Kementrian Lembaga: NASA

  • Daftar Hujan Meteor Hiasi Langit Sepanjang Tahun 2025, Ini Jadwalnya

    Daftar Hujan Meteor Hiasi Langit Sepanjang Tahun 2025, Ini Jadwalnya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah fenomena hujan meteor bakal mengguyur Bumi sepanjang tahun 2025 ini. Bagi pengamat astronomi, melihat fenomena hujan meteor tentu tak boleh terlewatkan. Simak daftarnya.

    Gerhana Puanandra Putri, peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, mengatakan bahwa sejumlah hujan meteor ini merupakan peristiwa tahunan yang terjadi pada waktu yang kurang lebih sama. Hujan meteor ini disebabkan oleh debu sisa komet dan asteroid yang berada pada orbit Bumi.

    “Jadi jika Bumi melewati lokasi tempat debu tadi berada maka hujan meteor akan terjadi, pada waktu yang sama setiap tahunnya,” jelas Puan, melansir laman resmi BRIN, dikutip Kamis (2/1).

    Menurutnya fenomena astronomi hujan meteor ini dapat diamati dengan dua cara, yakni secara langsung dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu seperti teleskop dan kamera. Beberapa fenomena yang dapat disaksikan tanpa alat khusus, “asalkan langit cerah dan bebas dari awan”.

    Berikut daftar hujan meteor sepanjang tahun 2025:

    Hujan meteor Quadrantid

    Hujan meteor Quadrantid akan menghiasi langit pada awal tahun 2025 ini. Puncak hujan meteor Quadrantid diprediksi bakal terjadi pada 3-4 Januari mendatang.

    Saat mencapai puncaknya, meteor ini menyajikan 40 meteor per jam di langit malam.

    Dikarenakan posisinya di langit, hujan meteor Quadrantid hanya bisa dilihat di Belahan Bumi Utara.

    Hujan meteor ini berasal dari butiran debu yang sisa-sisa komet 2003 EH1 yang telah punah. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun dari tanggal 1-5 Januari.

    Hujan meteor Lyrid

    Lyrid dikenal sebagai salah satu hujan meteor tertua yang tercatat. Hujan meteor Lyrid akan mencapai puncaknya pada 21-22 April nanti.

    Selama periode puncaknya, hujan meteor ini akan menghasilkan 10 hingga 15 meteor per jam.

    Berdasarkan riwayatnya, Lyridmelampaui ekspektasilewat ‘hujan’ dengan lebih dari 100 meteor per jam rata-rata setiap 60 tahun. ‘Ledakan’ berikutnya diperkirakan terjadi pada 2042.

    Meskipun tidak ada ledakan yang diprediksi untuk tahun ini, Lunsfordmenyebut Hujan MeteorLyridkali ini masih layak untukdiburu karena penampilannya berupa bola api sebagian, meteor ekstra terang di langit.

    Hujan meteor Eta Aquariid

    Selanjutnya ada hujan meteor Eta Aquariid yang akan aktif mulai 20 April hingga 21 Mei. Namun, periode puncaknya bakal terjadi pada 3-4 Mei mendatang.

    Fenomena antariksa ini merupakan salah satu dari dua hujan meteor yang dihasilkan dari puing-puing Komet Halley.

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan fenomena ini bisa menghasilkan 42 sampai 43 meteor per jam di saat kondisi purnama 100 persen.

    Lokasi terbaik melihat fenomena ini adalah di daerah tropis bagian selatan. Dari khatulistiwa ke arah utara, biasanya hanya menghasilkan kecepatan sedang 10-30 per jam sebelum fajar.

    Hujan meteor Perseid

    Fenomena langit tahunan, hujan meteor Perseid bakal aktif di langit mulai 17 Juli hingga 23 Agustus. Namun, periode puncaknya tercatat pada 12-13 Agustus.

    Hujan meteor Perseid terjadi ketika Bumi melewati puing-puing dari Komet Swift-Tuttle yang terakhir kali melintas dekat Bumi pada 1992.

    Hujan meteor ini memiliki intensitas mencapai 150-200 meteor per jam. Namun, menurut NASA, rata-rata meteor yang melesat biasanya sekitar 100 meteor per jam.

    Untuk bisa melihat fenomena ini, cari tempat yang tidak terhalang oleh apapun. Meteor-meteor ini akan terlihat begitu hari mulai gelap, tetapi waktu terbaik untuk melihat Perseid adalah setelah tengah malam.

