Kementrian Lembaga: NASA

  • Batu Zaman Purba Ditemukan, Isinya Bikin Kaget Peneliti

    Batu Zaman Purba Ditemukan, Isinya Bikin Kaget Peneliti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak makhluk yang hidup di masa lampau yang keberadaannya saat ini sudah tidak ditemukan lagi atau punah layaknya dinosaurus hingga megalodon.

    Namun, ternyata ada makhluk zaman purba yakni mikro-organisme yang ditemukan oleh peneliti dalam batu berusia lebih dari 2 miliar tahun. Penemuan ini disebut bisa mengubah pengetahuan soal evolusi makhluk hidup di Bumi.

    Futurism mengutip sebuah artikel di jurnal Microbial Ecology tentang temuan mikroba yang masih hidup di dalam sebuah batu kuno yang usianya lebih dari 2 miliar tahun. Siaran pers soal penelitian tersebut menyatakan bahwa itu mikroba hidup yang ditemukan di batu paling tua.

    “Kami tidak tahu apakah batu berusia 2 miliar tahun bisa ditinggali. Sampai saat ini, lapisan geologi tertua yang di dalamnya ditemukan mikro-organisme hidup berusia 100 juta tahun yang terkubur di bawah dasar laut. Artinya, ini penemuan yang mengesankan,” kata Yohey Suzuki, salah satu peneliti dari Graduate School of Science di University of Tokyo, dikutip Minggu (2/2/2025).

    Teori yang diterima luas saat ini menyatakan kehidupan pertama kali muncul di Bumi sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Adapun, manusia baru muncul ratusan ribu tahun silam. Penemuan mikroba di dalam batu kuno membuka peluang untuk meneliti ekosistem dan evolusi biologi miliaran tahun lalu.

    Dalam laporan riset, peneliti menyatakan mikroba tersebut adalah makhluk “asli” di batu kuno yang dipecahkan dan berevolusi dengan sangat lambat. Artinya, penelitian lebih lanjut menggunakan mikroba itu bisa memberikan pengetahuan baru soal genetika.

    “Dengan meneliti DNA dan genomik mikroba seperti ini, kita bisa memahami evolusi pada era terawal di Bumi,” kata Suzuki.

    Batu kuno objek penelitian diambil dari Afrika Selatan menggunakan metode pengeboran ultra-dalam.

    Koalisi peneliti internasional percaya penelitian mikroba di batu kuno juga akan berdampak ke upaya mencari kehidupan lain di luar Bumi.

    NASA, misalnya, saat ini memiliki robot Perseverance di Mars yang salah satu misinya adalah mengambil sampel fisik untuk dikirim ke Bumi. Peneliti batu kuno di Bumi memperkirakan sampel dari Mars usianya akan sama dengan batu yang dibor di Afrika Selatan.

    “Menemukan kehidupan mikroba di Bumi dari 2 miliar tahun lalu dan bisa mengkonfirmasi keasliannya membuat saya semangat, ingin tahu apa yang bisa kita temukan dari sampel di Mars,” kata Suzuki.

    (mkh/mkh)

  • Ahli Klaim Temukan Bukti Terkuat Jejak Alien

    Ahli Klaim Temukan Bukti Terkuat Jejak Alien

    Jakarta

    Para ahli telah menemukan sesuatu yang mereka klaim sebagai ‘bukti terkuat’ tentang keberadaan alien di planet lain. Jejak ini mereka temukan saat meneliti potongan-potongan asteroid yang diketahui mengandung bahan penyusun kehidupan.

    Pada 2020, pesawat ruang angkasa NASA mengumpulkan sampel dari asteroid bernama Bennu sebagai bagian dari misi menegangkan yang berlangsung dalam jarak jutaan kilometer jauhnya. Setelah kembali ke Bumi, sampel tersebut dikirim ke laboratorium di seluruh dunia, termasuk di Inggris, untuk dipelajari oleh para ilmuwan.

