Kementrian Lembaga: NASA

  • Kapan Waktu Terbaik Membaca Surah Al-Mulk?

    Kapan Waktu Terbaik Membaca Surah Al-Mulk?

    Jakarta, Beritasatu.com – Surah Al-Mulk adalah surah ke-67 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 30 ayat. Namun, kapan waktu terbaik membaca surah Al-Mulk?

    Surah ini termasuk golongan surah makiyah, yang berarti diturunkan sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah.

    Surah Al-Mulk mengajarkan tentang kekuasaan dan keagungan Allah Swt, serta mengingatkan manusia akan kebesaran-Nya sebagai pencipta alam semesta.

    Banyak sekali keutamaan yang terkandung dalam surah Al-Mulk, salah satunya sebagai penyelamat dari siksa kubur. Surah ini juga diyakini dapat menjadi penolong di hari kiamat bagi orang yang membacanya dengan penuh keimanan.

    Selain itu, surah Al-Mulk mengingatkan kita akan kekuasaan Allah Swt, yang dapat memperkuat iman dan ketakwaan seseorang. Membaca surah ini secara rutin juga dapat mendatangkan banyak keberkahan dalam hidup.

    Waktu Terbaik untuk Membaca Surah Al-Mulk
    Untuk meraih manfaat maksimal dari surah Al-Mulk, sangat disarankan untuk membacanya setiap malam sebelum tidur. Hal ini karena Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk membaca surah ini sebagai pelindung dari azab kubur.

    Membaca surah Al-Mulk dengan penuh penghayatan di malam hari dapat memberikan kedamaian dan menambah kekuatan spiritual.

    Abdullah bin Mas’ud RA juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,

    من قَرَأَ ( تبَارك الَّذِي بِيَدِهِ الْملك ) كل لَيْلَة مَنعه الله بهَا من عَذَاب الْقَبْر

    Artinya: “Siapa yang membaca surah Al-Mulk setiap malam, Allah Swt akan menghindarkannya dari siksa kubur dengan surat tersebut”. (HR An Nasa’i)

    Kemudian, Jabir RA turut meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw selalu membaca surah Al-Mulk sebelum tidur.

    ان النبي صلّى اللّه عليه وسلّم لا ينام حتى يقرأ الم تَنْزِيلُ السجدة ، وتَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

    Artinya: “Nabi Saw tidak tidur sampai beliau membaca alif lam mim tanzil (surah As-Sajdah) dan tabarakalladibiyadihil-mulk (surah Al-Mulk)”. (HR Ahmad)

    Dengan memahami keutamaan dan waktu terbaik membaca Al-Mulk, kita bisa lebih mendalami maknanya dan mendapatkan berkah yang luar biasa dari Allah Swt.

  • Penampakan Ribuan Drone Misterius di Langit AS Picu Teori Konspirasi

    Penampakan Ribuan Drone Misterius di Langit AS Picu Teori Konspirasi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Penampakan ribuan drone misterius di langit New Jersey, Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir membuat warga resah. Hal ini pun membuat banyak teori konspirasi bermunculan.

    Penduduk setempat melaporkan melihat drone seukuran mobil kecil terbang di malam hari. Aparat penegak hukum, termasuk FBI, masih mencoba untuk mengkonfirmasi apa yang sebenarnya dilihat oleh penduduk New Jersey dan dari mana asalnya.

    “Kami mendapat laporan dari masyarakat dan penegak hukum sejak beberapa minggu yang lalu,” kata kantor lapangan FBI di Newark pada 3 Desember, mengutip CNN.

    Penduduk New Jersey telah menggambarkan melihat drone terbang di atas kepala. Bahkan, mereka terkadang melihat drone tersebut terbang dalam kelompok.

    Penampakan drone telah dilaporkan di sekitar daerah Morris dan Somerset, menurut pejabat setempat. Kedua daerah tersebut berada di wilayah metropolitan New York.

    Namun penampakan tersebut tidak hanya terjadi di antara penduduk yang bersangkutan. Penjaga Pantai AS, bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, mengatakan bahwa salah satu asetnya bertemu dengan pesawat tak berawak tersebut.

    Respons Gedung Putih

    Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri dan keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa banyak penampakan yang dilaporkan sebenarnya adalah “drone” yang beroperasi secara sah.

    Para ahli mengatakan bahwa objek-objek dalam video “penampakan” yang telah mereka tinjau tampak seperti pesawat terbang.

    Gedung Putih juga mengatakan bahwa saat ini tidak ada bukti penampakan misterius tersebut menimbulkan ancaman keamanan nasional atau keselamatan publik maupun berkaitan dengan pihak asing.

    Namun, penduduk New Jersey frustrasi karena mereka tidak mendapat jawaban yang jelas tentang apa yang mereka lihat.

