Kementrian Lembaga: NASA

  • Tahun Baru Islam, Astronaut Muslim Ini Titip Pesan Manis ke Warga Bumi

    Tahun Baru Islam, Astronaut Muslim Ini Titip Pesan Manis ke Warga Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Astronaut muslim asal Uni Emirat Arab (UEA) pernah merayakan hari besar umat Islam dengan foto dari luar angkasa. Hal ini terjadi pada 19 Juli 2023 lalu, di mana Sultan Al-Neyadi mengambil foto bulan sabit pertama di tahun baru Hijriah sambil menitipkan ‘pesan manis’ untuk warga Bumi.

    An-Neyadi mengirim ucapan selamat tahun baru Islam ke warga Bumi pada 19 Juli 2023 lewat akun Twitternya. Ucapan selamat tahun baru dalam bahasa Arab tersebut diiringi oleh doa.

    “Hari ini kita memulai tahun baru Hijriah. Saya memohon kepada Allah untuk memberkati negara kami, UEA, semua umat muslim, dan seluruh dunia. Selamat tahun baru,” katanya. (Klik LINK ini untuk melihat twittee Al-Neyadi)

    Foto: AP/Joel Kowsky
    In this photo provided by NASA, NASA astronaut Warren “Woody” Hoburg gestures as he is helped out of a SpaceX capsule onboard a recovery ship after he and NASA astronaut Stephen Bowen, Russia’s Andrei Fedyaev and the United Arab Emirates’ Sultan al-Neyadi landed in the Atlantic Ocean off the Florida coast, Monday, Sept. 4, 2023. The astronauts are back on Earth after a six-month stay at the International Space Station. (Joel Kowsky/NASA via AP)

    Menyertai ucapan selamat tahun baru tersebut, Al-Neyadi mengambil foto Bumi di malam hari dari stasiun luar angkasa yang penuh dengan sinar lampu.

    Beberapa saat setelahnya, Al-Neyadi mengirim Twitter dalam bahasa Inggris. Kali ini, ia memberikan pesan makna tahun baru ke seluruh warga Bumi.

    “Bersama dengan awal tahun baru Hijriah, saya ingin mengingatkan bahwa setiap momen adalah senja dari awal yang baru, kesempatan untuk tumbuh dan bertualang. Semoga tahun kalian penuh dengan berkah, kebahagiaan, dan penemuan hal baru,” katanya.

    Rangkaian tweet Al-Neyadi untuk merayakan tahun baru Islam ditutup dengan sebuah foto bulan sabit pertama di tahun hijriah, yang ia potret dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.

    “Bulan sabit tahun baru Hijriah dari International Space Station. Semoga tahun kamu semanis keindahan pemandangan ini,” kata dia di twitternya ini.

    Al-Neyadi sebelumnya juga ikut ‘merayakan’ ibadah haji tahun 2023 dengan membagikan foto para jemaah haji dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Pria itu juga sempat melewati Ramadan di atas Bumi dan sempat mencoba menjalankan ibadah puasa.

    Lewat akun media Twitter-nya, Al Neyadi juga tidak ingin melewatkan momen Iduladha 2023 dengan membagikan sebuah foto Makkah dari luar angkasa.

    Foto kota suci umat muslim tersebut diambil Al Neyadi pada Senin (26/6/2023) pada saat jemaah di permukaan Bumi mulai menjalankan prosesi wukuf di Arafah.

    “Hari ini adalah Hari Arafah, sebuah hari penting dalam ibadah Haji, mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya soal keyakinan, tetapi dalam bentuk tindakan dan refleksi. Semoga ini menginspirasi kita untuk berjuang demi kasih, kerendahan hati, dan persatuan,” kata Al Neyadi.

    Al Neyadi bukan astronaut pertama yang beragama islam. Sebelumnya, sudah ada Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi yang mengunjungi luar angkasa pada Ramadan pada tahun 1985.

    Di luar angkasa, Al Neyadi berencana untuk melakukan 19 eksperimen terkait radiasi, tidur, sakit punggung, hingga sains material.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Anggota Kru Axiom 4 Tiba di Stasiun Luar Angkasa, Siap Bergabung dalam Penelitian Antariksa

    Anggota Kru Axiom 4 Tiba di Stasiun Luar Angkasa, Siap Bergabung dalam Penelitian Antariksa

    JAKARTA – Pesawat Dragon milik SpaceX yang membawa empat kru Axiom 4 (Ax-4) telah tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Pesawat tersebut dilaporkan mendarat oleh NASA pada Kamis, 26 Juni.

    Dragon berhasil mendarat dengan mulus di modul Harmony. Kini, empat kru yang terdiri dari Komandan Peggy Whitson, Pilot Shubhanshu Shukla, serta Spesialis Misi Sławosz Uznański-Wiśniewski dan Tibor Kapu telah berada di dalam stasiun.

