Kementrian Lembaga: NASA

  • Mengenal Pesawat Kolaborasi Toyota dan Joby

    Mengenal Pesawat Kolaborasi Toyota dan Joby

    Tokyo

    Pada ajang Japan Mobility Show (JMS) 2025, booth Lexus memberi kejutan dengan memperlihatkan kendaraan konsep yang dinilai bakal menjadi kendaraan yang cocok di masa depan. Namun lebih menarik lagi, di booth Lexus pesawat terbang ikut terparkir di dalamnya.

    Rupanya pesawat yang terparkir di booth Lexus tersebut, merupakan hasil kolaborasi Toyota, Lexus dan Joby sebuah perusahaan maskapai yang bermarkas di Santa Cruz, California, Amerika Serikat.

    Sebagai catatan Joby merupakan perusahaan maskapai pesawat terbang, yang berdiri sejak 2009 yang mengembangkan pesawat lepas landas dan mendarat secara vertikal elektronik atau electric vertical takeoff and landing (eVTOL) yang diperuntukan untuk menjadi taksi terbang.

    Dipilihnya Joby untuk bisa bekerjasama dengan Toyota tidak main-main, soalnya perusahaan Joby Aviation sendiri ini meruapakan perusahaan yang dinilai cukup berkembang karena ikut mengembangkan electrics motors, flight software dan baterai lithium-ion, bahkan Joby sendiri ikut berpartisipasi dalam projek NASA X-57 Maxwell dan LEAPTech.

    Pesawat kolaborasi Toyota dengan Joby. Foto: M Luthfi Andika/detik.com

    Sehingga Joby dinilai memang pantas untuk bisa berada di booth Lexus di Japan Mobility Show (JMS) 2025. Karena kolaborasi Toyota dan Joby ini sangat memungkinkan untuk bisa diwujudkan di masa depan.

    “Iya ini merupakan pesawat hasil kolaborasi dari Toyota dan Joby,” ucap Project Manager Grouplobal Communication Group, product Promotion Dept, Lexus Branding Enhancement Div, Atsushi Kuroda, saat ditemui detikOto di Japan mobility Show (2025).

    Kuroda menambahkan saat ini pesawat Toyota ini sudah dan terus melakukan pengujian, hal ini dilakukan agar pesawat ini benar-benar bisa terealisasi.

    “Ini merupakan pengembangan pesawat beberapa tahun lalu. Dan untuk pesawat ini masih dan terus diuji, saat ini pesawat Toyota dan Joby ini tengah diuji dai Dubai, Amerika Serikat dan di Jepang sendiri,” Kuroda menambahkan.

    Namun sayang, Kuroda tidak membocorkan spesifikasi apa yang akan ditawarkan taksi terbang Toyota ini.

    “Untuk jarak, baterai apa yang akan digunakan, jumlah penumpang, itu belum bisa kami ungkapkan. Akan tetapi yang pasti pesawat ini bakal menjadi pesawat listrik,” tutup Kuroda yang mengaku pernah berkunjung ke Indonesia.

    (lth/din)

  • Pesawat Antariksa Tianwen 1 Milik China Tangkap Gambar Komet 3I/ATLAS

    Pesawat Antariksa Tianwen 1 Milik China Tangkap Gambar Komet 3I/ATLAS

    Jakarta

    Pengorbit Mars Tianwen 1 milik China telah mengambil gambar komet antarbintang 3I/ATLAS selama lintasan dekatnya dengan Planet Merah tersebut. Hasil gambar ini membantu ilmuwan seluruh dunia mempelajari ‘tamu’ antarbintang yang langka tersebut.

    3I/ATLAS merupakan objek ketiga yang pernah dipastikan mencapai Tata Surya kita setelah berasal dari sistem planet lain, setelah Oumuamua pada 2017 dan 2I/Borisov pada 2019. Kali ini, badan antariksa di seluruh dunia mengupayakan berbagai cara untuk mempelajari komet tersebut, termasuk menggunakan kembali pesawat antariksa yang tersebar di seluruh Tata Surya.

