Kementrian Lembaga: NASA

  • Fakta Mencengangkan Bioma Hutan Hujan Tropis yang Jarang Diketahui

    Fakta Mencengangkan Bioma Hutan Hujan Tropis yang Jarang Diketahui

    YOGYAKARTA – Bioma hutan hujan tropis menyimpan rahasia luar biasa yang jarang diketahui banyak orang. Ekosistem ini menampung lebih dari 50% spesies di dunia, meski hanya menutupi 6% permukaan Bumi.

    Keberadaannya mengatur iklim global dan menghasilkan 20% oksigen yang kita hirup setiap hari. Namun sayangnya, setiap menitnya kawasan seluas 40 lapangan sepak bola hilang dari muka Bumi.

    Di balik kelebatannya, hutan hujan tropis menyimpan fakta mencengangkan yang akan mengubah cara pandang Anda terhadap pentingnya menjaga ekosistem ini untuk kelangsungan hidup manusia.

    Dilansir VOI dari The Earth Observatory NASA dan Let’s Talk Science, berikut ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai hutan hujan tropis:

    Pengertian Bioma Hutan Hujan Tropis

    Bioma hutan hujan tropis adalah wilayah daratan luas yang diklasifikasikan berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya. Bioma ini terletak di zona khatulistiwa, meliputi Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Asia, Indonesia, dan Australia.

    Hutan hujan tropis memiliki suhu hangat dan kelembaban tinggi sepanjang tahun. Curah hujan mencapai 1,5 hingga 4 meter per tahun, menciptakan habitat ideal bagi keanekaragaman hayati.

    Bioma ini tersusun dari banyak ekosistem yang saling berinteraksi. Karakteristiknya ditentukan oleh iklim, terutama suhu dan curah hujan, yang menjadikannya salah satu bioma paling beragam di Bumi.

    Ciri-Ciri Khas

    Hutan hujan tropis memiliki ciri khas berupa suhu hangat konstan dan kelembaban sangat tinggi. Curah hujan mencapai 1,5-4 meter per tahun, menciptakan kondisi basah sepanjang waktu.

    Selain itu, vegetasi tumbuh sangat lebat dan rapat dengan struktur berlapis. Lapisan teratas atau kanopi dibentuk oleh pohon-pohon raksasa setinggi 75 meter yang cabang dan daunnya saling tumpang tindih.

    Kanopi ini menghalangi sinar matahari sehingga hanya 2% cahaya yang mencapai lantai hutan. Lapisan tengah (understory) terdiri dari tumbuhan merambat, pohon kecil, pakis, dan palem.

    Kemudian ada lantai hutan yang tertutup daun basah dan serasah yang cepat terurai. Meski tanah miskin nutrisi, vegetasi tetap subur karena dekomposisi cepat mengembalikan nutrisi ke tanah.

    Flora dan Fauna

    Flora hutan hujan tropis sangat beragam. Pohon-pohon besar membentuk kanopi rapat, sementara tumbuhan merambat berkayu memanjat ke atas mencari sinar matahari.

    Kemudian pada lapisan tengah hutan akan ditumbuhi pakis, palem, dan tanaman hias populer yang telah beradaptasi dengan cahaya minim. Lantai hutan memiliki sedikit tumbuhan karena minimnya sinar matahari.

    Fauna di hutan hujan tropis juga sangat beragam, dengan separuh spesies terestrial Bumi hidup di bioma ini. Serangga mendominasi, seperti kupu-kupu morpho biru yang hidup di hutan Amerika Latin.

    Selain itu, juga banyak amfibi dan serangga berwarna cerah menandakan mereka beracun karena menyerap toksin dari tumbuhan, seperti katak panah beracun biru.

    Mamalia seperti jaguar, harimau, dan babi hutan berburu di lantai hutan dengan kamuflase berbulu bermotif. Monyet, lemur, dan kukang tinggal di kanopi untuk menghindari predator, memakan buah, bunga, kulit pohon, dan getah.

    Manfaat dan Fungsi Ekologis

    Hutan hujan tropis berfungsi sebagai penyerap karbon (carbon sink) penting yang memperlambat perubahan iklim.

    Melalui fotosintesis, tumbuhan menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Bioma ini juga menjadi sumber obat-obatan penting, termasuk obat kanker, serta bahan produk kecantikan dan makanan.