    “Anda melihat warna merah dan hijau, seperti lampu yang berkedip-kedip di sudut-sudut. Itu hanya akan mengubah arah, seperti, berubah dari 90 ke, seperti, 270 derajat, hanya terbang ke arah yang berbeda,” kata seorang warga New Jersey.

    “Dan pesawat jelas tidak bisa melakukan itu,” lanjut dia.

    Teori konspirasi bermunculan

    Belum ada penjelasan yang memuaskan warga memicu kemunculan banyak teori konspirasi mengenai drone-drone misterius tersebut.

    Salah satunya datang dari artis pendukung presiden terpilih Donald Trump, Roseanne Barr. Dalam sebuah cuitan di X, Roseanne mengaitkan kemunculan drone-drone misterius itu sebagai Project Blue Beam.

    “Sekarang kalian paham kenapa saya menyebut Project Blue Beam setiap minggu di Podcast,” kata Roseanne dalam cuitan yang sudah dilihat 2 juta pengguna, melansir Newsweek.

    Ahli teori konspirasi terkemuka Alex Jones juga memposting tentang Project Blue Beam di X. Ia membagikan wawancara sebelumnya dengan ahli ufologi Steven Greer tentang “bagaimana Project Blue Beam akan digunakan.”

    Project Blue Beam adalah teori konspirasi yang berasal dari tahun 1990-an, dicetuskan oleh jurnalis Kanada, Serge Monast, yang meninggal pada tahun 1996.

    Teori ini menuduh operasi rahasia oleh para elit global untuk mendirikan pemerintahan dunia totaliter dengan mengatur peristiwa langit atau supernatural palsu menggunakan teknologi NASA yang futuristik.

    Para pendukung teori ini awalnya memperkirakan proyek ini akan dimulai pada tahun 1995, kemudian 1996, lalu setelah Monast meninggal, milenium diusulkan sebagai tanggal dimulainya.

    Menurut teori tersebut, teknologi holografik canggih akan digunakan untuk memproyeksikan gambar tokoh-tokoh agama atau invasi makhluk luar angkasa di langit, yang disesuaikan dengan kepercayaan budaya tertentu. Fenomena ini bertujuan untuk menipu masyarakat, menciptakan kepanikan global dan meruntuhkan struktur agama dan sosial yang ada.

    Teori ini menguraikan beberapa tahapan. Pertama, gempa bumi akan dipicu untuk menemukan artefak tersembunyi, yang “membuktikan” bahwa agama-agama yang ada salah.

    Selanjutnya, proyeksi holografik akan mensimulasikan kembalinya tokoh-tokoh ilahi, yang disesuaikan dengan masing-masing wilayah, diikuti oleh “tuhan” pemersatu yang berbicara kepada semua orang.

    Terakhir, ia menyatakan bahwa teknologi akan memanipulasi pikiran manusia, menciptakan ilusi komunikasi langsung dengan para dewa dan mensimulasikan invasi alien untuk membenarkan kontrol otoriter.

    (tim/dmi)

  • Bukan Tembok China, Ini 5 Bangunan yang Terlihat dari Luar Angkasa

    Bukan Tembok China, Ini 5 Bangunan yang Terlihat dari Luar Angkasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah bangunan di muka Bumi ternyata bisa terlihat langsung dari luar angkasa. Bahkan tanpa bantuan alat sama sekali.

    Luar angkasa yang dimaksud adalah garis karman, yakni batas atmosfer Bumi dengan antariksa. Garis ini berada 100 kilometer di atas permukaan Bumi.

    Tembok China, yang kita ketahui memiliki ukuran sangat besar, tak bisa terlihat dari luar angkasa. Mantan Komandan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) Chris Hadfield memastikan hal itu dan mengungkapkan alasannya.

    Dia mengatakan bangunan tersebut cukup sempit untuk terlihat dari luar Bumi. Tembok China juga disebutnya mengikuti kontur warna alami dari lingkungan sekitar.

    Sementara itu, berikut empat bangunan yang bisa terlihat jelas dari antariksa dengan mata telanjang:

    1. Palm Jumeirah Dubai

    Vila-vila di pelepah Jumeirah Palm Island di Dubai, Uni Emirat Arab, terlihat dari dek observasi The View at The Palm Jumeirah (6/4/2021). (AP Photo/Kamran Jebreili)

    Pulau buatan yang berada di Dubai itu bukan hanya terlihat dari Garis Karman. Astronaut yang berada di ISS pun bisa melihatnya, namun dengan alat bantu.

    Mereka memerlukan lensa 800 mm untuk bisa melihat Palm Jumeirah dari lSS. Sebagai informasi, letak ISS jauh di atas Garis Karman, mencapai 400 km di atas permukaan Bumi.