    Badan antariksa Eropa (ESA) dan Amerika Serikat (NASA) diketahui telah mengarahkan wahana antariksa Mars mereka, termasuk wahana penjelajah permukaan, ke arah komet tersebut ketika 3I/ATLAS, yang diperkirakan lebih tua dari Tata Surya kita, melintas pada awal Oktober.

    Kini, badan antariksa nasional China (CNSA) telah mengungkapkan bahwa wahana antariksa Tianwen 1 miliknya telah mengambil gambar komet tersebut antara 1 hingga 4 Oktober. CNSA kemudian menerbitkan gambar yang menunjukkan jalurnya selama periode tersebut, serta foto terpisah dari 3 Oktober.

    Tianwen 1 menggunakan High-Resolution Imaging Camera (HiRIC), yang agak mirip dengan HiRISE pada Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) NASA, tetapi dengan resolusi yang sedikit lebih rendah, untuk menangkap komet yang bergerak dengan latar belakang bintang.

    Operasi ini menimbulkan tantangan, terutama beralih dari pencitraan fitur permukaan planet yang terang dari orbit Mars rendah ke pelacakan, dari jarak 28,96 juta kilometer, sebuah komet redup yang bergerak dengan kecepatan 58 km per detik dan lebarnya hanya 5,6 km.

    “Data yang diperoleh oleh kamera beresolusi tinggi diterima, diproses, dan ditampilkan oleh sistem aplikasi berbasis darat,” menurut pernyataan CNSA pada 5 November seperti dikutip dari Space.com, Jumat (7/11/2025).

    “Gambar-gambar tersebut dengan jelas menunjukkan ciri khas komet tersebut, yang terdiri dari inti dan koma di sekitarnya, dengan diameter mencapai beberapa ribu kilometer,” jelas mereka.

    CNSA mengatakan proyek pencitraan komet merupakan misi perluasan penting bagi Tianwen 1, yang menyatakan bahwa kemampuan untuk mengamati benda-benda langit redup memberikan peluang untuk melakukan uji teknis yang berguna dan mengumpulkan pengalaman untuk misi kedua dalam rangkaian eksplorasi luar angkasa China, Tianwen 2, yang diluncurkan pada Mei dan sedang dalam perjalanan untuk mengambil sampel asteroid dekat Bumi.

    Tianwen 1 adalah misi eksplorasi planet pertama China. Misi ini diluncurkan pada Juli 2020 dan memasuki orbit Mars pada Februari 2021. Penjelajah Zhurong dalam misi ini berhasil mendarat di wilayah Utopia Planitia Mars pada Mei 2021 dan beroperasi di permukaannya selama sekitar satu tahun Bumi.

    (rns/fay)

  • Amerika Kacau Balau, 40 Bandara Lumpuh-Ribuan Penerbangan Batal

    Amerika Kacau Balau, 40 Bandara Lumpuh-Ribuan Penerbangan Batal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penutupan pemerintahan alias ‘government shutdown’ di Amerika Serikat (AS) saat ini sudah memecahkan rekor terlama. Per Kamis (6/11/2025), government shutdown sudah memasuki hari ke-37.

    Dampaknya signifikan dalam berbagai sektor. Beberapa saat lalu, NASA melaporkan tim yang mempersiapkan misi Artemis II ke Bulan pada Februari 2026 saat ini bekerja tanpa dibayar, termasuk para astronaut.

    Terbaru, pada Rabu (5/11) kemarin, Menteri Transportasi Sean Duffy mengumumkan bahwa kapasitas penerbangan akan diturunkan sebanyak 10% di 40 bandara besar mulai Jumat (8/11) besok waktu setempat.

    Penurunan kapasitas ini akan berdampak pada 3.500-4.000 penerbangan setiap harinya. Namun, belum jelas bandara mana saja yang akan terdampak, dikutip dari CNBC International, Kamis (6/11/2025).

