Kementrian Lembaga: NASA

  • Dicari! Hacker Korut yang Serang Amerika Pakai Ransomware

    Dicari! Hacker Korut yang Serang Amerika Pakai Ransomware

    Jakarta

    Pengadilan di Kansas City, Amerika Serikat memutus bersalah Rim Jong Hyok, seorang agen intelijen Korea Utara yang menggunakan ransomware untuk menyerang penyedia layanan kesehatan di Amerika.

    Menurut Kementerian Luar Negeri Amerika, Rim adalah bagian dari sindikat bernama Andariel, yang dikelola oleh badan intelijen Korut, atau Reconnaissance General Bureau, demikian dikutip detikINET dari Engadget, Selasa (30/7/2024).

    Meski sudah diputus bersalah, Rim belum ditangkap oleh pemerintah Amerika. Malah mereka menawarkan hadiah sebesar USD 10 juta untuk orang yang bisa memberikan informasi lokasi dari Rim, agen intelijen asing yang melakukan serangan siber terhadap infrastruktur penting Amerika.

    Korban ransomware yang disebar oleh Andariel ini adalah sebuah sebuah rumah sakit di Kansas. Dalam laporannya ke FBI, mereka menyebut ada sebuah serangan siber pada tahun 2021 yang memblokir akses data pasien dan hasil lab. Serangan ini juga membuat jaringan komputer di rumah sakit itu tidak bisa dipakai.

    Modus operandi Andariel ini sudah sering dipakai. Yaitu menyusupkan ransomware Maui ke dalam sistem komputer korban. Kemudian mereka meminta uang tebusan dengan ancaman menyebarkan informasi rahasia jika tebusan itu tak dibayarkan.

    Dalam kasus rumah sakit Kansas ini, uang tebusan yang diminta adalah USD 100 ribu dalam bentuk bitcoin, yang harus dibayarkan dalam rentang waktu 48 jam. Uang-uang tebusan itu diduga dipakai untuk membeli komputer dan server yang nantinya dipakai untuk melakukan serangan siber lain.

    Uang tebusan itu akhirnya dibayarkan, namun aliran uangnya bisa ditelusuri sampai akhirnya mereka menemukan bahwa seseorang mentransfer bitcoin itu ke sebuah alamat milik dua warga negara Hong Kong.

    Dalam dokumen pengadilan disebutkan uang itu kemudian ditransfer ke sebuah bank di China dan ditarik menggunakan ATM yang berlokasi di Jembatan Sino-Korean Friendship Bridge, yang menghubungkan China dengan Korea Utara.

    Andariel dan Rim diputus bersalah karena menyusup ke jaringan milik 17 entitas yang tersebar di 11 negara bagian. Empat di antaranya adalah kontraktor pertahanan, dua buah pangkalan Angkatan Udara Amerika, juga NASA.

    Bahkan Andariel disebut bersembunyi di jaringan komputer NASA selama tiga bulan dan berhasil mencuri data rahasia sebanyak 17GB. Semenetara dari kontraktor pertahanan Amerika, mereka sukses mencuri data rahasia sebesar 30GB.

    FBI, Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), dan Departemen Keuangan Amerika sampai mengeluarkan peringatan terkait serangan siber dari Andariel ini terhadap institusi kesehatan pada 2022.

    “Penjahat siber dari Korea Utara mungkin menganggap bahwa organisasi yang menyediakan layanan kesehatan akan mau membayar uang tebusan,” tulis tiga badan itu dalam pernyataannya.

    (asj/rns)

  • Matahari Lepaskan Semburan Terkuat, Picu Pemadaman Radio di Australia hingga Jepang

    Matahari Lepaskan Semburan Terkuat, Picu Pemadaman Radio di Australia hingga Jepang

    Jakarta

    Saat para peneliti mulai berpikir Matahari agak tenang akhir-akhir ini, ia beraksi tiba-tiba dengan semburan kelas X yang eksplosif, kelas semburan Matahari yang terkuat.

    Suar dari bintik Matahari AR3738 terjadi Sabtu (13/7) pukul 10.34 malam EDT (atau Minggu 14/7 09.34 pagi WIB) dan Solar Dynamics Observatory milik NASA menangkap pemandangan dinamis tersebut dari luar angkasa.

    Sayangnya bagi para pemburu aurora, suar berumur pendek ini tidak menghasilkan lontaran massa koronal (cornal mass ejection/CME), yakni lontaran plasma dan medan magnet dalam jumlah besar dari Matahari.

    Ahli fisika surya Keith Strong telah mengawasi tanda-tanda CME dari letusan baru-baru ini, tetapi menurut postingannya baru-baru ini di X/Twitter, “Tidak mungkin ada aktivitas geomagnetik akibat aktivitas Matahari yang tinggi.”