    Hujan meteor Draconid

    Hujan meteor ini dianggap unik karena kejadian ini terjadi kapan saja saat Matahari tenggelam. Berbeda dari hujan meteor lain yang muncul saat menjelang fajar.

    Draconid merupakan hujan meteor yang dapat berubah-ubah. Artinya dapat diperkirakan akan ada sedikit bintang jatuh, dengan peluang kecil banyak aktivitas bintang jatuh.

    Hujan meteor Draconid aktif pada 6 hingga 10 Oktober, dan mencapai periode puncaknya pada 8 Oktober. Draconid biasanya memunculkan 10 meteor saat malam puncaknya.

    Berlanjut ke halaman berikutnya…

    Hujan meteor Orionid

    Pada bulan Oktober, langit bakal dihiasi oleh fenomena hujan meteor Orionid. Orionid merupakan salah satu dari dua hujan meteor tahunan yang disebabkan oleh komet Halley, yang terakhir terlihat di tata surya bagian dalam pada 1986.

    Hujan meteor lainnya adalah hujan meteor Eta Aquarid, yang puncaknya setiap tahun pada awal Mei.

    Hujan meteor Orionid akan aktif mulai 2 Oktober hingga 12 November. Sementara, periode puncaknya terjadi pada 22-23 Oktober.

    Pada momen puncaknya, diperkirakan ada sekitar 23 meteor per jam dapat terlihat. Mereka diperkirakan melintas kecepatan 66 kilometer per detik atau sekitar 238 ribu km/jam.

    Hujan meteor Leonid

    Hujan meteor Leonid terlihat pada bulan November. Hujan meteor ini dapat diamati di sekitar Rasi Gemini.

    Hujan meteor tahunan ini, yang namanya diambil dari konstelasi Leo, akan terjadi saat fase bulan mencapai 23 persen alias bulan sabit.

    Hal ini akan membuat langit menjadi gelap, meski memang diperlukan langit yang cerah untuk melihat meteor. Lokasi dengan polusi cahaya sesedikit mungkin bakal memberi bonus.

    Hujan meteor Leonid akan aktif mulai 3 November hingga 2 Desember mendatang, dengan periode puncaknya 16-17 November. Selama periode puncaknya, diperkirakan ada sekitar 15 meteor per jam.

    Hujan meteor Geminid

    Hujan meteor tahunan paling mengesankan, yakni hujan meteor Geminid akan menghiasi langit pada akhir tahun 2025. Hujan meteor ini menjadi yang paling mengesankan karena bisa menampilkan hingga 120 meteor per jam pada periode puncaknya.

    Hujan meteor Geminid aktif mulai tanggal 1 hingga 21 Desember. Sementara, puncak hujan meteor ini akan berlangsung pada 13-14 Desember dan dapat dilihat mulai pukul 10 malam hingga pagi di arah konstelasi Gemini.

    Secara historis, Geminid sering digambarkan sebagai hujan meteor yang terang dan berwarna. Mayoritas meteor ini tampak berwarna kekuningan.

    Tidak seperti sebagian besar hujan meteor, Geminid adalah produk asteroid, bukan komet. Hujan meteor Geminid dapat menghasilkan meteor-meteor terang yang terkait dengan asteroid Phaethon, batu biru aneh yang bertindak seperti komet.

    Hujan meteor Ursid

    Selain Geminid, langit akhir tahun 2025 juga akan diguyur hujan meteor Ursid. Hujan meteor Ursid tidak seproduktif Geminid, dengan hanya sekitar 10 meteor per jam selama periode puncaknya.

    Namun begitu, fenomena ini tetap menarik untuk diamati. Ursid sering kali menghasilkan bola api terang yang terlihat bahkan di malam dengan cahaya Bulan.

    Seperti kebanyakan hujan meteor lainnya, Ursid disebabkan puing-puing komet yang memasuki atmosfer Bumi. Ursid berasal dari Komet 8P/Tuttle, yang memiliki lebar sekitar 5 kilometer dan membutuhkan waktu sekitar 13,6 tahun untuk mengelilingi matahari.

    Hujan meteor Ursid akan aktif mulai 16 hingga 26 Desember. Sementara itu, periode puncaknya bakal terjadi pada 21-22 Desember.

