Kementrian Lembaga: NASA

  • Elon Musk Ungkap Alasan Meledaknya Starship SpaceX

    Elon Musk Ungkap Alasan Meledaknya Starship SpaceX

    Jakarta

    Roket Starship milik SpaceX mengalami kegagalan dalam uji terbang ketujuh pada Kamis petang waktu setempat (16/1/2025), beberapa menit setelah melesat dari Starbase di Texas Selatan. Dalam sebuah posting di platform X, CEO SpaceX Elon Musk mengungkapkan penyebab insiden tersebut.

    Menurut Musk, penyelidikan awal menunjukkan adanya “kebocoran bahan bakar di rongga di atas sekat api mesin kapal yang cukup besar untuk menciptakan tekanan yang melebihi kapasitas ventilasi.”

    “Selain memeriksa ulang kebocoran, kami akan menambahkan pencegah kebakaran pada volume tersebut dan mungkin menambah area ventilasi. Sejauh ini belum ada yang menunjukkan peluncuran berikutnya akan ditunda hingga bulan depan,” tulis Musk.

    Dalam postingan yang sama, ia juga mengunggah ulang video yang menunjukkan hujan puing-puing dari pesawat luar angkasa tersebut, dengan caption yang bercanda, “Keberhasilan tidak pasti, tetapi hiburan terjamin!”

    Musk juga menyebutkan bahwa versi perbaikan dari Ship dan Booster sudah siap untuk peluncuran selanjutnya, meskipun belum ada tanggal pasti yang diumumkan untuk uji coba berikutnya.

    [Gambas:Twitter]

    NASA

    Meskipun ada kendala, NASA tampak cukup puas dengan hasilnya. Administrator NASA Bill Nelson memberi selamat kepada SpaceX setelah peluncuran Booster sambil mengakui tantangan penerbangan antariksa.

    “Selamat kepada SpaceX atas uji terbang Starship yang ketujuh dan keberhasilan kedua dalam menangkap pendorong roket. Penerbangan antariksa tidaklah mudah. Ini sama sekali bukan rutinitas. Itulah mengapa uji coba ini sangat penting-setiap uji coba membawa kita lebih dekat dalam perjalanan menuju Bulan dan selanjutnya menuju Mars melalui Artemis,” tulis Nelson.

    SpaceX Starship Meledak Saat Uji Terbang Ke-7

    Foto: Marcus Haworth via REUTERS/Marcus Haworth@marcusahaworth

    Starship meledak menjadi serpihan puing-puing pesawat luar angkasa yang tak terhitung jumlahnya saat memasuki kembali atmosfer di atas Karibia.

    Kendaraan setinggi 123 meter itu berhasil lepas landas dan mencapai pemisahan tahap. Dan pendorong tahap pertama, yang disebut Super Heavy, berhasil kembali ke Starbase untuk ditangkap secara dramatis oleh lengan “sumpit” menara peluncurannya.

    Namun, sekitar delapan menit setelah penerbangan, SpaceX kehilangan kontak dengan bagian atas Starship, yang dikenal sebagai Ship. Saat ini belum diketahui apa yang menyebabkan masalah tersebut, tetapi satu hal yang pasti Ship meledak dengan keras.

    Pesawat ruang angkasa setinggi 52 meter itu meledak di atas Samudra Atlantik dekat kepulauan Turks dan Caicos sekitar 8,5 menit setelah peluncuran, menciptakan pertunjukan langit spektakuler yang disaksikan oleh banyak orang di daerah tersebut.

    Banyak warganet yang mengunggah foto dan video mereka di X.com.

    [Gambas:Twitter]

    [Gambas:Twitter]

    Pihak SpaceX sudah menkonfirmasi ledakan ini dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X.com. Mereka menyebut kejadian tersebut sebagai “pembongkaran cepat tak terjadwal,” istilah sarkastis yang menunjukkan ledakan roket, “selama pembakaran pendakiannya,”

    “Tim akan terus meninjau data dari uji terbang hari ini untuk lebih memahami akar permasalahannya,” tulis perusahaan tersebut. “Dengan uji seperti ini, keberhasilan berasal dari apa yang kami pelajari, dan penerbangan hari ini akan membantu kami meningkatkan keandalan Starship.”