    [Gambas:Twitter]

    Namun, flare tersebut menyebabkan pemadaman sinyal radio gelombang pendek di seluruh Australia, Asia Tenggara, dan Jepang tak lama setelah letusan. Pemadaman ini umum terjadi setelah flare Matahari yang kuat karena semburan sinar-X yang intens dan radiasi ultraviolet ekstrem yang dipancarkan selama peristiwa ini.

    Radiasi dari semburan Matahari bergerak ke Bumi dengan kecepatan cahaya dan mengionisasi (mengisi daya listrik) atmosfer bagian atas saat tiba. Ionisasi ini menciptakan lingkungan yang lebih padat agar sinyal radio gelombang pendek frekuensi tinggi dapat melewatinya, untuk memfasilitasi komunikasi jarak jauh.

    Pemadaman sinyal radio gelombang pendek di Asia Tenggara, Australia, dan Jepang. Foto: NOAA/SWPC

    Saat gelombang radio berinteraksi dengan elektron dalam lapisan terionisasi, gelombang tersebut kehilangan energi karena meningkatnya tabrakan, yang dapat menurunkan atau menyerap sinyal radio sepenuhnya.

    Pemadaman radio akibat jilatan api Matahari dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.

    (rns/afr)

  • Jeff Bezos dan Elon Musk Berseteru Gegara Roket

    Jeff Bezos dan Elon Musk Berseteru Gegara Roket

    Jakarta

    Perselisihan antara Jeff Bezos dan Elon Musk terus berlanjut. Hubungan dua orang terkaya di dunia itu kembali menegang karena masalah perizinan roket.

    Blue Origin, perusahaan antariksa besutan Bezos, belum lama ini melayangkan keluhan kepada Federal Aviation Administration (FAA) tentang roket raksasa Starship milik SpaceX (perusahaan yang dipimpin Musk).

    Blue Origin menyarankan FAA untuk membatasi frekuensi peluncuran roket Starship dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center (KSC) di Florida, Amerika Serikat.

    Perusahaan Bezos berencana meluncurkan roket New Glenn terbarunya dari Kennedy Space Center pada tahun ini, dan mereka khawatir operasional SpaceX akan mempengaruhi roketnya. Sementara SpaceX berencana meluncurkan roket Starship hingga 44 kali dalam setahun.

    Keluhan Blue Origin disampaikan setelah FAA memulai pernyataan dampak lingkungan untuk peluncuran roket Starship dari Launch Complex 39A. FAA memberikan waktu untuk komentar publik hingga 24 Juni lalu, dan Blue Origin menyampaikan komentarnya pada 21 Juni.

    Blue Origin berargumen peluncuran Starship yang terlalu sering berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan populasi di sekitar area peluncuran, termasuk personel Blue Origin. Mereka juga mengkhawatirkan kualitas udara, air, dan sumber daya di bawah tanah yang berkaitan dengan pengeluaran bahan beracun atau berbahaya, serta dampaknya terhadap pasokan air.

    Blue Origin meminta FAA membatasi jumlah peluncuran roket Starship dari KSC, membatasi waktu peluncuran roket sambil mengizinkan prioritas jadwal peluncuran vendor lainnya, serta membangun infrastruktur lain untuk mengurangi risiko bagi vendor peluncuran lainnya, seperti dikutip dari Gizmodo, Minggu (7/7/2024).

    Keluhan Blue Origin ini langsung dikomentari oleh Musk. Dalam cuitannya di Twitter/X, Musk mengatakan “Sue Origin” yang merupakan permainan kata dari nama Blue Origin.

    Ini bukan pertama kalinya Blue Origin dan SpaceX berseteru secara publik. Pada tahun 2021, Blue Origin mengajukan gugatan untuk menentang keputusan NASA yang memilih SpaceX untuk mendapatkan kontrak wahana pendarat Bulan.

    (vmp/vmp)

  • Rusia Mau Bangun Stasiun Luar Angkasa Tahun 2030

    Rusia Mau Bangun Stasiun Luar Angkasa Tahun 2030

    Jakarta

    Rusia berencana membangun stasiun luar angkasanya sendiri pada tahun 2030. Menariknya pada tahun yang sama stasiun luar angkasa internasional (ISS) akan mulai berhenti beroperasi.

    Yuri Borisov, kepala badan antariksa Rusia (Roscosmos) menyetujui jadwal ini bersama direktur dari 19 perusahaan yang terlibat dalam pembangunan stasiun luar angkasa baru. Setidaknya akan ada empat modul yang akan dibangun pada tahun 2030.

