lingkungan tersebut.

    Melalui program Artemis, yang juga mencakup visi jangka panjang untuk misi berawak ke Mars dalam dua dekade mendatang, Amerika Serikat bertujuan untuk tetap unggul dalam eksplorasi luar angkasa. Rusia dan China juga merencanakan pendaratan manusia di Bulan, sehingga langkah ini menandai kesuksesan besar bagi Amerika Serikat dalam mempertahankan posisinya di garis depan eksplorasi luar angkasa.

    Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

    (fyk/fyk)

  • NASA Luncurkan Satelit PACE, Ikhtiar Atasi Perubahan Iklim

    NASA Luncurkan Satelit PACE, Ikhtiar Atasi Perubahan Iklim

    Jakarta

    NASA baru-baru ini meluncurkan satelit Plankton, Aerosol, Climate, Ocean Ecosystem (PACE) ke luar angkasa. Langkah ini dilakukan badan antariksa nasional AS tersebut untuk memahami lebih dalam mengenai kesehatan laut, kualitas udara, dan dampak dari perubahan iklim.

    Satelit PACE diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Space Launch Complex 40 di Cape Canaveral Space Force Station, Florida, Kamis (8/2). NASA mengonfirmasi melalui laman resmi mereka mengenai keberhasilan peluncuran satelit PACE, yang beroperasi sesuai dengan harapan.

    “PACE akan membantu kita memahami lebih baik bagaimana partikel di atmosfer dan laut dapat mempengaruhi pemanasan global. Satelit PACE akan mempelajari dampak dari hal-hal kecil yang seringkali tidak terpantau seperti organisme mikroskopis di air partikel mikroskopis di udara,” kata Administrator NASA Bill Nelson, Senin (12/2).

    Pengamatan dari luar angkasa ini menjadi kunci untuk memahami perubahan iklim dari kualitas udara. Selanjutnya, instrumen warna oseanografis hiperspektral yang dihasilkan oleh satelit memungkinkan peneliti mengukur lautan dan perairan dengan menggunakan spektrum cahaya ultraviolet, apa yang terlihat, dan inframerah jarak dekat.

    Hal ini memungkinkan mengidentifikasi komunitas organisme seperti fitoplankton dalam skala global setiap harinya. Data ini akan sangat membantu memperkirakan kesehatan ekosistem perikanan, melacak ledakan alga yang berbahaya, dan mengidentifikasi perubahan di lingkungan laut.

    Selain itu, satelit PACE juga membawa dua instrumen polarimeter yakni Hyper-Angular Rainbow Polarimeter #2 dan Spectro-polarimeter for Planetary Exploration. Keduanya akan mendeteksi bagaimana sinar Matahari berinteraksi dengan partikel di atmosfer, memberikan penelitian informasi baru tentang aerosol atmosfer dan properti awan, serta kualitas udara pada skala lokal, regional, dan global.

    Direktur Divisi Ilmu Bumi dari Direktorat Misi Ilmu Pengetahuan NASA, Karen St. Germain sangat mendukung misi ini karena dapat meningkatkan pemahaman tentang peran laut dalam siklus perubahan iklim.

    Dirinya menyebut dengan menggabungkan data yang terdapat dari pemantauan PACE dan dari hasil data misi Surface Water and Ocean Topography yang dimiliki, akan menjadi lembaran baru untuk lingkup oseanografi.

    “PACE akan mempercepat pemahaman kita tentang sistem Bumi dan membantu NASA menyampaikan ilmu pengetahuan, data, dan aplikasi praktis yang dapat membantu para peneliti dan industri menghadapi tantangan yang berkembang cepat saat ini,” terangnya.

    Adapun ilmuwan proyek PACE di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA Jeremy Wardell mengungkapkan kegembiraannya setelah 20 tahun merencanakan proyek ini. Karena ini merupakan teknologi terbaru yang belum pernah digunakan sebelumnya.

    “Peluang yang akan ditawarkan PACE sangat menggembirakan dan kita akan dapat menggunakan teknologi luar biasa ini dengan cara yang belum pernah kita bayangkan. Ini benar-benar sebuah penemuan,” ungkap Wardell.

    Sebagai informasi, peluncuran PACE dikelola oleh Program Layanan Peluncuran NASA di Kennedy Space Center Florida. NASA Goddard bertanggung jawab atas manajemen pada misi ini, termasuk pembuatan dan pengujian satelit serta instrumen warna oseanografi.

    Kemudian, untuk Hyper-Angular Rainbow Polarimeter #2 dibuat oleh University of Maryland. Sementara Spectro-polarimeter for Planetary Exploration dikembangkan oleh konsorsium Belanda yang dipimpin oleh Netherland Institute for Space Research, Airbus Defence, dan Space Netherlands.

    (rns/rns)

  • Heboh Ilmuwan Temukan Laut Tersembunyi di Bulan Saturnus

    Heboh Ilmuwan Temukan Laut Tersembunyi di Bulan Saturnus

    Jakarta

    Bulan Saturnus yang memiliki kawah besar di permukaannya sehingga disebut mirip Death Stars-nya Star Wars oleh para peneliti dan astronom, ternyata memiliki laut tersembunyi di dalamnya.