    Kini, analisis mengungkapkan bahwa jejak air garam purba dalam sampel tersebut mengandung mineral yang penting bagi kehidupan dan yang memicu proses kimia yang menghasilkan Bumi yang subur dan gembur.

    Para ahli mengatakan, ini adalah ‘bukti terkuat’ bahwa bahan penyusun kehidupan seperti yang kita ketahui tersebar di seluruh Tata Surya, dan telah ada selama miliaran tahun.

    Penemuan ini telah dipublikasikan dalam dua makalah. Studi pertama menunjukkan Bennu adalah bagian dari dunia basah dan asin yang telah lama hilang yang berasal dari awal Tata Surya, sedangkan makalah lainnya mengungkap rangkaian bahan organik yang terdeteksi dalam sampel.

    Bahan organik yang terdeteksi antara lain kelima basa nitrogen, molekul yang diperlukan untuk membangun DNA dan RNA, dan asam amino yang merupakan bahan penyusun protein.

    “Salah satu hal menarik yang kami temukan di sana adalah berbagai macam garam. Itu termasuk natrium klorida, yang kami taruh di chip kami, dan banyak garam lain seperti fosfat dan karbonat,” kata Profesor Sara Russell, dari Natural History Museum, salah satu ilmuwan yang mempelajari sampel tersebut, dikutip dari Daily Mail.

    Russell dan ilmuwan lainnya berpendapat bahwa sampel tersebut sebenarnya membentuk air asin yang mungkin berada di bawah tanah di asteroid. Cairan asin semacam ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk membuat molekul organik.

    “Dan di Tata Surya awal, ada jutaan asteroid seperti Bennu, jadi itu bisa sangat penting untuk ‘menyemai’ Bumi dan planet lain dengan semua bahan yang dapat mereka gunakan untuk kehidupan,” ujarnya.

    Ia melanjutkan, meskipun belum ada bukti kehidupan di tempat lain di Tata Surya, kini para ilmuwan tahu bahwa semua bahan ini ada di sekitar Tata Surya.

    “Saya membayangkan bahwa apa pun yang turun di Bumi juga akan turun di Mars dan di bulan-bulan planet raksasa, dan mungkin saja itu merupakan lingkungan yang sangat bagus untuk memulai kehidupan,” imbuhnya.

    Russel menyebutkan, temuan ini adalah bukti yang sangat kuat bahwa unsur-unsur pembentuk kehidupan ini tersebar luas di seluruh Tata Surya.

    “Saya pikir kemungkinan besar fakta bahwa kita telah menemukan hal-hal ini dalam jumlah banyak berarti bahwa kehidupan mungkin telah dimulai di tempat lain,” duganya.

    Dua studi baru, yang dipublikasikan di jurnal Nature dan Nature Astronomy, merupakan salah satu analisis pertama yang dipublikasikan mengenai sampel Bennu.

    Beberapa ‘blok penyusun’ penting ini belum terdeteksi dalam meteorit yang jatuh ke Bumi, kemungkinan besar karena komposisinya telah berubah setelah terbakar melalui atmosfer dan akan mudah terkontaminasi setelah menghantam tanah.

    Bennu terdiri dari potongan-potongan asteroid yang lebih besar yang terbentuk hampir 4,6 miliar tahun lalu, sekitar waktu yang sama dengan Tata Surya.

    Dengan memahami komposisi sampel Bennu, para ilmuwan dapat memperoleh wawasan tentang kondisi saat itu, membantu menjawab pertanyaan tentang bagaimana Tata Surya dan Bumi terbentuk.

    “Menarik bahwa meskipun Bennu memiliki semua yang dibutuhkan untuk kehidupan, ia tidak terbentuk. Kondisi kompleks dan rumit yang dibutuhkan untuk mengkatalisasi kehidupan benar-benar menyoroti kelimpahan keanekaragaman hayati di Bumi,” Profesor Russell menambahkan.