    Lantaran keanekaragaman hayati hutan hujan tropis yang tinggi menjadikannya habitat krusial bagi separuh spesies terestrial di dunia. Fungsi ekologisnya vital untuk keseimbangan iklim global dan menyediakan sumber daya alam yang belum sepenuhnya dieksplorasi untuk kepentingan manusia.

    Ancaman dan Upaya Konservasi

    Deforestasi merupakan ancaman terbesar bagi hutan hujan tropis. Penebangan pohon untuk kayu dan pembakaran lahan untuk pertanian merusak ekosistem secara permanen.

    Laporan 2022 menunjukkan 13,2% hutan Amazon telah hilang, mendekati titik kritis 25% yang bisa mengubahnya menjadi habitat kering.

    Baca juga artikel yang membahas Yuk Cari Tahu Apa Itu Deforestasi, Berdampak Positif atau Negatif?

    Di Malaysia, ribuan hektar hutan ditebang untuk perkebunan kelapa sawit penghasil minyak sawit, mengancam orangutan dan spesies lain. Upaya konservasi meliputi perlindungan pemerintah, pengembangan metode pertanian berkelanjutan, dan reklamasi dengan penanaman kembali pohon di area yang telah dibuka.

    Selain itu, kerusakan tanah pada bioma hutan hujan tropis sering membuat hutan sulit tumbuh kembali, menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati selamanya.

  • Heboh 3I/ATLAS Diduga Alien Mendekat ke Bumi, Manusia Bisa Punah

    Heboh 3I/ATLAS Diduga Alien Mendekat ke Bumi, Manusia Bisa Punah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Komet raksasa seukuran Manhattan yang dinamai ‘3I/ATLAS’ menjadi sorotan publik dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, komet tersebut dilaporkan sudah mencapai jarak terdekat ke Matahari pada Kamis (25/10) pekan lalu.

    Namun, ada hal tak biasa yang terdeteksi dari pergerakan 3I/ATLAS. Komet tersebut bergerak cepat dan mendekat ke planet-planet lain di Antariksa seperti Jupiter, Venus, dan Mars. Gerak-geriknya membuat beberapa pihak meyakini 3I/ATLAS tak lain adalah pesawat makhluk luar angkasa alias alien.

    Dalam podcast ‘The Joe Rogan Experience’ baru-baru ini, pembahasan soal kemungkinan 3I/ATLAS adalah alien kembali mencuat. Elon Musk yang hadir sebagai bintang tamu setuju bahwa komet tersebut bisa jadi merupakan alien.

    Pasalnya, ada sesuatu di luar grafitasi yang memengaruhi lintasan komet tersebut, dikutip dari NYPost, Senin (3/11/2025).

    Lebih lanjut, Musk mengatakan laporan soal ukuran 3I/ATLAS yang sangat besar dan terbuat dari nikel, membuatnya curiga bahwa komet itu berpotensi merupakan pesawat luar angkasa.

    “[3I/ATLAS] berpotensi menghancurkan sebuah benua, bahkan lebih buruk,” kata Musk dalam podcast tersebut, dikutip dari NYPost.

    Rogan kemudian mengatakan jika benar komet tersebut merupakan pesawat luar angkasa raksasa, maka masalah serius akan muncul. Musk mengangguk dan mengatakan, “mungkin akan membunuh sebagian besar kehidupan manusia”.

    Musk kemudian mengatakan level kehancuran yang bisa disebabkan 3I/ATLAS tergantung pada massa totalnya. Ia lalu menjelaskan berdasarkan rekam jejak fosil, kemungkinan ada 5 kejadian kepunahan besar.

    Salah satunya adalah kepunahan Perm-Trias, yang ditandai dengan musnahnya hampir seluruh kehidupan dan terjadi lebih dari berjuta-juta tahun silam.

    “Ada kepunahan Trias-Jura (Jurassic}, saya rasa itu pasti penyebabnya asteroid, tetapi yang tidak dihitung adalah yang hanya menghancurkan benua karena tidak terlihat dalam catatan fosil,” kata orang terkaya di dunia itu.

    “Jadi, kecuali dampaknya cukup untuk menyebabkan kepunahan massal di seluruh Bumi, dampak tersebut tidak muncul dalam catatan fosil berusia 200 juta tahun. Jadi, sebenarnya ada banyak dampak yang bisa menghancurkan semua kehidupan di separuh Amerika Utara atau semacamnya sepanjang sejarah,” ia menambahkan.