    Penemuan ini membuat Mimas, bola es berdiameter 250 mil, menjadi anggota baru dari kelompok bulan yang memiliki lautan tersembunyi, seperti Titan dan Enceladus dari Saturnus, serta Europa dan Ganymede dari Jupiter.

    “Ini cukup mengejutkan. Jika anda melihat permukaan Mimas, tidak ada yang menandakan adanya lautan di bawah permukaan. Ini adalah kandidat yang paling tidak mungkin,” sebut Valery Lainey, seorang astronom dari Observatoire de Paris dilansir detikINET dari The Guardian, Selasa (13/2/2024).

    Keanehan dalam orbit Mimas mendorong para peneliti untuk mempertimbangkan dua kemungkinan: pertama, apakah Mimas memiliki inti yang panjang dilapisi es, atau kedua, adanya lautan di dalamnya.

    Dengan menganalisis ribuan gambar dari misi Cassini NASA ke Saturnus, Lainey dan timnya menemukan bahwa Mimas harus memiliki lautan tersembunyi untuk dapat bergerak seperti yang teramati.

    “Tidak mungkin menjelaskan baik putaran Mimas maupun orbit dengan inti yang kaku. Anda pasti perlu memiliki lautan global di sana,” sebut Lainey.

    Perhitungan mereka menunjukkan adanya lautan dengan kedalaman 45 mil di bawah cangkang es setebal 15 mil Mimas. Lautan ini menyumbang lebih dari separuh volume Mimas dan diyakini terbentuk dalam 25 juta tahun terakhir karena gaya pasang surut yang kuat dari Saturnus menyebabkan deformasi inti Mimas.

    Meskipun lautan di Mimas relatif muda dalam skala astronomi, para peneliti tidak menutup kemungkinan adanya kehidupan di sana, terutama karena airnya bersentuhan dengan batu yang hangat. Namun, jika lautan tersembunyi ini hanya berusia puluhan juta tahun, kehidupan mungkin belum memiliki kesempatan untuk berkembang.

    Lainey dan tim menuliskan laporan yang berjudul ‘A Recently Formed Ocean Inside Saturn’s Moon Mimas’ yang dipublikasikan oleh Nature pada tahun ini.

    Sementara itu, profesor geosains planet di Open University David Rothery menyatakan bahwa walaupun Mimas memiliki lautan di dalamnya, tetapi ada tempat lain yang lebih mudah untuk mencari kehidupan di luar Bumi, seperti Enceladus dan Europa.

    Penting untuk terus menjelajahi dan memahami misteri di luar angkasa, dan penemuan ini memberikan pandangan baru tentang potensi kehidupan di bulan-bulan Tata Surya kita.

    “Jika ada kehidupan di dalam Mimas, itu akan tersembunyi oleh lebih dari 20 km es yang utuh. Jika lautan itu hanya ada selama 25 juta tahun, maka itu mungkin belum cukup waktu bagi kehidupan untuk dimulai dan berkembang. Europa dan Enceladus adalah kandidat yang lebih menjanjikan,” cetusnya.

    (fyk/fyk)

  • Satelit Jumbo Eropa Akan Jatuh Tak Terkendali ke Bumi

    Satelit Jumbo Eropa Akan Jatuh Tak Terkendali ke Bumi

    Jakarta

    Sebuah satelit besar yang sudah tidak berfungsi akan menabrak atmosfer Bumi dan jatuh dalam hitungan minggu. Diluncurkan ke orbit tahun 1995, satelit European Remote Sensing 2 (ERS-2) milik Badan Antariksa Eropa (ESA) telah dinonaktifkan lebih dari satu dekade lalu.

    Sejak itu, dikutip detikINET dari Futurism, Sabtu (10/2/2024) cadangan bahan bakarnya telah habis. Menurut ESA (European Space Agency), satelitnya itu diperkirakan akan memasuki kembali atmosfer sekitar pertengahan Februari ini.

    Bahkan tanpa bahan bakar, observatorium Bumi raksasa ini masih berbobot sekitar 2.000 kilogram, sebuah puing-puing ruang angkasa berukuran raksasa yang secara teknis dapat mendatangkan malapetaka jika menabrak daerah berpenduduk.

    Untungnya, menurut ESA, risiko tahunan seorang manusia terluka akibat puing-puing luar angkasa adalah di bawah 1 dalam 100 miliar. Dengan kata lain, orang berpotensi lebih besar tersambar petir ketimbang kena puing satelit semacam ini.

    Ada satelit jauh lebih besar jatuh tak terkendali ke Bumi. Beberapa waktu lalu, bagian inti roket Long March 5B milik China, berbobot 23 ton ketika jatuh kembali seminggu setelah lepas landas pada tahun 2022. Pejabat NASA kala itu mengecam China lantaran membiarkan bagian roket berukuran besar jatuh tanpa bantuan.

