Kementrian Lembaga: NASA

  • NASA Deteksi Asap Misterius Muncul dari Antartika

    NASA Deteksi Asap Misterius Muncul dari Antartika

    Jakarta

    Sebuah satelit yang mengorbit di atas Bumi baru-baru ini menangkap gambar langka dari fenomena atmosfer yang membuat gletser Antartika tampak berasap.

    Gumpalan ‘sea smoke’ atau asap laut yang bertiup di atas gletser Pine Island biasanya merupakan pemandangan yang dikaburkan oleh awan. Namun pada 10 Oktober 2024, satelit Landsat 8 milik US Geology Survey yang dikembangkan NASA, berhasil menangkap gambar fenomena tersebut, yang sebenarnya adalah kabut yang disebabkan oleh uap yang naik.

    “Gambar yang mencolok ini menggambarkan kekuatan angin,” kata Christopher Shuman, ahli glasiologi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, dikutip dari USA Today.

    Gambar tersebut menunjukkan asap laut mengepul di sekitar gletser Pine Island, yang bersama dengan gletser Thwaites di dekatnya, merupakan salah satu jalur utama es yang mengalir dari lapisan es Antartika barat ke Laut Amundsen.

    “Efek berasap yang tampak disebabkan oleh uap yang terbentuk dan naik saat udara dingin bergerak melintasi air yang lebih hangat di tepi gletser karena perbedaan suhu antara es dan air di sekitarnya,” kata Shuman.

    Dalam kasus ini, angin mendorong air dan es laut menjauh dari bagian depan es, yang mendorong air yang relatif hangat untuk menggantikannya dari bawah. Angin juga menendang salju dari permukaan lapisan es yang berdekatan, yang menciptakan penampakan aliran putih di seluruh pemandangan.

    Foto: NASA Earth ObservatoryGletser Pine Island

    Gletser Pine Island dianggap sebagai salah satu gletser yang paling cepat mencair di Antartika. Menurut NASA, gletser tersebut, bersama dengan gletser Thwaites di dekatnya, sama-sama mengandung cukup es untuk menaikkan permukaan laut global sekitar 1,2 meter.

    Yang mengkhawatirkan, gletser ini terus-menerus kehilangan bongkahan es besar selama tiga dekade terakhir, secara teratur retak dan pecah dari gunung es, dan beberapa di antaranya cukup besar sehingga diberi nama sendiri. Pada 2020, misalnya, gunung es berukuran dua kali lipat dari Washington, D.C. pecah dari Pine Island.

    Fenomena angin tidak hanya menciptakan citra yang memukau, tetapi juga dapat membantu para ilmuwan memahami perubahan iklim Antartika, khususnya di sekitar gletser Pine Island.

    Namun, kata ilmuwan, pemahaman tentang sejauh mana salju yang bertiup berkontribusi terhadap hilangnya keseimbangan massa permukaan lapisan es kutub terhambat oleh kesulitan dalam mengumpulkan data berbasis darat dan melakukan pengamatan satelit.

    (rns/agt)

  • Elon Musk Ingin Sulap Starship Jadi ‘SPBU’ Luar Angkasa pada 2025

    Elon Musk Ingin Sulap Starship Jadi ‘SPBU’ Luar Angkasa pada 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan dirgantara milik Elon Musk, SpaceX tengah mengembangkan inovasi baru yang memungkinkan pesawat Starship menyalurkan bahan bakar ke pesawat lain di luar angkasa.

    Nantinya, Starship akan memiliki teknologi untuk mentransfer bahan bakar antara satu pesawat dengan yang lainnya paling cepat pada Maret 2025 mendatang.

    Kent Chojnacki, Wakil Manajer Program Sistem Pendaratan Manusia (HLS) NASA mengatakan prestasi teknis utama ini akan membuka jalan bagi demonstrasi pendaratan tanpa awak Starship di bulan.

    Menurutnya, pengembangan teknologi ini sangat penting bagi program Artemis NASA, yang berupaya mengirimkan manusia ke bulan dengan menggunakan pesawat ruang angkasa revolusioner SpaceX.