    Roscosmos mengatakan akan meluncurkan modul saintifik dan energi pada tahun 2027. Setelah itu mereka akan menerbangkan tiga modul pada tahun 2030 dan dua lainnya antara tahun 2031 dan 2033.

    Saat ini ada dua stasiun luar angkasa yang beroperasi di orbit yaitu International Space Station yang dikelola NASA dan Roscosmos serta stasiun luar angkasa Tiangong yang dioperasikan China. Tiangong sudah mulai beroperasi sejak Juni 2022, sedangkan ISS rencananya akan dipensiunkan pada akhir tahun 2030.

    Hingga saat ini Rusia bermitra dengan Amerika Serikat dan negara lainnya di ISS. Namun setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, hubungan mereka dengan AS meregang dan berdampak hingga kemitraan di ISS.

    Menjelang akhir masa operasional ISS, Rusia sudah mengumumkan rencananya untuk mundur dari kemitraan tersebut pada tahun 2022 untuk kemudian membangun stasiun luar angkasanya sendiri.

    Awalnya Rusia mengatakan mereka akan keluar dari ISS pada tahun 2024, namun tahun lalu mereka mengatakan akan memperpanjang partisipasinya hingga tahun 2028, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/7/2024).

    Selain desain dan produksi modul stasiun luar angkasa, Roscosmos mengatakan pihaknya juga akan menguji coba kapsul berawak generasi baru serta membangun roket dan infrastruktur pendukung di Bumi.

    Rusia termasuk salah satu negara adidaya di luar angkasa sejak era Uni Soviet setelah kosmonaut Yuri Gagarin menjadi orang pertama yang terbang ke luar angkasa. Namun mereka sempat mengalami kegagalan besar tahun lalu setelah misi antariksanya ke Bulan gagal mendarat dan menabrak permukaan.

    (vmp/vmp)

  • Fenomena Langka, Muncul Formasi Aneh Berbentuk Huruf di Lapisan Atmosfer

    Fenomena Langka, Muncul Formasi Aneh Berbentuk Huruf di Lapisan Atmosfer

    Jakarta

    Pengamatan terbaru di lapisan atmosfer menunjukkan bahwa ada lebih banyak pemahaman yang bisa diperoleh menyusul adanya penemuan formasi aneh berbentuk huruf.

    Di bagian atas atmosfer, dari tepi angkasa hingga jauh di dalamnya, terdapat ionosfer. Atom dan molekul di sana kekurangan elektron, sehingga bermuatan listrik. Atom dan molekul dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dekat permukaan dan oleh Matahari.

    Pekerjaan ini dimungkinkan berkat misi Global-scale Observations of the Limb and Disk (GOLD) milik NASA. Ditemukan bahwa ada beberapa formasi aneh di ionosfer yang berbentuk seperti huruf X dan C.

    Peristiwa langka ini rupanya terkait dengan fenomena puncak dan gelembung yang telah diketahui sebelumnya di ionosfer, tempat-tempat yang memiliki lebih banyak plasma daripada tempat lain.

    Struktur berbentuk X telah diamati sebelumnya, diyakini sebagai penggabungan puncak yang disebabkan oleh aktivitas intens baik dari letusan gunung berapi yang kuat atau dari peningkatan angin surya, aliran partikel bermuatan dari Matahari, setelah semburan surya atau lontaran massa koronal. GOLD telah menunjukkan bahwa formasi berbentuk X juga dapat terjadi selama periode tenang.

    “Laporan awal mengenai penggabungan hanya terjadi selama kondisi terganggunya geomagnetisme, ini merupakan fitur yang tidak terduga selama kondisi tenang geomagnetisme,” kata penulis utama penelitian Fazlul Laskar, dari Laboratory for Atmospheric and Space Physics (LASP) University of Colorado, dikutip dari IFL Science.

    Kehadiran formasi berbentuk X pada periode tenang menyiratkan adanya hal lain yang sedang terjadi. Model komputer menunjukkan bahwa bisa jadi pergolakan di atmosfer bawah benar-benar dapat menarik sebagian plasma, yang menyebabkan penggabungan beberapa puncak menjadi bentuk X bahkan ketika tidak ada gangguan besar.

    “Formasi X itu aneh karena menyiratkan bahwa ada lebih banyak faktor pendorong yang terlokalisasi,” jelas Jeffrey Klenzing, seorang ilmuwan di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA.

    “Hal ini diperkirakan terjadi selama peristiwa ekstrem, tetapi melihatnya selama ‘waktu tenang’ menunjukkan bahwa aktivitas atmosfer bawah secara signifikan mendorong struktur ionosfer,” jelasnya.