    Penulis utama studi Tim McCoy, kurator meteorit di Smithsonian Museum di Washington mengatakan, pekerjaan luar biasa ini, yang dilakukan pada skala mikron, akan membantu para ahli memahami apa yang terjadi pada skala planet.

    (rns/rns)

  • 10 Foto Menakjubkan Galaksi Tempat Kita Tinggal, Dibagikan oleh NASA

    10 Foto Menakjubkan Galaksi Tempat Kita Tinggal, Dibagikan oleh NASA

    Foto Galaksi Bimasakti yang ditangkap oleh Pusat Penerbangan Antariksa Goddard milik NASA. Gambar ini memperlihatkan galaksi dalam gelombang radio, suatu bentuk cahaya yang tidak terlihat oleh mata manusia. Gambar ini memperlihatkan sumber dan struktur gelombang radio di galaksi kita, seperti sisa-sisa supernova, daerah pembentuk bintang, dan pusat galaksi. Foto: NASA via Times of India

  • IKN Berubah Drastis, NASA Bocorkan Penampakan dari Langit

    IKN Berubah Drastis, NASA Bocorkan Penampakan dari Langit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA baru-baru ini merilis suatu gambar pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang berhasil ditangkap oleh OLI-2 (Operational Land Imager-2) di Landsat 9 dan OLI di Landsat 8.

    Gambar tersebut dipublikasikan oleh Earth Observatory NASA dan memperlihatkan kondisi wilayah IKN pada April 2022 dan Februari 2024. Pada gambar 2024, terlihat banyak perubahan signifikan, dimana banyak lahan di dalam hutan yang sudah dibuka untuk pembangunan infrastruktur.

    Adapun, pembangunan IKN dimulai pada Juli 2022 di kawasan hutan dan perkebunan kelapa sawit 30 kilometer ke daratan dari Selat Makassar. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan lingkungan yang dihadapi Jakarta, ibu kota Indonesia saat ini.

    IKN Juli 2022

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

    IKN Februari 2024

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

    Wilayah metropolitan Jakarta dihuni oleh 30 juta orang dan telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Banjir yang sering terjadi, lalu lintas padat, polusi udara dan kekurangan air minum merupakan hal yang biasa terjadi di Jakarta.

    Jakarta juga diisukan bakal tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Pengambilan air tanah yang berlebihan telah berkontribusi terhadap laju penurunan permukaan tanah hingga 15 sentimeter per tahun, dan 40 persen wilayah kota kini berada di bawah permukaan laut.

    Meski demikian, beberapa peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan IKN dapat membahayakan hutan dan satwa liar di wilayah tersebut.

    Hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy.

    Meskipun lokasinya telah banyak berubah selama satu setengah tahun terakhir, kota ini masih jauh dari selesai. Konstruksi direncanakan akan selesai pada tahun 2045.

    (fab/fab)

  • Petaka Baru Mengintai, Trump Tower Terancam Tenggelam

    Petaka Baru Mengintai, Trump Tower Terancam Tenggelam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena mengkhawatirkan terjadi di wilayah Miami, Amerika Serikat. Penyebabnya adalah pembangunan besar-besaran di kawasan pesisir pantai sejak 2016 yang memicu penurunan permukaan tanah.

    Sebanyak 35 gedung pencakar langit, termasuk Trump Tower III, terdeteksi tenggelam sampai 8 cm ke dalam tanah, dikutip dari Earth, Sabtu (1/2/2024).

    Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Earth and Space Science menunjukkan tingkat penurunan permukaan tanah di wilayah Miami dalam periode 2016-2023.

    Para peneliti di University of Houston mengidentifikasi bahwa pembangunan wilayah pesisir Miami telah memberikan tekanan besar pada lahan rapuh di bawah truktur tersebut.

    Risiko ketidakstabilan tanah yang signifikan digadang-gadang akan membawa petaka bagi keamanan gedung pencakar langit di Miami, terutama bangunan baru.