    Sebelum berlabuh, pendekatan otomatis Dragon dipantau oleh dua anggota Ekspedisi 73, yakni Teknisi Penerbangan NASA Anne McClain dan Nichole Ayers. Proses ini dipantau agar manuver pertemuan berjalan lancar dan terkendali.

    Setelah berlabuh dengan sukses, para astronot Ax-4 disambut oleh tujuh awak Ekspedisi 73 yang berada di stasiun. Selanjutnya, keempat kru melakukan panggilan ke Bumi untuk memberikan salam dan mengikuti pengarahan keselamatan.

    Sementara itu, kru stasiun lainnya, termasuk McClain dan Ayers, tetap melanjutkan jadwal kerja normal mereka. Mereka fokus pada penelitian gravitasi mikro dan pemeliharaan laboratorium yang sedang berlangsung.

    Jonny Kim, Insinyur Penerbangan NASA, bekerja sama dengan Komandan Stasiun Takuya Onishi untuk menguji manset paha khusus. Perangkat ini dirancang untuk mengatasi pergeseran cairan tubuh yang disebabkan oleh gravitasi mikro untuk menjaga kesehatan kru.

    Kosmonot Sergey Ryzhikov mengganti komponen komputer dan mengisi daya baterai di modul layanan Zvezda, sedangkan Teknisi Penerbangan Alexey Zubritskiy menata ulang kargo di modul sains Nauka dan menyiapkan sampah untuk dibuang.

    Terakhir, Teknisi Penerbangan Kirill Peskov membersihkan sistem ventilasi Nauka dan memeriksa data paparan radiasi stasiun. Semua aktivitas ini menunjukkan kelancaran operasional dan dedikasi kru selama bertugas di ISS.

  • NASA Pakai Minecraft dan Fortnite untuk Ajari Orang Soal Gerhana Matahari

    NASA Pakai Minecraft dan Fortnite untuk Ajari Orang Soal Gerhana Matahari

    Jakarta

    National Aeronautics and Space Administration (NASA) punya cara unik untuk mengedukasi orang-orang mengenai Gerhana Matahari Total. Mereka menggunakan dua game kondang yang memiliki jumlah pemain begitu banyak nan aktif, yaitu Fortnite dan Minecraft.

    Program menarik tersebut pernah mereka lakukan pada 8 April 2024, ketika terjadinya fenomena langka Gerhana Matahari Total. NASA bersinergi dengan National Esports Association (NEA) untuk mewujudkan hal tersebut.

    Nama programnya adalah Look Up. Pada saat terjadi fenomena alam ini, orang-orang dapat melihatnya melalui siaran langsung yang tayang di akun Twitch NEA.

    Selama siaran langsung, penonton akan disuguhkan penampilan seorang streamer memainkan mode permainan bertema gerhana di Minecraft dan Fortnite. Jadi videonya bukan memperlihatkan kejadian Gerhana Matahari total yang ketika terjadi di dunia nyata.

    Dua game tersebut pun punya caranya masing-masing selama memberikan pembelajaran soal Gerhana Matahari. Melalui Fortnite, gamer akan ditunjukkan bagaimana serunya menjelajah area yang berbeda dari biasanya, dengan melewati berbagai macam jalur Gerhana Matahari Total. Sementara di Minecraft, streamer akan bermain di Bulan dan diminta memecahkan teka-teki serta menjawab pertanyaan tentang Gerhana.

    Memang tidak bisa dipungkiri, menyaksikan streaming yang dihadirkan NASA bukan cara ideal menikmati Gerhana Matahari Total. Namun perlu digarisbawahi, fenomena ini hanya bisa dilihat di wilayah Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.

    Jadi apabila orang-orang di luar wilayah itu ingin melihatnya secara langsung, dapat menyaksikannya melalui siaran langsungnya di kanal YouTube dan akun Twitch NASA.

    Sebagai tambahan informasi, Gerhana Matahari dibagi menjadi tiga jenis, yakni Gerhana Matahari Total, Gerhana Matahari Sebagian, dan Gerhana Matahari Cincin.

    Lalu, kapan saja fenomena Gerhana Matahari terjadi lagi? Untuk diketahui, kejadian ini terjadi setiap 18 bulan di suatu tempat di Bumi. Tidak seperti Gerhana Bulan, Gerhana Matahari hanya berlangsung beberapa menit.

    Pada 29 Maret lalu, Gerhana Matahari Sebagian terjadi di wilayah Afrika barat laut, sebagian besar Eropa, Rusia barat laut, Islandia, Greenland, dan wilayah Amerika Utara bagian timur. Kemudian fenomena yang sama akan terjadi lagi pada 21 September 2025 di Samudra Pasifik Selatan dan Samudra Selatan, Selandia Baru, dan beberapa bagian Antartika.