  • Kapan Fenomena Parade Planet 2025? Ini Jadwalnya

    Kapan Fenomena Parade Planet 2025? Ini Jadwalnya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Parade planet menjadi salah satu momen yang dinantikan pada tahun 2025. Parade planet ini melibatkan Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus tampak sejajar di langit.

    Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Gerhana Puanandra Putri mengatakan fenomena ini akan terlihat mulai 21 Januari 2025.

    “Parade planet di Januari 2025 akan memperlihatkan fenomena ketika lima planet terdekat dari Bumi, yaitu planet Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus dapat diamati secara bersamaan dalam satu malam,” kata Puan, melansir laman resmi BRIN.

    Namun, hanya empat planet yang dapat dilihat oleh mata telanjang, yakni Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

    “Karena yang satu, yang Uranus itu cukup redup, cukup sulit dibedakan dengan bintang-bintang yang lain,” jelas Puan.

    Momen ini jarang terjadi karena biasanya pengamatan planet-planet tersebut harus dilakukan dalam waktu berbeda.

    Parade planet adalah istilah yang digunakan untuk menyebut empat atau lebih planet yang berbaris di langit malam sekaligus. Istilah ini bukan istilah astronomi resmi.

    Namun, NASA telah dikenal untuk menyebut fenomena ini sebagai “parade planet”. Istilah resminya adalah kesejajaran planet.

    Melansir Cnet, Beberapa interpretasi dari frasa tersebut termasuk planet-planet yang berbaris di sisi yang sama dari Matahari, tepat di samping satu sama lain. Planet-planet tidak akan pernah sepenuhnya berbaris persis seperti terlihat di foto, tapi semuanya bisa berada di sisi yang sama dari Matahari dan relatif dekat untuk berbaris.

    Namun, dalam penggunaan sehari-hari, parade dan kesejajaran planet adalah hal yang sama dan secara sederhana menggambarkan ketika ada beberapa planet yang terlihat di langit malam pada saat yang bersamaan.

    Planet-planet ini mungkin tidak saling berdekatan dalam orbitnya tapi bisa dilihat dari sudut pandang Bumi.

    Pakar astronomi BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan fenomena parade planet ini merupakan kejadian biasa dan sering terjadi karena planet-planet dekat bidang orbit Bumi mengitari Matahari, sehingga selalu berada di sekitar ekliptika. Namun, fenomena kali ini dianggap langka karena ada lebih dari tiga planet yang sejajar.

    “Fenomena enam planet berjajar ini disebut langka karena terjadi planet yang berjajar dengan jumlah lebih dari tiga,” kata Thomas beberapa waktu lalu.

    Penjajaran planet terjadi karena semua planet di Tata Surya mengitari Matahari kurang lebih pada bidang datar yang disebut ekliptika. Beberapa planet berada sedikit di atas atau di bawah bidang ini.

    Ini karena cara pembentukan bintang, termasuk Matahari. Bayi bintang dalam awan materi mulai berputar; awan di sekelilingnya berputar menjadi piringan yang menjadi makanan bagi bayi bintang.

    Sebuah planet terbentuk dari sisa-sisa piringan tersebut dan, jika dibiarkan begitu saja, planet akan tetap berada pada posisi yang sama.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pertama Kali, Pesawat NASA Bergerak Paling Dekat ke Matahari di 2025

    Pertama Kali, Pesawat NASA Bergerak Paling Dekat ke Matahari di 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Misi NASA terkait Matahari akan terwujud dalam waktu dekat. Pada 24 Desember 2024 atau malam Natal, wahana Parker Solar Probe makin dekat dengan pusat galaksi kita.

    Parker melaju dengan kecepatan 192 km per detik. Wahana tersebut terbang rendah sejauh 6,1 juta kilometer dari permukaan Matahari, dikutip dari Science Alert, Kamis (2/1/2025).

    NASA telah menerima transmisi dari pesawat tersebut sebelum misi dimulai. Lembaga antariksa asal Amerika Serikat itu memastikan semua sistem beroperasi dengan baik.

    Penerbangan jarak dekat itu akan jadi yang pertama dalam rangkaian terakhir misi perihelion. Sepanjang tahun 2025 ini, masing-masing penerbangan akan mencapai kedekatan dan kecepatan serupa.

    Jika misi ini berhasil maka Parker tercatat sebagai yang terdekat dengan Matahari dibandingkan objek lainnya buatan manusia.