    “Sekitar setengah dari struktur yang mengalami penurunan permukaan tanah berusia lebih muda dari tahun 2014, dan penurunan permukaan tanah akan berkurang seiring berjalannya waktu. Korelasi ini menunjukkan bahwa penurunan permukaan tanah berkaitan dengan kegiatan konstruksi,” kata laporan tersebut.

    Temuan ini menunjukkan bahwa beban dan getaran dari pembangunan skala besar menekan geologi berpori dan berpasir di wilayah Miami, sehingga menyebabkan bangunan tenggelam secara bertahap.

    Kota-kota pesisir seperti Miami memiliki struktur tanah yang terdiri dari sedimen lepas, batu kapur, dan pasir. Bahan-bahan ini dapat memadat karena beban bangunan yang berat, sehingga menyebabkan perubahan permukaan tanah seiring berjalannya waktu.

    Prosesnya tidak seragam di semua struktur. Dalam beberapa kasus, penurunan permukaan tanah dimulai segera setelah konstruksi, tetapi melambat seiring dengan penurunan tanah.

    Di negara lain, proses tenggelam terus berlanjut pada tingkat yang stabil, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai stabilitas jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa ketika daratan mengalami kompresi melampaui ambang batas tertentu, proses pembalikan hampir mustahil dilakukan.

    Permasalahan yang berlangsung pelan tapi pasti inimenimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan Miami memelihara infrastruktur yang aman dalam menghadapi penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut.

    Tim peneliti di University of Houston berupaya memvalidasi temuan ini dengan menggunakan teknologi mutakhir yang mampu mendeteksi perubahan kecil di permukaan bumi.

    Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Houston yang dipimpin oleh Profesor Pietro Milillo.

    Tim tersebut menggunakan InSAR, atau Interferometric Synthetic Aperture Radar, metode penginderaan jauh berbasis satelit yang mampu mendeteksi perubahan permukaan sekecil ketebalan kartu kredit.

    InSAR bekerja dengan membandingkan sinyal radar dari dua gambar area yang sama yang diambil pada waktu berbeda. Bahkan, deformasi terkecil pada permukaan Bumi pun dapat terlihat dengan menggunakan teknik ini.

    “Kami menghubungkan tenggelamnya tanah terutama dengan beban dan getaran dari konstruksi gedung bertingkat,” kata Milillo.

    “Fenomena yang digambarkan sebagai deformasi mulur, terjadi ketika lapisan pasir yang berselingan dengan geologi batu kapur berpori di Miami terkompresi di bawah tekanan, sehingga berpotensi mengganggu stabilitas struktural,” ia menjelaskan.

    “Pekerjaan kami mengkonfirmasi pola penurunan permukaan tanah secara spasial dan temporal dalam penelitian ini. Kami menunjukkan bagaimana tekanan yang disebabkan oleh konstruksi melampaui tapak bangunan, sehingga menimbulkan risiko terhadap area sekitar 320 meter jauhnya,” ia melanjutkan.

    Studi ini merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan beberapa institusi terkemuka, termasuk University of Houston, University of Miami, German Aerospace Center, Jet Propulsion Laboratory NASA, dan University of Hannover.

    Kontributor utama penelitian ini adalah Amin Tavakkoliestahbanati, seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja di bawah bimbingan Milillo.

    35 Bangunan Tenggelam di Miami

    Studi ini berfokus pada bangunan yang terletak di beberapa wilayah pesisir paling padat di Miami, termasuk Pantai Sunny Isles, Pelabuhan Bal, dan Surfside.

    Para peneliti menemukan 35 bangunan di lokasi-lokasi ini mengalami penurunan permukaan tanah yang terukur, dan banyak bangunan baru terkena dampak paling besar.

    Data tersebut juga mengungkapkan dampak penurunan permukaan tanah bisa meluas. Pasalnya, tekanan dari struktur-struktur ini berpindah ke tanah di sekitarnya, sehingga berdampak pada area yang jauh di luar lokasi konstruksi awal.