    Penting juga untuk diingat, jangan pernah melihat langsung ke arah Matahari. Kalau kalian melakukannya, mata bisa rusak permanen. Cara terbaik menyaksikan peristiwa gerhana Matahari adalah menggunakan alat bantu seperti teleskop, kamera lubang jarum, kacamata Matahari, atau kamera DSLR dengan filter.

    (hps/fay)

  • Geger Penemuan Berlian Tebal 16 KM, Lokasinya Ada di Sini

    Geger Penemuan Berlian Tebal 16 KM, Lokasinya Ada di Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Harta karun berupa berlian berhasil ditemukan dengan ketebalan 10 mil atau sekitar 16 kilometer. Lokasinya bukan berada di Bumi, melainkan berada di planet Merkurius.

    Berlian tersebut ditemukan dari Messenger NASA. Wahan itu memetakan planet Merkurius dan juga bagian dalamnya secara terperinci.

    Salah satu yang diungkapkan adalah keberadaan laut magma yang mendingin dan menghasilkan karbon ringan bisa melayang ke atas, dan logam yang lebih padat tenggelam.

    Fakta baru terkait hal ini juga berhasil diungkapkan oleh penelitian dari China dan Belgia. Mereka menemukan karbon yang lebih berat tenggelam dan mengkristal ulang menjadi berlian.

    Bagian dalam Merkurius kemudian diciptakan ulang oleh Tim peneliti Yanhao Lin dari Pusat Penelitian Lanjutan Sains dan Teknologi Tekanan Tinggi (HPSTAR).

    Salah satu yang dilakukan adalah menekan batuan sintetis hingga 7GPa. Mereka juga memanaskannya hingga 3.600 derajat Fahrenheit atau 1.982 derajat Celcius.

    “Kami menggunakan mesin press bervolume besar meniru kondisi suhu tinggi dan bertekanan tinggi pada batas inti mantel Merkurius, menggabungkannya dengan geofisika dan hitungan termodinamika,” kata Lin.

    Dari percobaan itu terungkap karbon pada inti mantel berubah menjadi cangkang berlian.

    Hasil temuan ini juga mengungkapkan Merkurius memiliki sifat yang berbeda dengan planet berbatu lainnya. Bumi, Mars dan Venus kehilangan sebagian besar karbon ke luar angkasa atau menguncinya dalam karbonat.

    Sebaliknya, Merkurius menimbun karbon dan mengubahnya menjadi tumpukan berlian.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ada Sinyal Masuk dari Satelit Rongsok!

    Ada Sinyal Masuk dari Satelit Rongsok!

    Jakarta

    Pada 13 Juni 2024, peneliti Australian Square Kilometer Array Pathfinder menemukan emisi aneh di langit. Emisi itu terjadi kurang dari 30 nanodetik, dan analisis menunjukkan bahwa emisi itu tidak berasal dari luar angkasa, melainkan dari orbit.

    Melansir IFLScience, lokasi sinyal tersebut menunjukkan bahwa sumbernya adalah satelit NASA yang lama dan sudah tidak berfungsi.

    Relay 1 dan Relay 2 merupakan satelit komunikasi eksperimental yang didanai oleh NASA. Relay 1, yang diluncurkan pada tahun 1962, merupakan satelit pertama yang menyiarkan televisi dari Amerika Serikat ke Jepang dan Eropa, dengan transmisi pertama adalah Pembunuhan Kennedy.

    Relay 2 diluncurkan pada tahun 1964, tetapi hanya beroperasi dalam waktu singkat. Dia berhenti beroperasi pada bulan September 1965. Namun, transpondernya masih berfungsi hingga tahun 1967, ketika tidak terdengar lagi kabarnya.

    Apa yang menyebabkan sinyal itu masih bisa diperdebatkan (bahkan hingga saat ini), tetapi Clancy James di Curtin University di Australia dan rekan-rekannya punya pendapat. Mereka menganggap hal ini hanya dianggap sebagai sebuah permukaan. Salah satu kemungkinannya adalah satelit tersebut mengumpulkan muatan elektrostatik, dan akhirnya melepaskan pelepasan muatan. ESD (pelepasan muatan elektrostatik) ini sebelumnya telah terlihat oleh teleskop Arecibo, tetapi dalam rentang waktu yang lebih lama.

    Ada juga kemungkinan penjelasan lainnya. Mikrometeorid, seperti yang membuat astronaut terdampar beberapa tahun lalu setelah menabrak wahana antariksa Soyuz, dapat melepaskan awan plasma saat terjadi benturan. Hal itu dapat menyebabkan sinyal seperti itu.

