Kementrian Lembaga: NASA

  • Berlian Raksasa Ditemukan Alat Canggih NASA, Ukurannya Bikin Takjub

    Berlian Raksasa Ditemukan Alat Canggih NASA, Ukurannya Bikin Takjub

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA berhasil menemukan sebuah planet yang cukup unik. Planet berukuran cukup besar itu kabarnya terdiri dari berlian.

    Planet itu bernama 55 Cancri e. NASA menemukannya dengan menggunakan teleskop James Webb, dikutip dari Times of India, Selasa (8/4/2025).

    Dilaporkan 55 Cancri e memiliki komposisi berlian. Sebuah penelitian menemukan sepertiga massa planet kemungkinan terdiri dari belian.

    Bukan hanya itu, permukaannya juga kemungkinan dari berlian dan grafit. Berbeda dengan biasanya yakni air dan batu seperti di Bumi.

    Planet ini disebut cukup unik dan besar. Berjarak 41 tahun cahaya dari Bumi, dengan ukuran hampir dua kali Bumi dengan massa sembilan kali lebih besar.

    Cancri e dikabarkan mengorbit cukup dekat dari bintang induknya bernama 55 Cancri A. Planet itu hanya membutuhkan waktu 17 jam atau lebih cepat dari Bumi untuk menyelesaikan satu orbit penuh.

    Di sisi lain, jaraknya yang cukup dekat membuat suhu permukaan planet sangat tinggi. Kabarnya mencapai 2.400 derajat Celcius, dengan permukaan yang didominasi lava cair dan disimpulkan cukup mengancam adanya kehidupan di planet tersebut.

    Untuk atmosfernya, para ilmuwan mengatakan terdiri atas gas dari aktivitas vulkanik di permukaannya. Times of India menuliskan hal tersebut membuat adanya kemajuan geologis yang substansial.

    (dem/dem)

  • Astronaut NASA Tangkap Satelit RI yang Lepas, Bertaruh Nyawa

    Astronaut NASA Tangkap Satelit RI yang Lepas, Bertaruh Nyawa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kejadian tak terduga muncul dan menimpa dua astronaut NASA, Dale Gardner dan Joseph Allen, pada 1984 silam.

    Kala itu, kedua astronaut AS menerima kabar dari Bumi kalau ada dua satelit komunikasi yang keluar dari orbit.

    Salah satunya adalah satelit komunikasi Palapa milik Indonesia. Delapan tahun sebelumnya, tepat tahun 1976, Indonesia meluncurkan satelit komunikasi pertamanya dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Satelit itu berhasil menyatukan jalur komunikasi antara kepulauan-kepulauan di Indonesia.

    Sayang, setelah beberapa tahun dari peluncuran perdana, satelit tersebut keluar dari orbit atau lintasan yang semestinya. Ini terjadi karena roket gagal mendorong orbit untuk berada di jalur lintasan yang benar. Kasus demikian membuat satelit harus dikembalikan ke jalur yang benar, cepat atau lambat.

    Satu-satunya cara adalah menangkap satelit tersebut menggunakan tenaga manusia secara manual.

    Mengutip IFL Science, para astronaut harus mengenakan pakaian khusus antariksa lalu keluar dari wahana untuk menangkap satelit sebelum dikembalikan ke Bumi. Artinya, para astronaut harus berjalan mengambang di angkasa yang gelap gulita ke titik keberadaan Palapa.

    Masalahnya, keputusan keluar dari wahana antariksa sangat berisiko. Di angkasa yang gelap ada banyak ancaman antariksa, mulai dari blackhole hingga radiasi matahari. Namun, tugas tetap harus dilaksanakan. Dale Gardner dan Joseph Allen mesti berbagi tugas untuk menangkap Palapa.

    “Allen dan Gardner akhirnya keluar ke ruang tanpa gravitasi untuk memulai bagian perjalanan luar angkasa dari tangkapan satelit,” ungkap NASA.

    Allen keluar ke ruang angkasa menggunakan baju khusus dengan pengait di wahana. Ia kemudian berjalan mengambang menghampiri Palapa yang terancam bergerak tanpa arah.