    Mirip dengan puncaknya, gelembung juga berakhir dalam bentuk huruf. Gelembung ini umumnya tipis dan panjang, mengikuti garis magnet planet. Namun, beberapa gelembung melengkung menjadi bentuk C atau bentuk C terbalik. Proses ini diyakini terkait dengan angin terestrial, meskipun ionosfer membentang dari 80 kilometer hingga 640 kilometer di atas tanah.

    Di antara keanehan tersebut, tim menemukan gelembung plasma yang sangat berdekatan, dalam jarak beberapa ratus kilometer. Hal ini menunjukkan adanya turbulensi yang signifikan di ionosfer, kondisinya jauh dari kata tenang.

    “Dalam jarak sedekat itu, dua gelembung plasma berbentuk berlawanan ini belum pernah terpikirkan, belum pernah terbayangkan,” kata penulis utama penelitian tentang formasi berbentuk C, Deepak Karan yang juga dari LASP.

    “Fakta bahwa kita memiliki bentuk gelembung yang sangat berbeda yang letaknya berdekatan ini memberi tahu kita bahwa dinamika atmosfer lebih rumit dari yang kita duga,” tambah Klenzing.

    Kedua makalah penelitian tentang fenomena tersebut diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Space Physics.

    (rns/afr)

  • Duel Maut Dua Perusahaan Raksasa Luar Angkasa, SpaceX Vs Blue Origin

    Duel Maut Dua Perusahaan Raksasa Luar Angkasa, SpaceX Vs Blue Origin

    Jakarta

    CEO SpaceX Elon Musk kembali memancing perseteruannya dengan pendiri Amazon sekaligus CEO Blue Origin, Jeff Bezos. Pemicu terbarunya adalah pengajuan dokumen oleh Blue Origin kepada Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

    Dokumen tersebut menyerukan pembatasan rencana peluncuran roket Starship milik SpaceX, dari Kennedy Space Center NASA di Florida. Dalihnya ialah menjaga lingkungan dan komunitas setempat.

    Dilansir dari Futurism, Senin (1/7/2024), Musk menanggapi dengan keras melalui platform media sosialnya, yakni X.com. Ia sampai-sampai menjuluki saingannya itu dengan nama ejekan ‘Sue Origin’.

    “Tidak keren bagi mereka untuk mencoba (untuk ketiga kalinya) menghambat kemajuan SpaceX melalui undang-undang.” tulis Musk.

    Sejarah Panjang Perselisihan

    Sebenarnya persaingan kedua miliarder ini telah berlangsung lama. Musk sering melontarkan kritik pedas terhadap Bezos dan Blue Origin.

    Pada tahun 2019, dia pernah mengejek pendarat ‘Blue Moon’ milik Blue Origin dengan sebutan ‘Blue Balls’ melalui sebuah gambar yang sudah diedit. Lalu tahun 2021, Musk menyindir ketidakmampuan Blue Origin mencapai orbit.

    Diketahui bahwa tuduhan Musk tentang perang hukum yang dilancarkan Blue Origin terhadap SpaceX memiliki dasar. Blue Origin yang telah lama menentang pengembangan Starship miliknya, berpendapat bahwa NASA seharusnya memilih pendarat bulan mereka.

    Perusahaan Bezos bahkan menggugat NASA atas kontrak SpaceX pada Agustus 2021. Meskipun pada akhirnya gugatan tersebut ditolak oleh pengadilan.

    Pertarungan di Berbagai Sektor

    Perseteruan ini tidak terbatas pada proyek pendarat bulan. Kuiper Systems, anak perusahaan Amazon, juga berusaha menghambat ekspansi konstelasi Starlink milik SpaceX pada tahun 2021.

    Saat itu Musk menuduh Bezos pensiun hanya untuk fokus mengajukan gugatan terhadap SpaceX.

    Isu Lingkungan: Alasan atau Dalih?

    Terkait dampak Starship terhadap lingkungan, SpaceX telah menjalani penilaian menyeluruh oleh FAA untuk operasi di Texas Selatan. Namun, rencana pemindahan peluncuran ke Kompleks Peluncuran 39A di Kennedy Space Center, memicu investigasi dampak lingkungan baru pada Mei lalu.

    Kendati demikian, masih menjadi pertanyaan, apakah kekhawatiran Bezos ini cuma iseng? Atau karena alasan lingkungan, apakah regulator benar-benar harus menahan peluncuran Starship?