    Jika itu adalah ESD, mempelajarinya dapat membantu peneliti melindungi wahana antariksa dari kejadian ini. Meskipun tidak dapat menghentikan mikrometeorid, mengukur kejadian ini dapat membantu menghilangkannya dari pengamatan gelombang radio.

    Faktanya, memang ada ‘satelit zombie’, satelit yang hidup kembali setelah bertahun-tahun tidak aktif. Terkadang, perangkat ini kehilangan orbitnya atau tidak dapat memberi daya pada dirinya sendiri, atau mencapai titik di mana tanah tidak dapat lagi menyentuhnya.

    Ambil contoh, Galaxy 15, satelit telekomunikasi yang dioperasikan oleh Intelsat. Diluncurkan pada tahun 2005, tetapi pada bulan April 2010, satelit itu keluar dari slot orbitnya dan hilang. Nah, satelit itu tahu di mana ia berada, dan pada Desember 2010, ia melakukan boot ulang sendiri. Intelsat berhasil mengembalikannya ke slot aslinya.

    Pemegang rekor satelit zombi adalah AMSAT-OSCAR 7, satelit radio amatir yang diluncurkan pada November 1974 dan beroperasi hingga 1981, ketika kegagalan baterai mengakhiri misi tersebut. Pada 21 Juni 2002, 21 tahun kemudian, satelit itu mulai berkomunikasi lagi.

    Sebuah makalah yang menjelaskan deteksi baru tersebut diterima untuk dipublikasikan di The Astrophysical Journal dan tersedia untuk dibaca di ArXiv.

    (ask/rns)

  • NASA Ungkap Fakta Baru, Bukti Bumi Tidak Mengelilingi Matahari

    NASA Ungkap Fakta Baru, Bukti Bumi Tidak Mengelilingi Matahari

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama ini kita percaya bahwa Bumi mengelilingi Matahari dalam orbit yang tetap. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa kenyataannya tidak sesederhana itu.

    Dalam mekanika langit, konsep “mengelilingi” Matahari ternyata hanya berlaku secara umum, bukan secara teknis. Faktanya, Bumi justru bergerak mengitari sebuah titik tak kasatmata di luar pusat Matahari.

    Bumi dan planet-planet disebutkan tidak mengelilingi Matahari. Sebab terdapat hukum ketiga Keppler yakni hubungan antarmassa dua benda yang saling berputar dan menjadi penentu parameter orbit.

    Hal ini juga terjadi di Tata Surya, saat Matahari memiliki massa 1.048 kali massa Jupiter tetapi sebenarnya gravitasi bersifat dua arah.

    NASA menjelaskan terdapat istilah barycenter yakni saat kedua bintang dengan massa yang sangat berbeda berputar pada pusat massa yang sama. Ini tak bergantung pada ukuran setiap objek yang bergerak.

    “Gerak di sekitar barycenter dengan planet masif jadi salah satu metode untuk menemukan sistem planet dengan bintang-bintang jauh,” jelas NASA.

    Di Tata Surya, IFL Science menuliskan objek barycenter biasanya berada di dekat Matahari karena massa yang paling besar. Namun adanya pengaruh Jupiter dan Saturnus, objek tersebut jarang ada di dalam Matahari.

    Jadi Bumi tidak mengelilingi satu titik dalam Matahari, melainkan di bagian luarnya. Ini juga dikonfirmasi oleh astronom planet dan komunikator sains bernama James O’Donoghue.

    “Secara umum para planet mengorbit Matahari secara umum, namun secara teknis planet-planet tidak mengorbit Matahari karena gravitasi yang utamanya dari Jupiter, artinya planet mengorbit pada titik baru di luar angkasa,” ucapnya di akun X.

    Dia menambahkan jarang pusat massa tata surya sejajar dengan Matahari. Hal serupa juga terjadi pada planet dan satelit bulannya.

    Salah satu contohnya Bulan mengorbit tidak persis di titik pusat Bumi. Namun 5.000 kilometer dari pusat Bumi, dan ini terus berubah karena Bulan terus menjauhi Bumi.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ilmuwan Teriak “Kiamat” Bumi, Tandanya Terasa di Indonesia

    Ilmuwan Teriak “Kiamat” Bumi, Tandanya Terasa di Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para ilmuwan Amerika Serikat (AS) mengumumkan catatan penting yang dapat menentukan nasib bumi. 

    Mengutip Mashable, berada di tempat terpencil di Samudera Pasifik sekaligus di dataran tinggi Hawaii, Observatorium Dasar Atmosfer Mauna Loa milik Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melakukan pengukuran atmosfer bumi harian yang tidak tercemar.