    2. Piramida Giza

    Piramid Mesir (AP Photo/Maya Alleruzzo)

    Ukuran bangunan yang sangat besar membuat Piramida Giza dengan mudah dikenali dari antariksa. Bahkan dari ISS sekalipun yang jaraknya cukup jauh dari Bumi.

    “Ada banyak yang bisa dilihat dari ISS, bahkan dengan mata telanjang. Misalnya pernah menemukan piramida besar dengan telefoto dan bisa memilih dua yang besar dengan mata telanjang, selama pencahayaan dan kondisi cuaca baik, sebagai dua titik kecil,” kata mantan astronaut NASA dan komandan ISS, Leroy Chiao.

    3. Three Gorges Dam

    Three Gorges Dam. (Wang Gang/Xinhua via AP/File Foto)

    Three Gorges Dam juga masuk dalam bangunan yang bisa dilihat dari antariksa. Bendungan raksasa ini memiliki tinggi 185 meter dengan panjang lebih dari 2 km.

    Terletak di Sungai Yangtze China, Three Gorges Dam digunakan untuk penghasil listrik. Bahkan fasilitas itu menjadi yang terbesar di dunia dan termahal yang pernah dibangun.

    4. Bingham Canyon Mine

    Foto: CC0
    Tambang tembaga di Bingham Canyon, Utah, Amerika Serikat

    Bangunan terakhir adalah Bingham Canyon Mike, yang terletak 32 km tenggara Salt Lake City Amerika Serikat (AS). Dari Garis Karman, tambang ini bisa terlihat dengan tanpa alat bantu.

    Selain itu, Bingham Canyon Mine juga dapat dilihat dari kapal ulang alik. Pesawat ini terbang 305-531 km di atas permukaan laut.

     

    (dem/dem)

  • NASA Pulihkan Komunikasi dengan Wahana Sejauh 25 Miliar Km dari Bumi

    NASA Pulihkan Komunikasi dengan Wahana Sejauh 25 Miliar Km dari Bumi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wahana antariksa Voyager 1 akhirnya kembali ‘bersuara’ setelah tim NASA berhasil memulihkan komunikasi dengan wahana tersebut.

    Voyager 1, yang berada sejauh 24,9 miliar kilometer dari Bumi, kembali beroperasi normal setelah mengalami gangguan selama beberapa minggu. Gangguan mulai muncul pada Oktober 2024 ketika Voyager 1 secara otomatis mengganti pemancar radionya dari X-band ke S-band yang jauh lebih lemah.

    Perubahan ini dilakukan secara mandiri oleh komputer di dalam wahana setelah mendeteksi kekurangan daya. Hal tersebut diakibatkan oleh perintah dari tim misi di Bumi untuk mengaktifkan salah satu pemanasnya.

    Keputusan tersebut ternyata membawa konsekuensi besar. TimNASA tidak lagi menerima data dari Voyager 1, baik informasi status wahana maupun data ilmiah yang dikumpulkan. Selama hampir satu bulan, komunikasi antara Voyager 1 dan timnya benar-benar terputus.

    “Wahana ini tidak dirancang untuk dioperasikan seperti ini dan tim terus mempelajari hal-hal baru setiap hari,” kata kata Kareem Badaruddin, manajer misi Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California dalam sebuah email, melansir CNN, Selasa (3/12).

    Setelah melakukan berbagai upaya pemecahan masalah, tim NASA akhirnya berhasil mengembalikan Voyager 1 ke pemancar X-band pada pertengahan November.

    “Untungnya mereka mampu mengatasi masalah ini dan mempelajari beberapa hal,” imbuhnya.

    Dengan pemancar ini, data dari wahana kembali mengalir ke Bumi, memungkinkan para ilmuwan melanjutkan penelitian mereka tentang wilayah antarbintang yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

    Voyager 1 diluncurkan pada 1977 bersama kembarannya, Voyager 2. Awalnya misi mereka hanya dirancang untuk berlangsung selama empat tahun, dengan tujuan mempelajari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus.

    Namun, setelah lebih dari 47 tahun, kedua wahana ini masih aktif dan kini menjelajahi ruang antarbintang, jauh melampaui batas heliosfer (gelembung medan magnet dan partikel yang mengelilingi tata surya).

    Voyager 1 dan 2 mendapatkan daya dari panas yang dihasilkan oleh peluruhan plutonium, yang diubah menjadi listrik. Setiap tahun, daya yang dihasilkan menurun sekitar 4 watt atau setara dengan daya sebuah lampu hemat energi kecil.

    “Kami sudah tahu bahwa daya hampir habis [di dalam] kedua Voyager sejak lama,” ucap Kareem.