    *Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

    (hps/afr)

  • SpaceX Dibayar Rp 13 T Untuk Hancurkan Stasiun Antariksa Internasional

    SpaceX Dibayar Rp 13 T Untuk Hancurkan Stasiun Antariksa Internasional

    Jakarta

    NASA menyewa SpaceX milik Elon Musk untuk penghancuran Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS pada akhir dekade ini. Badan antariksa itu memberikan kontrak senilai USD 843 juta atau sekitar Rp 13,8 triliun pada SpaceX untuk membangun apa yang disebut ‘Kendaraan Deorbit’.

    Pesawat luar angkasa ini akan dirancang untuk memandu laboratorium penelitian seukuran lapangan sepak bola itu kembali ke atmosfer Bumi setelah pensiun tahun 2030. Kendaraan buatan SpaceX dirancang menghancurkan ISS dengan mendorong stasiun tersebut masuk kembali dari orbit.

    “Sangat penting untuk mempersiapkan deorbit Stasiun Luar Angkasa Internasional yang aman dan bertanggung jawab dengan cara yang terkendali,” kata NASA, diktuip detikINET dari CNBC.

    NASA tidak merinci apakah desain SpaceX untuk Kendaraan Deorbit AS akan didasarkan pada salah satu pesawat ruang angkasa perusahaan yang sudah ada, seperti kapsul Dragon miliknya.

    Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada, dan Jepang, telah mempersiapkan akhir dari ISS, yang telah eksis sejak tahun 2000. ISS, yang pada dasarnya laboratorium penelitian berawak, terlibat lebih dari 3.300 percobaan ilmiah. Namun ISS menua dan NASA serta mitra utamanya Roscosmos tak mampu memecahkan masalah kebocoran mikroskopis yang kian parah di sana.

    NASA sudah menganalisis mengapa mereka memutuskan untuk dengan sengaja menghancurkan ISS dalam proses masuk kembali yang terkendali. Badan tersebut mengevaluasi berbagai alternatif, termasuk membongkar stasiun di orbit.

    “Stasiun luar angkasa adalah artefak unik yang nilai sejarahnya tidak dapat dilebih-lebihkan. NASA mempertimbangkan hal ini ketika menentukan apakah ada bagian dari stasiun yang dapat diselamatkan untuk pelestarian sejarah atau analisis teknis,” tulis badan tersebut.

    Pada akhirnya, studi lembaga tersebut menetapkan bahwa segala upaya untuk melestarikan atau menggunakan kembali ISS tidak mungkin dilakukan secara teknis dan ekonomi. NASA mencatat kemungkinan masa operasional ISS dapat diperpanjang melampaui tahun 2030, namun hal ini belum ditentukan dan memerlukan persetujuan dengan lembaga mitra internasionalnya.

    NASA berencana menggantikan ISS dengan stasiun luar angkasa swasta dan membantu mendanai pengembangannya. Biaya pengembangan dan pembangunan ISS sendiri sekitar USD 150 miliar dan biaya operasional NASA sekitar USD 4 miliar tiap tahunnya. Stasiun ruang angkasa yang dibangun swasta untuk menggantikan ISS mungkin biayanya nanti lebih murah.

    (fyk/fay)

  • Mantan Pejabat Israel Sebut Alien Sudah Buat Perjanjian dengan Manusia

    Mantan Pejabat Israel Sebut Alien Sudah Buat Perjanjian dengan Manusia

    Jakarta

    Mantan kepala keamanan luar angkasa Israel menyebut alien sudah melakukan kontak dengan manusia di Bumi. Bahkan, dia menyebut Presiden ke-45 Amerika Serikat Donald Trump tahu akan hal itu. Isu ini sempat viral pada akhir 2020 dan membuat geger internet.

    “Benda Terbang Asing (UFO) telah meminta untuk tidak mempublikasikan bahwa mereka ada di sini, umat manusia belum siap,” ujar Haim Eshed kepala direktorat luar angkasa Kementerian Pertahanan Israel terdahulu kepada surat kabar Israel Yediot Aharonot.

    Menurut Eshed, alien penasaran dengan kehidupan manusia dan mencoba memahami lebih jauh tentang alam semesta. Lebih jauh, dia menyebut sudah ada perjanjian antara manusia dan alien termasuk soal markas bawah tanah di kedalaman Mars.

    “Ada kesepakatan antara pemerintah AS dengan alien. Mereka menandatangani kontrak dengan kita untuk melakukan eksperimen-eksperimen di sini,” katanya.

    Eshed menambahkan bahwa Donald Trump mengetahui eksistensi dari para alien dan sangat ingin memberitahukan informasi ini kepada masyarakat. Akan tetapi, dia diminta menutup mulut guna mencegah ‘histeria massa’.

    “Mereka telah menunggu hingga hari ini agar umat manusia berkembang dan mencapai tahap di mana kita akan memahami, secara umum, apa itu ruang angkasa dan pesawat luar angkasa,” masih kata Eshed.