    Pihak Lembaga Administrasi Penerbangan Federal (FAA), Bryan Bedford, mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan-tindakan tambahan setelah pengurangan kapasitas dilakukan.

    “Setelah kami mengurai data secara lebih perinci, kami melihat tekanan meningkat sedemikian rupa sehingga kami rasa, jika dibiarkan begitu saja, tidak akan memungkinkan kami untuk terus memberi tahu publik bahwa kami mengoperasikan sistem penerbangan teraman di dunia,” kata Bedford pada Rabu (6/11/2025).

    Bedford menambahkan pihaknya akan bertemu dengan para maskapai penerbagan untuk memutuskan bagaimana cara yang efektif dalam mengimplementasikan penurunan kapasitas. Ia mengatakan hal seperti ini belum pernah dialami sebelumnya.

    Duffy memprediksi akan lebih banyak pembatalan penerbangan akibat penurunan kapasitas. Ia juga tak memberi tahu kapan penurunan kapasitas ini akan berakhir.

    Langkah yang diambil untuk menurunkan kapasitas bandara terjadi setelah para pengawas lalu lintas udara tidak menerima gaji pasca government shutdown. Para pengawas lalu lintas udara dan tim di Administrasi Keamanan Transportasi adalah pegawai negeri yang fungsinya krusial dan diminta tetap bekerja selama government shitdown.

    Awal pekan ini, Duffy mengatakan dalam acara “Squawk Box” di CNBC International bahwa ia bisa “menutup seluruh wilayah udara” jika government shutdown ini terus berlanjut.

    Pada Rabu (5/11) pagi, Presiden Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional, Nick Daniels, mengatakan dalam acara “Squawk Box” di CNBC International bahwa pemulihan dari dampak government shutdown terhadap para pengendali lalu lintas udara bisa memakan waktu berminggu–minggu.

    Government shutdown kali ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan mengenai rancangan undang-undang (RUU) pendanaan sementara. Senat Demokrat menolak untuk memberikan suara atas RUU pendanaan yang disokong oleh Partai Republik.

    Hal yang menjadi kebuntuan antara kedua partai besar tersebut adalah terkait program subsidi layanan kesehatan The Patient Protection and Affordable Care Act of 2010 (ACA). Demokrat menuntut perpanjangan untuk program tersebut yang akan kedaluwarsa, tetapi hal ini ditentang oleh Partai Republik.

    Demokrat menganggap RUU yang diusulkan akan menyulitkan warga AS untuk membayar layanan kesehatan, sebab rancangan tersebut tidak memuat pengeluaran tambahan untuk layanan kesehatan dan sejumlah ketentuan lainnya.

    Subsidi layanan kesehatan tersebut sangat diandalkan masyarakat AS sejak penerapannya pada masa pandemi Covid-19. Republik justru mengklaim Demokrat ingin memberi layanan kesehatan tersebut kepada para imigran ilegal.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Amerika Kacau Balau, 40 Bandara Lumpuh-Ribuan Penerbangan Batal

    Amerika Kacau Balau, 40 Bandara Lumpuh-Ribuan Penerbangan Batal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penutupan pemerintahan alias ‘government shutdown’ di Amerika Serikat (AS) saat ini sudah memecahkan rekor terlama. Per Kamis (6/11/2025), government shutdown sudah memasuki hari ke-37.

    Dampaknya signifikan dalam berbagai sektor. Beberapa saat lalu, NASA melaporkan tim yang mempersiapkan misi Artemis II ke Bulan pada Februari 2026 saat ini bekerja tanpa dibayar, termasuk para astronaut.

    Terbaru, pada Rabu (5/11) kemarin, Menteri Transportasi Sean Duffy mengumumkan bahwa kapasitas penerbangan akan diturunkan sebanyak 10% di 40 bandara besar mulai Jumat (8/11) besok waktu setempat.

    Penurunan kapasitas ini akan berdampak pada 3.500-4.000 penerbangan setiap harinya. Namun, belum jelas bandara mana saja yang akan terdampak, dikutip dari CNBC International, Kamis (6/11/2025).