    Adapun, NASA telah memberikan kontrak senilai US$4,05 miliar kepada SpaceX milik Elon Musk untuk membangun dua pesawat Starship yang dapat dioperasikan manusia.

    Pesawat ruang angkasa itu akan membawa astronot ke permukaan bulan, yang menjadi perjalanan pertama sejak era Apollo. Pendaratan berawak saat ini dijadwalkan pada September 2026.

    NASA pun terus memantau kampanye uji coba Starship SpaceX, yang telah menyelesaikan lima peluncuran roket sejauh ini. Uji coba terakhir dilakukan pada 13 Oktober 2024 yakni SpaceX membuat sejarah dengan menangkap pendorong roket Super Heavy di udara dengan “sumpit” di menara peluncuran.

    “Kami belajar banyak setiap kali [peluncuran roket] terjadi,” kata Chojnacki seperti yang dilaporkan TechCrunch dikutip Minggu (3/11/2024).

    Di lain sisi, Chojnacki juga menekankan perbedaan pendekatan yang diadopsi NASA dengan program Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS) dan program Sistem Pendaratan Manusia (Human Landing System/HLS).

    Program pertama yakni SLS, bekerja berdasarkan model biaya tambahan (cost plus), di mana NASA membayar sejumlah biaya dasar ditambah biaya-biaya lainnya. Model ini dikritik karena mendorong waktu pengembangan yang lama dan biaya yang tinggi.

    Sementara itu, kontrak HLS memiliki harga tetap (fixed price) yang berarti SpaceX akan mendapatkan pembayaran satu kali sebesar US$2,99 miliar jika memenuhi target NASA. 

    Sebagai bagian dari kontraknya dengan NASA, SpaceX harus melakukan tinjauan desain wajib dan juga dapat menyarankan inovasi tambahan untuk mendapatkan pembayaran.

    Salah satu tonggak sejarah tersebut adalah demonstrasi transfer bahan bakar atau propelan antar pesawat Starship, yang dijadwalkan akan dimulai sekitar Maret 2025.

  • Bumi Terima Sinyal Komunikasi Asing, Bisa Temukan Alien?

    Bumi Terima Sinyal Komunikasi Asing, Bisa Temukan Alien?

    Jakarta

    NASA mencapai tonggak sejarah baru dalam eksplorasi antariksa. Sebuah terobosan teknologi menjanjikan untuk merevolusi cara misi antariksa berkomunikasi dalam jarak jauh.

    Musim panas tahun ini, sebuah uji coba yang sukses dengan wahana Psyche berhasil mengirim sinyal laser dalam jarak yang memecahkan rekor, menandai titik balik bagi misi antarplanet di masa mendatang.

    Komunikasi antariksa secara tradisional bergantung pada frekuensi radio. Akan tetapi, laser menawarkan kapasitas transmisi data hingga seratus kali lebih besar, sehingga merevolusi pertukaran data dengan misi antariksa.

    Uji coba ini dilakukan dengan wahana antariksa Psyche, yang dilengkapi dengan transceiver laser yang dirancang untuk berkomunikasi pada jarak yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Dua stasiun darat, satu di Observatorium Palomar dan satu lagi di Table Mountain, memfasilitasi uji komunikasi laser ini. Stasiun-stasiun ini dilengkapi dengan laser tujuh kilowatt. Yang pertama berfungsi sebagai stasiun penerima sementara yang kedua mengirimkan sinyal ke wahana antariksa.

    Ketepatan dan efisiensi teknik ini telah membuat para peneliti terkesan. Tahun lalu, wahana antariksa ini telah berhasil melakukan streaming video ke Bumi dari jarak 31 juta kilometer.

    Dikutip dari Techno Science, baru-baru ini, uji kedua memungkinkan komunikasi dengan Bumi dari jarak 53 juta kilometer, dengan kecepatan data 267 megabit per detik, yang menunjukkan keunggulan laser dibandingkan sistem radio.