    “Tahun ini, hal itu memaksa misi untuk mematikan instrumen sains di Voyager 2. Namun, wahana ini bertahan jauh lebih lama dari yang diantisipasi siapa pun, dan sungguh menakjubkan bahwa kami memanfaatkan setiap daya yang tersisa dari wahana ini,” tambahnya.

    Menurut Bruce Waggoner, manajer jaminan misi Voyager, sejak lima tahun terakhir, tim Voyager mulai mematikan sistem yang dianggap tidak esensial untuk menghemat daya. Salah satunya adalah pemanas yang dirancang untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah. Yang mengejutkan, meskipun suhunya jauh di bawah batas yang diuji, instrumen-instrumen tersebut tetap berfungsi dengan baik.

    Namun, pada 16 Oktober, perintah untuk menyalakan pemanas memicu sistem perlindungan otomatis Voyager 1. SIstem perlindungan otomatis ini dirancang untuk mematikan sistem non-esensial jika daya terlalu rendah.

    Akibatnya, wahana beralih ke pemancar S-band, yang sinyalnya jauh lebih lemah daripada X-band.

    Proses pemulihan komunikasi dengan Voyager 1 tidak mudah, tim NASA harus menemukan sinyal lemah dari pemancar S-band yang terakhir digunakan pada 1981. Setelh menemukan sinyal tersebut, mereka berhasil mengirimkan perintah untuk kembali menggunakan pemancar X-band pada 7 November. Data ilmiah pun kembali diterima sekitar 11 hari kemudian.

    Salah satu langkah penting yang masih dilakukan adalah menyinkronkan tiga komputer di dalam Voyager 1, memastikan sistemnya bekerja seperti sebelum masalah terjadi.

    Temuan Misi Eksplorasi Rover Opportunity. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)Mendorong batas kemampuan Voyager 1

    Gangguan pemancar ini hanyalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi tim Voyager dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, mereka harus menghidupkan kembali pendorong tua untuk menjaga antena tetap mengarah ke bumi dan mengatasi gangguan komputer yang sempat menghentikan aliran data selama berbulan-bulan.

    Kareem menambahkan bahwa masalah ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam model daya yang digunakan untuk memperkirakan berapa banyak sistem dan instrumen yang masih bisa dioperasikan.

    Saat ini, Voyager 1 hanya memiliki empat instrumen yang masih aktif, digunakan untuk mempelajari plasma, medan magnet, dan partikel di ruang antarbintang. Data yang dikirimkan terus membantu para ilmuwan memahami lingkungan yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

    “Masalah yang lebih besar adalah berapa lama kita dapat mempertahankan instrumen sains tersebut dengan daya listrik yang tersedia saat ini,” kata Kareem.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • NASA Pulihkan Komunikasi dengan Wahana Sejauh 25 Miliar Km dari Bumi

    NASA Pulihkan Komunikasi dengan Wahana Sejarak 25 Miliar Km dari Bumi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wahana antariksa Voyager 1 akhirnya kembali ‘bersuara’ setelah tim NASA berhasil memulihkan komunikasi dengan wahana tersebut.

    Voyager 1, yang berada sejauh 24,9 miliar kilometer dari Bumi, kembali beroperasi normal setelah mengalami gangguan selama beberapa minggu. Gangguan mulai muncul pada Oktober 2024 ketika Voyager 1 secara otomatis mengganti pemancar radionya dari X-band ke S-band yang jauh lebih lemah.

    Perubahan ini dilakukan secara mandiri oleh komputer di dalam wahana setelah mendeteksi kekurangan daya. Hal tersebut diakibatkan oleh perintah dari tim misi di Bumi untuk mengaktifkan salah satu pemanasnya.

    Keputusan tersebut ternyata membawa konsekuensi besar. TimNASA tidak lagi menerima data dari Voyager 1, baik informasi status wahana maupun data ilmiah yang dikumpulkan. Selama hampir satu bulan, komunikasi antara Voyager 1 dan timnya benar-benar terputus.

    “Wahana ini tidak dirancang untuk dioperasikan seperti ini dan tim terus mempelajari hal-hal baru setiap hari,” kata kata Kareem Badaruddin, manajer misi Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California dalam sebuah email, melansir CNN, Selasa (3/12).

    Setelah melakukan berbagai upaya pemecahan masalah, tim NASA akhirnya berhasil mengembalikan Voyager 1 ke pemancar X-band pada pertengahan November.

    “Untungnya mereka mampu mengatasi masalah ini dan mempelajari beberapa hal,” imbuhnya.

    Dengan pemancar ini, data dari wahana kembali mengalir ke Bumi, memungkinkan para ilmuwan melanjutkan penelitian mereka tentang wilayah antarbintang yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

    Voyager 1 diluncurkan pada 1977 bersama kembarannya, Voyager 2. Awalnya misi mereka hanya dirancang untuk berlangsung selama empat tahun, dengan tujuan mempelajari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus.