    Sesampainya di sana, ia kemudian mengaitkan semacam kabel yang terhubung dengan wahana. Sementara Gardner bertugas di atas wahana menunggu kedatangan satelit. Dia bertugas memastikan satelit sudah terkunci dan berada tepat di ruang muatan. Keduanya bekerja dalam pengawasan seorang astronaut lain yang berada di wahana.

    Untungnya, setelah 5 jam 42 menit, kedua astronaut berhasil menyelesaikan tugas. Semuanya berjalan tanpa hambatan. Allen dan Gardner pun selamat. Satelit Palapa akhirnya bisa kembali ke Bumi.

    (int/dem)

  • Langit Amerika Bakal Spektakuler! Ini 10 Negara Bagian yang Berpotensi Melihat Aurora Borealis Malam Ini

    Langit Amerika Bakal Spektakuler! Ini 10 Negara Bagian yang Berpotensi Melihat Aurora Borealis Malam Ini

    Jakarta: Malam ini langit di sejumlah wilayah Amerika Serikat berpotensi dihiasi aurora borealis atau cahaya utara yang memesona. 
     
    Fenomena langka ini bisa terlihat jelas dari beberapa negara bagian, asalkan cuaca mendukung dan kamu berada di lokasi yang tepat.
     
    Merangkum laman Forbes, Selasa, 8 April 2025, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) ada 10 negara bagian di AS yang berpeluang menyaksikan pertunjukan cahaya langit malam ini.
     

    Negara bagian mana yang bisa melihat Aurora Borealis?
    Berikut ini daftar 10 negara bagian di Amerika Serikat yang berpotensi menyaksikan aurora borealis malam ini:

    Washington (bagian utara)
    Idaho (bagian utara)
    Montana
    Dakota Utara
    Minnesota (bagian utara)
    Michigan (bagian atas)
    Dakota Selatan
    Wisconsin
    Maine
    Alaska (peluang tertinggi)

    Selain itu, Kanada bagian utara juga memiliki peluang besar untuk menyaksikan aurora borealis secara jelas dan terang.
     

    Kapan waktu terbaik melihat aurora borealis?
    Waktu terbaik untuk melihat cahaya utara adalah antara pukul 22.00 hingga 02.00 waktu setempat. NOAA menyarankan untuk pergi ke tempat tinggi yang jauh dari polusi cahaya agar tampilan aurora bisa dinikmati secara maksimal.

    Kenapa aurora bisa terjadi?
    Aurora borealis muncul karena interaksi antara elektron dari peristiwa matahari dengan oksigen dan nitrogen di atmosfer bumi. Ketika terjadi suar matahari atau lontaran massa korona, elektron-elektron ini menjadi “tereksitasi” dan memancarkan warna-warna terang di langit malam.

    Menurut NASA, puncak aurora dalam 500 tahun terakhir tercapai pada Oktober 2024, seiring dengan puncaknya siklus “maksimum matahari” yang akan berlangsung hingga awal 2026.
     
    Bagi kamu yang tinggal atau sedang berada di salah satu negara bagian yang disebutkan, malam ini adalah kesempatan langka untuk menikmati keindahan alam yang luar biasa. 
    Bawa kamera, cari tempat gelap dan tinggi, lalu nikmati pertunjukan cahaya yang magis dari langit utara!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Asteroid YR4 Hampir Tabrak Bumi, Ukurannya Lebih Gede dari Perkiraan!

    Asteroid YR4 Hampir Tabrak Bumi, Ukurannya Lebih Gede dari Perkiraan!

    JAKARTA – Keberadaan asteroid penghancur kota sempat menghebohkan para ilmuwan karena berpotensi menabrak Bumi pada tahun 2032. Kini ilmuwan memberikan kejutan baru kalau ternyata ukuran asteroid yang ancam Bumi ini sebenarnya jauh lebih besar dari perkiraan awal.

    Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA berhasil menangkap citra asteroid bernama 2024 YR4, yang sebelumnya disebut memiliki peluang 3% menabrak Bumi. Dengan pengamatan lanjutan, diketahui bahwa diameter asteroid ini bukan 40 meter seperti yang diperkirakan, melainkan 60 meter, sebuah perbedaan signifikan jika mempertimbangkan kecepatannya yang mencapai 17,32 kilometer per detik.