    Pantai Sunny Isles menunjukkan beberapa pola yang paling memprihatinkan. Sekitar 70% gedung-gedung tinggi yang baru dibangun di wilayah tersebut menunjukkan penurunan tanah yang masif dan terukur.

    Selama ini, pulau-pulau di Miami sudah rentan terhadap kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan cuaca ekstrem. Penemuan baru soal penurunan permukaan tanah menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh para perencana kota, engineer, dan pembuat kebijakan.

    Seiring dengan pertumbuhan kota, makin penting untuk memasukkan data geologi dan alat penginderaan jauh seperti InSAR ke dalam perencanaan kota.

    Teknologi ini dapat membantu mengidentifikasi area yang berisiko bahkan sebelum konstruksi dimulai, sehingga berpotensi mencegah kegagalan struktural di masa depan.

    Mengabaikan risiko yang penurunan muka tanah dapat mengakibatkan konsekuensi yang parah. Dalam beberapa kasus, tenggelamnya tanah dalam waktu lama dapat menimbulkan retakan pada fondasi bangunan, melemahkan struktur pendukung, dan bahkan menyebabkan keruntuhan.

    Untuk kota seperti Miami yang memiliki permintaan tinggi terhadap hunian masyarakat, masalah ini harus menjadi prioritas untuk segera ditangani dengan serius.

    Lantas, bagaimana supaya skenario terburuk tidak terjadi?

    Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah menerapkan peraturan bangunan yang lebih ketat yang mengharuskan pengembang melakukan penilaian geoteknik secara perinci sebelum konstruksi dimulai.

    Kemungkinan lainnya adalah dengan mengintegrasikan program pemantauan jangka panjang yang melacak pola penurunan permukaan tanah dari waktu ke waktu, sehingga pihak berwenang dapat melakukan intervensi sebelum permasalahan struktural menjadi kritis.

    “Ini merupakan seruan bagi para engineer, perencana kota, dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan kota yang berkelanjutan,” kata Millo.

    Dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan mendorong praktik konstruksi yang bertanggung jawab, kota-kota seperti Miami dapat terus berkembang sambil memastikan keamanan dan stabilitas lanskap perkotaannya.

    Temuan penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa apa yang terjadi di bawah permukaan dapat mempunyai implikasi besar bagi masa depan pembangunan wilayah pesisir.

    (fab/fab)

  • Ada Cerita Mencengangkan di Balik Foto Sejarah Ini

    Ada Cerita Mencengangkan di Balik Foto Sejarah Ini

    Ronald (kiri) dan Carl McNair (kanan), dua bersaudara yang dibesarkan di wilayah Selatan yang mengalami segregasi, memiliki ikatan yang kuat sejak kecil. Pada tahun 1959, Ronald yang berusia 9 tahun, ditemani Carl, mengunjungi perpustakaan umum untuk mencari buku-buku sains. Namun, pustakawan menolak permintaannya karena rasnya. Ronald menolak untuk pergi sampai polisi dipanggil. Meskipun pustakawan itu memprotes, polisi mengizinkan Ronald untuk meminjam buku-buku tersebut.

    Ronald kemudian meraih gelar Ph.D. dalam Fisika dari MIT dan bergabung dengan NASA, menjadi astronot kulit hitam kedua pada tahun 1984. Carl selalu mendukung impian saudaranya, meskipun awalnya tidak percaya. Tragisnya, Ronald meninggal dalam kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger pada tahun 1986. Kini, perpustakaan yang dulu menolaknya dinamai menurut namanya, sebagai pengakuan atas kegigihan dan prestasinya. Foto: Instagram History Cool Kids

  • Astronom Temukan Asteroid Berpeluang 1% Tabrak Bumi, Perlukah Khawatir?

    Astronom Temukan Asteroid Berpeluang 1% Tabrak Bumi, Perlukah Khawatir?