    Namun, setelah lebih dari 47 tahun, kedua wahana ini masih aktif dan kini menjelajahi ruang antarbintang, jauh melampaui batas heliosfer (gelembung medan magnet dan partikel yang mengelilingi tata surya).

    Voyager 1 dan 2 mendapatkan daya dari panas yang dihasilkan oleh peluruhan plutonium, yang diubah menjadi listrik. Setiap tahun, daya yang dihasilkan menurun sekitar 4 watt atau setara dengan daya sebuah lampu hemat energi kecil.

    “Kami sudah tahu bahwa daya hampir habis [di dalam] kedua Voyager sejak lama,” ucap Kareem.

    “Tahun ini, hal itu memaksa misi untuk mematikan instrumen sains di Voyager 2. Namun, wahana ini bertahan jauh lebih lama dari yang diantisipasi siapa pun, dan sungguh menakjubkan bahwa kami memanfaatkan setiap daya yang tersisa dari wahana ini,” tambahnya.

    Menurut Bruce Waggoner, manajer jaminan misi Voyager, sejak lima tahun terakhir, tim Voyager mulai mematikan sistem yang dianggap tidak esensial untuk menghemat daya. Salah satunya adalah pemanas yang dirancang untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah. Yang mengejutkan, meskipun suhunya jauh di bawah batas yang diuji, instrumen-instrumen tersebut tetap berfungsi dengan baik.

    Namun, pada 16 Oktober, perintah untuk menyalakan pemanas memicu sistem perlindungan otomatis Voyager 1. SIstem perlindungan otomatis ini dirancang untuk mematikan sistem non-esensial jika daya terlalu rendah.

    Akibatnya, wahana beralih ke pemancar S-band, yang sinyalnya jauh lebih lemah daripada X-band.

    Proses pemulihan komunikasi dengan Voyager 1 tidak mudah, tim NASA harus menemukan sinyal lemah dari pemancar S-band yang terakhir digunakan pada 1981. Setelh menemukan sinyal tersebut, mereka berhasil mengirimkan perintah untuk kembali menggunakan pemancar X-band pada 7 November. Data ilmiah pun kembali diterima sekitar 11 hari kemudian.

    Salah satu langkah penting yang masih dilakukan adalah menyinkronkan tiga komputer di dalam Voyager 1, memastikan sistemnya bekerja seperti sebelum masalah terjadi.

    Temuan Misi Eksplorasi Rover Opportunity. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)Mendorong batas kemampuan Voyager 1

    Gangguan pemancar ini hanyalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi tim Voyager dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, mereka harus menghidupkan kembali pendorong tua untuk menjaga antena tetap mengarah ke bumi dan mengatasi gangguan komputer yang sempat menghentikan aliran data selama berbulan-bulan.

    Kareem menambahkan bahwa masalah ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam model daya yang digunakan untuk memperkirakan berapa banyak sistem dan instrumen yang masih bisa dioperasikan.

    Saat ini, Voyager 1 hanya memiliki empat instrumen yang masih aktif, digunakan untuk mempelajari plasma, medan magnet, dan partikel di ruang antarbintang. Data yang dikirimkan terus membantu para ilmuwan memahami lingkungan yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

    “Masalah yang lebih besar adalah berapa lama kita dapat mempertahankan instrumen sains tersebut dengan daya listrik yang tersedia saat ini,” kata Kareem.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tanda Kiamat dari Matahari Bikin Geger, NASA Ungkap Fakta Sebenarnya

    Tanda Kiamat dari Matahari Bikin Geger, NASA Ungkap Fakta Sebenarnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kiamat merupakan keyakinan umat beragama dan menjadi suatu keniscayaan yang pasti terjadi. Hari akhir kehidupan ini hanya menjadi rahasia Tuhan. Meski demikian, tanda-tanda kiamat bisa dikenali dengan beberapa fenomena yang terjadi.

    Agama Islam meyakini, salah satu tanda kiamat adalah terbitnya matahari yang terbit dari barat, tetapi hal itu ternyata memang diprediksi benar-benar akan terjadi.

    Bahkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan bahwa terbitnya matahari dari sebelah barat kemungkinan memang bisa terjadi. Sebelumnya sempat viral sebuah unggahan di Facebook yang menyebutkan matahari akan terbit dari Barat.

    Dalam sebuah unggahan berbahasa Thailand yang viral di Facebook sejak 14 Januari 2021, tertulis bahwa NASA menyebut Matahari akan terbit dari Barat yang disebabkan oleh perputaran Bumi ke arah berlawanan. Unggahan foto dan narasi soal Matahari terbit dari Barat di Facebook itu telah dibagikan lebih dari 15.000 kali.