    Meski peluang tabrakan dengan Bumi kini hampir nol, para ilmuwan tetap waspada karena asteroid 2024 YR4 bergerak mendekati Bumi setiap empat tahun. Berdasarkan perhitungan sementara, terdapat kemungkinan kecil asteroid ini menabrak Bulan pada 22 Desember 2032.

    Jika benar-benar menabrak Bumi, asteroid ini diperkirakan akan menghasilkan ledakan 500 kali lebih dahsyat daripada bom atom Hiroshima. Namun kabar baiknya, para ilmuwan menyatakan peluang tabrakan ke Bumi telah turun drastis, bahkan hampir nihil, meskipun risiko menabrak Bulan masih tersisa sekitar 2%.

    Pengamatan teleskop James Webb dilakukan selama lima jam dan memanfaatkan instrumen inframerah untuk mengukur radiasi panas asteroid. Dari sana, diketahui bahwa asteroid ini berputar pada porosnya setiap 20 menit, serta memiliki sifat termal unik yang berbeda dari asteroid besar lainnya.

    Menurut Badan Antariksa Eropa, semakin terang sebuah asteroid, maka biasanya semakin besar ukurannya. Namun ini juga tergantung pada reflektivitas permukaan benda langit tersebut, yang membuat pengukuran tidak selalu akurat tanpa data inframerah seperti yang dikumpulkan Webb.

    Astronom Andrew Rivkin dari Universitas Johns Hopkins menyebut pengamatan ini sebagai latihan penting untuk menghadapi potensi ancaman asteroid di masa depan. “Sifat termal 2024 YR4, seperti kecepatan pemanasan dan pendinginannya, sangat berbeda dari asteroid besar yang pernah kami pelajari,” ujarnya.

    Sejauh ini, belum ada kepastian mengenai lintasan final asteroid ini. Otoritas antariksa global masih terus memantau kecepatan, arah, dan posisi 2024 YR4 secara ketat guna memastikan tidak terjadi kejadian yang membahayakan baik untuk Bumi maupun Bulan.

  • NASA Temukan Berlian Raksasa di Luar Angkasa, Ukurannya 5 Kali Lebih Besar dari Bumi

    NASA Temukan Berlian Raksasa di Luar Angkasa, Ukurannya 5 Kali Lebih Besar dari Bumi

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan NASA menemukan struktur seperti berlian rakasa, yang lima kali lebih besar dari Bumi!

    Para ilmuwan percaya bahwa PSR J1719-1438b (nama resmi struktur tersebut), pada kenyataannya, adalah sebuah planet yang pernah menjadi bagian dari sebuah bintang, yang lapisan luarnya terkelupas oleh bintang neutron besar, yang juga merupakan pulsar milidetik.

    Meskipun lapisan luarnya terkelupas, yang tersisa sebagian besar adalah karbon. Oleh karena itu, 1438b, pada dasarnya, adalah berlian yang 5 kali lebih besar dari Bumi!

    Tahun lalu, Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA membuat penemuan yang menarik di area planet di luar Bumi. Sebuah planet unik bernama 55 Cancri e ditemukan, terletak sekitar 41 tahun cahaya dari planet kita. Penemuan ini menekankan kondisi ekstrem dan beragam yang terjadi di luar tata surya kita.

    55 Cancri e didefinisikan sebagai ‘Bumi super’, berukuran hampir dua kali lebar Bumi dan mengklaim massa sekitar sembilan kali lebih besar. Ukuran dan massa planet ini menjadikannya sebagai subjek yang sangat menarik bagi para ilmuwan dan peneliti yang antusias untuk menjelajahi berbagai planet yang menghuni galaksi kita.

    Planet asing ini mengitari bintang induknya, bernama 55 Cancri A, menyelesaikan orbit penuh hanya dalam 17 jam. Kedekatan ini menghasilkan suhu permukaan yang intens, yang mencakup sekitar 4.400 derajat Fahrenheit, yang kira-kira sekitar 2.400 derajat Celsius. Panas ekstrem mengembangkan permukaan yang didominasi oleh lava cair, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan yang mengancam kelangsungan hidup sebagaimana diketahui.