    Jakarta

    Para astronom dikejutkan dengan penemuan asteroid baru yang memiliki peluang 1% untuk menabrak Bumi. Asteroid yang diberi nama 2024 YR4 ini diperkirakan akan melintasi Bumi pada tahun 2032 mendatang.

    Meskipun angka ini terlihat kecil, keberadaan asteroid ini memicu pertanyaan: perlukah kita khawatir?

    “Sangat jarang ada asteroid dengan kemungkinan menabrak Bumi yang bukan nol,” kata Heidi Hammel, Wakil Presiden Dewan Direksi Planetary Society dikutip dari USA Today. “Saat ini, para astronom telah mengukur orbit objek tersebut, dan pengamatan lebih lanjut akan menyempurnakan orbit tersebut untuk memberi kita pemahaman yang lebih tepat tentang potensi bahayanya.”

    Apa Itu Asteroid YR4?

    Asteroid YR4 adalah sebuah batuan luar angkasa yang ditemukan oleh para astronom dalam survei rutin mereka. Pertama kali terdeteksi oleh sistem peringatan dini milik NASA, Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Chili pada Desember 2024.

    Objek tersebut kemudian pertama kali dilaporkan pada 27 Desember 2024 ke Minor Planet Center , otoritas resmi untuk mengamati dan melaporkan asteroid , komet, dan benda kecil baru lainnya di tata surya, menurut NASA.

    Beberapa hari kemudian, objek tersebut menarik perhatian NASA dan astronom lain saat muncul di Sentry Impact Risk Table milik Badan Antariksa AS . Sentry, sebuah program di bawah Center for Near-Earth Object Studies di Jet Propulsion Laboratory milik NASA di California, melacak asteroid yang diketahui memiliki kemungkinan bukan nol untuk menghantam Bumi.

    Sebesar Apa Asteroid YR4?

    Berdasarkan pengamatan awal, asteroid ini diperkirakan lebarnya sekitar 40 hingga 91 meter. Data menunjukkan bahwa asteroid itu memiliki bentuk yang memanjang, sementara pengukuran pada panjang gelombang tampak menunjukkan bahwa asteroid itu mungkin berbatu, menurut Planetary Society

    Jika bertabrakan dengan Bumi, asteroid sebesar itu dapat menyebabkan ledakan di atmosfer atau bahkan menciptakan kawah tumbukan. Kedua kemungkinan tersebut kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan yang menghancurkan di daratan, meskipun tidak cukup untuk menjadi peristiwa kepunahan massal .

    Peluang 1%, Perlu Khawatir?

    Peluang 1% dalam konteks astronomi, angka ini masih dianggap rendah. Para ilmuwan menggunakan skala Torino, yang mengukur risiko tabrakan benda langit dengan Bumi. Skala ini berkisar dari 0 (tidak ada risiko) hingga 10 (tabrakan pasti dengan dampak besar). Saat ini, YR4 berada pada tingkat yang sangat rendah dalam skala ini, menunjukkan bahwa risiko sebenarnya masih kecil.

    Namun, peluang 1% ini tidak boleh diabaikan begitu saja. Para astronom terus memantau orbit asteroid ini untuk memperbarui perhitungan mereka. Seiring dengan pengamatan yang lebih akurat, peluang tabrakan bisa berubah, baik meningkat maupun menurun.

    Saat ini, kekhawatiran tentang asteroid YR4 masih prematur. Peluang 1% untuk menabrak Bumi adalah angka yang rendah.

    Dalam beberapa tahun terakhir, NASA dan badan antariksa dunia telah mengambil langkah-langkah untuk membangun pertahanan guna melindungi umat manusia dari ancaman yang ditimbulkan oleh asteroid dan batuan luar angkasa lainnya, seperti komet.