    “Ini merupakan salah satu contoh misi berani NASA, melakukan yang belum pernah dilakukan orang lain untuk menjawab pertanyaan soal alam semesta,” jelas ilmuwan program Parker Solar Probe NASA, Arik Posner.

    Sebagai informasi, Parker diluncurkan tahun 2018 lalu. Sejak saat itu, pesawat terus menyelami panasnya Matahari.

    Pesawat didesain memberi data dari Matahari. Data yang didapatkan membantu para ilmuwan mencari tahu cara kerja bintang besar tersebut.

    Sementara itu, penerbangan pada 24 Desember menjadi ujian untuk manusia dan kemampuan Parker. Ilmuwan dalam proyek ini, Nour Raouafi dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins menjelaskan apa yang mereka lakukan bakal menjadi pencapaian untuk seluruh manusia.

    “Ini akan jadi pencapaian monumental untuk seluruh umat manusia. Setara dengan pendaratan bulan tahun 1969,” jelas dia.

    (fab/fab)

  • Ini Dia 12 Fenomena Bulan Purnama yang akan Muncul Sepanjang Tahun 2025

    Ini Dia 12 Fenomena Bulan Purnama yang akan Muncul Sepanjang Tahun 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Pada tahun 2025, ada 12 fenomena bulan purnama yang bakal muncul, termasuk tiga supermoon dan dua gerhana bulan.

    Selain kumpulan bulan purnama yang biasa terjadi pada tahun 2025, juga akan terjadi tiga supermoon (saat perigee bulanan bulan, atau titik terdekatnya dengan Bumi, bertepatan dengan fase penuhnya) dan dua gerhana bulan total, yang pertama sejak tahun 2022.

    Dilansir dari livescience, bulan akan menjadi berita besar pada akhir tahun 2025, dengan NASA menargetkan peluncuran misi Artemis II pada bulan September 2025.

    Misi Artemis berawak pertama ke bulan sejak 1972 akan mengirimkan empat astronot dalam misi 10 hari untuk mengorbit dan melakukan perjalanan melampaui bulan. Misi berikutnya, Artemis III, akan mengangkut dua astronot ke permukaan bulan, pada September 2026.

    Gerhana bulan 2025

    Dua gerhana bulan pada tahun 2025 akan menjadi peristiwa yang sangat mengesankan. Yang pertama, pada tanggal 13 hingga 14 Maret, akan menjadi gerhana bulan total, di mana Bulan Cacing purnama akan melayang melalui bayangan umbra bagian dalam Bumi dan berubah warna menjadi oranye kemerahan selama 65 menit mulai pukul 02:26 hingga 03:31 EDT, menurut Timeanddate.com. Ini paling baik dilihat dari Amerika Utara dan Selatan.

    Yang kedua, pada 7 hingga 8 September, akan menjadi gerhana bulan total lainnya, di mana Harvest Moon akan memasuki bayangan umbra bagian dalam Bumi dan berubah warna menjadi oranye kemerahan selama 82 menit mulai pukul 01:30 hingga 02:52 EDT, menurut ke Timeanddate.com. Ini paling baik dilihat dari Asia dan Australia.

    Berikut fenomena bulan purnama tahun 2025

    Senin, 13 Januari: Wolf Moon
    Rabu, 12 Februari: Bulan Salju 
    Jumat, 14 Maret: Worm Moon juga gerhana bulan total
    Sabtu, 12 April: Bulan Merah Muda 
    Senin, 12 Mei: Flower Moon 
    Rabu, 11 Juni: Strawberry Moon
    Kamis, 10 Juli: Buck Moon 
    Sabtu, 9 Agustus Sturgeon Moon 
    Minggu, 7 September: Corn Moon juga gerhana bulan total
    Senin, 6 Oktober: Harvest Moon juga supermoon
    Rabu, 5 November: Beaver Moon juga supermoon
    Kamis, 4 Desember: Bulan Dingin juga merupakan supermoon

  • Ada Fenomena Parade Planet di Januari 2025, Cek Info Waktunya

    Ada Fenomena Parade Planet di Januari 2025, Cek Info Waktunya

    Jakarta

    Akan ada fenomena parade planet di bulan Januari 2025. Diprakirakan sebanyak lima planet terdekat dari Bumi dapat diamati secara bersamaan dalam satu malam, namun hanya empat planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

    “Parade planet di Januari 2025 akan memperlihatkan fenomena ketika lima planet terdekat dari Bumi, yaitu planet Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus dapat diamati secara bersamaan dalam satu malam. Namun, hanya empat planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang, yaitu Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus,” ungkap Gerhana Puananadra Putri, Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN dalam keterangan yang dilansir BRIN.