    Pada tanggal 6 Juni 2025, NOAA mengungkap bukti bahwa gas karbon dioksida yang memerangkap panas telah berakumulasi di atmosfer lebih cepat dari sebelumnya atau meningkat tajam ke tingkat yang jauh di atas yang pernah dialami sepanjang sejarah peradaban manusia.

    Pada bulan Mei ini, tingkat karbon dioksida (CO2) atmosfer mencapai 427 parts per million (ppm) atau meningkat hampir 3 ppm sejak Mei lalu (tingkat CO2 tahunan mencapai puncaknya pada bulan Mei, karena fluktuasi global alami) sekaligus menjadi puncak tingkat CO2 tertinggi yang pernah tercatat.

    Catatan berkelanjutan dari laboratorium tersebut memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi atmosfer bumi telah berubah sejak akhir tahun 1950-an. Apabila ditambahkan ke sampel udara yang jauh lebih tua yang diambil dari kantong udara yang diawetkan di inti es Antartika dan Greenland kuno serta bersama dengan pengamatan lingkungan lainnya, maka perubahan atmosfer selama sekitar 150 tahun terakhir menjadi sangat penting. Lantas, tingkat CO2 di atmosfer kini makin meroket.

    “CO2 tidak hanya berada pada level tertinggi dalam jutaan tahun, tetapi juga meningkat lebih cepat dari sebelumnya,” kata Direktur Program CO2 Scripps, Ralph Keeling yang mengelola program pengamatan atmosfer, dalam sebuah pernyataan dikutip Minggu (22/6/2025).

    Dia menambahkan, setiap tahun tingkat CO2 atmosfer mencapai titik maksimum yang lebih tinggi karena pembakaran bahan bakar fosil. Hasil pembakaran ini menimbulkan polusi dalam bentuk karbon dioksida ke atmosfer.

    “Polusi bahan bakar fosil terus menumpuk, seperti sampah di tempat pembuangan sampah,” sambung dia.

    Masyarakat di seluruh dunia dapat membayangkan dampak besar atas perubahan yang terjadi di atmosfer bumi. CO2 kini dianggap sebagai gas jejak di atmosfer yang sejatinya didominasi oleh nitrogen dan oksigen. Namun, dalam realitas fisik, konsentrasi rendah berbagai hal memiliki dampak yang sangat besar.

    “Selama setahun terakhir, kita mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat, suhu laut terpanas yang pernah tercatat, dan serangkaian gelombang panas, kekeringan, banjir, kebakaran hutan, dan badai yang tampaknya tak berujung,” terang Administrator NOAA Rick Spinrad dalam sebuah pengumuman.

    NASA juga mencatat bahwa 2023 merupakan tahun terhangat di bumi sejak pencatatan modern dimulai sekitar tahun 1880. Waktu 10 tahun berturut-turut terakhir telah menjadi periode terhangat yang pernah tercatat oleh NASA.

    Dalam sebuah grafik hasil penelitian laboratorium Mauna Loa, terlihat bahwa kadar CO2 atmosfer terus meningkat sejak 1958 silam. Mereka juga menampilkan grafik peningkatan kadar CO2 atmosfer baru-baru ini dalam perspektif terhadap 800.000 tahun terakhir.

    Namun, yang terpenting, peradaban tidak secara inheren hancur, seperti yang para ilmuwan iklim tekankan. Pada dasarnya dunia memiliki pilihan energi yang dapat membatasi konsekuensi terburuk dari perubahan iklim, khususnya dengan secara signifikan membatasi CO2 yang masuk ke atmosfer.

    Untuk saat ini, stasiun pemantauan Mauna Loa dan stasiun pemantauan lainnya akan terus merekam fakta atmosfer bumi.

    Cuaca Panas di Indonesia

    Indonesia juga mengalami cuaca panas ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. BMKG menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi cuaca panas mendidih di beberapa wilayah RI. Misalnya, langit yang cerah tanpa banyak awan sehingga pemanasan menjadi maksimal.

    Lalu, posisi semu Matahari yang saat ini berada di dekat ekuator dan bergeser secara semu ke utara dengan posisi deklinasi terakhir pada 11.2 LU, yang berdampak pada penyinaran Matahari yang lebih optimum ke wilayah Indonesia.

    “Kondisi tersebut diperparah dengan kecepatan angin yang relatif lemah di beberapa lokasi, sehingga menyebabkan distribusi panas tidak terjadi, dan memperparah akumulasi panas di permukaan,” tertulis dalam keterangan BMKG.

    Tak cuma itu, kombinasi kelembaban udara yang relatif tinggi di Indonesia dan suhu udara yang optimal menyebabkan udara yang terasa di badan akan lebih tinggi dibanding normalnya.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Buka-bukaan Fakta Tak Terduga Soal Mars, Jangan Kaget!