    Yang lebih mengesankan lagi, pada jarak yang lebih jauh, kinerjanya tetap luar biasa. Pada Juni 2024, dalam jarak 390 juta kilometer dari Bumi, Psyche mempertahankan kecepatan stabil sebesar 6,25 megabit per detik.

    Kemudian, pada Juli 2024, NASA mengonfirmasi rekor baru dengan mengirimkan sinyal melintasi jarak 460 juta kilometer. Kinerja ini membuka jalan bagi misi yang lebih ambisius di masa mendatang.

    Terobosan dalam komunikasi antariksa ini, yang dicirikan oleh penggunaan sinyal laser pada jarak yang belum pernah terjadi sebelumnya, menjanjikan untuk mengubah misi eksplorasi di masa mendatang.

    Berkat kemajuan ini, pertukaran data berkecepatan tinggi menjadi memungkinkan, yang secara signifikan meningkatkan komunikasi antara Bumi dan pesawat antariksa yang terletak ratusan juta kilometer jauhnya.

    Era baru penemuan antarplanet kini tampaknya dalam jangkauan, membuka jalan bagi misi yang lebih ambisius, termasuk ke Mars dan seterusnya.

    (rns/rns)

  • Yamaha Umumkan Pemenang Kontes Fazzio GGWP di IMOS 2024

    Yamaha Umumkan Pemenang Kontes Fazzio GGWP di IMOS 2024

    Jakarta

    PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) mengumumkan pemenang kontes modifikasi Fazzio GGWP (Gaya Gue Wow and Playful) di pameran Indonesia Motorcycles Show atau IMOS 2024. Ada tiga pemenang utama dari tiga kategori berbeda.

    Sebagai catatan, Fazzio GGWP merupakan ajang modifikasi yang dikerjakan penuh secara digital. Ada sekitar 300 peserta yang terlibat sejak 20 Agustus hingga 30 September 2024.

    “Harapan kami, Fazzio GGWP bisa menjadi wadah kreativitas anak muda. Yamaha Fazzio Hybrid kan kayak kanvas ya, motor ini bisa menjadi tools untuk remaja mengekspresikan jiwa seninya,” ujar Erica Puspasari selaku Branding & Promotion Manager PT YIMM di ICE BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (2/11).

    Yamaha Fazzio GGWP. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Mari kita bahas masing-masing pemenang pertama di tiga kategori berbeda. Pertama, ada Kurnia Afdillah asal Depok yang menjadi juara pertama di kategori Playful Twist. Dia memadukan warna putih, biru dan merah muda menjadi satu kesatuan yang ceria.

    Wanita yang berprofesi sebagai pekerja lepas tersebut mengaku memilih kategori Playful Twist karena suka memadukan banyak warna ramai. Dia juga menambahkan guratan galaxy dengan ide dan gagasan yang brilian.

    “Aku mau membuat karya yang mencerminkan sesuatu hal yang bisa diterima banyak orang. Aku juga pilih tema galaxy, karena galaxy kan luas dan tidak terbatas. Anak mudah seharusnya begitu,” ujar Kurnia kepada detikOto.

    Yamaha Fazzio GGWP. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Kemudian pemenang utama berikutnya ada Irfan Thariq di kategori Simple dan Elegant. Pria yang berdomisili di Jakarta Barat itu memilih desain sederhana, namun tetap memikat mata. Dia menggabungkan coklat dan putih dengan garis penghubung hitam.

    Sentuhan warna tersebut membuat motor modifikasi digital milik Irfan terlihat retro. Sayangnya, unit aslinya tak dihadirkan di IMOS 2024.

    “Kalau aku sih ngambil Simple dan Elegan ini karena mau bikin desain yang timeless, kalem dan bisa disukai masyarakat dari berbagai kalangan,” kata Irfan.

    Yamaha Fazzio GGWP. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Pemenang utama terakhir ada Tubagus Rohmatullah yang menjuarai kategori Future Wave. Pria berkacamata yang sehari-hari bekerja di industri kreatif tersebut memilih tema pesawat luar angkasa milik NASA.