    Puluhan penerbangan dialihkan setelah sebuah roket SpaceX meledak di luar angkasa, hanya beberapa menit setelah diluncurkan dari Texas, Amerika Serikat (AS). Insiden ini memaksa penerbangan-penerbangan yang melintasi Teluk Meksiko untuk mengubah arah guna menghindari puing roket yang jatuh ke Bumi.

    Menurut situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, seperti dilansir Reuters, Jumat (17/1/2025), puluhan penerbangan komersial dialihkan ke bandara lainnya atau mengubah jalur untuk menghindari potensi puing-puing roket SpaceX yang terjatuh ke Bumi.

    Penerbangan keberangkatan dari beberapa bandara di Miami dan Fort Lauderdale, Florida, juga mengalami penundaan sekitar 45 menit sebagai imbas dari insiden tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Puing-puing Starship SpaceX yang Meledak Jatuh Bak Hujan Meteor”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Panel Surya di Antariksa Milik China Bakal Setara Seluruh Minyak Bumi Setahun

    Panel Surya di Antariksa Milik China Bakal Setara Seluruh Minyak Bumi Setahun

    Jakarta

    Ilmuwan China telah mengumumkan rencana membangun stasiun pembangkit listrik tenaga surya raksasa selebar 1 kilometer di luar angkasa yang akan memancarkan energi terus-menerus kembali ke Bumi melalui gelombang mikro.

    Proyek ini, yang rencananya akan mulai meluncurkan komponen-komponennya ke orbit geostasioner di atas Bumi menggunakan roket superberat dalam waktu dekat, dijuluki ‘proyek Bendungan Tiga Ngarai versi luar angkasa’.

    Bendungan Tiga Ngarai, yang terletak di tengah sungai Yangtze di China bagian tengah, merupakan proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia dan menghasilkan 100 miliar kilowatt-jam listrik setiap tahun.

    Menurut seorang ilmuwan NASA, bendungan itu begitu besar sehingga jika terisi penuh, massa air yang terkandung di dalamnya akan memperpanjang hari-hari Bumi hingga 0,06 mikrodetik.

    Proyek baru tersebut, menurut ilmuwan utama Long Lehao, kepala perancang roket Long March China, ibarat memindahkan Bendungan Tiga Ngarai ke orbit geostasioner 36.000 km di atas Bumi.

    “Ini adalah proyek luar biasa yang patut dinantikan,” imbuh Long dalam sebuah pernyataan pada Oktober dalam acara yang diselenggarakan oleh Chinese Academy of Sciences (CAS), dikutip dari South China Morning Post.

    “Energi yang terkumpul dalam satu tahun akan setara dengan jumlah total minyak yang dapat diekstraksi dari Bumi,” sebutnya.

    Meskipun ada kemajuan terkini dalam hal biaya dan efisiennya tenaga surya, teknologi ini masih menghadapi beberapa keterbatasan mendasar, seperti tutupan awan yang tidak menentu dan sebagian besar atmosfer menyerap radiasi Matahari sebelum menyentuh tanah.

    Para ilmuwan telah mengusulkan sejumlah teknologi Space-Based Solar Power (SBSP) atau Tenaga Surya Berbasis Luar Angkasa yang akan terus mengumpulkan dan mentransmisikan energi dari sinar Matahari di luar angkasa, yang intensitasnya 10 kali lebih besar daripada di permukaan Bumi.

    Namun, membangun susunan raksasa yang sesuai akan memerlukan banyak peluncuran, yang berarti sebagian besar proposal gagal terlaksana.

    Untuk mengatasi tantangan ini, Long dan timnya tengah berupaya mengembangkan roket angkat berat yang dapat digunakan kembali, Long March-9 (CZ-9), yang akan memiliki kapasitas angkat sedikitnya 150 ton.

    Selain digunakan untuk satelit, roket itu juga akan menjadi kunci bagi rencana China mencapai Bulan, tempat mereka ingin membangun pangkalan penelitian Bulan internasional pada 2035.