    Anehnya, para ilmuwan telah mengungkap atmosfer sekunder dengan membentuk 55 Cancri e. Atmosfer ini diketahui sebagai hasil dari gas yang dilepaskan atau aktivitas vulkanik dari permukaannya yang seperti lava. Hal ini menunjukkan bahwa planet tersebut telah mengalami kemajuan geologis yang substansial terlepas dari suhu ekstremnya.

    Di antara aspek yang paling menarik dari 55 Cancri e, yang sangat menarik minat dan perhatian para peneliti tidak diragukan lagi adalah komposisi berlian yang diperkirakan. Studi dan penelitian telah menunjukkan bahwa setidaknya sepertiga dari massa planet tersebut mungkin terdiri dari berlian.

    Telah diketahui bahwa permukaannya mungkin berpotensi ditutupi oleh berlian dan grafit, bukan air dan batu yang biasa ditemukan di Bumi. Karakterisasi kimia yang sangat unik ini membantah pemahaman dan keyakinan kita tentang komposisi dan pembentukan planet.

  • Sosok Rudy Susmanto, Bupati Bogor Bela Kades Klapanunggual yang Buat Dedi Mulyadi Murka karena THR – Halaman all

    Sosok Rudy Susmanto, Bupati Bogor Bela Kades Klapanunggual yang Buat Dedi Mulyadi Murka karena THR – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Bupati Bogor, Rudy Susmanto, pasang badan untuk Kepala Desa Klapanunggal, Ade Endang Saripudin, yang membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, murka.

    Diketahui, Dedi Mulyadi meminta pihak kepolisian menangkap Ade Endang buntut meminta tunjangan hari raya (THR) sebesar Rp165 juta ke perusahaan di Klapanunggal.

    Namun, menurut Rudy, tindakan Ade Endang itu merupakan kesalahannya.

    Sebab, pihaknya telah memberlakukan larangan meminta THR, khususnya bagi lembaga pemerintahan.

    Larangan itu merupakan turunan dari Pemerintah Provinsi Jabar yang sudah dituangkan ke dalam Peraturan Bupati Bogor.

    “Kalau soal itu (Kades Klapanunggal minta THR), kita harus akui, yang salah adalah saya sebagai Bupati Bogor,” kata Rudy, Sabtu (5/4/2025), dilansir TribunnewsBogor.com.

    “Kebijakan itu (larangan minta THR) turun pada bulan Ramadan, dan ternyata (oknum minta THR) sudah berjalan, bahkan sebelum (aturan) sampai ke kecamatan dan kepala desa,” lanjutnya.

    Rudy pun berjanji akan mengambil tindakan tegas terkait persoalan Kades Klapanunggal minta THR.

    Dikutip dari Wartakotalive.com, Rudy Susmanto merupakan mantan anggota DPRD Kabupaten Bogor periode 2019-2024.

    Ia merupakan politisi Gerindra yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai.

    Saat terpilih menjadi wakil rakyat, ia ditunjuk menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bogor.

    Namun, pada 2024, posisi Ketua DPRD Kabupaten Bogor digantikan oleh Sastra Winara sebab Rudy maju Pilkada 2024 dan terpilih sebagai Bupati Bogor.

    Meski menjadi pemimpin di tanah Sunda, nyatanya Rudy tidak lahir di Jawa Barat.

    Ia lahir di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 15 Agustus 1985, dikutip dari laman pribadinya.

    Namun, kedua orang tuanya diketahui asli Jawa Barat. Sang ayah merupakan kelahiran Bandung Selatan, sedangkan ibunya berasal dari Sumedang.

    Rudy menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Sukoharjo. Ia merupakan lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

    Sebelum terjun ke dunia politik, Rudy merupakan seorang pebisnis.

    Ia pernah bergabung di PT Exsamap Asia, perusahaan yang bergerak di bidang pengolajan data citra radar satelit milik NASA.

    Berikut riwayat karier Rudy:

    PT Exsamap Asia (2007);
    Special Asisten to the CEO PT Nusantara Energy (2007-2008);
    Asisten Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto (2008-2010);
    General Manager Nusantara Polo Club (2010-Sekarang);
    Ketua DPRD Kabupaten Bogor (2019-2024).