    (afr/afr)

  • Jelang Ramadan, Ini 5 Peristiwa Besar yang Terjadi di Bulan Syaban

    Jelang Ramadan, Ini 5 Peristiwa Besar yang Terjadi di Bulan Syaban

    Perstiwa Agung di Bulan Syaban bagi orang beriman berikutnya ialah diangkatnya amalan tahunan ke hadapan Allah SWT. Karena ini pula lah Rasulullah SAW memperbanyak saum atau puasa di bulan ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Padahal Syaban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa-i no. 2329)

    Dalam keterangan lainnya, Rasulullah SAW juga bersabda jika banyak manusia yang melalaikan bulan ini, padahal pada bulan itu semua diserahkan pada Allah SWT. Penyerahan amal yang dimaksud ialah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Dalam banyak keterangan, kita juga dapat menemukan pengangkatan amal, ada yang harian dan pekanan.

    Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, “Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda, “Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, ‘Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan salat’.” (HR. Ahmad 8341, Bukkhari 555, Muslim 1464 dan yang lainnya).

    Sementara ibadah mingguan, terjadi pada hari Senin dan Kamis. Karena itu pula lah Rasulullah SAW mensunnahkan berpuasa. Sahabat Abu Hurairah radhiyallahuanhu mengabarkan, “Aku pernah mendengar Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Amalan-amalan manusia dilaporkan kepada Allah setiap hari Kamis malam Jumat. Orang yang memutus tali silaturahmi, amalannya tidak akan diterima,’”. (HR. Bukhari dan Muslim)

    Dalam riwayat Tirmidzi dijelaskan, “Amalan manusia dilaporkan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis. Dan aku suka saat amalku dilaporkan, kondisiku sedang puasa.”

    Pelaporan amal harian, lebih khusus daripada pelaporan amal tahunan. Dikutip secara ringkas dari Hasyiyah Ibnul Qayyim alas Sunan Abi Dawud (12/313), ketika ajal seseorang datang, seluruh amal perbuatan yang dia lakukan selama hidupnya, akan diangkat seluruhnya. Kemudahan lembaran catatan amalnya akan digulung.

  • Asteroid bawa elemen penting saat jatuh ke Bumi, kata peneliti – Halaman all

    Asteroid bawa elemen penting saat jatuh ke Bumi, kata peneliti – Halaman all

    Sampel Asteroid Bennu yang dibawa badan antariksa Amerika Serikat (Nasa) dari luar angkasa mengungkap unsur kimia yang dipercaya sebagai elemen penting di Bumi. Temuan ini membantu ilmuwan memahami bagaimana batuan di tata surya membawa unsur yang menyokong kehidupan di Bumi.

    Temuan ini merupakan hasil analisis yang didapatkan dari debu pada asteroid bernama Bennu.

    Sampel batuan luar angkasa tersebut mengandung beragam mineral dan ribuan senyawa organik, termasuk asam amino, yang merupakan molekul pembentuk protein, serta basa nukleat yang merupakan komponen fundamental DNA.

    Temuan Ini tidak berarti bahwa pernah ada kehidupan di Asteroid Bennu. Akan tetapi, temuan ini mendukung teori bahwa asteroid membawa bahan-bahan serupa ke Bumi ketika mereka menabrak planet kita miliaran tahun lalu.

    Para ilmuwan percaya bahwa senyawa yang sama itu juga dapat dibawa ke tempat-tempat lain di tata surya kita.

    “Apa yang telah kita pelajari darinya sungguh luar biasa,” kata Prof Sara Russell, seorang ahli mineral kosmik dari Natural History Museum di London.

    “Materi ini menceritakan tentang asal-usul kita sendiri, dan memungkinkan kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat, sangat besar tentang di mana kehidupan dimulai. Dan siapa yang tidak ingin tahu tentang bagaimana kehidupan dimulai?”

    Temuan ini diterbitkan dalam dua makalah di jurnal Nature.

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    Proses pengambilan sampel

    Upaya pengambilan potongan Asteroid Bennu merupakan salah satu misi paling berani yang pernah dicoba Nasa.