    China bukan satu-satunya negara yang mengincar rencana untuk membangun satelit surya. Perusahaan AS Lockheed Martin dan Northrop Grumman, Badan Antariksa Eropa, dan badan antariksa Jepang JAXA juga telah menyelidiki teknologi tersebut, bahkan JAXA menjadwalkan peluncuran satelit kecil sebagai bukti untuk menilai kelayakannya.

    (rns/rns)

  • Dari Gaza hingga Bulan: Daftar 25 Situs yang Terancam Punah Versi World Monuments Watch 2025 – Halaman all

    Dari Gaza hingga Bulan: Daftar 25 Situs yang Terancam Punah Versi World Monuments Watch 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bulan masuk dalam daftar 25 situs yang terancam punah versi World Monuments Watch (WMW) untuk tahun 2025, bersama dengan warisan budaya Gaza dan patung terakota di sebuah biara di Portugal.

    World Monuments Watch adalah program advokasi unggulan dari organisasi nirlaba swasta berbasis di New York, World Monuments Fund (WMF), yang menyerukan perhatian internasional terhadap warisan budaya di seluruh dunia yang terancam oleh kelalaian, vandalisme, konflik, atau bencana.

    Dikutip dari Euronews, World Monuments Watch menerbitkan daftar dua tahunan situs-situs yang terancam punah, yang menyoroti tidak hanya tempat-tempat di Bumi tetapi, untuk pertama kalinya, satu tempat di luar Bumi, yaitu Bulan.

    Sejak didirikan pada 1996, inisiatif nirlaba ini telah menyoroti 904 situs di 135 negara, termasuk Antartika.

    Daftar yang dikeluarkan WMW bertujuan meningkatkan kesadaran dan menggalang dana guna melindungi tempat-tempat budaya dan sejarah yang terancam.

    Tambahan paling mengejutkan dalam Daftar Pantauan 2025 adalah Bulan.

    Menurut WMF, Bulan kini menghadapi potensi risiko dari aktivitas manusia di masa mendatang, terutama karena semakin diminatinya perjalanan ruang angkasa komersial.

    Misi ke Bulan SpaceX

    “Meskipun Bulan mungkin tampak berada di luar isu-isu ini, Bulan mewakili warisan manusia bersama yang signifikan, mulai dari kehadirannya dalam narasi budaya hingga perannya dalam sejarah terkini. Namun, Bulan kini menghadapi tekanan yang meningkat dari kepentingan pribadi,” kata Presiden dan CEO World Monuments Fund (WMF), Bénédicte de Montlaur, dalam sebuah pernyataan.

    Peringatan ini muncul saat SpaceX meluncurkan dua wahana robotik pribadi ke Bulan pada 15 Januari, hari yang sama saat WMW merilis laporannya.

    Program Artemis NASA juga bertujuan membawa manusia ke Bulan dalam dekade ini, dengan rencana membangun pangkalan permanen di Bulan guna mendukung misi ke Mars.

    Ancaman ini diperparah dengan meningkatnya akumulasi “sampah antariksa” yang mengorbit Bulan, serta maraknya pariwisata antariksa.

    Situs apa lagi yang masuk dalam daftar terancam punah tahun 2025?

    Daftar tahun ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi warisan global, termasuk konflik manusia, perubahan iklim, urbanisasi yang cepat, dan pariwisata yang berlebihan.

    Beberapa situs yang terancam perubahan iklim, antara lain Pantai Swahili di Afrika, di mana naiknya permukaan air laut dan cuaca ekstrem membahayakan lanskap budaya berusia berabad-abad, termasuk masjid dan makam.

    Selain itu, ada 67 mercusuar bersejarah di garis pantai Maine, yang menghadapi risiko serupa akibat erosi pantai dan badai yang semakin kuat.

    Bencana alam juga meninggalkan dampak signifikan.

    Kota bersejarah Antakya di Turki termasuk dalam daftar tersebut, yang rusak parah akibat gempa bumi dahsyat berkekuatan M 7,8 pada 2023.

    Daftar ini juga mencakup beberapa lokasi yang terkena dampak konflik manusia, seperti Rumah Guru di Kyiv, Ukraina.

    Bangunan berkubah besar ini, yang menaungi Museum Pedagogis, mengalami kerusakan parah ketika rudal Rusia menghancurkan jendela, pintu, dan kubah kaca ikoniknya pada 2022.