    NASA Buka-bukaan Fakta Tak Terduga Soal Mars, Jangan Kaget!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mars merupakan planet dekat Bumi yang digadang-gadang bisa menjadi hunian manusia di masa depan. Namun, ternyata Mars dan Bumi memiliki perbedaan mendasar dari cara pembentukannya.

    Fakta mengejutkan ini terungkap dari hasil eksperimen NASA. Risetnya sudah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

    Berdasarkan penelitian tersebut, Mars ternyata terbentuk lebih cepat, yakni hanya dalam beberapa juta tahun setelah Tata Surya lahir.

    Sebagai perbandingan, Bumi terbentuk miliaran tahun pasca Tata Surya muncul.

    Hasil eksperimen di NASA mengindikasikan bahwa inti Mars terbentuk karena lelehan besi dan nikel sulfida yang merembes melalui celah-celah batuan padat, langsung menuju pusat planet tersebut.

    Proses ini terjadi bahkan sebelum panas dari peluruhan radioaktif sempat mencairkan bagian dalam planet sepenuhnya.

    Dalam dunia ilmu planet, struktur planet yang berlapis, mulai dari kerak, mantel, hingga inti, dikenal dengan istilah differentiation.

    Elemen berat seperti besi dan nikel biasanya tenggelam ke pusat planet, sementara elemen ringan tetap di permukaan.

    Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa proses tersebut hanya bisa terjadi jika interior planet sudah mencair akibat panas dari peluruhan isotop radioaktif seperti aluminium-26. Inilah yang diyakini membentuk inti Bumi dalam waktu miliaran tahun.

    Namun, meteorit Mars menunjukkan bukti isotop yang menunjukkan bahwa inti Mars terbentuk jauh lebih cepat dalam hitungan beberapa juta tahun saja.

    Hal ini sempat membingungkan model pembentukan tata surya, hingga akhirnya tim ilmuwan dari NASA Johnson Space Center menemukan jawabannya.

    Tim NASA dari Divisi Astromaterials Research and Exploration Science (ARES) akhirnya melakukan eksperimen suhu tinggi. Mereka memanaskan sampel batuan kaya sulfur lebih dari 1.020°C. Suhu ini cukup untuk melelehkan sulfida, tapi tidak batu silikat.

    Lewat pencitraan 3D di laboratorium tomografi X-ray, mereka melihat lelehan sulfida merembes melalui celah antar mineral. Ini menunjukkan bahwa lelehan logam berat dapat mencapai inti planet bahkan saat batuan masih padat.

    Untuk memastikan, tim juga meneliti meteorit Mars dan menemukan pola kimia khas dari logam-logam kelompok platinum seperti iridium, osmium, palladium, platinum, dan ruthenium, yang tertinggal sebagai residu akibat perembesan sulfida cair di masa lalu.

    Metode identifikasi tanpa merusak sampel dikembangkan oleh ilmuwan ARES, Jake Setera, menggunakan teknik laser ablation khusus. Hasilnya menguatkan hipotesis bahwa perembesan sulfida memang terjadi di tubuh planet awal.

    Model ini bukan hanya menjelaskan pembentukan Mars, tapi juga berlaku bagi benda-benda besar lain yang terbentuk di wilayah tengah cakram protoplanet tempat Mars berasal. Penemuan ini bahkan memprediksi bahwa inti Mars kemungkinan besar kaya akan sulfur.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kisah Hacker Asal Sampit yang Jadi Top 10 Google Bug Hunter Indonesia

    Kisah Hacker Asal Sampit yang Jadi Top 10 Google Bug Hunter Indonesia

    Jakarta

    Dalam dunia cyber security, nama Rahmadhani Novian Jaya (21) atau yang akrab disapa Dhani mencuri perhatian publik. Pemuda asal Sampit, Kalimantan Tengah ini masuk Top 10 Google Bug Hunter di Indonesia, sebuah prestasi yang membuktikan kemahiran dalam bidang teknologi tak hanya dari kota-kota besar.

    Dengan keahliannya, Dhani mengungkap beberapa kerentanan (bug) pada sistem raksasa Google. Di antaranya perihal keamanan untuk pengguna Google (Client Side).

    Jika dibiarkan, bug tersebut berpotensi memungkinkan peretas mengambil alih akun pengguna atau mencuri data sensitif. “Jadi ada yang namanya kerentanan Cross-Site Scripting gitu. Nah ada juga kerentanan Bypass CSP,” ujarnya pada detikKalimantan, Sabtu (21/06/2025).