    Saat ini, Rudy menjabat sebagai Bupati Bogor. Ia resmi dilantik menjadi Bupati Bogor pada 20 Februari 2025.

    Belum genap satu bulan menjabat, Rudy mendapat penghargaan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

    Penghargaan ini diberikan karena Rudy dianggap berperan dalam mendukung pendirian SMA Unggulan Kemala Taruna Bhayangkara, di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, dilansir jabarprov.go.id.

    Rudy Susmanto terakhir kali menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 31 Desember 2023, saat masih menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor.

    Kala itu, Rudy tercatat memiliki kekayaan sebanyak Rp8.280.087.61.

    Namun, karena mempunyai utang senilai Rp230 juta, jumlah kekayaan Rudy berkurang menjadi Rp8.050.087.6.

    Ia memiliki aset tanah dan bangunan di Kabupaten Bogor senilai Rp4,6 miliar.

    Lalu, ada tiga mobil yang total nilainya mencapai Rp1,5 miliar.

    Berikut ini rincian harta kekayaan Rudy Susmanto:

    II. DATA HARTA

    A. TANAH DAN BANGUNAN Rp4.641.000.000

    Tanah dan Bangunan Seluas 357 m2/46 m2 di KAB / KOTA BOGOR, HASIL SENDIRI Rp4.641.000.000

    B. ALAT TRANSPORTASI DAN MESIN Rp1.560.000.000

    MOBIL, MITSUBISHI PAJERO Tahun 2017, HASIL SENDIRI Rp400.000.000
    MOBIL, TOYOTA FORTUNER 2.4 VRZ Tahun 2019, HASIL SENDIRI Rp425.000.000
    MOBIL, LEXUS LX 570 AT Tahun 2009, HASIL SENDIRI Rp735.000.000

    C. HARTA BERGERAK LAINNYA Rp2.000.000.000

    D. SURAT BERHARGA Rp—-

    E. KAS DAN SETARA KAS Rp79.087.610

    F. HARTA LAINNYA Rp—-

    Sub Total Rp8.280.087.610

    III. HUTANG Rp230.000.000

    IV. TOTAL HARTA KEKAYAAN (II-III) Rp8.050.087.610

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Gubernur Jabar Minta Kades Klapanunggal Dipenjara, Bupati Bogor Pasang Badan : Yang Salah Saya dan di WartaKotalive.com dengan judul Sastra Winara Ditunjuk Sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Ini Pesan Rudy Susmanto

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunnewsBogor.com/Muamaruddin Irfani, Wartakotalive.com)

  • Siklus Matahari Telah Mencapai Puncaknya, Lebih Cepat dari Perkiraan

    Siklus Matahari Telah Mencapai Puncaknya, Lebih Cepat dari Perkiraan

    Bisnis.com, JAKARTA – Data terbaru menunjukkan bahwa Matahari mungkin telah mencapai puncak aktivitasnya, atau maksimum matahari, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

    Siklus Matahari 25, yang dimulai pada Desember 2019, awalnya diprediksi mencapai maksimum pada Juli 2025 dengan jumlah bintik matahari bulanan antara 101,8 hingga 125,2.

    Namun, pada Agustus 2024, nilai rata-rata 13 bulan menunjukkan angka 156,7, melebihi prediksi awal. Penentuan waktu pasti dari maksimum matahari memerlukan analisis data yang lebih panjang.

    Dilansir dari space.com pada Jumat (4/4/2025), nilai rata-rata 13 bulan digunakan untuk menghaluskan fluktuasi bulanan dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tren aktivitas matahari.

    Oleh karena itu, ada keterlambatan sekitar enam bulan dalam konfirmasi data tersebut. Selain itu, beberapa siklus matahari sebelumnya menunjukkan adanya dua puncak aktivitas, seperti yang terjadi pada Siklus Matahari 24 dengan puncak pada 2012 dan 2014.

    Dilansir dari nasa.gov, Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun satu puncak telah berlalu, masih ada kemungkinan munculnya puncak kedua. Aktivitas matahari yang meningkat memiliki dampak signifikan terhadap Bumi.

    Semburan matahari dan lontaran massa koronal dapat memicu badai geomagnetik yang mempengaruhi sistem komunikasi, satelit, dan jaringan listrik.