    “Itu adalah salah satu dari ribuan situs budaya Ukraina yang rusak atau hancur sejak perang dengan Rusia dimulai pada tahun 2022,” catat WMF di situs webnya.

    Gaza juga masuk dalam daftar, sebuah wilayah yang hancur akibat konflik.

    Tenda-tenda pengungsian di Gaza (Instagram @anasjamal44 @anas.jamal33)

    Setelah perang pecah pada 7 Oktober 2023, warisan budaya Gaza berada di bawah ancaman besar.

    Namun, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diumumkan pada 15 Januari memberikan harapan akan adanya jeda dalam permusuhan dan pembebasan sandera.

    “Seperti yang kita semua tahu, Timur Tengah adalah tempat lahir peradaban. Dan di Gaza, Anda memiliki contoh-contoh dari berbagai komunitas dan warisan mereka yang telah tinggal di sana,” kata Bénédicte de Montlaur.

    Situs terkenal lainnya dalam daftar tersebut adalah patung terakota Biara Alcobaça di Portugal, Kapel Sorbonne yang bersejarah di Prancis, dan Ruang Pertemuan Belfast di Irlandia Utara, Inggris.

    Berikut daftar lengkapnya:

    Biara Lembah Drino, Albania
    Studio Sinema Namibe, Angola
    Qhapaq Ñan, Sistem Jalan Andes, Argentina, Bolivia, Cile, Kolombia, Ekuador, Peru
    Gua Buddha Maijishan dan Yungang, Tiongkok
    Situs Warisan Pantai Swahili, Komoro, Kenya, Mozambik, Tanzania
    Kapel Sorbonne, Prancis
    Bentang Alam Pertambangan Bersejarah Serifos, Yunani
    Sistem Air Bersejarah Bhuj, India
    Bangunan Bersejarah Sungai Musi, India
    Situs Warisan Semenanjung Noto, Jepang
    Biara Buddha Erde Zuu, Mongolia
    Warisan Yahudi Debdou, Maroko
    Rumah Kepala Suku Ogiamien, Nigeria
    Jaringan Perkotaan Bersejarah Gaza, Palestina
    Ladang Pertanian Waru Waru, Peru
    Patung Terakota Biara Alcobaça, Portugal
    Reruntuhan Belchite Lama, Spanyol
    Waduk Air Tunis Medina, Tunisia
    Kota Bersejarah Antakya, Turki
    Rumah Guru Kyiv, Ukraina
    Ruang Pertemuan Belfast, Irlandia Utara, Inggris Raya
    Jalur Perdagangan Besar, Amerika Serikat
    Mercusuar Bersejarah Maine, Amerika Serikat
    Pemandangan Budaya Dataran Banjir Barotse, Zambia
    Bulan

    (Tribunnews.com)

  • Ini Dia Tsunami Tertinggi di Dunia, Ketinggian Mencapai 524 Meter

    Ini Dia Tsunami Tertinggi di Dunia, Ketinggian Mencapai 524 Meter

    Bisnis.com, JAKARTA – Tsunami tertinggi di dunia yang pernah tercatat yakni mencapai ratusan meter di Lituya Bay, Alaska, Amerika Serikat.

    Tsunami ini terjadi karena longsoran gunung es ke laut yang berada di teluk Lituya dipicu oleh gempabumi magnitudo 8,3 dari sesar Fairweather, Alaska.

    Dalam buku “The Wave: In Pursuit of the Rogues, Freaks and Giants of the Ocean Monster”, Susan Casey menulis bahwa gelombang tsunami teluk Lituya mencapai tinggi 524 meter dan menghantam pantai dengan kecepatan 161 kilometer per jam.

    Salah satu penyebab gelombang besar di Teluk Lituya adalah seluruh bongkahan puncak gunung diperkirakan berukuran 2.400 kaki kali 3.000 kaki kali 300 kaki terlepas dari tebing dan jatuh 2.000 kaki.

    “Dalam beberapa hal, itu menciptakan reaksi yang sama dengan yang akan terjadi jika sebuah asteroid jatuh ke air,” kata penulis ringkasan dari Western States Seismic Policy Council dilansir dari NASA Gov.

