Kementrian Lembaga: NASA

  • Trump Mau Pangkas Anggaran Belanja Rp2.678 T, AS Gonjang-ganjing

    Trump Mau Pangkas Anggaran Belanja Rp2.678 T, AS Gonjang-ganjing

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan proposal anggaran federal Amerika Serikat untuk tahun fiskal 2026 dengan pemangkasan sebesar US$163 miliar atau sekitar Rp2.678 triliun pada belanja domestik non-pertahanan, sambil meningkatkan alokasi untuk pertahanan dan keamanan perbatasan.

    Langkah ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk anggota Partai Republik sendiri karena dianggap mengorbankan program-program vital bagi masyarakat.

    Menurut Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih (OMB), proposal ini mencerminkan lonjakan hampir 65% dalam pengeluaran untuk keamanan dalam negeri dibandingkan dengan level anggaran yang telah disahkan untuk 2025. Ini sejalan dengan ambisi Trump untuk memperketat kebijakan imigrasi dan melakukan deportasi massal terhadap imigran ilegal.

    Sementara itu, belanja non-pertahanan-yang tidak mencakup program besar seperti Jaminan Sosial, Medicare, dan pembayaran bunga atas utang nasional-akan dipangkas sebesar 23%, menjadi yang terendah sejak 2017. OMB menyatakan bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi Trump untuk mengurangi jangkauan pemerintah federal.

    Sektor-sektor penting menjadi korban dalam proposal ini. Anggaran Lembaga Pajak Internal (IRS) akan dikurangi lebih dari US$2 miliar. Lebih dari 40% anggaran Lembaga Nasional Kesehatan (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga akan dipotong.

    Selain itu, program luar angkasa NASA, lembaga penegak hukum federal seperti FBI dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) turut mengalami pemangkasan signifikan.

    “Pada momen kritis ini, kita memerlukan anggaran bersejarah-yang menghentikan pendanaan terhadap kemunduran kita, menempatkan rakyat Amerika sebagai prioritas, dan memberikan dukungan luar biasa bagi militer dan keamanan dalam negeri,” ujar Direktur OMB Russ Vought dalam pernyataannya, dilansir Reuters, Sabtu (3/5/2025).

    Russ Vought dikenal sebagai arsitek Project 2025 saat menjabat di Heritage Foundation-sebuah panduan kebijakan konservatif untuk memperkecil peran pemerintah federal. Meski Trump sempat menjauhkan diri dari proyek tersebut selama kampanye, kini ia mempercayakan kendali anggaran kepada Vought.

    Anggaran tersebut juga menargetkan Departemen Pendidikan, dengan pemotongan sekitar 15%. Sementara Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (HUD), yang bertugas mengelola bantuan perumahan, mengalami pengurangan anggaran hampir separuh.

    Langkah ini mendapat kecaman keras dari kubu Demokrat dan beberapa anggota Partai Republik. Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, menyebut proposal tersebut sebagai “serangan langsung terhadap warga pekerja keras Amerika.”

    “Hari-hari Donald Trump berpura-pura menjadi populis sudah berakhir,” tegas Schumer dalam pernyataan tertulis.

    Proposal anggaran juga menyerukan pemangkasan US$50 miliar di Departemen Luar Negeri, seiring penggabungan dengan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). IRS pun mengalami pemotongan sebesar US$2,49 miliar, yang menurut seorang pejabat anggaran Gedung Putih, bertujuan mengakhiri “senjata politik IRS di era Joe Biden.”

    Namun, para analis independen memperingatkan bahwa pemotongan terhadap IRS justru dapat menurunkan efektivitas pengumpulan pajak dan menambah defisit.

    Di sisi lain, anggaran pertahanan diskresioner direncanakan meningkat 13%. Meski demikian, Senator Republik Roger Wicker dari Mississippi, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, menilai bahwa nominal tersebut pada dasarnya tetap berada pada level pemerintahan Biden dan justru mengalami pemotongan nyata jika disesuaikan dengan inflasi.

    Senator Susan Collins dari Maine, pejabat tertinggi Komite Alokasi Anggaran Senat, menyampaikan keraguan terhadap usulan ini.

    “Permintaan ini datang terlambat ke Kongres, dan masih banyak detail penting yang belum jelas. Berdasarkan tinjauan awal saya, saya memiliki keberatan serius,” ujar Collins.

    Ia mengkritik rendahnya anggaran pertahanan dan pemangkasan program bantuan untuk warga berpenghasilan rendah, termasuk bantuan pemanas rumah.

    “Pada akhirnya, Kongres yang memegang kekuasaan anggaran,” tegasnya.

    Gedung Putih juga mengalokasikan tambahan US$500 juta dalam belanja diskresioner untuk memperkuat keamanan perbatasan, termasuk US$766 juta untuk pengadaan teknologi keamanan perbatasan. Dana ini akan digunakan untuk mempertahankan 22.000 agen patroli perbatasan serta merekrut lebih banyak petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan.

    Pemerintahan Trump juga tengah menyusun paket pembatalan terpisah guna meresmikan pemotongan anggaran yang telah dilakukan sebelumnya oleh Departemen Efisiensi Pemerintahan. Beberapa senator Republik mendesak proses ini diselesaikan, karena sesuai dengan hukum menyangkut dana yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres tetapi kini ditahan oleh administrasi.