    NASA awalnya meyakinkan bahwa pada titik terdekatnya, komet tersebut hanya akan melintas dalam jarak 170 juta mil dari Bumi, yang berarti tidak akan menimbulkan ancaman bagi kehidupan manusia.

    Namun, dengan lintasan 3I/ATLAS baru-baru ini, dalam sebuah postingan blog, ilmuwan Harvard Avi Loeb mengklaim bahwa “percepatan non-gravitasi mungkin merupakan tanda teknologi dari sebuah mesin internal,” yang mungkin juga menjadi alasan di balik perubahan pigmen komet menjadi lebih terang dan lebih biru, saat mendekati sumber cahaya tata surya kita.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Astronaut NASA Mau Terbang ke Bulan Tak Digaji

    Astronaut NASA Mau Terbang ke Bulan Tak Digaji

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA kini tengah menyelesaikan persiapan misi Artemis 2, penerbangan berawak pertama menuju Bulan setelah lebih dari 50 tahun. Jika sesuai rencana, roket akan meluncur sekitar empat bulan lagi.

    Namun di balik ambisi besar itu, ada fakta yang mengejutkan. Akibat dampak dari penutupan operasional pemerintahan Amerika Serikat yang belum berakhir, sejumlah pegawai NASA terpaksa tetap bekerja tanpa menerima gaji.

    Kondisi ini bahkan dialami oleh para astronaut yang akan ikut dalam misi berisiko tinggi tersebut demi menyukseskan penerbangan bersejarah ke Bulan.

    Meski tak dibayar, pejabat NASA mengatakan para staf dan astronaut rela melanjutkan persiapan misi Artemis 2. Hal ini menunjukkan tingginya komitmen para staf dan astronaut NASA.

    Para kontraktor yang membantu persiapan misi Artemis 2 saat ini masih mendapat bayaran. Namun, disebutkan anggarannya kian menipis dan bisa habis dalam waktu dekat, dikutip dari Futurism, Senin (3/11/2025).

    Beberapa kontraktor juga berbicara terkait dampak dari penutupan operasional pemerintah pada industri mereka.

    “Saya rasa kita akan segera mencapai titik di mana dampaknya akan signifikan, dan ini lebih berkaitan dengan infrastruktur secara keseluruhan,” ujar Kirk Shireman, Wakil Presiden Lockheed Martin yang mengawasi program pesawat ruang angkasa Orion, kepada Ars Technica.

    “Untungnya, saya bekerja untuk perusahaan besar yang bermodal besar, dan kita akan baik-baik saja,” kata Shireman.

    Namun, ia menekankan ada banyak perusahaan kontrak berskala kecil yang juga bekerja untuk NASA. Jika mereka tidak dibayar, pada akhirnya mereka tidak akan bisa terus bekerja.

    Makin lama penutupan operasional pemerintah berlangsung, makin besar dampak yang akan dirasakan di berbagai industri. Bulan lalu, pejabat NASA mengumumkan Artemis 2 akan meluncur pada 5 Februari 2026 mendatang atau 2 bulan lebih awal ketimbang rencana awal.

    Hanya ada beberapa hari dalam sebulan ketika Bulan dan Bumi sejajar bagi Orion untuk melakukan perjalanannya, yang berarti misi Artemis 2 dapat ditunda hingga sebulan.

    Penutupan operasional pemerintah tidak hanya menghancurkan operasi dan moral NASA, tetapi juga dinilai dapat memberi musuh-musuh AS keuntungan dalam perlombaan mendominasi antariksa.

    Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa China dapat mengalahkan AS dalam mencapai Bulan, sebuah kemungkinan yang makin besar kemungkinannya seiring berlanjutnya penutupan pemerintah.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Mendadak Ungkap Fakta Baru, Bumi Tak Lagi Mengelilingi Matahari

    NASA Mendadak Ungkap Fakta Baru, Bumi Tak Lagi Mengelilingi Matahari

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejak di bangku sekolah dasar, kita diajarkan bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari sebagai pusat Tata Surya. Namun, secara ilmiah, mekanisme tersebut ternyata tidak sesederhana itu.

    Faktanya, Bumi dan planet lain tidak benar-benar mengorbit langsung pada Matahari. Berdasarkan hukum ketiga Kepler, pergerakan orbit ditentukan oleh interaksi massa antara dua benda yang saling memengaruhi gravitasi satu sama lain.

    Hal yang sama berlaku di Tata Surya. Meskipun massa Matahari sekitar 1.048 kali lebih besar dari Jupiter, gaya gravitasi yang terjadi tetap bersifat dua arah, artinya kedua benda saling menarik dan berputar mengelilingi titik keseimbangan bersama.