    “Kalau aku idenya dari pesawat luar angkasa buat astronaut terbang itu. Salah satu series-nya ada yang namanya Skyline, makanya garis-garisnya mirip pesawat NASA sih,” kata Bagus.

    Masing-masing pemenang utama kontes Fazzio GGWP berhak mendapat hadiah 1 unit Yamaha Fazzio Hybrid yang telah dirombak sesuai modifikasi digital. Selain itu, mereka juga berhak mendapat sertifikat dan merchandise.

    (sfn/lth)

  • Dari Kapal Apollo sampai Konsep Elegan, Ini Inspirasi Pemenang Desain Fazzio GGWP

    Dari Kapal Apollo sampai Konsep Elegan, Ini Inspirasi Pemenang Desain Fazzio GGWP

    Jakarta

    Yamaha menghadirkan ajang modifikasi Fazzio GGWP (Gaya Gue Wow and Playful). Beberapa desain yang jadi pemenang diwujudkan dalam bentuk nyata yang sedang dipamerkan dalam ajang Indonesia Motorcycle Show 2024.

    Kategori modifikasi online pada Fazzio GGWP ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu Future Wave, Playful Twist serta Simple & Elegant.

    Para pemenang dari setiap kategori berhak mendapatkan berbagai hadiah menarik dengan total ratusan juta rupiah. Adapun pemenang juara 1 mendapatkan motor Yamaha Fazzio Hybrid hasil desain juara, merchandise & sertifikat.

    Fazzio GGWP sudah berlangsung serentak secara nasional mulai dari 20 Agustus-30 September 2024 yang lalu. Selama periode tersebut, Fazzio GGWP berhasil menjaring ratusan desain yang menampilkan berbagai macam konsep yang menarik.

    Salah satu jurinya adalah Fivust Agriwastora atau yang akrab dikenal Fivust. Seniman visual sekaligus desainer ini kerap memadukan gaya khasnya berupa warna dan suasana yang eksplosif.

    “Kita menilai berdasarkan beberapa aspek, ada kreativitas, originalitas. Dari beberapa aspek itu kita kasih range dari satu sampai 100, beberapa tema ada yang susah banget milihnya, karena desainnya mirip-mirip dan bagus semua,” kata Fivust kepada detikOto di ICE BSD Tangerang, Jumat (1/11/2024).

    Dari ratusan desain yang masuk, lalu memilih desain terbaik berdasarkan ketersesuaian dengan masing-masing konsep. Ratusan desain yang masuk ini difilter secara mendalam dengan melibatkan banyak pihak terkait.

    “Untungnya ada juri lain, jadi kita kolaborasi buat nilai. Jadinya pasti yang bikin beda, di situ,” tambah dia.

    Desain dari para juara setiap kategori lalu diwujudkan dalam bentuk real dan sedang ditampilkan pada gelaran IMOS 2024.

    Pertama, kategori tema Future Wave. Pemenangnya adalah Tubagus Rohmatullah.

    Dia membuat kelir yang menyerupai pesawat luar angkasa. Anak muda asal Jakarta ini mengombinasikan desain Fazzio Hybrid yang simple dan stylish menjadi lebih futuristik.

    Yamaha Fazzio dengan tema Future Wave Foto: Ridwan Arifin

    Dengan tarikan garis yang tegas dan sedikit aksen orange seperti warna pada launcher pesawat luar angkasa, modifikasi ini mampu menampilkan kesan yang futuristik. Serta hadirnya Hook Carabiner dengan CNC metal technology yang kuat, semakin menambah kesan canggih dan modern.

    “Ambil arah desainnya ke kapal Apollo NASA,” kata Bagus.

    “Ini sebenarnya ngambil futuristis, seperti di cyberpunk,” jelasnya lagi.

    “Sebetulnya dari segi body-nya paling enak dibentuk. Maksudnya banyak hal-hal bisa dieksplor, sisi depan, belakang banyak lekukan. Sebenarnya masih banyak yang bisa dimainkan,” kata dia.