    Pesawat luar angkasa bernama Osiris Rex membentangkan lengan robot untuk mengumpulkan sebagian batuan luar angkasa selebar 500 meter itu. Sampel ini kemudian disimpan di dalam kapsul guna dikirimkan ke Bumi pada 2023.

    Sekitar 120 gram debu hitam terkumpul dan dibagikan kepada para ilmuwan di seluruh dunia. Bobot 120 gram debu mungkin tidak terdengar banyak, tetapi bagi para ilmuwan sampel ini adalah harta karun.

    “Setiap butir memberi tahu kita sesuatu yang baru tentang Bennu,” kata Prof Russell, yang telah mempelajari bintik-bintik kecil tersebut.

    Sekitar satu sendok teh sampel asteroid dikirim ke para ilmuwan di Inggris.

    Penelitian baru ini menunjukkan bahwa batuan luar angkasa itu penuh dengan senyawa kaya nitrogen dan karbon.

    Sampel itu juga meliputi 14 dari 20 asam amino yang menunjang kehidupan di Bumi untuk membangun protein dan keempat molekul berbentuk cincin yang membentuk DNA—adenin, guanin, sitosin, dan timin.

    Penelitian ini juga menemukan berbagai mineral dan garam, yang menunjukkan bahwa air pernah ada di asteroid tersebut. Amonia yang penting untuk proses reaksi biokimia, juga teridentifikasi.

    Beberapa senyawa ini telah terdeteksi di batuan luar angkasa yang jatuh ke Bumi, tetapi masih banyak senyawa lain yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

    “Sungguh luar biasa betapa kayanya itu. Penuh dengan mineral-mineral yang belum pernah kita lihat sebelumnya di meteorit dan kombinasinya yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Sungguh merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dipelajari,” kata Prof Russell.

    Penelitian terbaru ini menambah bukti yang berkembang bahwa asteroid membawa air dan materi organik ke Bumi.

    “Tata Surya awal sangat bergejolak dan ada jutaan asteroid seperti Bennu yang terbang di sekitar,” jelas Dr Ashley King, dari Natural History Museum.

    Asteroid membawa unsur penunjang kehidupan

    Temuan ini memunculkan bayangan akan apa yang terjadi pada masa lalu.

    Asteroid-asteroid di tata surya pernah membombardir Bumidi awal pembentukannya.

    Asteroid-asteroid itu juga diperkirakan menaburi Bumi dengan bahan-bahan yang membentuk laut dan memungkinkan terciptanya kehidupan.

    Tetapi Bumi bukanlah satu-satunya dunia yang pernah dihantam oleh batuan luar angkasa. Asteroid-asteroid juga bertumbukan dengan planet lain.

    “Bumi itu unik, karena merupakan satu-satunya tempat di mana kita telah menemukan kehidupan sejauh ini, tetapi kita tahu asteroid mengirimkan bahan-bahan itu, karbon dan air, ke seluruh Tata Surya,” kata Dr King.

    “Dan salah satu hal besar yang sedang kita coba pahami sekarang adalah, jika Anda memiliki kondisi yang tepat, mengapa kita memiliki kehidupan di sini di Bumi – dan mungkinkah kita menemukannya di tempat lain di Tata Surya kita?”

    Ini adalah pertanyaan kunci yang akan terus coba dijawab oleh para ilmuwan.

  • Astronaut Sunita Williams Cetak Rekor Spacewalk di Luar ISS

    Astronaut Sunita Williams Cetak Rekor Spacewalk di Luar ISS

    FotoINET

    AP Photo/NASA – detikInet

    Jumat, 31 Jan 2025 16:00 WIB

    Stasiun Luar Angkasa Internasional – Astronaut NASA Sunita Williams yang sudah terjebak di ISS selama 7 bulan mencetak rekor spacewalk. Ia telah memiliki 62 jam dan 6 menit spacewalking.