    Dalam foto yang diambil pada tahun 1958, menunjukkan bekas luka yang tertinggal setelah longsoran batu. Setelah ledakan awal, bentuk Teluk Lituya yang sempit dan dasar laut berbentuk U juga memperkuat gelombang, menyebabkannya bergoyang maju mundur seperti gelombang besar di bak mandi besar.

    Dinding Teluk Lituya yang curam, bentuk dasar lautnya, dan fakta bahwa teluk itu berpotongan dengan patahan yang sering menjadi sumber gempa bumi menunjukkan bahwa Teluk Lituya akan mengalami lebih banyak tsunami di masa mendatang.

    Setelah meneliti geologi dan sejarah teluk itu selama bertahun-tahun, seorang ilmuwan menghitung bahwa gelombang raksasa terjadi di sana sekali setiap seperempat abad—peluangnya 1 berbanding 9000 pada hari tertentu.

    Ancaman dari arus pasang surut yang menggagalkan La Pérouse lebih konstan. Sejak gelombang tahun 1958, rata-rata satu perahu nelayan hilang di pintu masuk teluk per tahun, lapor Philip Fradkin dalam buku Wildest Alaska: Journeys of Great Peril in Lituya Bay .

  • Astronaut Pulang ke Bumi Bawa Penyakit Aneh, NASA Buka Suara

    Astronaut Pulang ke Bumi Bawa Penyakit Aneh, NASA Buka Suara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penyakit misterius menggerogoti empat astronaut yang baru mendarat ke Bumi. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit.

    Keempat astronaut itu masing-masing bernama Michael Barratt, Matthew Dominick, Jeanette Epps, dan Alexander Grebenkin. Mereka tiba di Bumi pada 25 Oktober 2024, usia menghabiskan 235 hari di antariksa dengan pesawat Crew Dragon.

    NASA tak banyak berbicara soal penyakit yang diderita para astronaut. Badan antariksa AS itu hanya mengatakan evaluasi medis tambahan dilakukan ‘karena banyak kehati-hatian’.

    Para astronaut dibawa ke rumah sakit Pensacola, Florida, Amerika Serikat (AS). Seorang astronaut dirawat dalam kondisi stabil dan baru keluar keesokan harinya.

    Dalam konferensi pers yang digelar pada 8 November 2024, keempat astronaut juga menolak membahas soal penyakit yang diderita.

    Barratt yang juga merupakan dokter, enggan berbicara terkait peristiwa itu. Dia hanya mengatakan penerbangan antariksa belum bisa dipahami sepenuhnya, kemudian mengungkap kemungkinan ada peristiwa medis.

    “Kami mempertahankan privasi medis dan membiarkan proses berjalan secara tertib,” kata dia, dikutip dari Space News, Selasa (12/11/2024).

    “Hanya ini yang bisa kami katakan soal peristiwa itu sekarang,” ujarnya menambahkan.

    Keempat astronaut juga menjelaskan soal penyesuaian bertahap setelah berada di luar angkasa selama berbulan-bulan. Epps mengatakan penyesuaian tiap orang bertahap dan tidak bisa diprediksi.

    “Semua orang berbeda dan itu bagian yang tidak bisa diprediksi,” jelas Epps.

    (fab/fab)

  • Tanda Kiamat Terlihat di Antartika, NASA Beberkan Faktanya

    Tanda Kiamat Terlihat di Antartika, NASA Beberkan Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa waktu lalu, NASA menemukan asap di atas Antartika. Gambar dari gletser Pine Island diabadikan satelit Landsat 8 milik Survei Geologi AS pada 10 Oktober 2024 lalu.

    Gambar yang diambil awalnya diperkirakan Sea Smoke atau Asap Laut. Ahli Glasiologi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, Christopher Shuman mengatakan gambar tersebut menunjukkan kekuatan angin.

    Namun ternyata asap itu adalah fenomena kabut yang terjadi karena adanya uap yang naik. Asap terbentuk karena adanya perbedaan suhu, saat itu udara dingin melintas di atas air yang hangat.

    Angin yang berhembus itu akan mendorong air dan es laut menjauh. Dengan begitu akan digantikan oleh air yang hangat, dikutip dari USA Today, Selasa (14/1/2025).