    Dari kerentanan tersebut, ia mengungkapkan keamanan akun pengguna Google masih dapat ditingkatkan. “Secara teknis Google sudah aman, tetapi dia itu masih bisa di bypass CSP. Di mana kita ngelakuin hacking untuk nyisipin script berbahaya gitu di Google-nya. Jadi kayak lebih meningkatkan keamanan,” terangnya.

    Atas penemuan-penemuan tersebut Dhani memperoleh penghargaan dengan total mencapai Rp 170 juta. “Yang terakhir ini dapat 3.137 dolar, sekitar Rp 51 juta. Sebelumnya Maret 2025 dapat 7.500 dolar, sekitar Rp 120 juta. Total sekitar Rp 170 juta an lah,” ungkapnya.

    Dari 1.723 peserta di seluruh dunia, Dhani menempati peringkat 288 global dan top 10 di Indonesia. “Di Indonesia, kita dapat top nomor 10 itu,” ujarnya.

    Selain itu, Dhani juga sempat membobol situs NASA pada tahun 2019. Ia menemukan kerentanan berupa cross-site scripting (XSS) di situs tersebut.

    “Saya laporin, tapi nggak ditanggapi. Akhirnya saya tulis di blog Medium, masih bisa dilihat sampai sekarang,” terangnya.

    Kerentanan tersebut memungkinkan penyisipan kode berbahaya yang bisa mengubah tampilan situs atau mencuri data seperti cookie pengguna. “Itu situsnya bisa disisipin lewat cookie pengguna gitu,” tegasnya.

    Saat masih duduk di bangku SMK Negeri 2 Sampit, Dhani pernah membuat heboh. Ia membobol sistem ujian berbasis Computer-Based Test (CBT) sekolahnya. “Satu hari sebelum ujian, saya temuin kerentanan di sistem CBT. Bisa upload backdoor, akses admin dashboard, lihat soal, jawaban, semua data,” ungkapnya.

    Beruntung Dhani masih dipertahankan oleh wali kelasnya yang melihat bakat potensi Dhani di dunia IT. Sehingga ia memperoleh arahan agar menggunakan kepintarannya secara bijak.

    Awal Mula Petualangan Siber
    Dhani belajar hacking secara otodidak sejak SMP. Ia terinspirasi dari film-film hacker yang penuh aksi. “Waktu itu masih bocil, cari jati diri,” ujarnya sambil tertawa.

    Saat itu belum ada komunitas tentang keamanan siber di Sampit, Dhani gigih mengasah kemampuannya lewat internet. “Nggak ada komunitas waktu itu, jadi saya bikin sendiri, namanya BorneoSec,” katanya.

    Komunitas ini menjadi wadah baginya untuk belajar bersama teman-teman tentang cara menemukan dan melaporkan kerentanan sistem.

    BorneoSec: Dari Komunitas Jadi Perusahaan

    Komunitas BorneoSec yang dirintis Dhani kini telah bertransformasi menjadi perusahaan. “Kami pengen nunjukkin Kalimantan juga bisa jadi top di dunia siber, kalo bisa sampai top 1,” tegasnya.

    Perusahaan ini fokus pada penetration testing dan membantu organisasi mengamankan sistem mereka. Dhani juga bekerja penuh waktu sebagai IT security di eDOT.id, anak perusahaan Nabati Group, secara remote dari Sampit.

    Dhani mengakui selama ini sudah menangani hacking hingga puluhan website. Meski telah menorehkan banyak prestasi, ia mengakui bagaimana tantangan di dunia siber.

    “Teknologi cepat banget berubah. Hari ini A, minggu depan udah B. Harus proaktif, eksplor, dan belajar terus. Apalagi sekarang ada AI, kita harus adaptif tuh,” terangnya.

    Ia juga menyinggung stigma negatif soal hacker. “Hacker itu ada white hat dan black hat. White hat kayak saya, legal, bantu perusahaan. Black hat yang jahat, ngerusak buat kepentingan pribadi,” jelasnya.

    Dukungan dan Harapan ke Depan
    Orang tua Dhani awalnya tak tahu soal aktivitasnya di depan laptop. “Mereka kira saya main-main. Baru tahu pas lihat berita. Kini, mereka mendukung penuh. Ayah komen, ‘semangat terus anak gue,’” ujar Dhani sambil tersenyum.

    Diketahui, saat ini Dhani masih duduk dibangku kuliah jurusan Manajemen di Universitas Darwan Ali Sampit, Kalimantan Tengah. Ia sempat mendapat pujian dari dosennya.

    “Dosen bilang sayang saya nggak ambil sistem informasi, tapi mereka bangga,” tambahnya.

    Ke depan, Dhani punya mimpi besar. “Cita-cita, BorneoSec jadi nomor satu di Indonesia. Kami mau buktikan bahwa dari Kalimantan juga bisa jago,” katanya penuh semangat.