    Selain itu, fenomena ini dapat menghasilkan aurora yang spektakuler. Misalnya, pada Oktober 2024, aktivitas matahari yang intens menyebabkan aurora terlihat hingga sejauh Florida dan Meksiko.

    Meskipun data menunjukkan bahwa puncak aktivitas matahari dalam Siklus Matahari 25 mungkin telah terjadi pada Agustus 2024, penentuan pasti mengenai akhir dari maksimum matahari memerlukan analisis lebih lanjut dan pemantauan berkelanjutan.

    Fenomena seperti puncak ganda dalam siklus sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas matahari dapat tetap tinggi untuk beberapa waktu sebelum akhirnya menurun menuju minimum matahari berikutnya. (Mianda Florentina)

  • Astronaut NASA Ungkap Fakta Mengerikan Kegagalan Boeing Starliner

    Astronaut NASA Ungkap Fakta Mengerikan Kegagalan Boeing Starliner

    Jakarta

    AstronautNASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, baru-baru ini mengungkapkan fakta mengejutkan tentang kegagalan pesawat ruang angkasa Boeing Starliner yang mereka gunakan dalam misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Menurut keduanya, kerusakan yang dialami kapsul tersebut jauh lebih parah dibandingkan laporan awal, bahkan nyaris berujung pada bencana di luar angkasa.

    Butch Wilmore, 62 tahun, menceritakan momen mencekam saat ia dan Williams kehilangan kendali atas Starliner ketika mencoba berlabuh di ISS. Dalam wawancara dengan Ars Technica, ia menggambarkan detik-detik kritis ketika empat pendorong di bagian belakang kapsul gagal berfungsi.

    “Saya tidak tahu apakah kami bisa kembali ke Bumi pada saat itu,” kenang Wilmore, mengungkapkan ketidakpastian yang menghantuinya di tengah kehampaan luar angkasa.

    Krisis ini bermula saat Wilmore dan Williamsberusaha menyelaraskan Starliner dengan ISS. Namun, kegagalan pendorong membuat kapsul kehilangan kendali penuh dalam enam derajat kebebasan (6DOF).

    “Stasiun luar angkasa itu menghadap ke bawah. Kami tidak sejajar dengannya, tetapi berada di bawahnya. Dalam mekanika orbital, jika Anda di bawah stasiun, Anda bergerak lebih cepat dan akan menjauh darinya,” jelas Wilmore.

    Ia mengaku sempat memvisualisasikan skenario terburuk dalam pikirannya: kehilangan pendorong lain, putus komunikasi, hingga ketidakpastian total tentang nasib mereka.

    Wilmore juga mengungkapkan bahwa ia telah memperingatkan Boeing tentang potensi masalah pada pendorong kapsul tersebut sebelum peluncuran. Kekhawatiran ini muncul setelah uji terbang tanpa awak Starliner ke ISS pada tahun sebelumnya juga mengalami kegagalan serupa. Namun, peringatannya tampaknya tidak cukup untuk mencegah insiden ini.

    Di tengah kepanikan, kontrol misi NASA akhirnya turun tangan. Mereka memerintahkan Wilmore untuk melepaskan semua kendali yang tersisa agar sistem pendorong dapat diatur ulang dari jarak jauh.

    “Itu bukan keputusan yang mudah,” ujarnya. Beruntung, langkah ini berhasil memulihkan dua pendorong, memberikan kapsul cukup daya untuk akhirnya merapat ke ISS dengan aman.

    Kenangan Suni Williams

    Foto: NASA/Keegan Barber/ Handout via REUTERS

    Suni Williams, 59 tahun, mengenang momen tersebut dengan nada lega sekaligus gembira. “Saya melakukan tarian kecil yang membahagiakan,” katanya kepada Ars Technica.

    “Satu, karena saya suka berada di luar angkasa dan senang bisa sampai di ISS bersama teman-teman. Dua, saya lega Starliner akhirnya berhasil merapat.”

    Namun, di balik kegembiraannya, ia menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi belum selesai.

    Wilmore, di sisi lain, langsung menyadari bahwa Starliner mungkin tidak akan menjadi kendaraan pulang mereka. “Saya berpikir, kami mungkin tidak akan pulang dengan pesawat antariksa ini,” ungkapnya.