    USA Today melaporkan fenomena angin bsia membantu para ilmuwan memahami perubahan iklim di Antartika. Termasuk yang terjadi di gletser Pine Island.

    Sebagai informasi Pine Island adalah salah satu jalur utama es dari lapisan es Antartika barat ke laut Amundsen. Di sisi lain, Gletser Pine menjadi salah satu yang paling cepat mencair di Antartika.

    Sejumlah es telah tercatat mencair di wilayah tersebut. Ini terjadi dalam tiga dekade terakhir, seiring fenomena pemanasan global dan perubahan iklim.

    Salah satunya adalah gletser yang mencair pada 2020 lalu. Kabarnya gletser tersebut berukuran dua kali lipat dari wilayah Washington DC.

    Pine memiliki banyak cukup es, yang berdampak membuat permukaan laut naik secara global. Dilaporkan kenaikannya bisa mencapai sekitar 121 cm.

    (fab/fab)

  • Kebakaran Los Angeles Bak Kiamat Karena Perubahan Iklim

    Kebakaran Los Angeles Bak Kiamat Karena Perubahan Iklim

    Jakarta

    Meskipun kebakaran hutan di California, Amerika Serikat bukan hal baru, api yang saat ini menghanguskan Los Angeles, salah satu kota di California, disebut para ahli merupakan puncak dari badai yang sempurna, yakni ketika dua fenomena ekstrem bertabrakan dan menimbulkan kekacauan.

    Pertama, wilayah tersebut tidak diguyur hujan lebat sejak musim semi lalu. Pada musim panas dan gugur, wilayah tersebut hanya menerima sepertiga dari curah hujan biasanya.

    Kedua, angin ekstrem memperparah keganasan api. Kekeringan yang melanda wilayah tersebut selama bulan-bulan yang lebih hangat merupakan tempat yang sempurna untuk berkembang biak dan bertabrakan dengan Angin Santa Ana, yang kali ini telah mencapai kecepatan ekstrem dan tidak biasa untuk fenomena tersebut.

    Peran Perubahan Iklim dalam Kebakaran Hutan

    Menurut California Air Resources Board, perubahan iklim berperan penting dalam memperparah kebakaran hutan di California. Meningkatnya suhu global telah menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan dan musim panas yang lebih panas, sehingga menciptakan vegetasi yang lebih kering yang menjadi bahan bakar kebakaran.

    Selain itu, berkurangnya lapisan salju dan pencairan salju yang lebih awal berarti lebih sedikit kelembapan yang tersedia di hutan, sehingga meningkatkan kerentanannya terhadap kebakaran.

    Kondisi yang berubah ini juga telah memperpanjang musim kebakaran di California, dengan kebakaran hutan yang terjadi hampir sepanjang tahun.

    Dikutip dari CBS, perubahan iklim menyebabkan angin kencang dan gelombang panas yang lebih sering terjadi, yang dapat mempercepat dan menyebarnya kebakaran. Jika digabungkan, faktor-faktor ini membuat kebakaran hutan lebih sering terjadi, lebih intens, dan lebih merusak di salah satu negara bagian Amerika Serikat tersebut.

    Daniel Swain, seorang ahli iklim di University of California, Los Angeles, menjelaskan kepada Earth Observatory NASA selama kebakaran terakhir pada 2021, bahwa salah satu cara paling langsung perubahan iklim memengaruhi kebakaran California adalah dengan meningkatkan suhu.

    “Panas pada dasarnya mengubah atmosfer menjadi spons raksasa yang menyerap kelembapan dari tanaman, sehingga memungkinkan api membakar lebih panas dan lebih lama,” katanya.

    Meskipun kondisi berangin biasa terjadi pada saat ini, kurangnya hujan telah meningkatkan risiko kebakaran. California Selatan telah mengalami curah hujan minimal sejak Oktober, dan ilmuwan iklim Daniel Swain mencatat bahwa wilayah tersebut telah mengalami awal musim dingin terkering yang pernah tercatat.

    Hingga saat ini, Senin (13/1/2025), enam titik api di Los Angeles masih belum terkendali sepenuhnya. Dua titik api terbesar, Eaton dan Pacific Palisades, baru bisa dipadamkan sebanyak 25%.