    “NASA mengonfirmasi kemungkinan matahari terbit dari barat. Bumi berputar ke arah yang berlawanan yang menyebabkan matahari terbit dari sisi barat!!,” tulis teks tersebut.

    “Para peneliti percaya bahwa kita sedang bergerak menuju kebalikan dari medan magnet yang akan membawa kita ke akhir umat manusia dan mendekati hari kiamat,” imbuhnya.

    NASA buka suara terkait klaim tersebut. Lembaga itu menyebut tidak pernah mengeluarkan prediksi soal klaim itu.

    “Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi matahari akan terbit dari barat,” kata Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA.

    Dia menyebut fenomena pembalikan magnet memang benar terjadi dan nyata, bahkan sejumlah ilmuwan pernah mempelajarinya. Fenomena tersebut terdapat di planet tetangga Bumi, Venus yang melakukan rotasi dengan berputar ke belakang.

    Sementara itu, lama Venus berotasi cukup lama yakni 243 hari dan waktu planet itu untuk mengitari Matahari setara dengan 225 hari di Bumi.

    Ini membuat Matahari akan terlihat di permukaan di Venus hanya sebanyak dua kali selama setahun atau satu kali dalam 117 hari.

    (luc/luc)

  • Elon Musk Manusia Pertama Berduit Rp 6.400 T, Dari Mana Uangnya?

    Elon Musk Manusia Pertama Berduit Rp 6.400 T, Dari Mana Uangnya?

    Jakarta

    Elon Musk semakin kaya raya. Menurut Bloomberg Billionaires Index, harta pria kelahiran Afrika Selatan itu tembus USD 400 miliar atau lebih dari Rp 6.400 triliun, menjadikannya orang pertama yang melewati angka itu.

    Harta Elon Musk melonjak sekitar USD 20 miliar salah satunya karena kesepakatan yang melejitkan valuasi perusahaan roket Musk, SpaceX, menjadi sekitar USD 350 miliar. SpaceX dan investornya setuju membeli sebanyak USD 1,25 miliar saham internal.

    Setelah pemilihan presiden AS 2024 yang memenangkan Donald Trump, Musk memang menikmati lonjakan kekayaan pribadi. Kedekatan Musk dengan Trump membuat investor yakin perusahaanya akan semakin berkibar.

    Musk adalah CEO Tesla dan SpaceX, serta pemilik X (dulu Twitter) dan CEO usaha lain, termasuk Neuralink, xAI, dan Boring Company. Sekarang, bersama Vivek Ramaswamy, ia juga akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) dalam pemerintahan mendatang.

    Saham Tesla ditutup pada rekor tertinggi hari Rabu waktu setempat, mencapai USD 424,77 pada penutupan pasar. Sejak Pilpres Amerika, saham Tesla meningkat sekitar 65% karena keyakinan investor pengaruh Musk dalam pemerintahan Trump akan memudahkan regulasi dan menguntungkan perusahaan.

    Sumber kekayaan Elon Musk

    Nah, salah satu sumber utama kekayaan Musk adalah kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan yang dia pimpin. Di Tesla, di mana dia juga adalah sang CEO, Elon Musk adalah pemegang saham tunggal terbesar dengan kepemilikan sekitar 17%.

    Valuasi Tesla saat ini sekitar USD 1,3 triliun, menjadikannya salah satu perusahaan yang paling bernilai di dunia.

    Kemudian sumber penghasilan kedua Elon Musk adalah dari perusahaan pesawat luar angkasa SpaceX yang saat ini adalah salah satu perusahaan privat paling bernilai. SpaceX dipercaya NASA mengantar astronaut ke ISS sampai membentuk konstelasi satelit Starlink untuk memancarkan internet.

    Nilai SpaceX diperkirakan USD 350 miliar saat ini. Elon Musk punya sekitar 48% saham di SpaceX, yang menyumbang bagian besar dari hartanya.

    Seperti diketahui, Elon Musk juga membeli seluruh saham Twitter senilai USD 44 miliar. Namun demikian, saat ini nilai saham Twitter yang telah berganti nama menjadi X menurun cukup jauh, di kisaran USD 19 miliar.

    Adapun perusahaan kecerdasan buatannya, xAI, valuasinya juga meningkat lebih dari dua kali lipat nilainya pada bulan November di tengah putaran pendanaan baru, melonjak menjadi USD 50 miliar dari beberapa bulan yang lalu.

    (fyk/fay)

  • NASA Beberkan Fakta Rotasi Bumi Berubah, Ini Biang Keroknya

    NASA Beberkan Fakta Rotasi Bumi Berubah, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA buka-bukaan temuan baru yang mengindikasikan rotasi Bumi berubah. Penyebabnya adalah sebuah bendungan raksasa yang berlokasi di China.