    Ia bahkan menghubungi Vincent LaCourt, direktur penerbangan ISS, untuk mempertanyakan apakah kapsul tersebut masih bisa diandalkan sebagai tempat berlindung yang aman.

    “Salah satu panggilan telepon pertama yang saya lakukan adalah kepada Vincent LaCourt, direktur penerbangan ISS, yang merupakan salah satu orang yang membuat keputusan tentang penghapusan aturan penerbangan. Saya berkata, ‘Baiklah, bagaimana dengan wahana antariksa ini, apakah ini tempat berlindung yang aman bagi kita?’”

    Keduanya akhirnya kembali ke Bumi pada 18 Maret 2025 setelah menghabiskan 286 hari di luar angkasa-278 hari lebih lama dari rencana awal. Misi yang seharusnya hanya berlangsung delapan hari pada Juni 2024 itu berubah menjadi petualangan dramatis selama lebih dari sembilan bulan akibat masalah mekanis Starliner.

    Perjalanan tak terduga ini menarik perhatian dunia dan mengukir nama Williams dan Wilmore sebagai simbol ketangguhan di tengah krisis.

    Kegagalan Boeing Starliner ini juga memunculkan pertanyaan serius tentang keandalan pesawat ruang angkasa tersebut. NASA, yang biasanya menerapkan aturan ketat untuk membatalkan pendaratan jika terjadi malfungsi, memilih mengabaikan prosedur standar dalam insiden ini-keputusan yang kini menjadi sorotan.

    Pengalaman Wilmore dan Williams menjadi pengingat bahwa eksplorasi luar angkasa, meski penuh keajaiban, tetap menyimpan risiko besar yang tak boleh dianggap remeh.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Pujian NASA Atas Ketangguhan Astronautnya yang Sempat ‘Terjebak’ di ISS”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Insinyur Ini Klaim Temukan Cara Kabur dari Bumi Tanpa Bahan Bakar Roket

    Insinyur Ini Klaim Temukan Cara Kabur dari Bumi Tanpa Bahan Bakar Roket

    Jakarta

    Sistem propulsi baru yang radikal, diusulkan seorang insinyur bernama Jim Woodward, menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk lepas dari gravitasi Bumi tanpa bahan bakar roket tradisional.

    Ide tersebut menantang fisika konvensional dan dapat mengubah cara berpikir manusia tentang perjalanan luar angkasa secara drastis. Diterbitkan baru-baru ini di Popular Mechanics, konsep tersebut berpusat pada perangkat yang disebut penggerak Mach-Effect Gravity Assist (MEGA), sistem propulsi yang menghasilkan daya dorong tanpa mengeluarkan massa.

    Dikutip dari The Daily Galaxy, Kamis (3/4/2025), ide ini terinspirasi dari karya Ernst Mach, fisikawan abad ke-19 yang prinsip-prinsipnya memengaruhi teori relativitas Einstein.

    Inti dari perangkat ini adalah kristal piezoelektrik yang berosilasi cepat, menurut Woodward dapat menghasilkan dorongan terarah bersih melalui fluktuasi massa yang disinkronkan dengan cermat.

    Hasilnya, jika nyata, akan menjadi sistem yang mampu bergerak tanpa propelan, sebuah terobosan dengan implikasi sangat besar untuk misi jangka panjang.

    “Penemuan ini sangat penting karena medan listrik saja dapat menghasilkan gaya berkelanjutan pada suatu objek dan memungkinkan perpindahan pusat massa objek tersebut tanpa mengeluarkan massa,” kata Charles Buhler, seorang insinyur NASA dan salah satu pendiri Exodus Propulsion Technologies.

    Hasil Pengujian Memicu Minat

    Uji coba awal yang dilakukan di California State University, Fullerton, dilaporkan telah mendeteksi jumlah daya dorong yang sangat kecil. Hasil ini telah menarik rasa ingin tahu sekaligus kehati-hatian dari komunitas ilmiah.

    Beberapa peneliti menganggap konsep ini menarik secara teoritis, tetapi banyak yang tetap tidak yakin, dengan menunjuk pada sumber potensial kesalahan seperti efek termal, artefak getaran, atau interferensi elektromagnetik. Gagasan bahwa sistem propulsi mungkin menentang kekekalan momentum terus menjadi titik kritis utama.