    NASA menjelaskan terdapat istilah barycenter yakni saat kedua bintang dengan massa yang sangat berbeda berputar pada pusat massa yang sama. Ini tak bergantung pada ukuran setiap objek yang bergerak.

    “Gerak di sekitar barycenter dengan planet masif jadi salah satu metode untuk menemukan sistem planet dengan bintang-bintang jauh,” jelas NASA.

    Di Tata Surya, IFL Science menuliskan objek barycenter biasanya berada di dekat Matahari karena massa yang paling besar. Namun adanya pengaruh Jupiter dan Saturnus, objek tersebut jarang ada di dalam Matahari.

    Jadi Bumi tidak mengelilingi satu titik dalam Matahari, melainkan di bagian luarnya. Ini juga dikonfirmasi oleh astronom planet dan komunikator sains bernama James O’Donoghue.

    “Secara umum para planet mengorbit Matahari secara umum, namun secara teknis planet-planet tidak mengorbit Matahari karena gravitasi yang utamanya dari Jupiter, artinya planet mengorbit pada titik baru di luar angkasa,” ucapnya di akun X.

    Dia menambahkan jarang pusat massa tata surya sejajar dengan Matahari. Hal serupa juga terjadi pada planet dan satelit bulannya.

    Salah satu contohnya Bulan mengorbit tidak persis di titik pusat Bumi. Namun 5.000 kilometer dari pusat Bumi, dan ini terus berubah karena Bulan terus menjauhi Bumi.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA X-59 Terbang Perdana, Era Supersonik Senyap Dimulai!

    NASA X-59 Terbang Perdana, Era Supersonik Senyap Dimulai!

    Jakarta

    Pesawat eksperimental X-59 Quiet SuperSonic Technology (QueSST) milik NASA berhasil melakukan penerbangan perdana pada 28 Oktober 2025 dari fasilitas Lockheed Martin Skunk Works di Palmdale, California. Uji terbang ini menandai langkah awal menuju era baru penerbangan supersonik yang lebih senyap dan ramah lingkungan.

    Sejak era 1960-an, penerbangan supersonik sipil dianggap sebagai masa depan industri dirgantara. Namun, mimpi itu terhenti karena masalah kebisingan sonic boom yang dihasilkan pesawat secepat suara seperti Concorde dan Tupolev Tu-144. Ledakan sonik mencapai 110-140 dB, setara suara petir yang menggelegar, sehingga banyak negara melarang penerbangan supersonik di atas daratan.

    Kini, setelah lebih dari setengah abad, NASA dan Lockheed Martin kembali mencoba mewujudkan mimpi itu lewat X-59, pesawat eksperimental satu kursi yang dirancang untuk mengubah sonic boom menjadi sonic thump, atau suara lembut setara pintu mobil tertutup (60-80 dB).

    Desain X-59 dirancang agar gelombang kejut terpecah di sepanjang badan pesawat, bukan terkonsentrasi di hidung. Pendekatan aerodinamis ini memungkinkan suara ledakan yang biasanya terdengar keras menjadi lebih lembut dan menyebar. NASA menyebutnya sebagai langkah penting untuk mendapatkan izin penerbangan supersonik komersial di masa depan.

    “Kami sangat gembira mencapai penerbangan pertama X-59,” ujar OJ Sanchez, Wakil Presiden dan General Manager Lockheed Martin Skunk Works. “Pesawat ini membuktikan inovasi dan keahlian tim kami, sekaligus membuka jalan bagi generasi baru penerbangan supersonik yang senyap.”

    Dalam penerbangan perdananya, X-59 belum mencapai kecepatan supersonik. Tujuannya hanya memastikan kelaikan struktur, sistem kontrol, dan stabilitas penerbangan. Uji lanjutan akan dilakukan di NASA’s Armstrong Flight Research Center, Edwards, California, di mana X-59 akan mulai terbang di atas komunitas terpilih untuk mengumpulkan opini publik soal tingkat kebisingan.

    Jika uji coba ini berhasil, NASA berharap dapat menghapus larangan penerbangan supersonik di atas daratan Amerika yang telah berlaku sejak 1973. Langkah ini akan membuka jalan bagi maskapai komersial untuk menghadirkan penerbangan antar-benua dalam waktu yang jauh lebih singkat-tanpa gangguan suara memekakkan telinga, demikian dikutip dari New Atlas.