    Apa Itu Parade Planet?

    Mengutip dari Star Walk Space, parade planet adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika beberapa planet terlihat sejajar di langit pada malam yang sama. Fenomena planet sejajar ini terjadi saat sejumlah planet berada di sisi yang sama dari Matahari dalam waktu bersamaan.

    Namun, istilah “sejajar” di sini tidak berarti planet-planet tersebut benar-benar membentuk satu garis lurus di ruang angkasa. Sebaliknya, fenomena ini menggambarkan planet-planet yang tampak berkumpul dekat di sisi yang sama dari Matahari.

    Secara alami, planet-planet di tata surya tidak pernah membentuk garis lurus sempurna karena orbitnya berada pada bidang yang berbeda. Meski demikian, pada momen tertentu, planet-planet ini dapat berkumpul di satu sisi Matahari sehingga terlihat bersama di langit.

    Ilustrasi planet sejajar (Foto: Starwalk Space)

    Menurut NASA, di sepanjang bulan Januari 2024, empat planet dapat dilihat, yakni pada beberapa jam pertama setelah gelap. Planet yang akan ditemukan adalah Venus dan Saturnus di barat daya, Jupiter di atas kepala, dan Mars di timur. (Uranus dan Neptunus juga ada, tapi dibutuhkan teleskop untuk melihatnya).

    Terkait kapan waktunya, seperti dilansir CNET, parade enam planet di bulan ini akan terlihat pada hari-hari menjelang tanggal 21 Januari 2025, dan sekitar empat minggu setelahnya. Mars, Venus, Jupiter, dan Saturnus akan terlihat dengan mata telanjang. Sementara untuk melihat Neptunus dan Uranus dibutuhkan perangkat pengamatan berkekuatan tinggi seperti teleskop.

    (wia/imk)

  • Hujan Meteor hingga Parade Planet

    Hujan Meteor hingga Parade Planet

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah fenomena akan menghiasi langit selama bulan Januari ini, mulai dari hujan meteor Quadrantid hingga fenomena planet sejajar. Simak daftar lengkapnya.

    Beberapa fenomena langit yang terjadi pada Januari ini dapat dinikmati dengan mata telanjang, tetapi beberapa fenomena lain perlu dilihat dengan bantuan alat seperti teropong atau teleskop.

    Untuk dapat menikmati fenomena-fenomena ini, kita perlu memastikan langit malam sedang cerah, tak tertutup awan tebal atau bahkan hujan, serta jauh dari polusi cahaya perkotaan.

    Mengutip berbagai sumber, berikut adalah fenomena astronomi yang bakal menghiasi langit bulan Januari ini:

    Hujan meteor Quadrantid

    Hujan meteor Quadrantid akan menghiasi langit pada awal tahun 2025 ini. Puncak hujan meteor Quadrantid diprediksi bakal terjadi pada 3-4 Januari mendatang.

    Saat mencapai puncaknya, meteor ini menyajikan 40 meteor per jam di langit malam.

    Hujan meteor diberi nama sesuai dengan rasi bintang tempat hujan meteor tersebut muncul, dan dalam kasus Quadrantid, itu diambil dari rasi bintang Quadrans Muralis. Rasi ini berada di antara rasi Bootes dan Draco.

    Dikarenakan posisinya di langit, hujan meteor Quadrantid hanya bisa dilihat di Belahan Bumi Utara.

    Hujan meteor ini berasal dari butiran debu yang sisa-sisa komet 2003 EH1 yang telah punah. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun dari tanggal 1-5 Januari.

    Elongasi maksimum Venus

    Planet Venus mencapai elongasi timur maksimum yaitu 47,2 derajat dari Matahari pada 10 Januari.

    Ini adalah waktu terbaik untuk melihat Venus karena planet ini akan berada pada titik tertingginya di atas cakrawala di langit malam. Carilah planet yang terang di langit barat setelah matahari terbenam.

    Dalam istilah astronomi, elongasi berarti jarak sudut antara dua benda langit terhadap satu titik acuan tertentu. Elongasi terbesar atau maksimum yang mungkin terjadi pada dua planet interior atau planet-planet dalam (istilah yang merujuk pada planet-planet yang lebih dekat daripada Bumi ke Matahari) adalah sekitar 48 derajat untuk Venus dan sekitar 28 derajat untuk Merkurius.