    Pihak Lembaga Administrasi Penerbangan Federal (FAA), Bryan Bedford, mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan-tindakan tambahan setelah pengurangan kapasitas dilakukan.

    “Setelah kami mengurai data secara lebih perinci, kami melihat tekanan meningkat sedemikian rupa sehingga kami rasa, jika dibiarkan begitu saja, tidak akan memungkinkan kami untuk terus memberi tahu publik bahwa kami mengoperasikan sistem penerbangan teraman di dunia,” kata Bedford pada Rabu (6/11/2025).

    Bedford menambahkan pihaknya akan bertemu dengan para maskapai penerbagan untuk memutuskan bagaimana cara yang efektif dalam mengimplementasikan penurunan kapasitas. Ia mengatakan hal seperti ini belum pernah dialami sebelumnya.

    Duffy memprediksi akan lebih banyak pembatalan penerbangan akibat penurunan kapasitas. Ia juga tak memberi tahu kapan penurunan kapasitas ini akan berakhir.

    Langkah yang diambil untuk menurunkan kapasitas bandara terjadi setelah para pengawas lalu lintas udara tidak menerima gaji pasca government shutdown. Para pengawas lalu lintas udara dan tim di Administrasi Keamanan Transportasi adalah pegawai negeri yang fungsinya krusial dan diminta tetap bekerja selama government shitdown.

    Awal pekan ini, Duffy mengatakan dalam acara “Squawk Box” di CNBC International bahwa ia bisa “menutup seluruh wilayah udara” jika government shutdown ini terus berlanjut.

    Pada Rabu (5/11) pagi, Presiden Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional, Nick Daniels, mengatakan dalam acara “Squawk Box” di CNBC International bahwa pemulihan dari dampak government shutdown terhadap para pengendali lalu lintas udara bisa memakan waktu berminggu–minggu.

    Government shutdown kali ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan mengenai rancangan undang-undang (RUU) pendanaan sementara. Senat Demokrat menolak untuk memberikan suara atas RUU pendanaan yang disokong oleh Partai Republik.

    Hal yang menjadi kebuntuan antara kedua partai besar tersebut adalah terkait program subsidi layanan kesehatan The Patient Protection and Affordable Care Act of 2010 (ACA). Demokrat menuntut perpanjangan untuk program tersebut yang akan kedaluwarsa, tetapi hal ini ditentang oleh Partai Republik.

    Demokrat menganggap RUU yang diusulkan akan menyulitkan warga AS untuk membayar layanan kesehatan, sebab rancangan tersebut tidak memuat pengeluaran tambahan untuk layanan kesehatan dan sejumlah ketentuan lainnya.

    Subsidi layanan kesehatan tersebut sangat diandalkan masyarakat AS sejak penerapannya pada masa pandemi Covid-19. Republik justru mengklaim Demokrat ingin memberi layanan kesehatan tersebut kepada para imigran ilegal.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 3I/ATLAS Bukan Komet Biasa, Simak Berbagai Fiturnya Lebih Detail

    3I/ATLAS Bukan Komet Biasa, Simak Berbagai Fiturnya Lebih Detail

    Jakarta

    Bagaimana jika 3I/ATLAS bukan sekadar komet? Mengapa kecepatan, lintasan, dan gasnya begitu unik?

    Para ilmuwan mengamati dengan cermat untuk memahami lebih detail ‘tamu misterius’ dari luar angkasa ini.

    Keunikan 3I/ATLAS

    3I/ATLAS adalah pengunjung istimewa dari luar Tata Surya. Dikutip dari Space.com, komet ini ditemukan pada 1 Juli 2025. 3I/ATLAS merupakan objek ketiga yang diketahui berasal dari sistem bintang lain. Tidak seperti komet pada umumnya, 3I/ATLAS tidak mengorbit Matahari dengan cara yang biasa. Kecepatan dan lintasannya yang tidak biasa dengan jelas menunjukkan bahwa ia bukan dari Tata Surya kita. Para ilmuwan sangat tertarik untuk mempelajari objek langka ini saat ia melintasi ruang angkasa.