    (afr/rns)

  • Parah, Astronot NASA Mau ke Bulan Tapi Tidak Digaji

    Parah, Astronot NASA Mau ke Bulan Tapi Tidak Digaji

    Jakarta

    NASA tengah bekerja keras mempersiapkan Artemis 2, misi berawak pertamanya ke Bulan dalam lebih dari setengah abad. Misi ambisius ini dijadwalkan lepas landas hanya empat bulan lagi.

    Namun ada satu hal yang mengejutkan. Akibat penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat yang masih berlangsung, pejabat NASA mengonfirmasi kepada bahwa pegawai lembaga itu saat ini bekerja tanpa gaji demi mewujudkan peluncuran bersejarah tersebut, termasuk para astronot yang mempertaruhkan nyawa mereka dalam misi ini.

    Meski tak digaji, pejabat itu mengatakan karyawan tetap bersedia melanjutkan persiapan misi ke Bulan dengan dedikasi dan semangat luar biasa. Adapun kontraktor yang terlibat proyek Artemis 2 masih menerima bayaran saat ini, tapi pendanaan diperkirakan habis dalam waktu dekat.

    “Semua pekerjaan untuk Artemis 2 difokuskan untuk melindungi properti serta mengurangi risiko bagi kru akibat penghentian dan restart yang tak direncanakan. Seluruh kontrak kami masih memiliki pendanaan hingga awal November,” kata sumber kontraktor yang dikutip detikINET dari Futurism.

    Beberapa kontraktor mulai menyuarakan kekhawatiran terkait dampak penutupan pemerintahan ke industri luar angkasa. “Saya pikir kita sedang mendekati titik di mana dampaknya akan jadi sangat signifikan, terutama terhadap infrastruktur,” ujar Kirk Shireman, Wakil Presiden Lockheed Martin yang mengawasi program pesawat luar angkasa Orion.

    “Untungnya saya bekerja di perusahaan besar dengan modal kuat, jadi kami akan baik-baik saja. Namun ada banyak orang, banyak perusahaan kecil. Mereka tidak dibayar, dan pada akhirnya mereka tidak akan bisa terus bekerja,” lanjutnya.

    Semakin lama penutupan berlangsung, makin besar kekacauan timbul. Bulan lalu, pejabat NASA mengumumkan Artemis 2 bisa diluncurkan 5 Februari, sekitar dua bulan lebih awal dari jadwal sebelumnya. Namun kini belum jelas apa jadwal itu masih bisa dipertahankan.

    Jendela peluncuran hanya tersedia beberapa hari setiap bulan, saat posisi Bulan dan Bumi sejajar dengan lintasan pesawat Orion. Artinya, jika jadwal bergeser, misi Artemis 2 bisa tertunda hingga satu bulan penuh.

    Penutupan pemerintahan ini bukan hanya merusak moral dan operasional NASA, tapi juga berpotensi memberi keuntungan bagi pesaing Amerika Serikat dalam perlombaan luar angkasa, terutama China.

    (fyk/fay)

  • Benarkah Komet 3I/ATLAS Pesawat Alien? Ini Penjelasan NASA

    Benarkah Komet 3I/ATLAS Pesawat Alien? Ini Penjelasan NASA

    GELORA.CO –  Jagat maya internasional tengah dihebohkan dengan kabar komet 3I/ATLAS yang diduga bukan sekadar benda langit semata, namun kapal induk alien.

    National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat mengungkapkan komet ini pertama kali ditemukan oleh teleskop ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System) pada 1 Juli 2025.

    Arti nama komet 3I/ATLAS:

    ATLAS merupakan nama teleskop yang menangkap pergerakan komet tersebutHuruf “i” pada nama komet ini karena benda langit ini merupakan objek interstellar (antarbintang)Angka 3 karena komet ini menjadi objek antarbintang ketiga yang sejauh ini masuk ke tata surya kita (setelah 1I/Oumuamua pada 2017 dan 2I/Borisov pada 2019).

    Dikutip dari laman Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU), komet mengelilingi Matahari dalam orbit yang berbentuk lonjong, parabolis, dan hiperbolis. 

    Komet merupakan sisa-sisa dari pembentukan tata surya. Komet bisa dikatakan sebagai bola es kosmik yang tersusun dari gas, batuan, dan debu beku yang mengorbit Matahari. 

    Adapun sejak laporan pertama, ilmuwan terus melakukan penelitian terhadap komet 3I/ATLAS.