    Dengan total pengeluaran fiskal 2024 mencapai US$6,8 triliun-menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO)-Trump berharap proposal ini bisa menjadi cetak biru bagi mayoritas Republik di Kongres dalam menyusun rancangan undang-undang anggaran yang akan disahkan sebelum 4 Juli, bersamaan dengan upaya mereka untuk meloloskan RUU pemotongan pajak secara sepihak.

    Meski Kongres secara historis sering kali merevisi besar-besaran proposal anggaran dari Gedung Putih, pengaruh politik Trump yang kuat di dalam Partai Republik membuat banyak pengamat yakin bahwa ia kemungkinan besar akan mendapatkan sebagian besar dari apa yang ia minta.

     

    (luc/luc)

  • Astronom Takjub Temukan Awan Raksasa Bersinar dalam Gelap

    Astronom Takjub Temukan Awan Raksasa Bersinar dalam Gelap

    Jakarta

    Para astronom menemukan awan molekular terdekat dengan Bumi. Temuan ini memberi mereka pandangan jarak dekat yang langka tentang daur ulang materi kosmik yang memicu terciptanya bintang dan planet baru.

    Dinamakan ‘Eos’, dari nama dewi fajar Yunani, awan yang baru ditemukan ini adalah gumpalan gas hidrogen berbentuk Bulan sabit yang sangat besar yang terletak ‘hanya’ 300 tahun cahaya dari Bumi.

    Dengan lebar sekitar 100 tahun cahaya, awan ini membentang setara dengan sekitar 40 Bulan Bumi yang berjejer berdampingan, menjadikannya salah satu struktur terbesar di langit.

    “Awan ini sangat besar, dan telah tersembunyi selama ini,” kata Blakesley Burkhart, seorang profesor madya di Departemen Fisika dan Astronomi di Rutgers University di New Jersey yang memimpin penemuan tersebut, dikutip dari Live Science.

    Meskipun ukurannya sangat besar dan jaraknya relatif dekat dengan Bumi, Eos sejauh ini berhasil menghindari deteksi karena kandungan karbon monoksida (CO) yang rendah, tanda kimia terang dan mudah dideteksi yang biasanya diandalkan para astronom untuk mengidentifikasi awan molekuler.

    Sebaliknya, para peneliti mendeteksi Eos melalui cahaya fluoresensi molekul hidrogen di dalamnya, sebuah pendekatan baru yang dapat mengungkap banyak awan tersembunyi serupa di seluruh galaksi.

    “Pasti ada lebih banyak awan gelap CO yang menunggu untuk ditemukan,” kata Burkhart.

    Awan molekul Eos adalah salah satu struktur terbesar di langit Bumi. Foto: Burkhart via Live Science

    Hidrogen molekuler adalah zat yang paling melimpah di alam semesta. Dengan menemukan dan mempelajari awan berisi hidrogen seperti Eos, para astronom dapat mengungkap reservoir hidrogen yang sebelumnya tidak terdeteksi, sehingga memungkinkan mereka mengukur dengan lebih tepat jumlah material yang tersedia untuk pembentukan bintang dan planet di seluruh alam semesta.

    Para peneliti melaporkan penemuan tersebut dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 28 April di jurnal Nature Astronomy.

    “Awan ini benar-benar bersinar dalam gelap,” kata Burkhart.

    Ia menemukan Eos saat menganalisis data berusia 20 tahun dari spektrograf di atas Satelit Sains dan Teknologi Korea-1, yang diluncurkan ke orbit Bumi pada 2003 untuk memetakan distribusi gas panas di Bima Sakti.

    Mirip dengan cara prisma membelah cahaya tampak, spektrograf di atas satelit memecah cahaya ultraviolet jauh menjadi spektrum panjang gelombang. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi emisi dari berbagai molekul.

    Di tempat yang tampak seperti wilayah langit yang kosong, katalog data molekul hidrogen mengungkapkan bahwa Eos benar-benar bersinar dalam gelap.

    “Itu sangat kebetulan. Saya melihat data ini dan melihat struktur ini. Saya seperti, ‘Hah, saya tidak tahu apa itu. Sesuatu yang unik’,” katanya.

    Eos telah terbentuk menjadi seperti Bulan sabit melalui interaksi dengan fitur kolosal di dekatnya di langit, North Polar Spur, wilayah gas terionisasi yang luas yang membentang dari bidang Bima Sakti hingga ke kutub langit utara.

    Bentuk Eos sejajar sempurna dengan North Polar Spur di lintang tinggi, yang menunjukkan bahwa energi dan radiasi dari struktur masif ini, yang kemungkinan didorong oleh supernova atau angin bintang di masa lalu, telah berinteraksi dan memengaruhi gas di sekitarnya, termasuk Eos.

    Simulasi yang menelusuri evolusi Eos, khususnya bagaimana reservoir hidrogen molekulernya terkoyak oleh foton yang masuk dan sinar kosmik berenergi tinggi dari North Polar Spur dan sumber lainnya, menunjukkan bahwa ia akan menguap dalam waktu sekitar 6 juta tahun, demikian temuan studi baru tersebut.