    Saat ini belum diketahui di mana satelit raksasa ESA akan mendarat. “Satelit ini sering diamati, dan kami melacak ketinggian orbitnya seiring dengan kejatuhannya. Namun, karena jatuhnyai satelit tersebut bersifat ‘alami’, tak mungkin memprediksi secara pasti kapan dan di mana satelit tersebut akan mulai terbakar,” papar ESA.

    Satelit ERS-2 ini telah mengumpulkan banyak data tentang berkurangnya es di kutub Bumi, perubahan permukaan tanah, kenaikan permukaan laut, pemanasan lautan, dan kimia atmosfer. Ia juga membantu memantau saat terjadi bencana alam.

    Meskipun penurunan yang sebagian besar tidak terkendali terdengar ceroboh, hal itu secara teknis lebih baik daripada menimbulkan ancaman bagi penjelajah luar angkasa di kemudian hari. Orbit planet kita sudah penuh dengan sampah luar angkasa dan akan bertambah buruk seiring semakin banyaknya roket yang diluncurkan dan satelit-satelit dinonaktifkan.

    (fyk/agt)

  • 40 Akun dengan Follower Instagram Terbanyak di 2024, Ada Idola Kamu?

    40 Akun dengan Follower Instagram Terbanyak di 2024, Ada Idola Kamu?

    Jakarta

    Instagram masih menjadi salah satu favorit media sosial (medsos) pengguna internet di seluruh dunia. Tahukah kamu siapa jumlah follower atau pengikut terbanyak Instagram yang terbaru? Simak ini 40 akun dengan jumlah follower terbanyak di Instagram.

    Berdasarkan Digital 2024 Global Overview Report per Januari 2024 bahwa pengguna aktif medsos telah melampaui angka lima miliar. Itu setera dengan 62,3% populasi dunia sudah medsos. Nah, tercatat Instagram saat ini sudah mencapai 2 miliar pengikut loh.

    Dalam laporan yang sama, We Are Social juga mengungkap akun-akun Instagram dengan jumlah pengikut terbanyak sejagat saat ini. Untuk nomor satu, masih dipegang akun resmi Instagram.

    Sedangkan, nomor kedua, baru pengguna Instagram, yaitu Cristiano Ronaldo. Pesepakbola yang kini bermain di Al Nassr itu bisa dibilang paling banyak follower Instagram saat ini mencapai 617,5 juta follower diikuti pesaingnya Lionel Messi sebanyak 497,3 juta follower.

    Sementara itu, akun-akun Instagram dengan jumlah pengikut terbanyak ini diisi oleh para aktor dan aktris Hollywood dan penyanyi, dan selebriti, seperti Selena Gomez, Taylor Swift, Ariana Grande, Dwayne Johnson alias The Rock, Zendaya, Lebron James, hingga Lisa personil Blackpink.

    Daftar 40 akun Instagram follower terbanyak per Janurai 2024

    1. Instagram 666,8 juta followers
    2. Cristiano Ronaldo 617,5 juta followers
    3. Lionel Messi 497,3 juta followers
    4. Selena Gomez 429,6 juta followers
    5. Kylie Jenner 399,4 juta followers
    6. Dwayne Johnson 395,8 juta followers
    7. Ariane Grande 380,6 juta followers
    8. Kim Kardashian 364,2 juta followers
    9. Beyonce 319,8 juta followers
    10. Khloe Kardashian 311,2 juta followers
    11. Nike 306,6 juta followers
    12. Kendall Jenner 294,7 juta followers
    13. Justin Bieber 292,9 juta followers
    14. National Geographic 283,9 juta followers
    15. Taylor Swift 279,4 juta followers
    16. Virat Kohli 265,9 juta followers
    17. Jennifer Lopez 253,4 juta followers
    18. Nicki Minaj 229,3 juta followers
    19. Kourtney Kardashian 224,7 juta followers
    20. Neymar 218,5 juta followers
    21. Miley Cyrus 216,1 juta followers
    22. Katy Perry 206,9 juta followers
    23. Zendaya 184,9 juta followers
    24. Kevin Hart 179,9 juta followers
    25. Cardi B 169,4 juta followers
    26. Lebron James 159,6 juta followers
    27. Demi Lovato 157,5 juta followers
    28. Rihanna 152,4 juta followers
    29. Real Madrid FC 151,4 juta followers
    30. Drake 145,1 juta followers
    31. Chris Brown 145 juta followers
    32. Ellen Degeneres 139,7 juta followers
    33. FC Barcelona 125,2 juta followers
    34. UEFA Champions League 113 juta followers
    35. Kylian Mbappe 111,3 juta followers
    36. Billie Ellish 110,3 juta followers
    37. Gal Gadot 109,3 juta followers
    38. Vin Diesel 102,6 juta followers
    39. Lisa 100,4 juta followers
    40. NASA 97 juta followers

    (agt/agt)