    Tepatnya, bendungan itu berada di provinsi Hubei, China. Bagian tengah bendungan membentang sepanjang Sungai Yangtze.

    Bendungan raksasa hidroelektrik itu dikenal sebagai Bendungan Tiga Negara. Alirannya berasal dari Qutangzia, Wuxia, dan Xillingxia.

    Menurut NASA, distribusi massa di bendungan itu bisa merubah rotasi Bumi. Ini membuat dampak sangat kecil pada momen inersia planet, dikutip dari IFL Science, Jumat (13/12/2024).

    Selain itu, putaran Bumi juga dipengaruhi gempa karena lempeng tektonik yang bergeser. Gempa yang terjadi di Samudera Hindia tahun 2004 lalu ditemukan pula mengubah distribusi massa.

    Perubahan distribusi massa itu membuat perubahan pada durasi satu hari. Adapun kekurangannya bisa mencapai 2,68 mikrodetik.

    Dari teori yang sama, ditemukan pergeseran air yang besar memicu fenomena serupa. Ahli geofisika dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, Benjamin Fong Chao menjelaskan terdapat 40 kilometer kubik air yang berada di dalam bendungan hidroelektrik tersebut.

    Hasilnya, bendungan raksasa itu ditemukan berhasil mengubah panjang satu hari, menjadi bertambah 0,06 detik. Menurutnya, hal tersebut disebabkan adanya perubahan pada posisi massa dan kutub Bumi berkisar 2 cm.

    Kendati terjadi perubahan rotasi Bumi, namun masyarakat awam tak akan merasakan dampaknya secara langsung. 

    (fab/fab)

  • Berapa Lama Waktu Perjalanan dari Bumi ke Bulan?

    Berapa Lama Waktu Perjalanan dari Bumi ke Bulan?

    Bisnis.com, JAKARTA – Saat ini banyak miliarder membuka perjalanan ke luar angkasa, salah satunya ke bulan.

    Ini menjadi perjalanan yang mahal dan menegangkan. 

    Jadi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tetangga terdekat kita sejak pesawat luar angkasa lepas landas?

    Berdasarkan misi bulan selama beberapa dekade terakhir, jawabannya berkisar antara delapan jam hingga 4,5 bulan.

    Pesawat tercepat buatan manusia yang mampu mencapai bulan adalah wahana New Horizon yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 2006 untuk mempelajari Pluto, pesawat ruang angkasa ini melewati bulan 8 jam 35 menit setelah peluncuran.

    Namun untuk misi yang tujuannya ke bulan, perjalanannya sedikit lebih lama. Pada tahun 1959, dalam misi bulan pertama umat manusia, Luna 1 milik Uni Soviet membutuhkan waktu 34 jam untuk mencapai bulan.

    Misi tanpa awak ini dimaksudkan untuk berdampak pada permukaan bulan, namun pesawat ruang angkasa tersebut keluar jalur, melewati jarak 3.725 mil (5.995 kilometer) dari bulan.

    Dia akhirnya berhenti melakukan transmisi ketika baterainya habis, dan masih melayang di luar angkasa hingga hari ini.

    Pada tahun 1969, ketika para astronot benar-benar mendarat di bulan, awak Apollo 11 membutuhkan waktu 109 jam 42 menit dari lepas landas hingga langkah pertama Neil Armstrong di bulan.

    Alasan variabel waktu perjalanan ke bulan ini bergantung pada banyak faktor, tetapi salah satu alasan terpenting adalah jumlah bahan bakar yang digunakan.

    Para insinyur telah menemukan bahwa menggunakan lebih sedikit bahan bakar dalam misi ke bulan bisa memakan waktu lebih lama, namun tetap menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi alami benda langit, seperti Bumi dan Bulan, untuk membantu memandu pesawat ruang angkasa sepanjang rute yang lebih panjang.

    Misalnya, pada tahun 2019, Israel mengirim pesawat luar angkasa tak berawak bernama Beresheet untuk mendarat di bulan.

    Setelah lepas landas, Beresheet berputar mengelilingi Bumi selama sekitar enam minggu dalam orbit yang semakin melebar sebelum mendapatkan momentum yang cukup untuk meluncur menuju bulan.

    Sayangnya, tim kehilangan kontak dan Beresheet jatuh ke permukaan bulan 48 hari setelah peluncuran, menumpahkan ribuan tardigrada mikroskopis ke bulan dalam prosesnya.