    Wolf Moon

    Bulan purnama pertama setiap tahunnya, yang dikenal sebagai Wolf Moon atau Bulan Serigala akan menghiasi langit malam pada 13 Januari.

    Melansir panduan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), istilah ini diadopsi dari terminologi suku asli Amerika, Indian. Almanak Maine Farmers mulai memakai nama-nama ‘Indian’ untuk bulan purnama pada 1930-an.

    Menurut almanak ini, pada purnama Januari terdengar lolongan kawanan serigala di luar desa di tengah dinginnya salju musim dingin. Meski sebenarnya, menurut Smithsonian’s National Zoo and Conservation Biology Institute, serigala melolong ke arah bulan purnama “adalah mitos!”

    NASA melanjutkan bulan purnama pertama di awal tahun juga punya istilah lain. Nama-nama Eropa antara lain ‘Bulan Es’ (Ice Moon) dan ‘Bulan Tua’ (Old Moon). Di Sri Lanka, Duruthu Poya, dirayakan pada bulan purnama pertama di bulan Januari, menandai kunjungan pertama Sang Buddha ke Sri Lanka.

    Parade planet sejajar

    Parade planet menjadi salah satu momen yang dinantikan pada tahun 2025. Parade planet ini melibatkan Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus tampak sejajar di langit. Fenomena ini akan terlihat mulai 21 Januari 2025.

    Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Gerhana Puanandra Putri mengatakan dari lima planet tersebut, empat di antaranya (Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus) dapat diamati dengan mata telanjang. Uranus, yang memiliki kecerahan rendah, membutuhkan teleskop untuk dapat diamati dengan jelas.

    “Karena yang satu yang Uranus itu cukup redup, cukup sulit dibedakan dengan bintang-bintang yang lain,” jelas Puan.

    Momen ini jarang terjadi karena biasanya pengamatan planet-planet tersebut harus dilakukan dalam waktu berbeda.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Sampah Berserakan di Planet Mars, Siapa yang Buang?

    Sampah Berserakan di Planet Mars, Siapa yang Buang?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Meski belum ada astronaut yang menginjakkan kaki di Planet Mars, jejak manusia sudah tertinggal di permukaan planet merah tersebut. Sejak tahun 1971, ketika wahana antariksa Mars 2 milik Uni Soviet mengalami kecelakaan di Mars, berbagai benda buatan manusia telah tersebar di sana.

    Sampah-sampah ini meliputi puing-puing pesawat luar angkasa, parasut yang tidak terpakai, hingga jejak roda rover. Bahkan, bakteri dari Bumi secara tidak sengaja turut terbawa ke Mars.

    Kini para antropolog, dipimpin oleh peneliti dari Universitas Kansas Justin Holcomb, mendesak badan antariksa seperti NASA untuk membuat katalog objek-objek yang tersebar di Mars.

    Menurut Holcomb, benda-benda tersebut bukanlah sampah biasa, melainkan warisan berharga yang perlu dilestarikan.

    “Solusi untuk sampah adalah pembuangan, tetapi solusi untuk warisan adalah pelestarian. Ada perbedaan besar,” ujarnya, melansir Mashable, Kamis (21/12). Ia menekankan pentingnya perbedaan tersebut dalam konteks eksplorasi antariksa.

    Sampah atau warisan budaya?

    Biasanya, istilah “sampah antariksa” mengacu pada puing-puing yang mengorbit Bumi dan dapat membahayakan satelit maupun astronaut.

    Namun di Mars, sampah antariksa memiliki arti yang berbeda. Puing-puing di sana lebih dianggap sebagai catatan arkeologis tentang kehadiran manusia.

    Pendekatan ini bukan hal baru. Pada tahun 2012, NASA menerbitkan inventarisasi sekitar 800 benda yang ditinggalkan di Bulan, termasuk peralatan ilmiah, kamera, sepatu, bola golf, hingga kantong kotoran manusia milik para astronaut misi Apollo.

    Tujuannya bukan hanya untuk mencatat “kekacauan” yang ditinggalkan, tetapi juga untuk melestarikan artefak bersejarah ini.