    Studi lanjutan Eos mencari tanda-tanda pembentukan bintang baru-baru ini atau yang sedang berlangsung dengan data dari teleskop antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa yang baru saja dipensiunkan.

    Temuan tersebut, yang belum ditinjau sejawat, menunjukkan bahwa awan ini belum mengalami ledakan pembentukan bintang yang substansial di masa lalu. Namun, masih belum pasti apakah awan tersebut akan mulai membentuk bintang sebelum menghilang, kata Burkhart.

    Ia dan rekan-rekannya sedang mengembangkan konsep misi untuk pesawat ruang angkasa NASA yang dinamai berdasarkan awan molekuler yang baru ditemukan.

    Teleskop antariksa Eos yang diusulkan ini akan mengamati dalam panjang gelombang ultraviolet jauh untuk mengukur kandungan hidrogen molekuler di awan di seluruh Bima Sakti, termasuk awan yang dinamai demikian, untuk melakukan sensus pembentukan dan penghancuran gas hidrogen molekuler.

    “Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Kami baru saja memulai,” katanya.

    (rns/rns)

  • Tabrakan Dahsyat di Luar Angkasa, NASA Beberkan Fakta Kiamat

    Tabrakan Dahsyat di Luar Angkasa, NASA Beberkan Fakta Kiamat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah pengamatan dari Tekeskop Luar Angkasa James Webb Space milik NASA memperlihatkan akhir hayat dari sebuah planet. Temuan tersebut juga membantah penelitian sejumlah astronom di masa lalu.

    Saat itu, para astronom menyebut kematian planet karena bintang yang membengkak menjadi raksasa merah. Namun temuan terbaru menyebutkan planet yang mendatangi bintang tersebut bukan sebaliknya.

    James Webb berhasil mengamati tabrakan planet dengan bintang yang menjadi pusat tata surya nya. Bintang yang diamati itu berjarak 12 ribu tahun cahaya dari Bumi, berada di galaksi Bima, ke arah konstelasi Aquila.

    Reuters mencatat bintang itu sedikit lebih merah. Bentuknya juga berbeda dengan Matahari, yakni kurang bercahaya dengan massa hanya 70% saja.

    Sementara planet yang hancur itu berukuran cukup besar. Ukurannya beberapa kali dari massa Jupiter.

    Dalam dokumentasi James Webb memperlihatkan gas panas membentuk cincin di sekitar bintang. Debu dingin terlihat juga mengembang dan menyelimutinya.

    “Kita tahu ada sejumlah material dari bintang yang keluar saat planet hancur total. Bukti setelahnya adalah material sisa berdebu yang dikeluarkan dari bintang induknya,” jelas astronom Noirlab, Ryan Lau, dikutip dari Reuters, Senin (14/3/2025).

    Para peneliti berhasil menemukan hipotesis akhir hayat planet. Disebutkan orbit planet terus memburuk karena adanya interaksi gravitasi dengan planetnya.

    “Planet mulai menyerempet atmosfer bintang. Angin sakal yang menghantam bintang mengambil alih dan planet semakin cepat ke bintang,” kata rekan penulis studi Morgan MacLeod.

    Dia menambahkan planet semakin lama masuk ke dalam bintang. Lapisan luar gasnya juga terkelupas.

    “Benturan itu memanas dan mengeluarkan gas bintang, memunculkan cahaya yang dilihat dan gas, debu dan molekul yang mengelilingi bintang,” jelasnya.

    (fab/fab)

  • NASA Blak-blakan Tanda Kiamat, Wilayah RI Dalam Bahaya Besar

    NASA Blak-blakan Tanda Kiamat, Wilayah RI Dalam Bahaya Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah negara di dunia perlu waspada terhadap ramalan NASA yang dapat mengakibatkan bencana besar akibat dari perubahan iklim. NASA memprediksi ketinggian air laut akan meningkat sekitar 3-6 kaki pada 2100 mendatang. Pemicunya adalah perubahan iklim yang melelehkan es di kutub dan menaikkan air laut secara masif.

    Jika hal itu terjadi, maka ratusan juta orang terancam kehilangan tempat tinggal. Wilayah pesisir dengan populasi padat disebut berada di ambang kepunahan karena terancam tenggelam.

    Dikutip dari Sciencing, setidaknya ada 10 kota besar di berbagai belahan dunia yang dikhawatirkan akan tenggelam. Jakarta masuk dalam daftar tersebut.

    Tanda-tanda petaka ini mulai terlihat dari fenomena banjir yang paling umum dan makin sering terjadi. Di awal Maret 2025 saja, banjir sudah menggenangi beberapa area Jabodetabek dan Jawa. Bahkan, area Bekasi mencatat kondisi banjir terparah dibandingkan 2016 dan 2020.

    “Jakarta diketahui merupakan salah satu kota yang paling cepat tenggelam di dunia. Masalah ini kian ekstrem, hingga pemerintah Indonesia memilih memindahkan ibu kota [ke IKN],” tulis laporan Sciencing.