    Pesawat luar angkasa yang memegang rekor perjalanan terjauh ke bulan adalah wahana CAPSTONE milik NASA, sebuah pesawat luar angkasa seberat 55 pon (25 kilogram) yang membutuhkan waktu 4,5 bulan untuk meninggalkan Bumi, mengelilinginya beberapa kali, dan akhirnya memasuki orbit bulan pada tahun 2022. CAPSTONE ( Eksperimen Operasi dan Navigasi Teknologi Sistem Pemosisian Otonomi Cislunar) dikirim ke bulan untuk menguji orbit yang rencananya akan digunakan NASA untuk pos luar angkasa Gateway yang direncanakan.

    Tidak peduli rute mana yang diambil pesawat ruang angkasa, setiap misi ke bulan melewati beberapa langkah penting. Antara 60% dan 90% berat peluncuran misi luar angkasa adalah bahan bakar yang memungkinkannya lepas dari gravitasi bumi dan memasuki ruang angkasa.

    Setelah pesawat ruang angkasa tiba di orbit, ia perlu menggunakan bahan bakar sesedikit mungkin untuk mencapai lintasan optimal menuju targetnya, karena memasukkan lebih banyak bahan bakar akan membuat pesawat ruang angkasa lebih berat dan mahal.

    Terakhir, pesawat tersebut perlu melakukan pembakaran bahan bakar lebih lanjut untuk keluar dari orbit Bumi dan melanjutkan perjalanannya.

    Kecepatan pesawat ruang angkasa dalam transit cenderung serupa, tetapi jika Luna 1 memiliki lintasan langsung, Apollo 11 memerlukan lintasan orbit bulan yang lebih tepat, sehingga menyebabkan waktu tempuh yang lebih lama.

    Hal ini berarti mengarahkan pesawat bukan ke bulan, melainkan ke sampingnya sehingga memasuki orbit, dan dengan kecepatan yang cukup aman untuk meluncurkan pendarat dan menerimanya kembali.

  • NASA Tunda Kirim Astronot Kembali ke Bulan pada Hingga 2027

    NASA Tunda Kirim Astronot Kembali ke Bulan pada Hingga 2027

    Bisnis.com, JAKARTA – NASA kembali menunda program Artemis, yang bertujuan mengembalikan astronot Amerika Serikat ke bulan untuk pertama kalinya sejak 1972. Penundaan diproyeksikan berlangsung hingga 2027.

    Melansir dari Reuters, Sabtu (7/12/2024) mencakup dua misi berikutnya yang direncanakan, dengan alasan terkait potensi perubahan kebijakan setelah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.

    Administrator NASA Bill Nelson dalam sesi konferensi pers menyatakan bahwa misi Artemis berikutnya, yang direncanakan untuk mengirim astronot mengorbit bulan dan kembali ke Bumi, kini dijadwalkan ulang hingga April 2026. 

    Sementara itu, misi pendaratan astronot menggunakan Starship buatan SpaceX, yang semula dijadwalkan lebih awal, kini akan dilaksanakan pada 2027.

    “Dengan asumsi wahana pendarat SpaceX sudah siap, kami berencana untuk meluncurkan Artemis III pada pertengahan 2027. Ini akan jauh lebih cepat dari niat pemerintah Tiongkok yang ingin mendaratkan astronot di bulan pada tahun 2030,” kata Nelson.

    Nelson menuturkan bahwa penundaan ini terjadi setelah NASA menyelesaikan pemeriksaan terhadap kapsul awak Orion, yang dibuat oleh Lockheed Martin.

    Dari hasil pemeriksaan, kapsul yang diluncurkan tanpa awak ini terlihat adanya keretakan pada pelindung panasnya dan keausan selama uji coba pertama Artemis I pada tahun 2022.

    Program Artemis, yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, merupakan upaya besar Amerika Serikat untuk kembali ke bulan, lebih dari lima dekade setelah Apollo 17. 

    NASA memperkirakan biaya total program ini mencapai $93 miliar hingga tahun 2025. Selain misi pendaratan astronot, Artemis juga bertujuan untuk membangun pangkalan bulan yang dapat mendukung misi-misi lebih ambisius di masa depan, termasuk perjalanan ke Mars.

    Meski menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterlambatan dan pembengkakan biaya, program Artemis tetap menunjukkan kemajuan signifikan. Salah satunya peluncuran Orion tanpa awak pada 2022 menggunakan roket Sistem Peluncuran Luar Angkasa (SLS) NASA, yang biayanya mencapai sekitar $2 miliar per peluncuran.

    Namun, kendala finansial dan teknis, ditambah dengan perdebatan di pemerintahan Trump yang ingin mengalihkan fokus ke Mars menggunakan wahana Starship SpaceX, memicu perdebatan tentang masa depan Artemis. 

    Trump yang mulai menjabat pada 20 Januari 2025 diperkirakan akan memainkan peran besar dalam arah kebijakan luar angkasa AS ke depan.