    Dari Mana Spekulasi Pesawat Alien Datang?

    Dilansir Al Jazeera, rumor komet 3I/ATLAS bisa jadi pesawat alien mulai menyebar setelah New York Post menerbitkan artikel pada 29 September dengan judul “Komet ‘raksasa’ yang melaju ke arah kita ternyata lebih besar dari perkiraan sebelumnya, bisa jadi teknologi alien, kata seorang ilmuwan: ‘Ini bisa mengubah segalanya bagi kita.’”

    Para pengguna X (sebelumnya Twitter) menyebarkan tangkapan layar artikel tersebut untuk mendukung klaim mereka.

    Salah satu akun bernama Steven Greenstreet menulis “Para ilmuwan mengatakan sebuah pesawat luar angkasa alien raksasa sedang melaju menuju Bumi. Mengapa tidak ada lebih banyak orang yang membicarakan ini?”

    Sementara itu, akun bernama Richard Roeper membagikan kekhawatirannya:

    “Sebuah komet raksasa dilaporkan melaju menuju Bumi dengan kecepatan 130.000 mil per jam! Apakah kita bisa menghentikannya? Aku diberitahu ada dua misi yang sedang disiapkan — satu melibatkan ‘Messiah Crew’ yang dipilih secara khusus, dan satu lagi menggunakan dua tim, yaitu Freedom Team dan Independence Team. Kita pasti bisa!”

    Spekulasi semakin meningkat, dengan beberapa akun menyebut bahwa objek tersebut bukan komet sama sekali, melainkan pesawat luar angkasa yang sedang menuju Bumi.

    Akun lain bernama Astronomy Vibes juga mengunggah dengan menyertakan foto ilustrasi ‘kapal induk alien’.

    “Meskipun sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa ini kemungkinan besar hanyalah komet aneh, beberapa suara berani menyarankan bahwa ini mungkin sesuatu yang lebih — mungkin bahkan sebuah probe buatan dari peradaban lain.”

    Tidak Ancam Bumi dan Bukan Pesawat Alien

    Sejauh ini, klaim komet 3I/ATLAS adalah pesawat alien hanyalah spekulasi dan bukan merupakan pernyataan resmi.

    Termasuk beberapa gambar yang beredar bukanlah gambar yang dirilis NASA maupun teleskop Hubble.

    NASA menegaskan benda langit tersebut adalah komet dan tidak akan membahayakan bumi.

    “Meskipun lintasan objek ini membawanya ke bagian dalam tata surya, ia tidak akan mendekat ke Bumi.”

    “Saat komet 3I/ATLAS melintasi tata surya, jarak terdekatnya dari planet kita adalah sekitar 1,8 satuan astronomi (sekitar 170 juta mil atau 270 juta kilometer),” tulis NASA dalam pernyataannya.

    Hal senada juga disampaikan Badan Antariksa Eropa (ESA) yang mengonfirmasi komet tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi maupun planet lain.

    Dengan menjelaskan bahwa jarak terdekatnya lebih dari 2,5 kali jarak antara Bumi dan Matahari.

    Bisa Diamati Lagi pada Desember 2025

    Menurut NASA, komet itu akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada 30 Oktober 2025, dengan jarak sekitar 210 juta kilometer (130,5 juta mil) dari Matahari.

    Berdasarkan pengamatan Teleskop Antariksa Hubble, komet tersebut bergerak dengan kecepatan sekitar 210.000 kilometer per jam (130.500 mil per jam), yang merupakan kecepatan tertinggi yang pernah tercatat untuk “pengunjung” dari luar tata surya kita.

    Komet ini akan muncul kembali di sisi lain Matahari pada awal Desember 2025, sehingga memungkinkan dilakukan pengamatan lanjutan, sebagaimana disampaikan NASA.

  • Kim Kardashian Sebut Pendaratan di Bulan Hoaks, Langsung Ditegur NASA

    Kim Kardashian Sebut Pendaratan di Bulan Hoaks, Langsung Ditegur NASA

    Jakarta

    Selebriti Kim Kardashian membuat heboh setelah mengklaim pendaratan astronaut di Bulan pada tahun 1969 palsu. Pemimpin NASA sampai turun tangan untuk membantah klaim Kardashian.

    Dalam episode terbaru tayangan reality ‘The Kardashians’, potongan video yang diunggah di media sosial memperlihatkan Kardashian berbicara dengan aktris Sarah Paulson. Kardashian meyakini bahwa misi Apollo 11 yang mendaratkan astronaut Buzz Aldrin dan Neil Armstrong di Bulan tidak pernah terjadi.