    Ambisi Luar Angkasa

    Implikasi dari keberhasilan MEGA drive akan sangat besar. Tanpa perlu propelan di dalam pesawat, transportasi udara antariksa ini dapat dibuat lebih ringan dan menempuh jarak lebih jauh.

    Misi ke Mars, planet-planet luar, atau bahkan sistem bintang lainnya dapat menjadi lebih layak. Metode propulsi yang menawarkan percepatan konstan dapat secara drastis mempersingkat durasi perjalanan, membentuk ulang desain misi di seluruh industri antariksa.

    Pengawasan dan Replikasi ke Depan

    Upaya kini difokuskan pada verifikasi independen. Tim Woodward bekerja sama dengan laboratorium luar untuk mereplikasi dorongan yang diamati dan menyempurnakan model mereka.

    Mengingat skeptisisme seputar konsep propulsi alternatif sebelumnya seperti EM Drive, yang akhirnya gagal memenuhi standar ilmiah, MEGA drive harus memberikan hasil yang dapat diulang dan ditinjau sejawat sebelum memperoleh penerimaan lebih luas.

    “Jadi, pada dasarnya itu berarti bahwa ada beberapa fisika mendasar yang pada dasarnya dapat memberikan gaya pada suatu objek jika kedua kendala itu adalah saya,” tambah Buhler.

    Penggerak MEGA berada di zona abu-abu antara ilmu pengetahuan yang diketahui dan dugaan yang berani. Janjinya tidak dapat disangkal, tetapi begitu pula beban pengawasan ilmiah yang harus ditanggungnya.

    Dengan berbagai lembaga dan perusahaan swasta yang berlomba-lomba untuk memperluas keberadaan manusia di luar angkasa, terobosan sering kali muncul dari pinggiran. Apakah konsep Woodward menjadi pengubah permainan atau sekadar catatan kaki menarik akan bergantung pada apa yang terjadi selanjutnya, dan siapa yang dapat membuatnya berhasil.

    (rns/hps)

  • Kondisi Terkini Astronot NASA yang Sempat Terjebak 9 Bulan di Luar Angkasa

    Kondisi Terkini Astronot NASA yang Sempat Terjebak 9 Bulan di Luar Angkasa

    Jakarta

    Setelah sembilan bulan terdampar di luar angkasa, astronot NASA Butch Wilmore dan Suni Williams beradaptasi kembali dengan kehidupan di Bumi. Keduanya kembali ke rutinitas harian mereka, seperti berjalan-jalan dengan anjing dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

    Wilmore dan Williams juga melanjutkan pekerjaan di Boeing untuk menguji kapsul yang membawa mereka terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

    “Senang rasanya bisa kembali. Saya bisa berlari, meskipun sangat pelan,” ujar Williams dalam sebuah wawancara, dikutip dari Reuters, Rabu (2/4/2025).

    “Rasanya senang bisa merasakan udara, meskipun udaranya lembab, seperti berhembus melewati Anda, dan melihat orang lain di lintasan, rasanya sangat menyenangkan. Ini seperti rumah,” sambungnya.

    Wilmore dan Williams, kru pertama yang menaiki pesawat ruang angkasa Starliner milik Boeing yang rusak pada Juni 2024. Sepulangnya ke Bumi, keduanya menjalani pemeriksaan medis rutin di kantor astronot NASA selama berhari-hari.

    Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin dialami Wilmore dan Williams usai lama terdampar di luar angkasa, seperti tulang dan otot yang lebih lemah, masalah penglihatan, hingga ‘kaki bayi’ yang membuat mereka kesulitan berjalan.

    Ketika kapsul mereka dibuka, para astronot itu dibawa keluar dari wahana antariksa dan dinaikkan ke atas tandu.

    Kini, Wilmore dan Williams melanjutkan tugas sebagai salah satu penasihat Boeing untuk pengembangan pesawat antariksa Starliner.

    “Kami memiliki perspektif yang sangat unik saat berada di wahana antariksa, tidak ada orang lain yang memiliki perspektif itu,” pungkas Williams.

    (ath/kna)