    Sciencing melaporkan Jakarta sudah mulai mengalami proses tenggelam dengan air yang naik 17 cm per tahun. Secara geografis, Jakarta terletak di dataran rendah yang dulunya didominasi oleh rawa.

    Ada 13 sungai yang mengalir melalui wilayah perkotaan hingga ke Laut Jawa, sehingga seluruh wilayah sangat rentan terhadap naiknya permukaan air. Jakarta juga telah mengalami peningkatan jumlah banjir sejak pergantian abad.

    Banjir paling parah terjadi pada tahun 2007, ketika bencana itu merenggut 80 nyawa dan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta dolar.

    Sciencing juga menyinggung keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke IKN pada 2022. Laman tersebut mengatakan risiko banjir yang tinggi di Jakarta merupakan salah satu alasan pemindahan tersebut, dibarengi dengan polusi dan penyumbatan di mana-mana.

    “Ibu kota baru yang dinamai IKN diprediksi akan rampung sepenuhnya pada 2045. Pada saat itu, IKN kemungkinan menjadi pelarian dari Jakarta yang tenggelam,” tertulis dalam laporan Sciencing.

    Selain Jakarta, berikut beberapa kota besar lain yang terancam tenggelam, menurut laporan Sciencing:

    Alexandria, Mesir

    Kota terbesar kedua di Mesir ini memiliki populasi yang ditaksir mencapai 5,7 juta orang pada 2024. Hingga saat ini, Alexandria menjadi salah satu hub penting untuk perdagangan transbenua, terutama pengapalan minyak.

    Kota ini berfungsi sebagai salah satu terminal Pipa SUMED, pipa minyak antara Laut Merah dan Mediterania yang digunakan untuk mengirim minyak mentah dan gas alam dari Jazirah Arab ke Eropa.

    Sayangnya, dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil tersebut adalah mencairnya es gletser. Panel iklim PBB memperkirakan sebanyak 30% kota tersebut dapat terendam air pada tahun 2050, yang akan menyebabkan setidaknya 1,5 juta orang mengungsi.

    Banjir juga dapat meluas hingga sebagian besar Delta Nil, menghancurkan salah satu tempat lahirnya peradaban.

    Miami, Florida

    Lebih dari setengah area Miami-Dade County hanya bertengger pada ketinggian 6 kaki di atas air laut. Sebanyak 60% di antaranya terancam tenggelam pada 2060 mendatang.

    Situasi di Miami makin parah dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung mewah di area pesisir. Sciencing mengatakan pada skenario terburu, tenggelamnya Miami akan menjadi bencana alam terburuk sepanjang sejarah dari segi kerusakan ekonomi.

    Lagos, Nigeria

    Lagos adalah kota terbesar di Afrika dengan populasi sebanyak 16,5 juta orang pada 2024. Bencana banjir kerap menghantam Lagos pada musim panas, sehingga berdampak pada kerugian ekonomi sebesar miliaran dolar AS per tahun.

    Saat ini, area tersebut memiliki level tenggelam lebih dari 3 inci per tahun.

    Dhaka, Bangladesh

    Ibu kota Bangladesh ini merupakan kota dengan populasi terbesar dengan estimasi populasi 23,9 juta orang pada 2024. PBB menempatkan Bangladesh dalam jejeran ‘Top 10’ negara paling terdampak bencana alam.

    Di kala perubahan iklim makin parah, frekuensi dan intensitas banjir di negara tersebut juga kian mengkhawatirkan. Secara spesifik, Dhaka sudah ‘tenggelam’ sebanyak setengah inci per tahun.

    Yangon, Myanmar

    Yangon memiliki populasi sebanyak 5,7 juta orang pada 2024. Sama seperti kota-kota terancam lainnya, Yangon juga kerap dihadang bencana banjir.

    Yangon terletak hanya beberapa kilometer dari Sesar Sagaing. Jika gempa bumi besar melanda wilayah tersebut, sumur air tanah dapat runtuh dan menenggelamkan sebagian besar kota.

    Bangkok, Thailand

    Bangkok memiliki populasi sekitar 11,2 juta orang pada 2024. Dari tahun-ke-tahun, Bangkok telah kehilangan wilayah daratan karena peningkatan air laut.

    Garis pantainya akan merayap lebih dalam, diperkirakan mencapai lebih dari satu kilometer setiap tahun. Dalam satu abad, mayoritas dari kota Bangkok diprediksi akan lenyap.

    Kolkata, India

    Kota terbesar ketiga di India ini diestimasikan memiliki 15,6 juta populasi pada 2024. Selain ancaman peningkatan air laut, Kolkata diprediksi akan tenggelam karena ekstraksi air tanah yang berlebihan.

    Banjir juga menjadi bencana rutin di Kolkata. Pada 2024, banjir di Bengal Barat di Kolkata berdampak pada 250.000 orang. Jika bencana banjir ini makin sering terjadi dengan intensitas parah, lebih dari 10 juta orang terancam harus mengungsi.

    Manila, Filipina

    Manila adalah ibu kota Filipina yang memiliki 14,9 juta penduduk pada 2024. Ekstraksi air tanah dan aktivitas seismis dari volkanu Taal yang aktif membuat Manila menjadi area yang tidak stabil.