    Yamaha Fazzio Playful Twist Foto: Ridwan Arifin

    Kategori kedua Playful Twist, pemenangnya adalah Kurnia Afdillah. Dia menghadirkan tampilan Fazzio Hybrid yang out of the box dengan sentuhan imajinasi warna kosmik tanpa batas, tetapi tetap dengan harmoni warna yang elegan dan matching.

    Yamaha Fazzio Simple and Elegant Foto: Ridwan Arifin

    Apalagi ditambah dengan hadirnya Headlight, Tail Light & Flassher Cover custom berkelir ungu yang dimodifikasi dari aksesoris resmi Yamaha.

    Kategori ketiga, simple and elegant yang dimenangkan oleh Irfan Thariq dalam balutan dominasi warna coklat. Desainnya memunculkan kesan seamless, sederhana tapi tetap elegant. Dia memberikan nama modifikasinya itu dengan jargon Noble Voyager.

    “Elegannya ngambil warna emas, kalau permainan garisnya buat ngambil simple-nya, mengikuti lekuk body-nya,” kata Irfan.

    (riar/rgr)

  • Elon Musk Ungkap Alasan Gila-gilaan Dukung Donald Trump

    Elon Musk Ungkap Alasan Gila-gilaan Dukung Donald Trump

    Jakarta

    Elon Musk berkampanye total untuk kemenangan Donald Trump di Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan berlangsung tak lama lagi. Apa alasan pria kelahiran Afrika Selatan itu, apalagi mengingat dulu dia sering mengkritik Trump?

    Saat tampil di sebuah event di Arab Saudi, orang terkaya di dunia itu menilai usaha perusahaannya SpaceX menguasai Planet Mars sangat tergantung pada Trump sehingga ia ingin Trump kembali jadi Presiden AS.

    “Saya merasa lebih optimis tentang hal itu dengan Trump di Gedung Putih daripada tanpa Trump di Gedung Putih,” katanya yang dikutip detikINET dari Daily Mail.

    Jika visi Musk jadi nyata, kru berawak pertama dari Bumi akan diterbangkan ke Mars pada tahun 2027. Ia mengakui terlampau ambisius, tapi jika presiden yang terpilih adalah Kamala Harris, dia yakin niatnya akan terhambat.

    Ia mengklaim di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, sulit untuk meluncurkan misi antariksa, meskipun SpaceX sejatinya menerbangkan roket lebih dari 300 kali sejak 2020. “Butuh lebih lama untuk mendapat izin daripada membuat sebuah roket raksasa,” cetusnya.

    Trump memang giat mendorong misi antariksa di masa jabatan pertamanya. “Saya akan membebaskan NASA dari pembatasan untuk melayani terutama sebagai badan logistik untuk aktivitas orbit rendah Bumi,” katanya di tahun 2016.

    “Sebaliknya, kami akan memfokuskan kembali misi ke eksplorasi luar angkasa. Di bawah Pemerintahan Trump, Florida dan Amerika akan memimpin jalan menuju bintang-bintang,” tambahnya saat itu.

    Arahan Kebijakan Luar Angkasa 1 mantan presiden itu, ditandatangani di 2017, bertujuan mengembalikan astronaut AS ke Bulan dan membangun kehadiran permanen di sana, meletakkan dasar misi manusia ke Mars. “Kami berhenti di bulan. Bulan sebenarnya adalah landasan peluncuran (ke Mars),” katanya di 2019.

    “Saya berkata, ‘Hei, kami sudah menjelajahi Bulan. Itu tidak begitu menarik.’ Jadi kami akan menjelajahi Bulan. Namun, kami benar-benar akan menjelajahi Mars,” katanya lagi.

    Arahannya menyerukan kemitraan komersial dan internasional dalam eksplorasi ruang angkasa, dengan mengakui peran penting perusahaan swasta seperti SpaceX. Arahan itu juga menyederhanakan regulasi ruang angkasa komersial guna mendorong pertumbuhan dan inovasi yang cepat.