    Ia juga berpesan untuk anak muda di daerah agar tidak berkecil hati dan terus menggali potensi dalam diri masing-masing. “Kita dari kota kecil, tapi internet ada. Eksplorasi ke luar, cari tempat di mana potensi kita dihargai,” pungkasnya.

    (asj/asj)

  • Bendungan Raksasa China Perlambat Rotasi Bumi dan Kacaukan Waktu

    Bendungan Raksasa China Perlambat Rotasi Bumi dan Kacaukan Waktu

    Jakarta

    Dari gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, hingga bendungan raksasa, ambisi manusia untuk membangun segala hal yang lebih besar telah mengubah lanskap Bumi, dan ternyata memengaruhi sifat fisik planet kita.

    Temuan NASA tentang Bendungan Tiga Ngarai di China menunjukkan bahwa proyek konstruksi raksasa tersebut dapat memengaruhi rotasi Bumi dengan cara yang tidak pernah kita duga.

    Bendungan Tiga Ngarai, proyek hidroelektrik terbesar di dunia, bukan sekadar keajaiban teknik. Ini adalah contoh bagaimana infrastruktur berskala besar dapat meninggalkan jejak pada sistem alami planet ini.

    Selama beberapa dekade, gagasan tentang manusia yang memiliki dampak langsung terhadap pergerakan planet ini tampaknya hampir tidak masuk akal. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh konstruksi bendungan dan skala reservoir airnya, pergeseran besar dalam distribusi massa dapat mengubah rotasi Bumi.

    Bendungan Tiga Ngarai, yang menampung 10 triliun galon air pada kapasitas penuh, bahkan dapat memengaruhi lamanya hari-hari di Bumi sebesar 0,06 mikrodetik.

    Pergeseran Kekuatan Bumi

    Gagasan bahwa struktur buatan manusia dapat mengubah dinamika planet telah menjadi subjek spekulasi ilmiah selama bertahun-tahun. Menurut ilmuwan NASA, bahkan peristiwa alam seperti gempa dapat sedikit mengubah rotasi Bumi.

    Misalnya, gempa pada 2004 memperpendek panjang hari hingga 2,68 mikrodetik dengan mengubah struktur seismik Bumi. Demikian pula, redistribusi air di bendungan Tiga Ngarai menyebabkan pergeseran halus pada massa Bumi yang dapat menyebabkan perubahan dalam siklus waktu harian kita.

    Meskipun 0,06 mikrodetik mungkin tampak kecil dan tidak penting, pergeseran ini merupakan contoh mendalam tentang bagaimana tindakan manusia saling berhubungan dengan sistem alami Bumi.

    Di masa mendatang, perubahan kecil ini akan terakumulasi dan menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga pada segala hal, mulai dari navigasi global hingga konsep waktu kita.

    Proyek Air dan Dampak Global

    Bendungan Tiga Ngarai China tidak hanya menghasilkan energi. Meskipun saat ini menyediakan tenaga hidroelektrik yang signifikan, bendungan ini juga berperan dalam menggeser keseimbangan massa Bumi, yang memiliki implikasi serius terhadap segala hal mulai dari pola iklim hingga cara kita mengukur waktu.

    Pergeseran beberapa mikrodetik saja dapat memengaruhi sistem penentuan posisi global (GPS) kita, yang mengandalkan ketepatan waktu yang sangat tinggi.

    Namun, seperti dikutip dari Glassalmanas, terlepas dari ukuran dan dampaknya yang monumental, kontribusi energi bendungan tersebut jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan.

    Bendungan tersebut dirancang untuk memenuhi sekitar 10% kebutuhan energi China, tetapi saat ini hanya menyediakan 3%. Kinerja yang buruk dari proyek sebesar itu semakin menyoroti hubungan yang rumit antara proyek infrastruktur besar dan lingkungan alam.

    Memahami Konsekuensi yang Tak Terduga

    Saat manusia terus menciptakan proyek yang lebih besar dan lebih ambisius, muncul pertanyaan: apa saja konsekuensi yang tidak diinginkan?

    Meskipun sebagian besar fokusnya adalah pada manfaat langsung dari proyek-proyek ini, seperti pembangkitan energi dan pengendalian banjir, efek jangka panjang pada rotasi Bumi, iklim, dan sistem teknologi masih belum sepenuhnya dipahami.

    Penelitian NASA terhadap perubahan halus namun signifikan dalam rotasi Bumi menekankan keterhubungan dunia kita. Saat kita terus membangun infrastruktur monumental, penting bagi kita untuk juga mempertimbangkan dampak tersembunyi, seperti pergeseran poros Bumi atau perubahan pola iklim, yang dapat ditimbulkan proyek-proyek ini pada sistem planet kita yang rapuh.

    (rns/fay)