    Perubahan Warna

    Pada 29 Oktober 2025, 3I/ATLAS menjadi jauh lebih terang dan berwarna biru di dekat Matahari. Perubahan mengejutkan ini diabadikan oleh wahana antariksa NASA, termasuk STEREO-A, SOHO, dan GOES-19. Tidak seperti kebanyakan komet yang tampak putih atau merah, cahaya biru terang 3I/ATLAS pun tampak tidak biasa. Para ilmuwan meyakini gas seperti sianogen dan amonia yang dilepaskan oleh komet menyebabkan cahaya biru tersebut, namun penyebab pastinya masih diteliti.

    Jalur dan Kecepatan Aneh

    3I/ATLAS bergerak sangat cepat, sekitar 58 kilometer per detik, jauh lebih cepat daripada kebanyakan komet di Tata Surya kita. Komet ini tidak mengikuti orbit tertutup, melainkan hanya melewati Tata Surya sekali sebelum kembali ke ruang antarbintang. Kecepatan dan lintasan ini membantu memastikan bahwa komet ini berasal dari luar Tata Surya kita.

    Komposisi dan Gas yang Tidak Biasa

    Studi menemukan bahwa 3I/ATLAS memancarkan gas seperti karbon dioksida, sianida, dan nikel atom. Unsur-unsur ini jarang ditemukan di komet Tata Surya. Keberadaan zat kimia tersebut menunjukkan bahwa komet tersebut terbentuk jauh dari bintang asalnya, di lingkungan yang sangat dingin. Hal ini menjadikannya sangat berharga untuk memahami bagaimana sistem planet lain terbentuk.

    Teori Tentang 3I/ATLAS

    Beberapa ilmuwan menduga 3I/ATLAS mungkin bukan sekadar komet alami. Profesor dan fisikawan University of Harvard, Avi Loeb, menduga komet itu mungkin wahana antariksa dari peradaban alien. Namun, sebagian besar ahli meyakini bahwa komet itu adalah objek alami dengan fitur-fitur yang tidak biasa. Komunitas ilmiah masih memperdebatkan gagasan ini seiring dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan.

    Pengamatan oleh Teleskop Hubble

    Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA dan Teleskop Luar Angkasa James Webb telah mengamati 3I/ATLAS dengan saksama. Teleskop-teleskop canggih ini mempelajari permukaan, spektrum cahaya, dan perilakunya di dekat Matahari. Observasi mendatang pada Desember 2025 akan memberikan lebih banyak informasi dan membantu memecahkan beberapa misteri komet tersebut.

    Apa yang Terjadi Selanjutnya?

    Setelah melewati dekat Matahari dan Bumi pada akhir 2025, 3I/ATLAS akan melanjutkan perjalanannya keluar dari Tata Surya. Selanjutnya? Komet ini tidak akan kembali. Para ilmuwan akan terus mempelajarinya untuk mempelajari lebih lanjut tentang objek-objek dari sistem bintang lain. Yang jelas, komet ini memberikan kesempatan langka untuk memahami materi yang terbentuk jauh di luar Tata Surya kita.

    (rns/afr)

  • NASA Sembunyikan Foto Komet Alien 3I/ATLAS, Profesor Harvard Curiga

    NASA Sembunyikan Foto Komet Alien 3I/ATLAS, Profesor Harvard Curiga

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA berada di bawah tekanan untuk merilis foto Komet 3I/ATLAS, komet antar-bintang langka yang baru-baru ini melintasi tata surya kita. Foto ini diambil oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) saat mendekati Mars pada awal Oktober 2025, tetapi hingga kini belum dipublikasikan.

    Penundaan rilis foto ini dikaitkan dengan penutupan sementara pemerintah AS sejak awal Oktober, yang membuat sebagian staf NASA cuti dan menunda pengolahan serta komunikasi publik.