    Kota ini memiliki level ‘tenggelam’ yang cepat, yakni 4 inci per tahun atau lebih tinggi dari rata-rata kenaikan level air laut global per tahun. Masalah lainnya adalah kerusakan hutan mangrove di Manila di sepanjang Manila Bay.

    Pohon-pohon di hutan itu selama ini menjadi penghadang erosi di Manila. Sejak memasuki abad ke-20, sebanyak 130.000 hektar hutan mangrove di sepanjang Manila Bay telah ditebang.

    Megalopolis Guangdong-Hong Kong-Makau

    Area ini merupakan yang terbesar dan paling banyak area urbannya di seluruh dunia. Diestimasikan populasinya mencapai 86,9 juta orang pada 2024. Keseluruhan area urbannya terkonsentrasi di antara Pearl River Delta dekat Laut China Selatan.

    Pearl River Delta diperkirakan memiliki kenaikan air laut setinggi 5 kaki pada 100 tahun mendatang. Dengan level tersebut, tak menutup kemungkinan area ini akan tenggelam di masa.

    (fsd/fsd)

  • Top 3 Tekno: Peluang Kehidupan Alien di Bulan Saturnus Titan Jadi Sorotan – Page 3

    Top 3 Tekno: Peluang Kehidupan Alien di Bulan Saturnus Titan Jadi Sorotan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Bulan Saturnus Titan yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat tempat kehidupan alien atau organisme di luar Bumi, menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Rabu (30/4/2025) kemarin.

    Informasi lain yang juga populer yaitu mengenai spesifikasi dan harga Tecno Camon 40 Pro 5G di Indonesia.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Temuan Baru Ungkap Peluang Kehidupan Alien di Bulan Saturnus Titan, Seperti Apa?

    Titan, salah satu bulan Saturnus, telah lama menarik perhatian para ilmuwan. Hal itu bukannya tanpa alasan, karena bulan itu memiliki sungai, danau, bahkan laut yang terbuat dari metana dan etana cair, serta lautan air di bawah permukaannya.

    Dengan kondisi tersebut, Titan pun disebut-sebut sebagai kandidat kuat tempat kehidupan alien atau organisme di luar Bumi bisa berkembang.

    Kendati demikian, sebuah studi baru mengungkap kalau kemungkinan adanya kehidupan di Titan jauh lebih kecil dari yang dibayangkan.

    Untuk diketahui, seperti dikutip dari Space.com, Rabu (30/4/2025), Titan memang terbilang unik, karena memiliki kandungan organik yang berlimpah, berbeda dari bulan es lainnya.

    Berbekal kondisi tersebut, sejumlah peneliti pun berasumsi, kalau satelit Saturnus itu tak akan kekurangan sumber makanan yang bisa menopang kehidupan.

    Berdasarkan misi Cassini dari NASA yang telah terbang melewati Titan lebih dari 100 kali, serta wahana Huygens milik Eropa yang mendarat di sana pada 2005, atmosfer bulan tersebut memang dilaporkan dipenuhi reaksi fotokimia kompleks.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • Temuan Baru Ungkap Peluang Kehidupan Alien di Bulan Saturnus Titan, Seperti Apa? – Page 3

    Temuan Baru Ungkap Peluang Kehidupan Alien di Bulan Saturnus Titan, Seperti Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Titan, salah satu bulan Saturnus, telah lama menarik perhatian para ilmuwan. Hal itu bukannya tanpa alasan, karena bulan itu memiliki sungai, danau, bahkan laut yang terbuat dari metana dan etana cair, serta lautan air di bawah permukaannya.

    Dengan kondisi tersebut, Titan pun disebut-sebut sebagai kandidat kuat tempat kehidupan alien atau organisme di luar Bumi bisa berkembang.

    Kendati demikian, sebuah studi baru mengungkap kalau kemungkinan adanya kehidupan di Titan jauh lebih kecil dari yang dibayangkan.

    Untuk diketahui, seperti dikutip dari Space.com, Rabu (30/4/2025), Titan memang terbilang unik, karena memiliki kandungan organik yang berlimpah, berbeda dari bulan es lainnya.

    Berbekal kondisi tersebut, sejumlah peneliti pun berasumsi, kalau satelit Saturnus itu tak akan kekurangan sumber makanan yang bisa menopang kehidupan.

    Berdasarkan misi Cassini dari NASA yang telah terbang melewati Titan lebih dari 100 kali, serta wahana Huygens milik Eropa yang mendarat di sana pada 2005, atmosfer bulan tersebut memang dilaporkan dipenuhi reaksi fotokimia kompleks.

    Reaksi tersebut membentuk molekul organik yang berpotensi menjadi blok pembangun kehidupan, lalu mengendap di mengendap di permukaan Titan dan ada kemungkinan melewat proses geokimia untuk mengalir ke lautan bawah tanah.

    Kendati demikian, tim peneliti dari Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi Universitas Arizona baru-baru ini menyebut kalau kondisi itu mungkin tidak benar-benar bisa terjadi.