    “Saya mengirimkan sejuta artikel tentang Buzz Aldrin dan yang satunya lagi,” kata Kardashian, sebelum membacakan kutipan yang diduga berasal dari Aldrin saat menjawab pertanyaan tentang momen paling menakutkan dalam ekspedisi tersebut.

    “Tidak ada momen menakutkan karena itu tidak terjadi. Ekspedisi itu bisa saja menakutkan, tapi itu tidak menakutkan karena tidak terjadi,” sambungnya.

    Tidak diketahui artikel apa yang dibaca oleh Kardashian, atau apakah kutipannya benar-benar dari Aldrin. Dalam adegan berikutnya, Kardashian terlihat berbicara dengan seorang produser di balik layar dan mengatakan ia yakin kalau pendaratan di Bulan itu palsu.

    “Saya rasa itu palsu. Saya sudah melihat beberapa video Buzz Aldrin yang membahas (pendaratan) itu tidak terjadi. Ia selalu mengatakannya, dalam wawancara. Mungkin kita harus menemukan Buzz Aldrin,” ujar Kardashian.

    Setelah episode itu ditayangkan, Pelaksana Tugas Administrator NASA Sean Duffy langsung menegur Kardashian lewat Twitter/X. Dalam postingannya, Duffy mengatakan Amerika Serikat pernah mendarat di Bulan enam kali dan akan kembali lagi lewat misi Artemis.

    “Ya, @KimKardashian, kita sudah pernah ke Bulan sebelumnya… 6 kali!,” tulis Duffy dalam cuitannya.

    “Dan lebih baik lagi: @NASAArtemis akan kembali (ke Bulan) di bawah kepemimpinan @POTUS. Kita memenangkan perlombaan luar angkasa sebelumnya, dan kita akan memenangkan yang ini juga,” imbuhnya.

    Dalam balasannya, Kardashian bertanya tentang objek antariksa bernama 3I/Atlas yang menurut astronom bisa jadi komet tertua yang pernah diamati. “Tunggu…. apa kabar 3I Atlas?!?!!!!!!!?????,” balas Kardashian.

    Duffy kemudian mengundang Kardashian untuk mengunjungi Kennedy Space Center dan menyaksikan peluncuran misi Artemis ke Bulan. NASA berencana meluncurkan misi Artemis II pada paruh pertama tahun 2026 yang akan membawa empat astronaut mengelilingi Bulan.

    (vmp/vmp)

  • Astronaut NASA Bertaruh Nyawa Pergi ke Bulan, Ternyata Tidak Digaji

    Astronaut NASA Bertaruh Nyawa Pergi ke Bulan, Ternyata Tidak Digaji

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA sedang mempersiapkan misi Artemis 2 yang akan meluncur dalam waktu 4 bulan dari sekarang. Misi tersebut untuk pertama kalinya akan mengirimkan astronaut ke Bulan, sejak lebih dari setengah dekade.

    Namun, persiapan misi Artemis 2 dilakukan di tengah tutupnya operasional pemerintah (government shutdown) di Amerika Serikat (AS). Pejabat NASA mengonfirmasi kepada Futurism bahwa staf yang saat ini mempersiapkan misi Artemis 2 bekerja tanpa bayaran.

    Bahkan, para astronaut yang akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk mewujudkan misi bersejarah tersebut, juga tidak menerima gaji selama persiapan berlangsung.

    Meski tak dibayar, pejabat NASA mengatakan para staf dan astronaut rela melanjutkan perisapan misi Artemis 2. Hal ini menunjukkan tingginya komitmen para staf dan astronaut NASA.

    Para kontraktor yang membantu persiapan misi Artemis 2 saat ini masih mendapat bayaran. Namun, disebutkan anggarannya kian menipis dan bisa habis dalam waktu dekat, dikutip dari Futurism, Jumat (31/10/2025).

    Beberapa kontraktor juga berbicara terkait dampak dari penutupan operasional pemerintah pada industri mereka.

    “Saya rasa kita akan segera mencapai titik di mana dampaknya akan signifikan, dan ini lebih berkaitan dengan infrastruktur secara keseluruhan,” ujar Kirk Shireman, Wakil Presiden Lockheed Martin yang mengawasi program pesawat ruang angkasa Orion, kepada Ars Technica.