    Meski demikian, spekulasi di media sosial memunculkan teori konspirasi terkait aktivitas makhluk luar angkasa, yang telah dibantah para ilmuwan.

    Komet 3I/ATLAS pertama kali ditemukan pada 1 Juli 2025 oleh Asteroid Terrestrial-Impact Last Alert System (ATLAS). Saat mendekati Matahari, komet menunjukkan perilaku tidak biasa, termasuk percepatan non-gravitasi dan semburan materi ke arah Matahari. Data tambahan dari Perseverance rover, Hubble, dan James Webb Space Telescope juga sedang ditunggu.

    Tekanan terhadap NASA meningkat setelah Rep. Anna Paulina Luna (R-Fla.) mengirim surat kepada pejabat NASA pada 31 Oktober, meminta lembaga itu merilis data untuk memperdalam pemahaman ilmiah tentang pengunjung antar-bintang. Luna menyebut resolusi gambar dari kamera HiRISE MRO sekitar 19 mil per piksel, tiga kali lebih tajam dibanding Hubble, dan meminta transparansi terkait data misi Mars dan meteor antar-bintang sebelumnya.

    Ahli astrofisika Harvard Avi Loeb juga menyerukan rilis data untuk mendukung pengamatan lanjutan dan penelitian ilmiah. Loeb sebelumnya berspekulasi bahwa 3I/ATLAS mungkin bukan objek alami karena sejumlah anomali, termasuk jalur orbit yang unik dan komposisi materialnya.

    Komet ini akan mencapai titik terdekat dengan Matahari pada 30 Oktober sekitar 130 juta mil, dan mendekati Bumi pada 19 Desember 2025 sekitar 170 juta mil, tanpa menimbulkan ancaman benturan.

    Uniknya, Kepala NASA Sean Duffy justru merespons unggahan selebritas Kim Kardashian di media sosial tentang 3I/ATLAS. Bahkan, Duffy mengundang Kardashian untuk melihat foto 3I/ATLAS yang dimiliki NASA.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bulan Bergerak Jauhi Bumi, Efeknya Mulai Dirasakan Manusia

    Bulan Bergerak Jauhi Bumi, Efeknya Mulai Dirasakan Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ilmuwan mengukur jarak antara Bumi dan Bulan, dan ternyata jarak antara keduanya tidak tetap tapi berubah seiring waktu. Hasil pengukuran para ahli menunjukkan bahwa Bulan perlahan-lahan bergerak makin jauh dari Bumi.

    Orbit kedua Bulan ternyata terus mengalami pergeseran, membuat satelit alami Bumi itu makin menjauh dari planet kita.

    Jarak yang menjauh ini diketahui berkat Lunar Laser Ranging Experiment. Misi Apollo tahun 1960 dan 1970 telah menempatkan reflektor di permukaan Bulan dan kita bisa mengetahui jarak dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk bisa dipantulkan kembali.

    Pengukuran berulang yang dilakukan menemukan Bulan menjauh dari Bumi dengan kecepatan 3,8 cm (1,5 inci) per tahun, dikutip dari IFL Science, Rabu (5/11/2025).

    Lalu apa yang akan terjadi dengan fakta ini? IFL Science menuliskan salah satunya adalah menghilangnya Gerhana Matahari Total.

    “Seiring berjalannya waktu, jumlah dan frekuensi Gerhana Matahari Total berkurang. Sekitar 600 juta tahun lagi, Bumi akan melihat keindahan Gerhana Matahari Total untuk terakhir kalinya,” kata ilmuwan NASA, Richard Vondrak pada 2017.

    Kemungkinan itu terjadi karena Bulan akan tampak lebih kecil. Berbeda dengan yang terjadi saat ini, Matahari dan Bulan berukuran hampir sama.

    Karena jarak dengan pusat Tata Surya mencapai 400 kali lebih jauh Bumi dan Bulan dengan diameter 400 kali lebih besar.