    Tampaknya Musk yakin Trump akan mempertahankan rekam jejak ini jika terpilih kembali. “Dengan Trump menjabat, Musk mungkin mengharapkan lingkungan regulasi lebih menguntungkan bagi usahanya, termasuk Tesla dan SpaceX,” kata Michael Breen, profesor di School of Law and Government di Dublin City University.

    “Seperti banyak miliarder Silicon Valley lainnya, Musk menolak segala pembatasan atas apa yang ia anggap sebagai kebebasan pribadinya,” tambahnya.

    (fyk/fay)

  • Kesehatan Astronaut SpaceX Crew-8 NASA Saat Tiba di Bumi

    Kesehatan Astronaut SpaceX Crew-8 NASA Saat Tiba di Bumi

    Video: Kesehatan Astronaut SpaceX Crew-8 NASA Saat Tiba di Bumi

    995 Views | Senin, 28 Okt 2024 22:59 WIB

    NASA memberikan perkembangan informasi terkait kondisi kesehatan 4 awak dalam misi SpaceX Crew-8 setelah kembali ke Bumi pada 25 Oktober 2024. Seorang astronaut NASA yang tergabung dilaporkan mengalami masalah kesehatan. Begini kondisinya terkini.

    Arssy Firliani/Reuters – 20DETIK

  • Video: Chili Resmi Gabung Perjanjian Artemis Bersama NASA

    Video: Chili Resmi Gabung Perjanjian Artemis Bersama NASA

    Video: Chili Resmi Gabung Perjanjian Artemis Bersama NASA

  • Ilmuwan Khawatir Sindrom Kessler Sebabkan Kiamat Internet

    Ilmuwan Khawatir Sindrom Kessler Sebabkan Kiamat Internet

    Jakarta

    Perlombaan ke luar angkasa membuat orbit Bumi makin disesaki satelit dan puing antariksa. Para ilmuwan menyebut kondisi ini memunculkan ancaman Sindrom Kessler.

    Mereka menyebut Sindrom Kessler adalah risiko yang sangat nyata. Umat manusia telah menjelajahi luar angkasa selama lebih dari setengah abad. Aktivitas manusia ini bukan tanpa masalah. Ilmuwan NASA Donald Kessler dan Burton Cour-Palais mengajukan skenario yang berpotensi merepotkan.

    Apa Itu Sindrom Kessler?

    Pada 1978, Kessler dan Cour-Palais berteori bahwa jika umat manusia terus mengirim lebih banyak pesawat ruang angkasa ke ruang kosmik, kita akan mengalami masalah karena pesawat ruang angkasa akan semakin padat di sekitar Bumi. Kemungkinan terjadinya tabrakan pun akan meningkat.

    “Roket bekas, satelit, dan sampah luar angkasa lainnya telah terkumpul di orbit sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan dengan puing-puing lainnya,” jelas NASA seperti dikutip dari LADBible.

    “Sayangnya, tabrakan menciptakan lebih banyak puing dan memunculkan reaksi berantai. Kondisi ini dikenal sebagai Sindrom Kessler, yang diambil dari nama orang yang pertama kali mengajukan masalah tersebut, Donald Kessler,” tulis NASA.

    Para ilmuwan khawatir sindrom Kessler akan terbukti benar, dan beberapa ahli yakin bahwa Sindrom Kessler hanya masalah waktu saja hingga tiba saatnya terjadi.

    “Sindrom Kessler akan menjadi kenyataan. Jika kemungkinan terjadinya tabrakan begitu besar sehingga kita tidak dapat menempatkan satelit di luar angkasa, maka kita dalam masalah,” kata John L Crassidis, seorang profesor inovasi dan pakar puing antariksa di University at Buffalo, New York, Amerika Serikat.