    “Untungnya, saya bekerja untuk perusahaan besar yang bermodal besar, dan kita akan baik-baik saja,” kata Shireman.

    Namun, ia menekankan ada banyak perusahaan kontrak berskala kecil yang juga bekerja untuk NASA. Jika mereka tidak dibayar, pada akhirnya mereka tidak akan bisa terus bekerja.

    Makin lama penutupan operasional pemerintah berlangsung, makin besar dampak yang akan dirasakan di berbagai industri. Bulan lalu, pejabat NASA mengumumkan Artemis 2 akan meluncur pada 5 Februari 2026 mendatang atau 2 bulan lebih awal ketimbang rencana awal.

    Hanya ada beberapa hari dalam sebulan ketika Bulan dan Bumi sejajar bagi Orion untuk melakukan perjalanannya, yang berarti misi Artemis 2 dapat ditunda hingga sebulan.

    Penutupan operasional pemerintah tidak hanya menghancurkan operasi dan moral NASA, tetapi juga dinilai dapat memberi musuh-musuh AS keuntungan dalam perlombaan mendominasi antariksa.

    Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa China dapat mengalahkan AS dalam mencapai Bulan, sebuah kemungkinan yang makin besar kemungkinannya seiring berlanjutnya penutupan pemerintah.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Heboh 3I/ATLAS Diduga Alien Mendekat ke Bumi, Manusia Bisa Punah

    Komet Alien Dekati Matahari, PBB Tebar Peringatan ke Seluruh Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA dan International Asteroid Warning Network tiba-tiba memulai kampanye untuk memantau komet 3I/ATLAS. Meski disebut tak berdampak pada Bumi, objek itu jadi perhatian publik beberapa waktu terakhir.

    IAWNadalah badan yang dibentuk PBB untuk memberikan rekomendasi ke pemerintah negara-negara dunia cara merespons ancaman objek luar angkasa.

    Upaya global yang diserukan oleh kedua badan tersebut melibatkan teleskop, pusat riset, dan sukarelawan di seluruh dunia. Fokusnya adalah mencari cara untuk mendeteksi dan memprediksi pergerakan objek yang berpotensi menyebabkan bencana di Bumi.

    Pemantauan besar-besaran atas 3I/ATLAS penting untuk memahami pergerakan komet. Komet yang memiliki atmosfer berkabut dan ekor terang biasanya sulit dipantau sehingga pergerakannya lebih sulit diperhitungkan.

    Lewat analisis atas 3I/ATLAS, ilmuwan bisa menguji teknik yang paling akurat untuk mengukur kecepatan, arah, dan dampak gravitasi ke lintasan komet.

    C/2025 N1 (ATLAS) dideteksi pada 1 Juli 2025. Gambarnya ditangkap oleh teleskop Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Chili.

    Menurut NASA, lintasannya menunjukkan objek berasal dari sistem bintang lain. Bahkan ATLAS disamakan dengan objek yang sempat membuat heboh publik Oumuamua (2017) dan Borisov (2019).

    Mengutip Internasional Business Times, komet itu berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari pada 20 Oktober 2025. Sementara jaraknya dengan Bumi mencapai 270 juta kilometer dan tidak berdampak apapun.

    Komet itu juga tidak memiliki ciri khas yang mengancam. Teleskop Luar Angkasa Hubble menunjukkan koma samar dan ekor debu menunjukkan 3I/ATLAS yang memiliki lebar 5,6 kilometer berperilaku seperti komet pada umunya.

    Teleskop Luar Angkasa James Webb mencatat koma komet mengandung kadar karbon dioksida yang tinggi. Sementara aktivitas es air nya relatif rendah.

    Meski disebut tak berdampak untuk Bumi, 3I/ATLAS telah menarik perhatian banyak orang. Bahkan ada yang menyebutnya buatan.

    Dalam tulisannya di laman Medium, ahli astrofisika asal Harvard, Avi Loeb mengatakan objek itu patut jadi perhatian khusus. Meskipun secara sederhana, dia mengatakan objek itu tetaplah sebuah komet.

    Di sisi lain, ilmuwan NASA berupaya meyakinkan jika ATLAS memang sebuah komet. Salah satunya dilakukan Tom Statler, seorang ilmuwan senior di Divisi Ilmu Planet NASA.

    “Benda itu nampak seperti komet, melakukan hal biasa seperti komet. Bukti-buktinya juga menunjukkan benda ini adalah alamiah,” jelasnya kepada The Guardian.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]