    Jumlah korban tewas akibat musibah ini bertambah menjadi 16 orang. Angin Santa Ana tak kunjung mereda, bahkan diperkirakan berembus hingga 110 kilometer per jam sehingga upaya pemadaman api terus menghadapi hambatan.

    (rns/rns)

  • Penampakan ‘Kacang Merah’ Raksasa di Mars, Tanda Kehidupan?

    Penampakan ‘Kacang Merah’ Raksasa di Mars, Tanda Kehidupan?

    Jakarta

    Gambar satelit Mars menunjukkan penampakan titik-titik seperti kacang merah raksasa. Kacang merah ini sebenarnya adalah gundukan pasir beku di belahan utara Mars.

    Foto-foto ini dirilis oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) milik NASA, yang diambil untuk membantu para ilmuwan menentukan apakah kondisi di Planet Merah tersebut dapat menopang kehidupan sejak lama.

    Dalam foto yang diambil pada September 2022 dan dirilis ke publik Desember 2024, bukit pasir tersebut tampak tidak bergerak. Bukit pasir di Mars dan Bumi biasanya bermigrasi saat angin mengangkat butiran pasir dari satu sisi bukit pasir dan menjatuhkannya di sisi lain, sehingga gurun tampak seperti lautan yang bergerak lambat.

    Namun, bukit pasir dalam foto tersebut tertutup lapisan es karbon dioksida selama musim dingin di belahan utara Mars. Es tersebut menghentikan angin untuk menyekop pasir, sehingga bukit pasir tidak bermigrasi hingga musim semi tiba.

    Jejak air purba?

    Gambar bukit pasir yang tertutup es membantu ilmuwan mempelajari apakah air pernah ada di permukaan planet itu cukup lama agar kehidupan dapat berevolusi dan bertahan hidup di Mars. Meskipun es terbuat dari karbon dioksida, bukan air, ia tetap memengaruhi kemungkinan bahwa Mars memiliki air untuk jangka waktu yang lama di masa lalu.

    Jumlah karbon dioksida di Mars bervariasi tergantung pada bagaimana sudut planet tersebut terhadap Matahari. Bumi sedikit bergoyang saat berputar pada poros yang sedikit miring, dan ini memberi kita musim yang berbeda.

    Namun kemiringan poros Mars banyak bergoyang selama jutaan tahun, mengubah musimnya secara drastis. Ketika Mars dimiringkan cukup jauh, es karbon dioksida berubah menjadi gas dalam skala besar, cukup untuk memberi seluruh planet atmosfer yang lebih tebal. Atmosfer yang lebih tebal ini mungkin cukup untuk mendukung air cair dalam jangka waktu yang lama.

    Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana embun beku karbon dioksida datang dan pergi dalam kondisi saat ini di Mars, para ilmuwan dapat membuat prediksi yang lebih baik tentang iklim masa lalu di Mars.

    Mempelajari bagaimana embun beku berubah seiring musim juga dapat membantu para ilmuwan mengenali formasi geologi yang disebabkan oleh karbon dioksida, mengungkap lebih banyak detail tentang perubahan iklim planet ini.

    Jika ada periode waktu ketika iklim mendukung air cair yang stabil, ada kemungkinan besar bahwa Mars dapat mendukung kehidupan mikroba, dan bahkan mungkin masih bersembunyi di suatu tempat.

    (rns/rns)

  • Malam Ini Bakal Ada Bulan Purnama Serigala, Muncul Selama 3 Hari

    Malam Ini Bakal Ada Bulan Purnama Serigala, Muncul Selama 3 Hari

    Bisnis.com, JAKARTA – Bulan purnama pertama di tahun 2025, yang dikenal sebagai Bulan Serigala, akan muncul malam ini, 13 Januari 2025.

    Wolf Moon akan tiba pada 13 Januari 2025, pukul 17:27. ET, menurut NASA.

    Bulan akan tampak purnama selama sekitar tiga hari pada waktu ini, dari Minggu malam hingga Rabu pagi, kata badan tersebut.

    Bulan purnama ini akan lewat di depan Mars selama fenomena yang dikenal sebagai okultasi.