    Saat ini, lebih dari 10 ribu satelit mengorbit Bumi. Selain itu, lebih dari 100 triliun keping satelit lama masih mengitari planet ini, dengan beberapa bagiannya kadang-kadang jatuh ke atmosfer Bumi seiring waktu dan terbakar.

    Kessler menunjukkan bahwa begitu jumlah puing-puing di orbit tertentu mencapai ‘massa kritis’, tabrakan akan dimulai bahkan jika tidak ada lagi objek yang diluncurkan ke orbit tersebut.

    “Begitu tabrakan beruntun dimulai, risiko terhadap satelit dan wahana antariksa meningkat hingga orbit tersebut tidak dapat digunakan lagi,” kata NASA.

    Kessler memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu 30 hingga 40 tahun untuk mencapai titik ini. Saat ini, beberapa ahli memperkirakan kita sudah berada pada massa kritis di orbit rendah Bumi, kira-kira pada jarak 900 hingga 1.000 kilometer. Contoh ancaman nyata salah satunya terlihat dari peristiwa beberapa tahun terakhir, termasuk satelit Rusia yang dinonaktifkan menabrak satelit AS pada 2009.

    Pada 2021, rudal Rusia menghancurkan salah satu satelitnya sendiri sebagai bagian dari uji coba. Hal ini memaksa astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melakukan prosedur darurat.

    Kiamat Internet

    Jika satelit dan puing-puing memasuki reaksi berantai tabrakan, kehidupan manusia bisa terdampak parah. Sindrom Kessler bisa menyebabkan pemadaman jaringan internet dan WiFi secara besar-besaran. Tanpa satelit di langit, ponsel juga tidak dapat berfungsi. Bahkan gangguan ini juga akan mematikan TV dan layanan GPS.

    Pada tingkat yang lebih umum, satelit cuaca juga akan mati dan memengaruhi kemampuan penting kita untuk melacak dampaknya pada sejumlah industri.

    “Satelit cuaca memainkan peran penting dalam berbagai industri, termasuk pertanian, perikanan, dan transportasi, dengan memprediksi dan mengurangi dampak kondisi cuaca buruk,” kata Amrith Mariappan dan John L. Crassidis dalam makalah mereka di 2023 berjudul ‘Kessler’s syndrome: a challenge to humanity’.

    Mereka menjelaskan, satelit penginderaan jauh, pada gilirannya, memberikan kontribusi signifikan terhadap eksplorasi sumber daya dan pemantauan fenomena seperti banjir, kekeringan, kelembapan tanah, kebakaran hutan, kesehatan vegetasi, degradasi hutan, pengawasan infrastruktur jalan, dan lain sebagainya.

    Ada juga satelit penginderaan jauh yang digunakan militer untuk menangkap gambar beresolusi tinggi dari lokasi strategis, memantau aktivitas musuh, dan menilai potensi ancaman. Makalah tersebut menambahkan bahwa Sindrom Kessler dapat menghancurkan sistem perawatan kesehatan, menyebabkan perangkat medis tidak berfungsi.

    Cara Menghentikan Sindrom Kessler

    Mariappan dan CrasSidis menulis bahwa daur ulang puing-puing antariksa muncul sebagai solusi berkelanjutan yang menjanjikan dan berjangka panjang untuk mitigasi sampah antariksa.

    Pilihan jangka pendek lain yang diambil oleh beberapa pihak adalah mengeluarkan sampah dari orbit dan membiarkannya terbakar di atmosfer Bumi. Meskipun dapat menghilangkan ancaman langsung, hal itu berisiko dan menimbulkan masalah lingkungan yang besar, seperti menipisnya lapisan ozon.

    “Dengan menggunakan kembali satelit dan puing-puing yang dinonaktifkan menjadi bahan-bahan yang berguna untuk mendukung misi antariksa lainnya, strategi daur ulang ini menghadirkan skenario yang menguntungkan, yang mempromosikan keberlanjutan lingkungan dan efisiensi sumber daya dalam eksplorasi antariksa,” kata Mariappan dan Crassidis.