    Namun, Mars menghadirkan tantangan unik. Lingkungannya yang ekstrem dengan radiasi kosmik, badai debu, dan perubahan suhu dapat merusak atau mengubur artefak dengan cepat. Sebagai contoh, rover Spirit yang berhenti beroperasi pada 2010 kini berada di dekat gundukan pasir yang terus bergerak dan berpotensi mengubur sepenuhnya.

    Badai debu dan angin kencang merupakan ancaman utama terhadap pelestarian artefak di Mars. Pada tahun 2012, Orbiter Mars Reconnaissance menangkap fenomena “devil dust” dengan ketinggian mencapai 12 mil. Meski kadang-kadang mampu membersihkan panel surya, badai ini seringkali justru memperparah kerusakan.

    Contoh lainnya adalah wahana InSight milik NASA, yang berhenti beroperasi pada tahun 2022 setelah panel suryanya tertutup debu Mars. Selain itu, bilah patah dari helikopter Ingenuity yang mengalami kerusakan fatal pada Januari 2024 kini hampir tidak terlihat di tengah luasnya lingkungan Mars.

    “Setelah terkubur, (benda-benda tersebut) menjadi sangat sulit untuk menemukannya kembali,” ujar Holcomb.

    Mengapa pembuatan katalog penting?

    Saat ini NASA dan badan antariksa lain belum memiliki rencana untuk membuat inventaris terpusat tentang benda-benda di Mars. Namun, setiap tim misi sebenarnya selalu mencatat posisi perangkat keras yang mereka kirimkan.

    Holcomb dan timnya menyarankan agar pembuatan katalog ini segera dilakukan, mengingat nilai arkeologis dari artefak-artefak tersebut.

    “Mereka (benda-benda tersebut) mewakili kehadiran pertama, dan dari perspektif arkeologis, mereka adalah poin penting dalam garis waktu migrasi historis kami,” tambah Holcomb.

    Menurut Karen Fox, juru bicara agensi, untuk membuat katalog hanya perlu menggabungkan data-data catatan perangkat keras yang dikirimkan.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • 2024 Sandang Predikat Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah – Page 3

    2024 Sandang Predikat Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah – Page 3

    Awal tahun ini, NASA telah mengumumkan laporan tahunannya mengenai suhu Bumi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam laporan ini, NASA mencatat soal perubahan suhu Bumi secara berkala.

    Nah, dalam laporan kali ini, NASA mencatat kalau 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah dicatat dalam sejarah, setidaknya sejak dimulainya pencatatan suhu Bumi pada 1880.

    Mengutip informasi dari Engadget, Selasa (16/1/2024), dalam laporan tersebut, NASA mengungkap kalau suhu Bumi pada tahun lalu lebih tinggi 1,2 derajat Celcius, dari rata-rata penghitungan dasar di tahun 1951 hingga 1980.

    NASA mencatat, kenaikan suhu ini dirasakan oleh miliaran orang di Bumi, dan kebanyakan dari mereka juga merasakan panah ekstrem di tahun lalu.

    Selain itu, dari catatan badan antariksa Amerika Serikat tersebut, setiap bulan dari Juni hingga Desember 2023, suhu Bumi terus meningkat.

    Suhu Bumi terpanas tercatat pada Juli 2023. Sementara secara keseluruhan, suhu Bumi kini naik sekitar 1,4 derajat Celcius sejak dilakukan pencatatan pada 1880.

     

  • Tutup 2024, Roket Falcon 9 SpaceX Bakal Meluncur di Malam Tahun Baru

    Tutup 2024, Roket Falcon 9 SpaceX Bakal Meluncur di Malam Tahun Baru

    Jakarta

    Roket Falcon 9 yang membawa 21 satelit internet pita lebar Starlink, termasuk 13 satelit dengan kemampuan langsung ke seluler, siap lepas landas dari Kompleks Peluncuran 39A (LC-39A) di Kennedy Space Center milik NASA di Florida, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (31/12/2024). Jendela peluncuran selama satu jam dibuka pada pukul 12:34 dini hari EST.

    Siaran web langsung misi hari Selasa akan dimulai sekitar lima menit sebelum lepas landas, yang dapat ditonton di situs web SpaceX dan di jaringan media sosial X.

    Peluncuran ini akan menjadi penerbangan Falcon ke-134 di 2024, melampaui total misi tahun sebelumnya sebanyak 38 misi. Dari 134 peluncuran tahun ini, 89 di antaranya ditujukan untuk memperluas jaringan global Starlink, termasuk penerbangan di malam pergantian tahun ini.