    Melansir NBC News, juru bicara NASA mengatakan salah satu tujuan utama dari badan tersebut memang mencari kehidupan di alam semesta. Akan tetapi, NASA belum menemukan tanda-tanda kehidupan ekstraterestrial di luar bumi.

    “Meskipun kami belum menemukan tanda-tanda kehidupan di luar bumi, NASA sedang menjelajahi tata surya dan sekitarnya untuk membantu kami menjawab pertanyaan mendasar, termasuk apakah kita sendirian di alam semesta,” ucap juru bicara NASA dalam sebuah pernyataan.

    Kalau menurutmu bagaimana, detikers? Apakah kamu percaya kita tidak sendirian di alam semesta ini?

    (ask/ask)

  • Mengapa Banyak Negara Berambisi Kirim Orang ke Bulan?

    Mengapa Banyak Negara Berambisi Kirim Orang ke Bulan?

    Jakarta

    Tiga negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia, Amerika Serikat, China, dan India telah mengungkapkan ambisi mereka untuk mengirim manusia ke Bulan. Mengapa negara-negara ini rela menggelontorkan miliaran dolar untuk misi luar angkasa ini dan apa yang mereka cari?

    Pada 1969, pesawat luar angkasa Apollo 11 telah mendaratkan astronot Buzz Aldrin dan Neil Armstrong sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki ke permukaan Bulan.

    Misi Apollo ini kemudian membawa 10 orang Amerika lainnya sampai ke Bulan hingga Desember 1972. Setelah itu, AS menghentikan misi berawaknya ke Bulan.

    Kini setelah jeda lebih dari setengah abad, muncul ambisi baru untuk kembali mengirim manusia ke Bulan.

    Amerika Serikat sedang menyusun rencana untuk mengirim astronot ke Bulan, termasuk orang kulit berwarna dan seorang perempuan.

    Amerika tidak sendirian, China dan India juga berencana mengirim misi baru mereka ke Bulan.

    Mengapa perlombaan antariksa mencuat kembali dan apa bedanya dengan eksplorasi luar angkasa yang dilakukan pada tahun 1960-an lalu?

    Geopolitik

    Yuri didapuk menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa pada tahun 1961.

    Misi berawak pertama ke Bulan pada tahun 1969 merupakan bentuk pernyataan politik yang kuat di tengah perang dingin antara AS dan Uni Soviet. (Getty Images)

    Pendaratan manusia di Bulan merupakan sebuah pencapaian luar biasa dan menjadi pernyataan politik kuat yang menarik imajinasi global, di tengah perang dingin antara AS dan Uni Soviet yang saat itu berlangsung.

    “Tidak ada hal yang lebih spektakuler saat itu selain mengatakan: ‘Kita akan membawa manusia dari Bumi ini dan menempatkan mereka di Bulan itu’,” kata Oliver Morton, editor senior di surat kabar The Economist dan penulis buku The Moon, A History for the Future.

    Baca juga:

    Untuk itu, siapa yang selanjutnya akan mampu berjalan di Bulan didorong oleh pengaruh geopolitik dan keinginan untuk memanfaatkan sumber daya yang terkandung di dalamnya.

    Setiap negara, dan bahkan perusahaan swasta yang terlibat, mempunyai agenda yang berbeda-beda.

    Rusia, China, India, Jepang, dan Uni Eropa memang telah mampu mengirimkan pesawat jelajah luar angkasa tak berawak di permukaan Bulan, namun, mereka belum pernah berhasil mendaratkan manusia.

    Sekarang, perlombaan itu terjadi antara AS dan China.

    “Hal ini didorong oleh geopolitik jadi ada koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan China yang keduanya sama-sama telah mengumumkan misi manusia ke Bulan, mereka merekrut mitra internasional, dan keduanya berupaya mencapai tujuan tersebut dalam lima hingga 10 tahun ke depan,” kata Eric Berger, editor luar angkasa senior di Ars Technica.

    Sumber daya

    Misi pertama ke Bulan bukanlah bertujuan untuk melakukan penelitian, melainkan ajang pembuktikan atas kemampuan dalam mencapainya.

    Kini yang menjadi perlombaan bukan sekadar terbang dan mencapai ke Bulan, namun bagaimana mengembangkan teknologi yang memungkinkan manusia untuk tinggal di sana dan memanfaatkan apa yang ditawarkan.