    Badan Antariksa Eropa ESA mengatakan ingin menjadi ‘netral puing-puing’ pada 2030, yang berarti mereka berupaya tidak menambah sampah antariksa dengan menggunakan kembali puing pada 2050.

    (rns/rns)

  • Asteroid Bisa Jadi Bahan Makanan Astronaut

    Asteroid Bisa Jadi Bahan Makanan Astronaut

    Jakarta

    Material yang dipanen dari asteroid dapat digunakan untuk menopang kehidupan astronaut selama melakukan misi luar angkasa jangka panjang.

    Para peneliti dari Western University’s Institute for Earth and Space Exploration, telah mengidentifikasi cara untuk menghasilkan biomassa yang dapat dimakan, alias makanan, menggunakan mikroba dan senyawa organik yang ditemukan di asteroid.

    Proses yang mereka usulkan membahas masalah tentang cara mengemas cukup makanan untuk misi mendatang ke wilayah terluar Tata Surya, bahkan lebih jauh lagi.

    “Untuk menjelajahi Tata Surya secara mendalam, kita perlu mengurangi ketergantungan pada tali pengikat pasokan ke Bumi,” kata para peneliti dalam penelitian yang dipimpin oleh Eric Pilles dikutip dari Live Science.

    Saat ini, kru di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bergantung pada misi pasokan dari Bumi, yang mahal dan rumit secara logistik. Bertani di luar angkasa, meskipun memungkinkan, juga rumit. Itulah sebabnya para peneliti menyarankan sumber makanan yang lebih lokal: batuan luar angkasa.

    Solusi mereka memerlukan penggunaan panas tinggi untuk memecah senyawa organik yang ditemukan di asteroid di lingkungan bebas oksigen, proses ini dikenal sebagai pirolisis. Hidrokarbon yang dihasilkan kemudian dapat diberikan kepada mikroba yang akan mengonsumsi bahan organik dan menghasilkan biomassa yang bernilai gizi bagi manusia.

    Para peneliti berfokus pada jenis asteroid tertentu yang disebut kondrit karbon, yang mengandung hingga 10,5% air dan sejumlah besar bahan organik. Ini termasuk asteroid seperti Bennu, yang dikunjungi misi OSIRIS-REx NASA pada 2018 untuk mengumpulkan sampel. Misi tersebut mengembalikan potongan-potongan batu angkasa itu ke Bumi pada September 2023 untuk penelitian ilmiah.

    Namun, sebelum mengerjakan sampel asteroid yang sebenarnya, penelitian saat ini menghitung potensi hasil pangan yang dapat diproduksi menggunakan metode yang disarankan serta berapa banyak bahan asteroid yang dibutuhkan secara total untuk menghasilkan jumlah tersebut.

    Singkatnya, para peneliti memperkirakan bahwa asteroid seperti Bennu dapat digunakan untuk menghasilkan sekitar 50 hingga 6.550 metrik ton biomassa yang dapat dimakan dengan kalori yang cukup untuk mendukung antara 600 hingga 17.000 tahun kehidupan astronaut. Minimum didasarkan pada hanya hidrokarbon alifatik yang diubah menjadi makanan, sedangkan maksimum mengharuskan semua bahan organik yang tidak larut digunakan.

    Oleh karena itu, penambangan asteroid secara teoritis dapat merevolusi perjalanan luar angkasa jangka panjang dengan memungkinkan astronaut bergantung pada makanan yang bersumber secara lokal alih-alih harus meluncurkan stok pangan dalam jumlah besar dari Bumi.

    Namun, penelitian lebih lanjut perlu melihat bagaimana asteroid akan ditambang dan diproses selama misi tersebut dan apakah makanan yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi dan enak.

    “Berdasarkan hasil ini, pendekatan penggunaan karbon dalam asteroid untuk menyediakan sumber makanan terdistribusi bagi manusia yang menjelajahi Tata Surya tampak menjanjikan, tetapi ada banyak bidang pekerjaan masa depan yang diperlukan,” menurut penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Astrobiology tersebut.

    (rns/agt)