    Peluncuran hari Selasa juga merupakan peluncuran Falcon 9 ketiga SpaceX dalam tiga hari, menyusul misi Starlink yang diluncurkan dari California dan peluncuran empat satelit untuk Astranis dari landasan peluncuran perusahaan lainnya di Florida , AS di Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral.

    Jika semuanya berjalan sesuai rencana, tahap pertama Falcon 9 yang meluncurkan misi ini akan kembali ke Bumi sekitar 8 menit setelah lepas landas dan mendarat di atas pesawat tanpa awak yang ditempatkan di Samudra Atlantik. Tahap atas Falcon 9 akan terus mengangkut 21 satelit Starlink ke orbit Bumi rendah untuk ditempatkan.

    Menurut deskripsi misi yang diunggah di situs web SpaceX, ini akan menjadi penerbangan ke-16 untuk roket pendorong tahap pertama ini. Sebelumnya, roket ini digunakan dalam peluncuran Crew-6, BlueBird-1, USSF-124, mPOWER-B, dan 11 misi Starlink lainnya.

    Starlink adalah konstelasi satelit terbesar yang pernah diluncurkan dan terus berkembang. Menurut pelacak satelit dan astrofisikawan Jonathan McDowell, saat ini terdapat lebih dari 6.850 wahana antariksa Starlink yang aktif.

    (rns/rns)

  • NASA Dirombak Total di Tangan Trump, Begini Nasibnya

    NASA Dirombak Total di Tangan Trump, Begini Nasibnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) akan dirombak total di era Presiden Donald Trump. Meskipun perinciannya masih berubah-ubah, tim transisi yang meninjau NASA dan aktivitasnya mulai menyusun rancangan perintah eksekutif untuk perubahan kebijakan luar angkasa di bawah Pemerintahan Trump.

    Menurut sumber yang akrab dengan orang dalam tim tersebut, mereka telah menghabiskan enam minggu terakhir untuk menilai badan antariksa dan rencana eksplorasinya.

    Tim tersebut berperan sebagai penasihat, mereka tidak secara resmi menetapkan kebijakan dan tidak menentukan arah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintahan presiden yang akan datang.

    Namun demikian, dalam upaya menetapkan tujuan yang jelas untuk NASA dan kebijakan ruang angkasa sipil, ide-ide yang sedang dipertimbangkan mencerminkan keinginan pemerintahan Trump untuk melakukan perubahan besar di NASA, baik dalam hal meningkatkan efektivitas maupun kecepatan program-programnya.

    Tim transisi telah bergulat dengan badan yang memiliki banyak sekali pusat lapangan yang tersebar di seluruh Amerika Serikat, dan program-program besar yang berjalan lambat yang menghabiskan banyak uang dan lambat dalam memberikan hasil.

    Hal mendasar yang mendorong pertimbangan mereka adalah fokus pada hasil dan kecepatan.

    “Ini tidak akan menjadi bisnis seperti biasanya,” menurut sumber, dikutip dari Arstechnica, Senin (30/12/2024).

    Donald Trump akan dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan keduanya kurang dari sebulan lagi, yaitu pada tanggal 20 Januari.

    Pada hari itu ia diperkirakan akan menandatangani sejumlah perintah eksekutif tentang isu-isu yang ia kampanyekan, termasuk soal ruang angkasa.

    Salah satu sumber mengatakan bahwa tim transisi ruang angkasa telah bekerja berdasarkan ide-ide yang telah dibicarakan Trump di depan umum, termasuk ketertarikannya pada Mars.

    Tim transisi telah mendiskusikan elemen-elemen yang mungkin dari perintah eksekutif atau arahan kebijakan lainnya. Hal-hal tersebut meliputi:

    – Menetapkan tujuan untuk mengirim manusia ke Bulan dan Mars, pada tahun 2028

    – Membatalkan roket Sistem Peluncuran Luar Angkasa yang mahal dan pesawat ruang angkasa Orion

    – Mengkonsolidasikan Pusat Penerbangan Antariksa Goddard dan Pusat Penelitian Ames di Pusat Penerbangan Antariksa Marshall di Alabama

    – Mempertahankan kehadiran administrasi kecil di Washington, DC, tetapi memindahkan kantor pusat ke pusat lapangan

    – Mendesain ulang program bulan Artemis dengan cepat agar lebih efisien.

    (fab/fab)