    Pesawat jelajah India telah mengkonfirmasi keberadaan logam seperti belerang dan aluminium di Bulan. (Getty Images)

    “Manusia adalah makhluk di Bumi Apa yang ingin dilakukan oleh sebagian orang adalah memperluas dan memiliki koloni di Mars, memiliki koloni di Bulan, memiliki koloni di pemukiman buatan di luar angkasa. Ini adalah fiksi ilmiah yang saya bicarakan,” kata Christopher Newman, profesor hukum dan kebijakan luar angkasa dari Universitas Northumbria di Inggris.

    Dia menambahkan ambisi sebagian orang adalah memiliki koloni di luar Bumi untuk memastikan umat manusia mampu bertahan dari ancaman kepunahan.

    Perhentian

    Misi AS untuk pergi ke Bulan sekarang adalah langkah yang lebih jauh lagi dibandingkan sebelumnya.

    “Idenya bukan untuk membawanya [pesawat] kembali ke Bumi, tapi untuk membangun pangkalan di sana, sehingga Bulan bisa dilihat sebagai tempat pemberhentian untuk sampai ke Mars,” jelas Namrata Goswami, profesor di Thunderbird School of Manajemen Global, Arizona State University.

    Gravitasi di Bulan lebih kecil dibandingkan di Bumi. Hal itu memungkinkan untuk meluncurkan roket dengan bahan bakar yang lebih sedikit jika dibandingkan dari Bumi itulah sebabnya banyak negara memandang Bulan sebagai aset yang strategis, tambahnya.

    Selain itu, beberapa area di Bulan juga hampir selalu terkena sinar matahari sehingga memiliki potensi untuk menghasilkan energi tenaga surya.

    Idenya adalah dengan mentransfer energi surya itu melalui satelit besar di orbit rendah Bumi lalu mengirimkannya ke Bumi melalui gelombang mikro.

    Orbit Bumi Rendah (LEO) mencakup orbit Bumi dengan ketinggian sekitar 2.000 km, kata NASA.

    Getty ImagesEksplorasi sekarang fokus di wilayah Kutub Selatan Bulan untuk menemukan air es melalui gelombang mikro.

    Misi luar angkasa yang dilakukan India telah mengonfirmasi keberadaan belerang, aluminium dan unsur-unsur lain di dekat Kutub Selatan Bulan. Kini fokusnya adalah menemukan elemen kunci lain yang bisa memberi kehidupan.

    “Air es sangat penting karena itulah yang Anda perlukan jika ingin mempertahankan pemukiman manusia, karena air es dapat diubah menjadi oksigen,” jelas Goswami.

    Setelah euforia pendaratan pertama di Bulan, bahkan ada pembicaraan untuk mencapai bintang-bintang di akhir tahun 1960an. Namun kini hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

    “Ini [Bulan] adalah tujuan nyata bagi manusia di luar orbit rendah Bumi yang memiliki gravitasi rendah. Jadi relatif mudah untuk mencapainya. Jaraknya cukup dekat.”

    “Dibutuhkan tiga hari untuk sampai ke Bulan, sementara butuh enam hingga delapan bulan untuk membawa manusia ke Mars. Jadi ini benar-benar batu loncatan berikutnya,” kata Berger.

    Terdapat beberapa rintangan teknis penting yang harus diatasi untuk pergi ke Bulan.

    Pertama, diperlukan roket yang kuat untuk membawa para astronot ke luar angkasa dan menjaga mereka aman dari radiasi.

    Kedua adalah melakukan pendaratan yang pelan dan aman di permukaan bulan.

    Tantangan selanjutnya adalah bagaimana membawa pulang para astronot kembali ke bumi. Jika ada kendala teknis, mereka tidak memiliki bantuan dari luar atau bahkan pilihan untuk membatalkan misi.

    Getty ImagesRoket Starship yang sedang dikembangkan akan menjadi salah satu roket terbesar yang pernah dibuat.

    Para astronot yang menaiki kendaraan luar angkasa dari Bulan akan memasuki kembali atmosfer bumi dengan kecepatan yang mengerikan beberapa kilometer per detik.

    Hal ini karena mereka akan menambah kecepatan ketika kembali dari Bulan dibandingkan dari orbit rendah Bumi, jelas Berger.

    Ketika berbagai negara mencapai Bulan, apa yang akan terjadi pada sumber daya mereka juga menjadi pertanyaan kunci.

    Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967 memastikan tidak ada negara yang dapat mengeklaim kedaulatan di luar angkasa, namun kenyataannya mungkin berbeda.

    “Faktanya hanya negara-negara dengan kemampuan melakukan peluncuran, pendaratan di Bulan dan ekstraksi [sumber daya] yang akan memiliki keuntungan sebagai penggerak pertama.”

    “Oleh karena itu, kita tidak memiliki aturan hukum saat ini mengenai bagaimana sumber daya di Bulan akan dibagikan,” kata Goswami.