    “Tidak semua molekul organik ini bisa menjadi sumber makanan,” tutur pemimpin penelitian Antonin Affholder. Alasannya, lautan satelit Saturnus itu sangat besar, dan pertukaran material antara permukaan dan lautan sangat terbatas.

  • NASA Ungkap dari Mana Emas Berasal, Ternyata Bukan dari Bumi

    NASA Ungkap dari Mana Emas Berasal, Ternyata Bukan dari Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Astronom menggunakan data NASA untuk mengungkap dari mana emas berasal. Asal usul emas ternyata dari luar angkasa.

    Anirudh Patel, calon doktor dari Columbia University dan Eric Burns dari Louisiana State University bersama sekelompok peneliti lain melakukan analisis data yang berasal dari teleskop NASA dan ESA untuk mencari tahu asal usul elemen yang ditemukan di Bumi.

    “Ini adalah pertanyaan fundamental terkait asal usul zat kompleks di alam semesta. Teka teki seru yang belum pernah dipecahkan,” katanya seperti dikutip dari siaran pers NASA, Rabu (30/4/2025).

    Menurut NASA, alam semesta pada awalnya terdiri dari elemen hidrogen dan helium, serta sebagian kecil lithium. Kemudian, elemen yang lebih berat terbentuk di bintang, termasuk besi. Namun, tercipta dan tersebarnya elemen awal yang lebih berat dari besi seperti emas belum terpecahkan.

    Penelitian yang dipimpin Patel atas data NASA dan ESA menemukan bahwa banyak elemen berat di atas ditemukan di suar (flare) yang berasal dari bintang neutron dengan daya tarik magnet tinggi, yang dikenal sebagian magnetar.

    Patel dan rekan menduga 10 persen dari semua elemen yang lebih berat dari besi berasal dari suar magnetar raksasa. Magnetar diketahui sudah ada sejak masa-masa awal terbentuknya alam semesta. Artinya, emas pertama juga tercipta lewat proses serupa.

    Bintang neutron, asal usul emas dan elemen lain yang lebih berat dari besi, adalah inti bintang yang meledak. Saking padatnya, satu sendok material bintang neutron beratnya di Bumi mencapai miliaran ton. Magnetar adalah bintang neutron dengan gaya magnet jauh lebih besar dibanding lainnya.

    Sewaktu-waktu, magnetar melepaskan radiasi energi tinggi saat keraknya pecah dalam peristiwa “gempa bintang.” Gempa bintang biasanya juga terjadi bersamaan dengan letupan radiasi yang disebut sebagai suar magnetar raksasa. Dampaknya bahkan berpengaruh ke atmosfer Bumi.

    Sampai saat ini, baru ada tiga suar magnetar raksasa di Bimasakti dan Awan Magellan yang berhasil diamati.

    Patel dan rekan, beserta Brian Matzger, telah lama mempelajari cara radiasi dari suar raksasa terkait elemen berat terbentuk. Pembentukan ini diduga terjadi lewat pemrosesan inti atom ringan menjadi inti atom yang lebih berat, dalam proses yang sangat cepat.

    Proton dalam inti atom, adalah penentu jenis elemen dalam kategorisasi ilmiah. Hidrogen hanya punya satu proton, helium dua proton, lithium memiliki tiga proton, dan seterusnya.

    Inti atom lainnya yaitu neutron, tidak menentukan jenis elemen, tetapi berpengaruh terhadap massanya. Saat jumlah neutron di dalam atom bertambah, atom menjadi tidak stabil. Kemudian, proses peluruhan radioaktif (nuclear decay) mengubah neutron menjadi proton sehingga mengubah jenis elemen tersebut. 

    Contoh proses ini adalah perubahan atom emas menjadi merkuri, karena penambahan satu proton.

    Kondisi di bintang neutron sangat unik karena kepadatan neutron yang sangat tinggi. Dalam proses itu, jumlah neutron dalam sebuah atom bisa dengan cepat bertambah yang berarti proses peluruhan radioaktif terjadi berulang kali. Hasilnya adalah terciptanya elemen “super berat” seperti uranium.

    Saat astronom mengamati benturan antara dua bintang neutron pada 2017, mereka berhasil mengkonfirmasi bahwa peristiwa ini menciptakan emas, platina, dan elemen berat lainnya. Namun, peristiwa penggabungan dua bintang neutron tidak terjadi sejak awal alam semesta sehingga tidak bisa menjelaskan terciptanya emas dan elemen lain.

    Penelitian oleh Metzger dengan beberapa peneliti dari Ohio State University menemukan potensi asal usul emas lain. Suar magnetar bisa memanas kemudian melontarkan kerak bintang neutron dalam kecepatan yang sangat tinggi, yang bisa menjadi asal usul emas.

    Terobosan terjadi saat Burns mengamati data sinar gamma dari suar bintang raksasa pada Desember 2004. Ia mengidentifikasi sinyal misterius dari magnetar dalam data tersebut. Data yang dicatat Burns ternyata nyaris sama persis dengan prediksi yang disusun oleh Patel dan rekan.

    Sinyal sinar gamma yang terekam 20 tahun lalu membuktikan model penciptaan elemen berat yang tercipta dan tersebar akibat suar magnetar raksasa.

    Kesimpulan tersebut kemudian didukung juga dengan data misi Matahari NASA yaitu RHESSI (Reuven Ramaty High Energy Solar Spectroscopic Imager) dan satelit Wind.

    (dem/dem)

  • Merkurius Lapis Berlian, di Neptunus dan Uranus Ada Hujan Intan

    Merkurius Lapis Berlian, di Neptunus dan Uranus Ada Hujan Intan

    Jakarta

    Ilmuwan menemukan bahwa di Merkurius dalam kondisi ekstrem, karbon jauh di dalam mantel planet itu dapat berubah menjadi berlian. Nah kalau di Neptunus dan Uranus, ada hujan berlian.

    Neptunus dan Uranus adalah ‘raksasa es’ di Tata Surya. Disebut demikian, karena dua lapisan terluar Neptunus dan Uranus terdiri dari senyawa yang mencakup hidrogen dan helium.

    Warna kebiruan kedua planet ini juga disebabkan oleh jejak metana di sekitar atmosfernya, membuktikan bahwa mereka memiliki es dingin di bagian dalamnya. Jika demikian, mungkinkah hujan berlian itu nyata? Para ahli menjawab, ya.

    Terbentuknya Hujan Berlian

    Para ahli percaya bahwa panas dan suhu yang hebat di bawah permukaan es raksasa memecah senyawa hidrokarbon. Dengan cara ini, karbon akan dikompresi menjadi berlian dan akan tenggelam lebih dalam lagi menuju inti planet.

    Kesimpulan ini dibuat dengan menggunakan SLAC National Accelerator Laboratory LINAC Coherent Light Source (LCLS) X-ray laser. Karena planet ini juga memiliki metana, ilmuwan memprediksi bahwa setelah terurai, hujan berlian terjadi dari materi yang padat.

    “Kami memiliki pendekatan baru yang sangat menjanjikan berdasarkan hamburan sinar-X,” kata fisikawan Dominik Kraus dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf di Jerman yang memimpin penelitian tersebut, dikutip dari Tech Times.

    Disebutkannya, eksperimen mereka memberikan parameter model penting di mana sebelumnya, para peneliti hanya bergantung pada ketidakpastian yang sangat besar. Penelitian ini pun akan menjadi semakin relevan dengan semakin banyak exoplanet yang ditemukan.

    “Dalam kasus raksasa es ini, kita sekarang tahu bahwa senyawa karbon hampir secara eksklusif membentuk berlian ketika terpisah dan tidak mengambil bentuk transisi fluida,” tambah Kraus.

    Bisakah kita ke sana melihatnya? Sayangnya kita tidak bisa pergi ke Neptunus dan Uranus untuk sekadar menyaksikan hujan berlian apalagi membayangkan bisa mengumpulkan butiran hujannya.

    Misi luar angkasa Voyager 2 pada 1989 adalah satu-satunya referensi pengetahuan kita tentang planet Neptunus. Itu pun sudah merupakan kesuksesan besar untuk misi penjelajahan antariksa.

    NASA mengatakan, Neptunus lebih dari 30 kali jarak Bumi dari Matahari. Planet ini terlalu jauh dari kita sehingga menjadi satu-satunya planet yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Sedangkan Uranus, sejauh ini belum pernah ada misi penjelajahan yang mencapai planet tersebut.

    (rns/rns)

  • Harga Emas Antam Hari Ini Turun Lagi, Cek Daftar Terbaru dan Manfaat Uniknya!

    Harga Emas Antam Hari Ini Turun Lagi, Cek Daftar Terbaru dan Manfaat Uniknya!

    Jakarta: Harga emas Antam hari ini, Rabu, 30 April 2025, kembali melemah. Penurunannya memang tak besar, tapi cukup jadi perhatian bagi kamu yang mengikuti pergerakan harga logam mulia ini.
     
    Mengutip situs resmi Logam Mulia, harga emas batangan 1 gram hari ini dibanderol Rp1,965 juta turun Rp1.000 dari harga kemarin Rp1,966 juta per gram.
     
    Sementara itu, harga buyback (jual kembali ke Antam) juga turun Rp1.000 menjadi Rp1,814 juta per gram.

    Pergerakan harga emas
    Harga emas dalam beberapa waktu terakhir cenderung bergerak tipis, naik-turun dalam rentang kecil. Ini menunjukkan bahwa meski emas dikenal sebagai aset safe haven, tetap ada dinamika pasar global seperti pergerakan dolar AS, inflasi, hingga tensi geopolitik yang memengaruhi harga.

    Jadi, kalau kamu tertarik beli emas, pantau terus update hariannya dan pertimbangkan tujuan keuangan jangka panjang.
     