    Begitu juga empat miliar tahun lalu saat belum bergeser ke orbitnya sekarang, Bulan tampak tiga kali lebih besar dari saat ini.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Viral Foto Komet 3I/ATLAS Diklaim Jepretan NASA, Asli atau Palsu?

    Viral Foto Komet 3I/ATLAS Diklaim Jepretan NASA, Asli atau Palsu?

    Jakarta

    Sebuah gambar yang diduga komet 3I/ATLAS menjadi viral di media sosial. Banyak orang mengklaim gambar tersebut dirilis oleh NASA. Meskipun belum diverifikasi, gambar tersebut tetap berhasil menciptakan kejutan dan kekaguman karena bentuknya yang tidak biasa.

    Foto tersebut menunjukkan sebuah objek memanjang, hampir mirip dengan Oumuamua, ‘tamu’ antarbintang pertama sebelum 3I/ATLAS. Unggahan yang memuat empat gambar objek tersebut menyertakan deskripsi, “struktur yang sangat berbeda dan tak terduga tersebut ditangkap oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.”

    Unggahan selanjutnya kemudian berbunyi, “Menurut para ilmuwan NASA, 3I/ATLAS tampak memiliki bentuk memanjang, hampir seperti pesawat ruang angkasa, dikelilingi oleh kepompong debu yang terang.”

    Lebih lanjut, seperti dikutip dari WIO News, unggahan tersebut menyatakan bahwa bentuk objek yang luar biasa simetris ini telah memukau para ilmuwan. NASA belum memberikan pernyataan resmi apa pun terkait dugaan foto 3I/ATLAS tersebut. Sementara itu, unggahan lain menunjukkan sebuah objek yang diklaim sebagai 3I/ATLAS dan difoto oleh ilmuwan Jepang.

    “Jepang kembali mengesankan dengan pemandangan 3I/Atlas yang menakjubkan,” demikian bunyi keterangan unggahan yang menampilkan video objek antarbintang tersebut.

    Kedua unggahan yang mengklaim menampilkan 3I/ATLAS menunjukkan adanya kesenjangan informasi, terutama karena NASA bungkam mengenai hal ini sejak pemerintahan Amerika Serikat melakukan shutdown atau penutupan.

    Ilmuwan dan fisikawan dari University of Harvard, Avi Loeb, mendesak NASA untuk merilis gambar 3I/ATLAS yang ditangkap oleh Mars Reconnaissance Orbiter pada 2-3 Oktober. Namun, ia belum menerima tanggapan apa pun.

    Dengan minimnya data yang jelas dan bungkamnya badan-badan antariksa terkemuka yang seharusnya berbagi informasi, jelas terlihat bahwa orang-orang terburu-buru memanfaatkan situasi yang jelas-jelas menarik perhatian publik global.

    Sebelumnya, bungkamnya NASA membuat orang-orang berspekulasi bahwa NASA mungkin telah melihat sesuatu yang ingin dirahasiakan, dan itu bisa menjadi bukti bahwa 3I/ATLAS adalah teknologi alien. Netizen yakin bahwa gambar dan video tersebut palsu. Mereka mempertanyakan bahasa video tersebut, yang bukan bahasa Jepang.

    Gambar-gambar di unggahan lain yang dirilis atas nama NASA juga tampak seperti hasil rekayasa kecerdasan buatan. Namun, untuk menghentikan penyebaran misinformasi, NASA perlu bertindak dan membagikan semua yang diketahuinya tentang 3I/ATLAS.

    (rns/rns)

  • Muncul Spesies Baru di Luar Angkasa, Dibawa Pulang ke China

    Muncul Spesies Baru di Luar Angkasa, Dibawa Pulang ke China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Spesies baru ditemukan di Stasiun Luar Angkasa China, Tiangong belum lama ini. Kabarnya spesies yang ditemukan itu adalah hasil adaptasi bakteri baru yang terbawa dari Bumi.