    Perlombaan luar angkasa baru

    China kini berencana untuk membangun pangkalan permanen di Bulan pada tahun 2030-an dan terus berakselerasi untuk memenuhi tenggat waktu itu.

    Sementara, Amerika memperkirakan stasiun luar angkasanya baru bisa berlabuh di Bulan pada tahun 2028, walaupun program tersebut disebut sudah ketinggalan.

    Keberhasilan AS sangat bergantung pada kemampuan miliarder Elon Musk dan perusahaan eksplorasinya SpaceX dalam mengirimkan roket Starship yang sedang dikembangkan.

    Getty ImagesChina melakukan kemajuan pesat dalam eksplorasi ruang angkasa dan baru-baru ini telah meluncurkan roket penyelidikan tak berawak ke Bulan.

    India berencana melakukan penerbangan luar angkasa berawak perdananya tahun depan.

    Mereka menargetkan pendirian stasiun luar angkasa di Bulan pada tahun 2035 dan mengirim astronot mereka pada tahun 2040.

    “Satu hal tentang program luar angkasa China yang sangat menarik adalah kemampuan mereka memenuhi tenggat waktu.”

    “Saya yakin China akan menjadi negara pertama di abad ke-21 yang mampu mendarat di Bulan dengan menggunakan roket, dengan tujuan utama adalah pemanfaatan penelitian luar angkasa dan pengembangan pangkalan permanen,” simpul Goswami.

    Artikel ini dilansir dari program radio BBC World Service, The Inquiry

    (ita/ita)

  • 3 Astronaut China Meluncur ke Stasiun Luar Angkasa, Jalani Misi 6 Bulan

    3 Astronaut China Meluncur ke Stasiun Luar Angkasa, Jalani Misi 6 Bulan

    Beijing

    China mengirimkan tiga astronautnya ke stasiun luar angkasa Tiangong, yang dihuni secara permanen, untuk melaksanakan misi selama enam bulan ke depan. Misi semacam ini menjadi rotasi reguler para astronaut China yang bertugas di Tiangong yang mengorbit jauh di atas atmosfer Bumi.

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/4/2024), laporan media pemerintah China menyebut tiga astronaut itu berangkat dengan pesawat luar angkasa Shenzhou-18, yang didorong oleh roket Long March-2F, yang lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China bagian barat laut.

    Pesawat luar angkasa itu diluncurkan ke stasiun luar angkasa Tiangong pada Kamis (25/4) malam, sekitar pukul 20.58 waktu setempat.

    Astronaut Ye Guangfu, yang berusia 43 tahun, memimpin misi enam bulan di stasiun luar angkasa Tiangong ini. Ye terakhir kali meluncur ke Tiangong pada Oktober 2021 dalam misi berawak kedua ke stasiun luar angkasa buatan China tersebut.

    Dalam misi terbaru, Ye didampingi oleh dua astronaut China bernama Li Cong yang berusia 34 tahun dan Li Guangsu yang berusia 36 tahun. Keduanya baru pertama kali ini menjalani misi ke luar angkasa, dan berasal dari kelompok astronuat terbaru dalam program penerbangan luar angkasa China.

    Ketiga astronaut itu semuanya merupakan mantan pilot Angkatan Udara China.

    Stasiun luar angkasa Tiangong yang selesai dibangun pada akhir tahun 2022, mampu menampung maksimal tiga astronaut selama berbulan-bulan pada ketinggian orbit hingga 450 kilometer dari atmosfer Bumi. Tiangong memiliki umur operasional setidaknya hingga 15 tahun.

    Beijing telah meluncurkan dua misi berawak ke Tiangong setiap tahunnya sejak tahun 2021 ketika pembangunan pos terdepan pada stasiun luar angkasa itu dimulai. Misi terbaru dengan Shenzou-18 ini menjadi misi berawak ketujuh.

    Setiap misi melibatkan masa tinggal selama enam bulan, kemudian juga misi melakukan space walks dan eksperimen ilmiah dalam lingkungan gravitasi rendah di dalam Tiangong.

    Tiangong telah menjadi lambang kepercayaan diri China dalam petualangan luar angkasanya, setelah dilarang masuk ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, selama beberapa dekade.

    Beijing dilarang oleh undang-undang Washington untuk melakukan kolaborasi apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan NASA.

    Secara keseluruhan, misi Shenzhou-18 menjadi misi berawak ke-13 ke luar angkasa dari China, sejak misi penerbangan luar angkasa tunggal Yang Liwei pada Oktober 2003 silam. Yang menjadi warga negara China pertama yang mencapai luar angkasa.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini