Kementrian Lembaga: NASA

  • Asteroid Ini Berpotensi Tabrak Bulan Tahun 2032, Ini Penjelasan NASA

    Asteroid Ini Berpotensi Tabrak Bulan Tahun 2032, Ini Penjelasan NASA

    Jakarta, CNBC Indonesia – Asteroid raksasa bernama 2024 YR4 yang sempat mengancam Bumi kini jadi sorotan karena kemungkinan menabrak Bulan pada 22 Desember 2032. Berdasarkan pengamatan terbaru teleskop James Webb milik NASA, peluang tumbukan asteroid ini terhadap Bulan naik dari 3,8% menjadi 4,3%.

    NASA memastikan, Bumi aman, namun Bulan masih dalam risiko. Jika tabrakan terjadi, NASA menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan mempengaruhi orbit Bulan mengelilingi Bumi.

    Batu angkasa tersebut dilaporkan pertama kali pada Desember 2024 ke Minor Planet Center, otoritas resmi untuk mengamati dan melaporkan asteroid, komet, dan benda-benda kecil lainnya di tata surya.

    Objek tersebut akhirnya menarik perhatian NASA dan astronom lainnya ketika muncul di Tabel Risiko Dampak Sentry milik NASA, yang melacak asteroid yang diketahui memiliki probabilitas bukan nol untuk menabrak Bumi.

    Untuk sementara, asteroid ini merupakan satu-satunya objek di antara lebih dari 37.000 batu antariksa besar yang diketahui berpeluang menabrak Bumi dalam waktu dekat, dengan probabilitas tumbukan yang mencapai 3,1%.

    Asteroid ini berukuran sekitar 53-67 meter, atau seukuran gedung 10 lantai. Karena saat ini posisinya terlalu jauh dari Bumi, pengamatan langsung baru bisa dilakukan kembali pada 2028, saat asteroid kembali mendekat dalam orbitnya mengelilingi Matahari.

    Upaya Pertahanan Planet NASA

    YR4 dan saudara jauhnya lebih besar, Apophis, merupakan batuan antariksa yang paling mengkhawatirkan yang pernah ditemukan dan dipelajari oleh para astronom selama beberapa dekade.

    Kini, setelah kedua asteroid tersebut dikesampingkan sebagai ancaman bagi Bumi, para astronom yang masih mempelajari batuan antariksa yang mengesankan ini dapat membantu badan antariksa dunia untuk mempersiapkan pertahanan planet jika diperlukan.

    NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) memiliki rencana untuk mengirimkan pesawat antariksa tanpa awak untuk mengamati Apophis di tahun-tahun mendatang untuk memetakan dan mempelajari permukaannya untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang asteroid dekat Bumi. Namun, misi NASA terancam terhambat oleh anggaran Presiden Donald Trump.

    Untuk mencegah potensi tabrakan masa depan, NASA mengembangkan sejumlah strategi pertahanan planet, termasuk misi DART (Double Asteroid Redirection Test), yang sukses membelokkan jalur asteroid dengan menabrakkan wahana ke objek target pada 2022.

    Selain itu, NASA sedang mengembangkan teleskop NEO Surveyor, yang dijadwalkan meluncur paling cepat tahun 2027. Teleskop ini dirancang untuk mendeteksi 90% asteroid berbahaya berdiameter di atas 140 meter yang mendekati orbit Bumi.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Hancur Lebur, Runtuh Seketika Gara-gara Trump

    NASA Hancur Lebur, Runtuh Seketika Gara-gara Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Masa depan NASA terancam gara-gara program efisiensi pemerintahan Donald Trump yang memangkas anggaran untuk program-program lembaga luar angkasa tersebut hampor 50%.

    Secara keseluruhan, pengeluaran NASA dipotong oleh Trump sebesar 24%. Dampaknya serius, sebab NASA selama ini menjadi tulang punggung dominasi AS dalam eksplorasi luar angkasa.

    Pencapaian-pencapaian besar seperti pendaratan di Bulan, hingga penangkapan gambar-gambar antariksa yang dimungkinkan oleh teleskop Hubble dan Webb memberikan wawasan bagi umat manusia terkait dunia yang lebih luas daripada Bumi.

    Pemangkasan anggaran besar-besaran di NASA, menurut sumber dalam, disiapkan oleh pemerintahan Trump tanpa masukan signifikan dari NASA.

    Pada 31 Mei 2025, Trump tiba-tiba menarik pencalonan Jared Isaacman sebagai administrator NASA. Isaacman merupakan seorang pengusaha, penggemar luar angkasa, dan anggota kru dalam penerbangan luar angkasa swasta sebanyak 2 kali.

    Penarikan itu dilakukan hanya beberapa hari sebelum pemungutan suara konfirmasi Senat atas pengangkatan Isaacman. Hingga kini, NASA masih menanti pencalonan pemimpin baru.

    “NASA akan terus memiliki kepemimpinan yang tidak berdaya, tidak memiliki tempat untuk menentukan nasibnya sendiri dan tidak dapat memperjuangkan dirinya sendiri secara efektif dalam pemerintahan ini,” kata Casey Dreier, kepala kebijakan luar angkasa di Planetary Society, sebuah organisasi advokasi penelitian terkemuka, menurut Los Angeles Times, dikutip dari AOL, Jumat (13/6/2025).

    Kekacauan di tubuh NASA saat ini diperkeruh dengan konflik antara Trump dengan Elon Musk. Diketahui, Musk merupakan pemilik SpaceX yang tak lain adalah kontraktor utama NASA dan Kementerian Pertahanan.

    Dreier mengatakan pemangkasan anggaran NASA, ditambah dengan tingginya inflasi, membuat lembaga tersebut beroperasi dengan dana terkecil sejak era Project Mercury pada awal 1960-an.

    Sepintas, pemotongan anggaran tersebut lebih menekankan pada aplikasi yang praktis dan kuantitatif, bahkan komersial, menurut Dreier.

    Program transmisi data cuaca dari satelit, yang dinilai oleh para petani, tetap didanai. Namun, studi tentang perubahan iklim dan studi lain tentang ilmu Bumi dipangkas.

    Astrofisika dan aspek lain dari eksplorasi ruang angkasa juga dirusak, dengan 19 proyek yang sudah beroperasi terancam batal. Intinya, pemangkasan anggaran NASA akan menghambat tujuan lembaga tersebut di masa depan.

    Anggaran yang diusulkan pemerintah mencakup dua tujuan ilmiah jangka panjang yang didukung oleh Trump, yakni kembalinya astronaut ke Bulan melalui proyek Artemis, dan pendaratan kru di Mars.

    Proyek Artemis ditargetkan tercapai pada akhir 2027 atau awal 2028 mendatang. Sementara pendaratan di Mars belum memiliki target pasti karena masifnya tantangan teknis saat ini.

    Pendekatan pemerintahan Trump terhadap NASA melibatkan gagasan yang dinilai aneh, sama seperti kebijakan Trump terhadap tarif tinggi yang memicu perang dagang.

    Trump mengumbar keinginannya agar AS mendominasi luar angkasa. Namun, di sisi lain ia tidak mendukung upaya-upaya NASA untuk mencapai tujuan tersebut.

    “AS akan selalu menjadi yang pertama di luar angkasa. Kita tidak mau China dan Rusia atau negara-negara lain memimpin. Kita selalu memimpin,” kata Trump pada masa jabatan pertamanya.

    Perwakilan Gedung Putih tidak merespons permintaan komentar.

    Penjegalan Trump terhadap NASA bukan pertama kalinya terjadi. Partai Republik selama ini secara konsisten mencoba menghalangi penelitian NASA terhadap pemanasan global.

    Pada 1999, pemerintahan Clinton menentang pemotongan anggaran penelitian Bumi sebesar US$1 miliar yang didorong oleh mayoritas anggota DPR dari Partai Republik. Kongres akhirnya menolak pemotongan tersebut.

    Selama masa jabatan pertama Trump, tekanan terhadap penelitian Bumi datang dari Gedung Putih. Trump juga beberapa kali membantah soal ancaman pemanasa global. Ia menyebutnya sebagai penipuan.

    Selain program-program dan inovasi yang hilang gara-gara pemangkasan anggaran NASA, ada juga peluang yang lenyap untuk membina generasi ilmuwan baru.

    Anggaran yang diusulkan menghancurkan asumsi bahwa para ilmuwan yang mengabdikan 10 atau 15 tahun untuk pendidikan sains akan memiliki peluang yang menanti mereka di masa depan untuk memanfaatkan dan mengembangkan apa yang telah mereka pelajari.

    Misteri terdalam tentang pemotongan anggaran yang diusulkan pemerintahan Trump terhadap NASA adalah siapa yang merancangnya. Bukti tidak langsung mengarah pada Russell Vought, direktur Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih dan penulis utama Project 2025, yakni blueprint sayap kanan yang dipakai untuk pemerintahan Trump.

    NASA tak muncul dalam Project 2025 sama sekali. Namun, NASA muncul dalam proposal anggaran 2022 yang konon anti-woke dan diterbitkan Vought melalui lembaga pemikir sayap kanannya, Center for Renewing America.

    Dalam dokumen itu, ia menyerukan pemotongan 50% dalam program sains NASA, terutama yang disebut Vought sebagai “program Perubahan Iklim Global yang salah arah,” dan pemotongan lebih dari 15% dalam keseluruhan anggaran NASA.

    Saat ini, pemotongan anggaran program NASA sebesar hampir 50% dan pemorongan anggaran keseluruhan mencapai 24% sangat mirip dengan apa yang diusulkan Vought pada 2022 silam, menurut Dreier.

    Gedung Putih tidak memberikan tanggapan terkait blueprint tersebut.

    Konsekuensi besar dari pemotongan anggaran ini adalah krisis bagi NASA dan sains luar angkasa AS secara keseluruhan. Kemungkinan, NASA akan sulit pulih dari kejutan tragis ini, menurut penuturan penulis Michael Hiltzik dalam laporannya di Los Angeles Times.

    Kekosongan inovasi luar angkasa dari NASA bisa jadi di masa depan akan diisi oleh negara-negara lain, misalnya China. Hal ini sejatinya bertolak belakang dengan cita-cita Trump untuk menghalangi perkembangan sains dan teknologi China.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ahli Ungkap Bulan Simpan Harta Karun Rp 16.250 Triliun

    Ahli Ungkap Bulan Simpan Harta Karun Rp 16.250 Triliun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bulan ternyata mengandung harta karun yang sangat berharga. Nilainya lebih dari US$1 triliun (Rp 16.200 triliun) dan bisa ditambang.

    Sebuah penelitian dari peneliti independen Jayanth Chennamangalam dan timnya mengatakan terdapat 6.500 kawah dari 1.300 kawah yang terdapat di Bulan tercipta karena asteroid yang mengandung platinum, dikutip dari Futurism, Jumat (13/6/2025).

    Namun daya tariknya bukan sekedar jumlah kekayaannya. Menurut para peneliti, ini terkait hasil penambangan bijih yang bisa digunakan untuk menelusuri luar angkasa.

    Chennamangalam menjelaskan penelitian luar angkasa sekarang didanai oleh uang negara. Jika hal itu bisa dimonetisasi dengan sumber daya luar angkasa, akan ada investasi dari perusahaan swasta.

    “Aplikasi praktisnya sangat sedikit dan sebagian besar dibiayai uang pembayar pajak, artinya pendanaan bergantung pada kebijakan pemerintah,” jelasnya.

    “Jika kita bisa memonetisasi sumber daya luar angkasa, baik Bulan atau asteroid, perusahaan swasta akan berinvestasi pada eksplorasi tata surya,” dia menambahkan.

    Pertanyaan berikutnya adalah apakah pertambangan di Bulan untuk keuntungan dianggap legal. Sejauh ini aturan terkait hal itu hanya ada pada Perjanjian Luar Angkasa yang ditandatangani 1967, yang melarang negara manapun mengklaim objek antariksa termasuk Bulan.

    Namun,  mengutip para ahli menyebutkan aturan itu memiliki celah. Pemerintah masih bisa mengklaim hak lisensi untuk dapat mengekstraksi sumber daya.

    NASA, lembaga antariksa dari Amerika Serikat (AS), merilis peraturan sukarela soal eksplorasi ruang angkasa, Artemis Accords. Aturan itu tidak memiliki kewenangan untuk menegakkannya dan bersifat simbolis.

    Aturan itu menetapkan soal badan antariksa, baik milik pemerintah dan swasta, harus beroperasi untuk penemuan ilmiah, ekstraksi sumber daya dan transparansi operasional. Dalam laporan Futurism sebelumnya menyebutkan aturan tersebut terinspirasi dari perjanjian tahun 1967.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Heboh Eropa Sanggup Bikin Gerhana Buatan yang Bisa Diatur

    Heboh Eropa Sanggup Bikin Gerhana Buatan yang Bisa Diatur

    Jakarta

    Gerhana Matahari Total adalah peristiwa yang sangat langka dan berharga. Setelah peristiwa spektakuler di Amerika Utara pada 8 April 2024, kejadian serupa di seluruh dunia baru akan terjadi lagi pada akhir 2026, dan Amerika Serikat baru akan mengalami kejadian serupa pada akhir 2044. Para ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) tak mau menunggu lama, dan menemukan cara untuk membuat gerhana sendiri bahkan bisa dibuat hampir setiap hari sesuai permintaan.

    Triknya adalah, mereka tidak akan menunggu Bulan berada di tempat yang tepat, namun menggunakan pesawat ruang angkasa dengan perisai bundar untuk membuat bayangan di atas sensor khusus di pesawat kedua.

    Dengan menghalangi bagian utama Matahari seperti pada gerhana Bulan, para peneliti bisa mempelajari atmosfer di sekitarnya, yang disebut korona Matahari yang biasanya tenggelam oleh silaunya bintang tersebut.

    Satu juta derajat lebih panas dari permukaan Matahari di bawahnya, korona penting bagi manusia karena merupakan sumber angin Matahari, cuaca antariksa, dan letusan dahsyat yang dikenal sebagai lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME) yang mempunyai kekuatan mengganggu komunikasi, elektronik, dan listrik di Bumi.

    Visual artistik tentang Proba-3 yang sedang beroperasi dan sisipan, gerhana Matahari total. Satelit yang terbang dengan presisi akan memungkinkan para ilmuwan mempelajari korona Matahari kapan saja, dengan menciptakan gerhana mereka sendiri. Foto: ESAProses membuat gerhana

    Setelah diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India pada September 2023 dan melakukan perjalanan ke orbit mengelilingi Bumi, dua pesawat akan terpisah pada jarak sekitar 150 meter.

    Kemudian, sejajar dengan Matahari melalui penerbangan luar angkasa dengan presisi luar biasa, satelit yang disebut Occulter akan melemparkan bayangannya ke permukaan satelit Coronagraph, sehingga memungkinkannya mengukur atmosfer Matahari pada jarak 1,1-3 jari-jari Matahari dari bintang.

    “Kedua pesawat ruang angkasa itu akan bertindak seolah-olah mereka adalah satu instrumen raksasa sepanjang 150 meter,” kata Director of Technology, Engineering and Quality ESA, Dietmar Pilz, dikutip dari Newsweek, Rabu (11/6/2025).

    “Namun, mencapai hal ini akan sangat menantang secara teknis, karena ketidakselarasan sekecil apa pun dan itu tidak akan berhasil. Proses pengembangannya memakan waktu lama, dilakukan oleh konsorsium negara-negara anggota ESA yang lebih kecil yang dipimpin oleh Spanyol dan Belgia. Jadi saya sangat senang melihat Proba-3 ada di sini hari ini, bersiap untuk diluncurkan,” jelasnya.

    Teleskop berbasis darat dan luar angkasa dapat dilengkapi dengan cakram okultisme yang menggantikan Bulan, menghalangi Matahari untuk meniru efek gerhana. Namun, teknik ini dibatasi oleh difraksi, fenomena yang menyebabkan cahaya merembes ke tepi cakram, sehingga merusak gambar mahkota Matahari yang dihasilkan.

    Solusi untuk hal ini adalah dengan menjauhkan disk okultisme dari instrumen perekam. Dengan menggunakan dua pesawat ruang angkasa, pemisahan yang lebih besar dan dengan demikian menghasilkan gambar yang lebih baik dan menjadi praktis.

    Keuntungan lain dari menciptakan gerhana buatan di luar angkasa adalah, melalui manuver yang cermat dari kedua satelit, gerhana tersebut dapat dibuat bertahan lebih lama dibandingkan gerhana alami.

    Gerhana buatan yang pernah terjadi sebelumnya, dihasilkan oleh pesawat ruang angkasa Apollo AS selama misi Apollo-Soyuz pada tahun 1975. Kini, tim baru akan membuat peristiwa tersebut kapan saja. Foto: ESA

    Proba-3 akan mampu membuat peristiwa berlangsung hingga enam jam dalam satu waktu. Hal ini akan terjadi secara otomatis setiap 19 jam 36 menit, ketika pesawat mencapai puncak orbitnya yang sangat elips, yang mencapai jarak 60.527 km dari permukaan Bumi.

    Pada jarak ini, ESA menjelaskan, gangguan atmosfer, gravitasi, dan magnet dari Bumi kita dapat diminimalkan, sehingga memungkinkan pengukuran korona Matahari yang lebih jelas. ESA meluncurkan kedua pesawat Proba-3 minggu ini di Redwire Space Facility di Kruibeke, Belgia, tempat mereka saat ini menjalani pengujian pra-penerbangan.

    Pesawat ruang angkasa Occulter dan Coronagraph Proba-3. Keduanya akan menciptakan gerhana yang berlangsung selama enam jam. Foto: ESA

    Awalnya, anggota tim misi berencana memanfaatkan gerhana Matahari total 8 April 2024 di AS untuk menguji perangkat keras yang dirancang untuk pesawat ruang angkasa, khususnya roda filter polarisasi yang ditujukan untuk digunakan dalam satelit Coronagraph, bersama dengan teknologi LED alternatif. Namun, rencana tersebut dibatalkan.

    Meski demikian, ada banyak eksperimen yang dilakukan selama peristiwa gerhana 8 April 2024, termasuk upaya NASA untuk ‘mengejar’ gerhana dengan pesawat jet, dan menyelidiki pengaruhnya terhadap atmosfer bagian atas dengan menggunakan roket khusus.

    Pesawat ruang angkasa Occulter dan Coronagraph Proba-3. Keduanya akan menciptakan gerhana yang berlangsung selama enam jam. Foto: ESA

    “Misi Proba-3 diperkirakan akan berlangsung selama dua tahun, atau mungkin lebih lama, jika bahan bakar yang dibutuhkan untuk penerbangan formasi tersebut tidak habis pada akhir periode ini,” jelas Zhukov.

    Selain memberikan pandangan baru tentang korona Matahari, misi Proba-3 juga akan menjadi pembuktian konsep penerbangan formasi presisi tingkat baru yang diturunkan ke akurasi tingkat milimeter berkat kombinasi teknologi penentuan posisi.

    Ini akan mencakup navigasi satelit, tautan berbasis radio, kamera cahaya tampak yang mempertajam posisi LED, bahkan sinar laser yang dipantulkan bolak-balik antara kedua pesawat.

    Menurut ESA, mendemonstrasikan penerbangan luar angkasa yang tepat akan memungkinkan era baru bagi sains dan aplikasi. “Misi yang jauh lebih besar daripada pesawat ruang angkasa mana pun dapat diterbangkan, seperti radio raksasa di orbit dan susunan interferometri optik,” kata ESA.

    Pada saat yang sama, badan tersebut mengatakan, pertemuan orbit yang tepat akan membuat layanan satelit di orbit dapat dilakukan, sehingga memperpanjang umur infrastruktur ruang angkasa.

    (rns/fay)

  • Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Jakarta (ANTARA) – Dalam debat kebijakan publik, efisiensi anggaran sering kali dianggap sebagai pemangkasan belanja secara membabi buta. Padahal, pelajaran dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa efisiensi yang dirancang dengan baik justru bisa meningkatkan produktivitas, tanpa mengorbankan pelayanan publik atau pertumbuhan ekonomi.

    Indonesia, dengan birokrasi pemerintahan yang masih gemuk dan boros, dapat belajar banyak dari pengalaman ini, asalkan pendekatannya adaptif, bertahap, dan berbasis data.

    Amerika Serikat pada era 1950-an hingga 1980-an berhasil mengembangkan birokrasi yang lincah dalam mendukung inovasi dan pelayanan publik. Lembaga seperti Centers for Disease Control (CDC) dan NASA menjadi contoh efisiensi kelembagaan dengan jumlah pegawai yang ramping namun hasil kerja luar biasa.

    Salah satu prinsip utamanya adalah pembatasan jumlah manajer dan pejabat administratif, serta penekanan pada akuntabilitas kinerja, penggunaan teknologi, dan keberanian untuk bereksperimen. Pemerintah AS juga menerapkan alat evaluasi kinerja seperti Program Assessment Rating Tool (PART), yang mirip SAKIP di Indonesia, namun lebih konsisten dalam implementasi.

    Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, birokrasi kita masih dihantui oleh masalah klasik yaitu struktur kelembagaan yang berlapis-lapis, alokasi anggaran yang tidak berbasis output, serta resistensi terhadap perubahan digital.

    Menurut Laporan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2023, potensi penghematan belanja negara bisa mencapai Rp121,9 triliun per tahun jika birokrasi dikelola dengan efisien. Bahkan, dalam laporan Kemenkeu terbaru, efisiensi belanja di tahun 2024 sudah mencapai Rp128,5 triliun.

    Namun penghematan ini baru permukaan. Masih banyak ruang untuk memperkuat fondasi kebijakan fiskal Indonesia melalui reformasi birokrasi yang lebih dalam dan terstruktur.

    Salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan adalah delayering alias pengurangan lapisan manajerial yang tidak produktif. Banyak kementerian dan lembaga memiliki struktur hirarkis yang terlalu kompleks, yang tidak sejalan dengan prinsip kerja efektif. Di AS, jumlah manajer dalam satu lembaga dibatasi agar tidak lebih dari 20 persen dari total pegawai.

    Indonesia belum memiliki rasio resmi, tetapi data BKN menunjukkan bahwa sebagian besar kementerian memiliki rasio struktural yang tidak proporsional, sehingga memperlambat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.

    Namun efisiensi yang tidak didasarkan pada kajian dampak bisa menjadi bumerang. Salah satu contohnya adalah kebijakan Kementerian Dalam Negeri beberapa tahun lalu yang melarang seluruh instansi pemerintah, termasuk pemda, mengadakan rapat di hotel. Tujuannya adalah penghematan anggaran negara dan mendorong penggunaan fasilitas internal. Namun, dampaknya sangat besar terhadap sektor perhotelan, khususnya di kota-kota kedua seperti Padang, Manado, Balikpapan, dan Yogyakarta yang sangat mengandalkan kegiatan MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibition).

    Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), setelah larangan itu diterapkan, tingkat hunian hotel di beberapa daerah turun drastis hingga 40–60 persen dalam satu kuartal. Di Sumatera Barat misalnya, asosiasi hotel melaporkan bahwa lebih dari 700 karyawan hotel dirumahkan hanya dalam waktu tiga bulan pertama kebijakan berjalan. Rapat kementerian dan pelatihan aparatur sipil negara yang biasanya menghidupkan sektor jasa lokal tiba-tiba lenyap. Di Bali, yang biasanya mengandalkan tamu pemerintah di luar musim liburan, okupansi hotel sempat anjlok ke angka 20 persen.

    Kebijakan tersebut memang akhirnya direvisi beberapa tahun kemudian, namun pelajaran pentingnya tetap relevan yaitu efisiensi yang tidak memperhitungkan efek turunan ke sektor riil bisa memukul perekonomian lokal dan menyebabkan pengangguran. Ini bukan efisiensi, tetapi pemindahan beban dari negara ke masyarakat. Dalam konteks ini, kebijakan semestinya mempertimbangkan multiplier effect, bukan sekadar penghematan nominal.

    Langkah berikutnya dalam membenahi birokrasi adalah digitalisasi proses layanan dan administrasi yang benar-benar berdampak. Indonesia sudah memulai melalui GovTech INA Digital, tetapi penerapannya belum merata.

    Laporan Kominfo menunjukkan bahwa hanya sekitar 35 persen lembaga pemerintah yang memiliki SDM TI yang memadai. Padahal, transformasi digital tidak hanya soal teknologi, melainkan juga soal cara kerja, kultur organisasi, dan kemauan untuk mengubah paradigma birokrasi.

    Kementerian/lembaga perlu difokuskan pada proyek strategis berdampak tinggi, seperti digitalisasi rumah sakit, pelayanan sosial daring, dan proyek padat karya. Untuk itu, pemerintah bisa membentuk program “Ministry Strategic Projects” (ModSP), meniru model “Operation Warp Speed” di AS saat pandemi. Proyek-proyek ini harus memiliki timeline, indikator kinerja, dan audit independen agar tidak menjadi sekadar jargon.

    Efisiensi juga tidak boleh dilakukan secara serampangan. Pengurangan anggaran kementerian sebesar Rp306,7 triliun dalam RAPBN 2025, seperti dilansir berbagai media, harus dikaji dengan seksama agar tidak memukul kementerian yang sedang menjalankan reformasi penting.

    Jika efisiensi tidak disertai dengan prioritas dan data dampak, maka justru bisa menurunkan PDB. Dalam proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Pemangkasan anggaran secara membabi buta bisa menghambat pemulihan ekonomi, terutama jika menyasar sektor produktif

    Yang juga penting adalah mengukur ulang efisiensi birokrasi bukan hanya dari jumlah pengeluaran, tetapi dari kualitas layanan dan dampaknya terhadap masyarakat.

    Pemerintah Australia mengevaluasi ribuan program setiap tahun dan hanya menyetujui sekitar 80–90 program yang benar-benar berdampak. Indonesia dapat mencontoh ini dengan memperkuat evaluasi lintas kementerian yang melibatkan Bappenas, Kemenkeu, dan Kantor Staf Presiden.

    Dari sisi pembiayaan, pemerintah dapat menata ulang struktur anggaran pegawai. Saat ini, belanja pegawai mencapai 14,62 persen dari APBN (data 2022), padahal produktivitasnya belum sebanding. Dengan mengurangi posisi manajerial tidak produktif dan menggantinya dengan SDM digital dan profesional, efisiensi bisa tercapai tanpa PHK besar-besaran.

    Rekomendasi kebijakan

    Agar efisiensi birokrasi Indonesia tidak menurunkan produktivitas dan pendapatan domestik bruto, maka setidaknya ada lima rekomendasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, evaluasi dampak kebijakan secara holistik. Seperti kasus larangan rapat di hotel, setiap kebijakan efisiensi harus dievaluasi dengan mempertimbangkan dampak ke sektor riil dan lapangan kerja.

    Kedua, penyederhanaan struktur birokrasi. Tetapkan rasio struktural maksimum dan lakukan delayering bertahap berbasis kinerja.

    Ketiga, digitalisasi yang terpadu dan terukur. Bangun SDM digital di seluruh K/L dan percepat sistem layanan satu pintu daring.

    Keempat, prioritaskan proyek strategis nasional. Terapkan model impact-based budgeting, bukan across-the-board cuts. Impact-based budgeting adalah metode penganggaran yang memprioritaskan pendanaan berdasarkan kontribusi nyata suatu program atau proyek terhadap tujuan pembangunan nasional, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, atau pencapaian target SDGs. Pendekatan ini menilai secara empiris dan kuantitatif apakah suatu proyek menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial yang tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

    Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai program prioritas untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah-panjang. Hingga 2023, tercatat 200 PSN dengan nilai investasi mencapai Rp5.746 triliun, yang mencakup sektor infrastruktur, energi, teknologi, hingga ketahanan pangan.

    Proyek-proyek ini dirancang untuk memperluas konektivitas wilayah (jalan tol, pelabuhan, bandara), meningkatkan akses listrik dan energi bersih, meningkatkan produksi pangan dan ketahanan air, dan mendorong transformasi digital dan industri 4.0.

    Namun, jika pemotongan anggaran dilakukan tanpa melihat dampak proyek, maka proyek-proyek yang seharusnya menjadi mesin pertumbuhan justru bisa terhambat, dan akhirnya akan berdampak pada menurunnya PDB, meningkatnya pengangguran, serta hilangnya efek multiplier ke sektor swasta.

    Kelima, perkuat evaluasi program dan transparansi. Libatkan pihak ketiga dan audit independen untuk mengevaluasi efektivitas anggaran secara berkala.

    Indonesia perlu mengadopsi semangat reformasi ala Amerika Serikat bukan hanya dari sisi pemangkasan anggaran, tetapi dari cara berpikir yang mendasarinya yaitu hasil lebih penting dari prosedur, inovasi lebih penting dari formalitas.

    Efisiensi anggaran bukan sekadar menghemat, tapi tentang mengarahkan belanja ke hal yang benar, untuk hasil yang benar. Efisiensi anggaran bukan sekadar mengurangi pengeluaran, tetapi menata ulang pengeluaran agar menghasilkan dampak terbesar bagi rakyat dan perekonomian.

    Pendekatan impact-based budgeting, jika diterapkan dengan baik, bisa menjadi jawaban untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan lapangan kerja dan kesejahteraan sosial.

    Pemerintah Indonesia harus belajar dari kelemahan kebijakan pemotongan seragam dan mulai mengarahkan belanja negara ke program-program yang benar-benar strategis dan berdampak langsung Ini adalah momen langka untuk membenahi birokrasi dari akarnya dengan memangkas lemak, tapi menjaga otot ekonomi tetap kuat dan tumbuh.

    Jangan sampai niat baik efisiensi justru menekan sektor produktif dan memperbesar pengangguran, seperti yang sudah pernah terjadi. Mari kita belajar, bukan mengulang.

    *) Dr. Aswin Rivai, SE., MM adalah Pemerhati Ekonomi dan Dosen FEB-UPN Veteran, Jakarta

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Konflik dengan Trump, Elon Musk Terancam Rugi Miliaran Dolar AS

    Konflik dengan Trump, Elon Musk Terancam Rugi Miliaran Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Elon Musk terancam mengalami kerugian finansial besar akibat konflik terbuka dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Ketegangan ini tak hanya berpotensi mengganggu hubungan pribadi, tetapi juga bisa mengguncang fondasi sejumlah bisnis Musk, mulai dari Tesla hingga SpaceX dan Starlink.

    Konflik tersebut mencuat di tengah rencana penting peluncuran robotaxi Tesla di Austin, Texas, yang digadang-gadang menjadi titik balik perusahaan setelah penjualan kendaraan listriknya melemah di berbagai pasar global.

    Sayangnya, perselisihan dengan Trump bisa mempersulit peluncuran itu, terutama jika regulator federal terlibat atas dorongan politik.

    “Karena Trump tidak punya sejarah membalas dendam terhadap musuh yang dianggapnya, dia mungkin akan membiarkan ini berlalu begitu saja,” kata analis otomotif Telemetry Insight, Sam Abuelsamid, dikutip dari AP News, Minggu (8/6/2025).

    Namun Abuelsamid mengingatkan bahwa seluruh bisnis Musk sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, menjadikannya rentan terhadap tekanan politik.

    Tesla dan Ancaman terhadap Robotaxi

    Elon Musk tengah bersiap melakukan uji coba mobil tanpa pengemudi Tesla atau robotaxi di Austin dalam waktu dekat. Namun, sebelum konflik dengan Trump memanas, Badan Keselamatan Transportasi Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) sudah lebih dulu meminta data teknis tentang sistem robotaxi tersebut, terutama cara kerja dalam kondisi visibilitas rendah.

    Penyelidikan NHTSA itu menyusul investigasi terhadap 2,4 juta Tesla dengan perangkat lunak self-driving, menyusul insiden kecelakaan, termasuk satu yang menewaskan pejalan kaki.

    Saham Tesla yang sebelumnya melonjak hampir 50% pascapengumuman robotaxi, justru anjlok 14% pada Kamis (5/6/2025) karena kekhawatiran pasar atas dampak konflik dengan Trump. Keesokan harinya, saham tersebut hanya pulih sebagian dengan kenaikan 4%.

    “Kenaikan nilai saham Tesla baru-baru ini hampir sepenuhnya didorong oleh antusiasme terhadap robotaxi,” jelas analis Morningstar, Seth Goldstein.

    “Perseteruan Musk dengan Trump bisa menjadi hambatan besar,” tambahnya.

    Kredit Karbon Tesla Terancam Dihapus

    Salah satu sumber pendapatan penting Tesla yang kerap terabaikan adalah penjualan kredit karbon kepada produsen otomotif lain yang gagal memenuhi standar emisi.

    Namun, di tengah konflik, kubu Republik dilaporkan menyisipkan ketentuan baru dalam rancangan anggaran Donald Trump yang menghapus penalti bagi kendaraan berbahan bakar bensin.

    Perubahan ini secara langsung akan memangkas keuntungan Tesla dari bisnis kredit tersebut. Padahal, dalam tiga bulan pertama 2025, penjualan kredit karbon melonjak sepertiga menjadi US$ 595 juta di tengah penurunan pendapatan utama.

    Ancaman terhadap SpaceX dan Starlink

    Konflik dengan Trump juga berpotensi mengancam SpaceX, perusahaan luar angkasa milik Musk yang telah menerima miliaran dolar dalam bentuk kontrak dari pemerintah AS, termasuk dari NASA.

    Trump secara terbuka menyatakan dapat memotong kontrak federal SpaceX, sebuah ancaman besar mengingat SpaceX merupakan satu-satunya perusahaan AS yang mampu mengangkut manusia ke dan dari stasiun luar angkasa internasional menggunakan kapsul Dragon. Ketergantungan pada Rusia dengan kapsul Soyuz dinilai bukan pilihan ideal secara politik.

    Di tengah ketegangan, Musk sempat mengancam akan menonaktifkan kapsul Dragon, tetapi kemudian meralat pernyataannya.

    Starlink, anak usaha SpaceX yang menyediakan layanan internet berbasis satelit juga tak lepas dari risiko.

    Baru-baru ini, Musk mengumumkan bahwa Arab Saudi dan India telah memberikan izin operasional untuk Starlink, perkembangan yang terjadi saat dia mendampingi Trump dalam kunjungan ke Timur Tengah.

    Namun dengan memburuknya hubungan antara keduanya, akses Starlink ke pasar global bisa saja dibatasi secara politis, bukan bisnis murni.

    X dan Risiko Pengiklan Kabur

    Platform media sosial milik Musk, X (dulu Twitter), juga berpotensi terdampak. Setelah sempat ditinggalkan banyak pengiklan karena sikap Musk yang membiarkan konten konspiratif, beberapa merek besar mulai kembali diduga karena tekanan dari kelompok konservatif.

    Namun kini, para pengiklan harus mempertimbangkan ulang kehadiran mereka di platform tersebut, terutama jika Trump memutuskan untuk menjadikan X sebagai sasaran politik.

    “Jika Trump tidak menyukai X, ada risiko platform ini kembali menjadi radioaktif secara politis,” kata Sarah Kreps, pakar politik dari Universitas Cornell.

    Apa yang Dipertaruhkan?

    Bagi Musk, konflik ini datang di saat yang sangat kritis. Selain proyek moonshot NASA yang dijalankan oleh SpaceX, Tesla tengah berjuang untuk menghidupkan kembali minat konsumen setelah penurunan penjualan, terutama di kalangan pemilih liberal yang memboikot merek tersebut karena afiliasi politik Musk.

    Ada spekulasi bahwa pasar “daerah merah” atau basis pemilih Trump dapat menyelamatkan penjualan Tesla. Namun setelah perpecahan ini, peluang tersebut dinilai makin tipis.

    “Ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban saat ini,” tulis analis TD Cowen, Itay Michaeli.

    Kondisi tersebut telah menurunkan target saham Tesla dari US$ 388 menjadi US$ 330. Harga saham Tesla berada di US$ 300 pada Jumat (6/6/2025).

    Dengan bisnis yang begitu besar dan kompleks, Elon Musk tampaknya memiliki lebih banyak hal untuk kehilangan dibandingkan Donald Trump, jika konflik ini terus berlanjut.

    Dampaknya bisa menjalar ke berbagai lini bisnis otomotif, luar angkasa, internet satelit, dan media sosial, serta mengguncang kepercayaan investor global terhadap visi masa depan Elon Musk.

  • NASA Temukan Planet Kembaran Bumi yang Diduga Bisa Dihuni

    NASA Temukan Planet Kembaran Bumi yang Diduga Bisa Dihuni

    Jakarta

    Astronom terus menemukan planet baru kembaran Bumi yang diperkirakan dapat menopang kehidupan. Salah satunya Planet TOI-715 b temuan NASA yang diduga bisa dihuni.

    Planet TOI-715 berada di tata surya lain yang berjarak 137 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini ditemukan menggunakan instrumen milik NASA bernama Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS), yang sudah menemukan sejumlah planet layak huni sejak tahun 2018.

    Planet itu memiliki permukaan bebatuan dan ukurannya sekitar 1,5 kali ukuran Bumi. Dan yang paling penting, planet ini mengorbit bintangnya di dalam zona layak huni atau habitable.

    “Itu adalah jarak dari bintang yang dapat memberikan planet tersebut suhu yang tepat agar air yang berbentuk cair dapat terbentuk di permukaannya,” kata NASA dalam penjelasan di website-nya, seperti dikutip dari Mashable, Sabtu (7/6/2025).

    “Tentu saja beberapa faktor lainnya harus terpenuhi agar air di permukaan dapat terbentuk, terutama harus memiliki atmosfer yang sesuai,” sambungnya.

    Planet TOI-715b sebenarnya mengorbit bintangnya dengan jarak yang sangat dekat. Planet ini hanya membutuhkan waktu 19 hari untuk mengelilingi bintangnya, tapi ilmuwan mengatakan permukaannya tidak mengerikan seperti exoplanet lain.

    Pasalnya, bintang utama Planet TOI-715 b merupakan bintang kerdil yang ukurannya lebih kecil dan temperaturnya lebih dingin dibandingkan Matahari. Karena itu, planet seperti TOI-715 b bisa mengorbit bintangnya dengan sangat dekat tapi tetap berada di dalam zona layak huni.

    Planet batu yang mengelilingi bintang kerdil merupakan tempat yang ideal untuk mencari dunia baru yang mungkin dapat mendukung kehidupan. Orbitnya yang cepat memungkinkan teleskop seperti TESS untuk mendeteksi transitnya tanpa harus menunggu lama.

    Setelah ditemukan oleh TESS, NASA berencana untuk mengamati Planet TOI-715 b menggunakan James Webb Space Telescope (JWST) yang berjarak 1,5 juta km dari Bumi. Teleskop luar angkasa ini dapat mengintip atmosfer exoplanet dan mengungkap lebih banyak informasi tentang dunia ini.

    (vmp/vmp)

  • NASA Bocorkan Potret IKN dari Langit, Begini Perubahannya

    NASA Bocorkan Potret IKN dari Langit, Begini Perubahannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, merilis suatu gambar pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Gambar ini berhasil ditangkap oleh OLI-2 (Operational Land Imager-2) di Landsat 9 dan OLI di Landsat 8.

    Gambar yang dipublikasikan Earth Observatory NASA tersebut, memperlihatkan kondisi wilayah IKN pada April 2022 dan Februari 2024. Pada gambar 2024, nampak banyak perubahan signifikan, dimana banyak lahan di dalam hutan yang sudah dibuka untuk pembangunan infrastruktur.

    Pembangunan IKN sendiri dimulai pada Juli 2022 di kawasan hutan dan perkebunan kelapa sawit 30 kilometer ke daratan dari Selat Makassar. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan lingkungan yang dihadapi Jakarta, ibu kota Indonesia saat ini.

    IKN April 2022

     

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

     

    IKN Februari 2024

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

    Wilayah metropolitan Jakarta dihuni oleh 30 juta orang dan telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Banjir yang sering terjadi, lalu lintas padat, polusi udara dan kekurangan air minum merupakan hal yang biasa terjadi di Jakarta.

    Jakarta juga diisukan bakal tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Pengambilan air tanah yang berlebihan telah berkontribusi terhadap laju penurunan permukaan tanah hingga 15 sentimeter per tahun, dan 40 persen wilayah kota kini berada di bawah permukaan laut.

    Meski demikian, beberapa peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan IKN dapat membahayakan hutan dan satwa liar di wilayah tersebut.

    Hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy.

    Meskipun lokasinya telah banyak berubah selama satu setengah tahun terakhir, kota ini masih jauh dari selesai. Konstruksi direncanakan akan selesai pada tahun 2045.

    (tps/tps)

  • Bubarnya Aliansi Elon Musk dan Donald Trump

    Bubarnya Aliansi Elon Musk dan Donald Trump

    Jakarta

    Hingga Jumat lalu, Presiden Donald Trump masih melontarkan pujian setinggi langit kepada Elon Musk, miliarder pemilik Tesla dan X. Namun tak sampai seminggu berselang, aliansi politik antara kedua tokoh sayap kanan itu resmi ambruk pada Kamis (5/6) dalam sebuah “perceraian publik” yang sengit dan penuh amarah.

    Dalam siaran langsung dari Oval Office, Trump mengungkapkan kekecewaannya setelah mantan penasihat dan donor utamanya itu mengkritik rancangan belanja usulannya yang sedang dibahas di Kongres.

    Pertikaian keduanya kemudian berlanjut ke media sosial, dengan saling lempar hinaan. Musk menuding, tanpa disertai bukti, bahwa nama Trump tercantum dalam dokumen pemerintah terkait Jeffrey Epstein, pengusaha yang meninggal dunia dalam tahanan karena kasus pelecehan seksual.

    Perseteruan ini berpotensi menimbulkan dampak politik dan ekonomi besar. Saham Tesla, perusahaan mobil listrik milik Musk, anjlok tajam. Sementara Musk, taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan, mengancam akan mengakhiri program pesawat luar angkasa penting milik pemerintah AS.

    Namun Trump tampak meremehkan ketegangan tersebut dalam wawancara dengan Politico, Kamis. “Oh, tidak apa-apa. Semua berjalan dengan baik, bahkan lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya santai.

    Adakah peluang rekonsiliasi?

    Gedung Putih dijadwalkan melakukan panggilan dengan Musk pada Jumat (6/6) sebagai upaya untuk meredakan situasi, menurut sumber media tersebut. Namun hingga kini belum ada konfirmasi pasti dari kedua belah pihak.

    Spekulasi tentang rapuhnya hubungan antara orang terkaya dan orang terkuat di dunia ini memang sudah lama beredar. Tapi betapa cepatnya keretakan merambat tetap membuat Washington terperangah.

    “Elon dan saya dulu punya hubungan yang baik. Sekarang? Saya tidak tahu lagi.”

    Trump yang terdengar tersinggung, mengatakan bahwa hanya seminggu lalu dia mengadakan acara perpisahan mewah untuk Musk yang mundur dari Departemen Efisiensi Pemerintahan DOGE, kementerian yang ditugasi melakukan penghematan di semua lembaga negara.

    Namun Trump kemudian menegaskan bahwa dirinya sendiri yang meminta Musk untuk keluar, karena “sudah mulai melelahkan.”

    Pencabutan kontrak pemerintahan

    Musk, yang tercatat sebagai penyumbang terbesar kampanye Trump dengan nilai mencapai 300 juta dolar, menyerang balik dan menyebut sang presiden “tidak tahu berterima kasih.” Menurutnya, Trump tidak akan bisa menang dalam Pilpres 2024 tanpa bantuannya.

    Ketika pertikaian semakin memanas, Musk kembali menyerang dengan mengklaim bahwa “Trump ada dalam dokumen Epstein,” merujuk pada arsip pemerintah terkait pelaku kejahatan seksual tersebut.

    Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada AFP bahwa unggahan Musk soal Epstein adalah “episode yang disayangkan dari Elon, yang kecewa karena RUU Anggaran tidak mencakup kebijakan yang dia harapkan.”

    Di platform miliknya, X (dulu Twitter), Musk menjawab “ya” pada cuitan yang menyarankan agar Trump dimakzulkan. Dia juga mengecam kebijakan tarif global Trump yang menurutnya bisa memicu resesi.

    Trump akhirnya melayangkan ancaman yang menyasar bisnis Musk langsung, dengan menghentikan kontrak pemerintah bernilai miliaran dolar, termasuk untuk peluncuran roket dan layanan internet satelit Starlink.

    “Cara termudah untuk menghemat anggaran, miliar demi miliar dolar, adalah dengan mengakhiri subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon,” tulis Trump di Truth Social.

    Saham Tesla kena imbas

    Tak tinggal diam, Musk membalas dengan mengumumkan bahwa dia akan mulai “menghentikan operasi” pesawat luar angkasa Dragon milik SpaceX yang vital bagi misi NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Namun kemudian dia melunak, membalas cuitan seorang pengguna: “Oke, kami tidak akan membongkar Dragon.”

    Namun ketika ketegangan akhirnya mereda setelah beberapa jam penuh drama, nilai saham Tesla sudah terpangkas lebih dari 100 miliar dolar.

    Hubungan Trump dan Musk sejak awal terlihat mesra. Trump mendukung langkah penghematan DOGE yang dipimpin Musk, dan sang miliarder bahkan sempat menginap di Gedung Putih serta terbang bersama Air Force One.

    Namun masa jabatan Musk di DOGE hanya bertahan empat bulan. Dia semakin frustrasi dengan lambannya proses reformasi dan berselisih dengan beberapa anggota kabinet Trump.

    Keduanya sempat menjaga ketegangan tetap terkendali meski berbeda pandangan soal RUU Anggaran 2025 yang diusulkan Trump. Hingga akhirnya Musk menyebut rencana tersebut sebagai “aib” karena berpotensi memperbesar defisit anggaran AS.

    Kini Washington mengamati dengan cermat dampak dari perseteruan ini.

    Musk bahkan mengadakan jajak pendapat di X soal apakah dia harus membentuk partai politik baru. Langkah ini dipercaya bisa mengguncang lanskap politik AS, mengingat kekayaannya yang dapat digunakan untuk memenangkan pemilihan.

    Sementara itu, Steve Bannon, sekutu Trump sekaligus pengkritik keras Musk, dilaporkan oleh New York Times menyerukan agar Musk, yang aslinya berasal dari Afrika Selatan, dideportasi dari Amerika Serikat.

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk dan Donald Trump Ribut Bak Mantan Pacar, Dulu Semesra Ini

    Elon Musk dan Donald Trump Ribut Bak Mantan Pacar, Dulu Semesra Ini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan antara Donald Trump dan Elon Musk resmi retak. Setelah sempat jadi sekutu dekat, keduanya kini saling serang di media sosial, memicu kekhawatiran pasar dan memunculkan ketegangan baru antara dunia bisnis dan politik Amerika.

    Ketegangan memuncak pada Kamis, ketika Trump mengancam akan menghentikan semua kontrak pemerintah untuk perusahaan-perusahaan milik Elon Musk, termasuk SpaceX dan Tesla.

    “Cara termudah menghemat miliaran dolar adalah dengan memutus subsidi dan kontrak pemerintah Elon,” tulis Trump di platform Truth Social, dikutip dari Reuters, Jumat (6/6/2025).

    Sebagai respons, Musk membalas tajam di X (dulu Twitter), menyetujui unggahan yang menyarankan agar Trump dimakzulkan.

    Tak hanya itu, Musk bahkan menulis, “Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilu,” mengklaim bahwa ia menyumbang hampir US$300 juta untuk mendukung kampanye Trump dan Partai Republik.

    Permusuhan ini langsung berdampak ke pasar. Saham Tesla anjlok lebih dari 14% dalam satu hari, menghapus kapitalisasi pasar sekitar US$150 miliar. Angka ini merupakan penurunan harian terbesar dalam sejarah perusahaan.

    Retaknya Persahabatan: Isu Kontrak & NASA

    Menurut dua pejabat Gedung Putih yang dikutip Reuters, titik balik hubungan keduanya terjadi saat Trump membatalkan pencalonan Jared Isaacman, kandidat pilihan Musk, sebagai Administrator NASA.

    “Dia [Musk] sangat kecewa,” ujar salah satu pejabat. Isaacman dikenal sebagai sekutu dekat Musk dan sosok kunci dalam visi eksplorasi luar angkasa SpaceX.

    Sejak saat itu, pemerintahan Trump disebut mulai membatasi pengaruh Musk, termasuk mencabut kewenangan informalnya dalam pengambilan keputusan anggaran dan sumber daya manusia.

    Di sisi lain, Musk juga makin vokal menentang RUU belanja federal usulan Trump, yang ia sebut “kekejian menjijikkan” dan memperingatkan dapat mendorong AS ke jurang resesi.

    “Jika Trump terus memaksakan tarif tinggi dan pengeluaran masif, ekonomi akan tergelincir akhir tahun ini,” tulis Musk dalam salah satu unggahannya di X.

    Musk Ancam SpaceX, Serang Sekutu Trump

    Puncak kemarahan Musk juga terlihat saat ia mengancam akan menonaktifkan Dragon, wahana SpaceX yang digunakan NASA untuk misi luar angkasa. Namun, tak lama kemudian, ancaman itu ditarik setelah mendapat respons negatif dari publik.

    Melansir Forbes, Musk juga menuding keterlibatan Trump dalam “berkas Epstein” yang belum dirilis, serta mendukung cuitan pengguna media sosial yang menyerukan agar Trump dimakzulkan dan digantikan oleh Senator JD Vance. Tak ketinggalan, ia menyindir sekutu Trump seperti Steve Bannon.

    Dampak Politik dan Ekonomi

    Menurut seorang strategis Partai Republik yang enggan disebut namanya, perpecahan ini dapat berdampak luas.

    “Elon benar-benar bagian penting dalam kampanye tahun lalu. Kalau dia mundur dari medan politik, itu bisa mengganggu persiapan kami untuk pemilu sela,” katanya kepada Reuters.

    Tak hanya soal uang kampanye, Trump juga berisiko kehilangan pengaruh di kalangan pendukung muda, pemilih independen, dan komunitas teknologi, basis yang sebelumnya bisa dijangkau berkat kedekatan dengan Musk.

    Sementara bagi Musk, ancaman Trump bisa membuka jalan bagi penyelidikan baru terhadap bisnisnya dan potensi pemutusan kontrak besar, termasuk proyek strategis seperti peluncuran NASA dan infrastruktur komunikasi militer lewat Starlink.

    Masih Ada Ruang Damai?

    Meski hubungan memanas, ada sinyal pendinginan. Saat investor miliarder Bill Ackman menyerukan rekonsiliasi, Musk hanya membalas singkat: “Anda tidak salah.”

    Sumber Gedung Putih menyebut, percakapan telepon antara Trump dan Musk dijadwalkan pada Jumat. Namun, belum jelas apakah itu cukup untuk meredakan ketegangan yang sudah meluas ke ranah publik dan pasar.

    (dce)