    Penelitian lanjutan dilakukan untuk mencari tahu soal bakteri yang diberi nama Niallia tiangongensis. Tim peneliti dari dari Shenzhou Space Biotechnology Group dan Beijing Institute of Spacecraft System Engineering menyebutkan bakteri telah berevolusi, membuatnya bisa bertahan dalam kondisi stres oksidatif dan bisa sembuh sendiri dari kerusakan radiasi.

    Science Alert juga menuliskan bakteri menggunakan gelatin untuk sumber nitrogen. Sementara karbon jadi pelindung dari lingkungan yang membahayakannya.

    Bakteri di Tiangong ini belum dinyatakan berbahaya untuk makhluk hidup. Termasuk bagi para astronaut yang menghuni stasiun antariksa tersebut.

    Spesies saudara Niallia tiangongensis adalah Niallia circulans, biasanya ditemukan di tanah dan got. Para peneliti juga menyatakan spesies yang ditemukan di Tiangong tak membawa penyakit dari saudaranya di Bumi.

    Padahal Niallia circulans bisa menyebabkan sepsis pada tubuh orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

    Para peneliti mengatakan temuan mikroba ini bisa jadi sumber informasi terbaru agar dapat memperbaiki kemampuan manusia saat di luar angkasa. Yakni agar tetap sehat dan selamat selama perjalanan panjang.

    “Memahami karakteristik mikroba dalam misi jangka panjang penting dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan astronaut serta memastikan pesawat berfungsi dengan baik,” kata para peneliti.

    Temuan bakteri baru juga pernah terjadi di Stasiun Luar Angkasa Internaisonal (ISS). NASA menemukan adanya mutasi bakteri jenis baru dari Enterobackter bugandensis dan bisa selamat dalam kondisi luar angkasa.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Ancam Potong Anggaran ke New York Jika Cawalkot Muslim Menang

    Trump Ancam Potong Anggaran ke New York Jika Cawalkot Muslim Menang

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan membatasi dana federal untuk Kota New York jika kandidat dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, menang dalam pemilihan wali kota. Trump juga menyerukan dukungan kepada rival Mamdani, Andrew Cuomo.

    “Sangat kecil kemungkinan saya akan menyumbang dana federal, selain dari jumlah minimum yang diwajibkan,” ujar Trump ketika bicara mengenai ‘jika Mamdani memenangkan pemilihan’ di media sosialnya sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (4/11/2025).

    Pilwalkot New York akan digelar hari ini, Selasa (4/11) waktu setempat. Untuk diketahui, saat ini jejak pendapat menunjukkan Mamdani unggul atas Cuomo, calon yang dijagokan Trump. Mamdani merupakan seorang muslim.

    Mamdani adalah calon dari Partai Demokrat dan Partai Republik Curtis Sliwa. Trump mengatakan bahwa memilih Silwa hanya akan menguntungkan Mamdani, dan mendesak para pendukungnya untuk memilih Cuomo.

    “Entah Anda secara pribadi menyukai Andrew Cuomo atau tidak, Anda benar-benar tidak punya pilihan. Anda harus memilihnya, dan berharap dia melakukan pekerjaan yang fantastis,” tulis Trump.

    Dia mengejutkan pengamat politik pada tanggal 24 Juni dengan kemenangan meyakinkan dalam pemilihan pendahuluan. Dalam pencalonan ini, Mamdani menjanjikan kenaikan pajak bagi orang-orang terkaya di New York, kenaikan tarif pajak perusahaan, pembekuan tarif sewa apartemen stabil, dan peningkatan subsidi perumahan publik.

    Majunya Mamdani dinilai menghadirkan risiko sekaligus keuntungan bagi Partai Demokrat secara nasional yang mengakui perlunya menarik pemilih muda. Tetapi, Demokrat dinilai tetap waspada terhadap serangan Partai Republik atas kritik Mamdani terhadap pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan sosialisme Demokratnya yang telah mengkhawatirkan komunitas keuangan New York.

    Lihat juga Video: Trump Berencana Potong Anggaran NASA, Sejumlah Misi Terancam Batal

    (zap/haf)