    Harga emas Antam hari ini lengkap
    Berikut adalah daftar harga terbaru emas batangan Antam hari ini, Rabu, 30 April 2025:
     
    Emas batangan 0,5 gram: Rp1,032,5 juta.
    Emas batangan 1 gram: Rp1,965 juta.
    Emas batangan 2 gram: Rp3,870 juta.
    Emas batangan 3 gram: Rp5,780 juta.
    Emas batangan 5 gram: Rp9,600 juta.
    Emas batangan 10 gram: Rp19,145 juta.
    Emas batangan 25 gram: Rp47,737 juta.
    Emas batangan 50 gram: Rp95,395 juta.
    Emas batangan 100 gram: Rp190,712 juta.
    Emas batangan 250 gram: Rp476,515 juta.
    Emas batangan 500 gram: Rp952,820 juta.
    Emas batangan 1.000 gram: Rp1,905 miliar.
    Tak cuma investasi, ini 5 manfaat emas di dunia nyata
    Banyak orang mengenal emas hanya sebagai alat investasi. Padahal, emas juga digunakan luas di berbagai industri. Yuk simak manfaat emas yang mungkin belum kamu tahu:

    1. Komponen ponsel dan elektronik canggih

    Emas jadi bahan andalan dalam sirkuit ponsel pintar, GPS, kalkulator, dan perangkat canggih lain karena daya hantar listriknya tinggi dan tidak berkarat.

    2. Tambalan gigi

    Dalam dunia kedokteran gigi, emas dipilih karena aman bagi tubuh dan tidak menimbulkan alergi. Walau lebih mahal, tambalan emas awet dan tidak mudah terurai.

    3. Pemantul radiasi di kaca gedung dan helm astronaut

    Campuran emas dalam kaca berfungsi memantulkan sinar matahari, menjaga suhu dalam gedung tetap sejuk, serta melindungi mata astronaut dari radiasi luar angkasa.

    4. Pelapis estetik bangunan

    Banyak bangunan bersejarah dan tempat ibadah dilapisi emas untuk menambah nilai estetika. Lapisan emas tahan lama dan tidak mudah berubah warna.

    5. Sirkuit dan pelapis pesawat antariksa

    Emas digunakan dalam teknologi luar angkasa oleh NASA. Selain menghalau radiasi, emas juga berperan penting dalam sirkuit kendaraan luar angkasa.
     
    Sebelum memutuskan membeli emas, pastikan kamu tahu tujuan investasimu: apakah untuk jangka panjang, dana darurat, atau sebagai diversifikasi portofolio. Selalu beli di tempat resmi seperti Butik Emas Antam atau platform terpercaya ya!.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Cina Kirimkan Tiga Astronot ke Luar Angkasa – Halaman all

    Cina Kirimkan Tiga Astronot ke Luar Angkasa – Halaman all

    Cina pada Kamis(24/4), mengirim tiga astronot ke stasiun luar angkasa Tiangong, menggantikan kru yang ditempatkan di sana sejak Oktober 2024.

    Pesawat luar angkasa Shenzhou-20 lepas landas pada pukul 17:17 waktu setempat dari Gurun Gobi yang terletak di barat laut Cina, menurut laporan media pemerintah.

    Kru yang saat ini berada di Tiangong dijadwalkan kembali pada Selasa (29/4) minggu depan. Diperkirakan, setiap enam bulan tim-tim di stasiun luar angkasa Tiangong dirotasi.

    Cina sedang berusaha memimpin dengan misi-misi antariksanya. Cina juga berencana mengirim misi berawak ke Bulan di tahun 2030, membangun pangkalan luar angkasa di sana, dan menjelajahi Mars.

    Untuk mencapai apa yang digambarkan Presiden Xi Jinping sebagai “mimpi luar angkasa” rakyat Cina, Beijing telah menginvestasikan miliaran dolar ke dalam program luar angkasanya dalam beberapa tahun terakhir.

    Eksperimen akan dilakukan oleh para kru

    Chen Dong memimpin misi kali ini, ia telah menyelesaikan dua misi sebelumnya dan ini adalah penerbangan ketiganya. Chen Dong ditemani oleh mantan pilot angkatan udara Chen Zhongrui dan insinyur Wang Jie, keduanya pergi ke luar angkasa untuk pertama kalinya.

    Selain melakukan perjalanan luar angkasa dan pemeliharaan pada stasiun luar angkasa, para kru bertugas memasang peralatan pelindung dari kepingan sampah antariksa yang seringkali mengganggu navigasi dan membahayakan misi-misi antariksa.

    Selain itu, eksperimen fisika dan medis akan dilakukan. Untuk pertama kalinya, misi ini membawa serta cacing planaria, sejenis cacing pipih yang hidup di air yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.

    “Hasil [pemeriksaan planaria di luar angkasa] dapat membantu mengatasi masalah yang berkaitan dengan cedera yang terjadi di luar angkasa,” jelas Lin Xiqiang, wakil direktur badan antariksa nasional Cina (CMSA) pada konferensi pers pada hari Rabu (23/4).

    Cina dan pencarian mitra program luar angkasa

    Cina telah dikecualikan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, karena Amerika Serikat melarang badan antariksanya, NASA, berkolaborasi dengan Beijing karena alasan keamanan nasional. Cina pun kian giat mencari mitra luar angkasa lainnya.

    Pada bulan Februari, Beijing menandatangani perjanjian dengan Islamabad untuk mengirim astronot asing pertama ke Tiangong. Pada hari Rabu, badan antariksa nasional Cina menyatakan bahwa “dua astronot Pakistan akan dipilih untuk untuk menjalani pelatihan ke Cina.”