    Orang-orang di seluruh Amerika Serikat seharusnya bisa melihat bulan menutupi Mars sebelum planet merah itu akhirnya muncul kembali.

    Bulan purnama pertama tahun 2025 yang dikenal dengan Wolf Moon akan mencapai puncaknya pada Senin, 13 Januari pukul 17.26 WIB. EST. Meski resmi penuh saat itu, peluang menonton terbaik muncul pada Selasa malam, 14 Januari, saat ia terbit di langit timur saat senja.

    Wolf Moon akan muncul di konstelasi Cancer, dekat Mars yang bersinar terang. Bulan terbit pada hari Senin, yang terjadi menjelang matahari terbenam, mungkin tidak memberikan visibilitas optimal karena kecerahan langit.

    Durasi pastinya bergantung pada lokasi. Peristiwa tersebut akan terlihat dengan mata telanjang, meskipun teropong atau teleskop pemula akan menyempurnakan pengalaman tersebut. Mars pertama-tama akan menghilang di balik bagian selatan bulan dan muncul kembali di atas bagian utara bulan.

    Almanak Petani Tua pertama kali menerbitkan nama-nama bulan purnama pada tahun 1930-an. Tercatat bahwa Bulan purnama di bulan Januari “kemudian dikenal sebagai Bulan Serigala karena serigala lebih sering terdengar melolong pada saat itu”.

  • Pengakuan Mantan Astronaut NASA Lihat Bola Misterius Tak Jelas Asalnya

    Pengakuan Mantan Astronaut NASA Lihat Bola Misterius Tak Jelas Asalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan astronaut NASA, Leroy Chiao, masih bingung dengan benda misterius yang ia temui saat menerbangkan pesawat. Saat itu ia hampir menabrak benda yang wujudnya mirip bola metalik yang melayang-layang.

    Chiao mendeskripsikan bahwa benda tersebut tidak memiliki alat pendorong yang terlihat ketika melesat dalam jarak sekitar 6 meter dari pesawatnya. Oleh karena itu, dia bingung dari mana datangnya benda-benda tersebut.

    “Entah dari mana, dua bola logam besar berbentuk bulat ini datang tepat ke arah saya,” kata Chiao mengenai benda yang ia temui ketika mengemudikan pesawat Grumman AA5BTiger di Texas musim panas lalu.

    “Berdiameter sekitar 1 meter, satu di atas yang lain, meluncur dengan cepat di sisi kiri pesawat, tepat di bawahnya, sekitar 6 meter,” kisahnya, dikutip dari New York Post, Kamis (9/1/1024).

    Pilot tersebut menekankan bahwa ia menyaksikan bola-bola metalik itu pada hari yang cerah dan tidak berawan dengan pandangan yang baik.

    Ia melihat dengan jelas bahwa bola metalik itu sangat halus dan berkilau. Bola tersebut bergerak dengan kecepatan yang sama dengannya di arah yang berlawanan, dengan kecepatan sekitar 100-150 mph.

    Kecepatan benda-benda yang terarah, yang terlihat jelas oleh Chiao, membuat benda-benda tersebut tidak dapat diidentifikasi sebagai balon biasa, dan jika itu balon cuaca maka akan muncul di radar penerbangannya.

    Apa yang dilihat Chiao berbeda dengan gambar bola yang dirilis Pentagon tahun lalu. Dari foto yang beredar, menggambarkan sebuah bola yang ditutupi oleh titik-titik.

    Objek-objek tersebut, yang ditangkap oleh radar militer di wilayah udara yang dikontrol di Irak, dianggap oleh Kantor Penyelesaian Anomali Semua Domain (AARO) Pentagon sebagai sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dan digambarkan dalam laporan tersebut sebagai bola logam runcing.

    “Itulah yang membuat saya berpikir. Saya berpikir, ‘Wah, saya ingin tahu apakah ini hal yang sama’,” kata dia.

    Menurutnya, sulit untuk membayangkan sistem pendorong seperti apa yang bekerja pada bola metalik tersebut. Ia berspekulasi bahwa tidak mungkin sistem pendorong mesin jet ada di dalam bola, karena sistem tersebut mengeluarkan gas buang melalui lubang yang tidak dia lihat.

    (dem/dem)