Kementrian Lembaga: NASA

  • Kacamata AI Canggih dengan Kontrol Saraf

    Kacamata AI Canggih dengan Kontrol Saraf

    Jakarta

    Meta resmi meluncurkan Ray-Ban Display, kacamata pintar AI generasi baru yang menggabungkan desain klasik Ray-Ban dengan layar mini penuh warna serta gelang pengontrol saraf Meta Neural Band. Produk ini diperkenalkan langsung oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg, di acara Meta Connect 2025.

    Meta Ray-Ban Display menghadirkan layar penuh warna beresolusi tinggi di sisi kanan lensa. Pengguna dapat melihat notifikasi, pesan, navigasi, hingga terjemahan real-time tanpa perlu menyentuh ponsel. Layar ini hanya aktif saat dibutuhkan sehingga tidak mengganggu pandangan.

    Setiap pembelian kacamata sudah termasuk Meta Neural Band, gelang berbasis elektromiografi (EMG) yang mendeteksi sinyal saraf-otot di pergelangan tangan. Dengan gerakan jari halus, pengguna bisa menggulir menu, mengetik di udara, hingga mengontrol kamera secara intuitif.

    Meta Ray-Ban Display Foto: Meta

    Teknologi EMG Meta dikembangkan selama empat tahun dengan lebih dari 200 ribu partisipan dan dirancang agar akurat untuk hampir semua orang, termasuk penyandang disabilitas.

    Berikut beberapa fitur unggulan Meta Ray-Ban Display dan Neural Band:

    Meta AI Visual: AI tidak hanya menjawab dengan suara, tetapi juga menampilkan panduan langkah demi langkah di layar.Pesan & Panggilan Video: Teks, foto, hingga panggilan video bisa dilihat dan diterima langsung dari kacamata.Navigasi Pejalan Kaki: Petunjuk belokan demi belokan ditampilkan di layar secara visual.Terjemahan Real-Time: Subtitle percakapan atau terjemahan bahasa asing langsung di depan mata.Kontrol Musik: Navigasi playlist dan atur volume lewat gerakan tangan.Meta Ray-Ban Display Foto: MetaMeta Ray-Ban Display Foto: Meta

    Kacamata ini tetap tampil modis dengan desain Ray-Ban yang ikonik. Lensa Transitions otomatis menggelap di bawah sinar matahari. Neural Band hadir dalam tiga ukuran, tahan air IPX7, baterai hingga 18 jam, dan menggunakan material Vectran – bahan superkuat yang juga dipakai di Mars Rover NASA.

    Harga & Ketersediaan

    Meta Ray-Ban Display dibanderol mulai USD 799 atau kisaran Rp 13 jutaan (termasuk kacamata + Neural Band) dan tersedia dalam warna Hitam dan Pasir. Baterai kacamata mampu bertahan hingga 6 jam penggunaan campuran (30 jam dengan case pengisi daya).

    Meta Ray-Ban Display Foto: Meta

    Penjualan dimulai 30 September 2025 di Amerika Serikat melalui Best Buy, LensCrafters, Sunglass Hut, dan Ray-Ban Stores. Ekspansi ke Kanada, Prancis, Italia, dan Inggris dijadwalkan awal 2026.

    Tiga Kategori Kacamata AI Meta

    Peluncuran ini melengkapi lini kacamata AI Meta:

    Meta Ray-Ban Display Foto: MetaKacamata AI Kamera: Ray-Ban dan Oakley dengan kamera AI.Kacamata AI Display: Meta Ray-Ban Display sebagai pionir layar kontekstual.Kacamata AR: Prototipe Orion dengan layar holografik besar, versi konsumen segera hadir.

    (afr/afr)

  • Fakta-fakta Fenomena Langka Gerhana Matahari Parsial 21 September

    Fakta-fakta Fenomena Langka Gerhana Matahari Parsial 21 September

    Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena langit langka akan kembali terjadi. Tepat pada 21 September 2025, dunia akan menyaksikan gerhana matahari parsial, ketika bulan tampak “menggigit” sebagian permukaan matahari.

    Peristiwa ini hanya bisa diamati dari wilayah tertentu di belahan bumi selatan, terutama Samudera Pasifik Selatan, Selandia Baru, dan sebagian Antartika.

    Menurut laporan Space.com, gerhana akan dimulai pada 13:29 ET (17:29 GMT) dan mencapai puncaknya pada 15:41 ET (19:41 GMT). Di beberapa lokasi seperti bagian selatan Selandia Baru dan Antartika, bulan diperkirakan akan menutupi hingga 70 – 80% permukaan matahari.

    Fenomena ini dikenal sebagai gerhana parsial karena bulan tidak sepenuhnya menutupi matahari. Dari bumi, matahari akan tampak berbentuk sabit atau seolah tergigit sebagian.

    Meski tidak dapat diamati langsung dari Indonesia, peristiwa ini menjadi perhatian penting bagi astronom dan pecinta fenomena langit. Gerhana parsial memberi kesempatan untuk mempelajari interaksi cahaya matahari, bulan, serta atmosfer bumi, sekaligus menjadi momen edukatif untuk meningkatkan minat masyarakat pada astronomi.

    Menurut NASA, gerhana ini juga bertepatan dengan periode ekuinoks September, yaitu momen ketika panjang siang dan malam hampir sama di seluruh dunia.

    Pakar astronomi mengingatkan agar masyarakat tidak melihat matahari secara langsung tanpa perlindungan khusus. Diperlukan kacamata gerhana atau filter matahari bersertifikat untuk menghindari risiko kerusakan permanen pada mata.

    Bagi masyarakat di luar jalur pengamatan, fenomena ini dapat disaksikan melalui siaran langsung daring yang biasanya disediakan oleh lembaga astronomi internasional maupun komunitas pengamat langit.

    Data dari Time and Date menyebutkan sekitar 16,6 juta orang berada di wilayah yang berpotensi menyaksikan gerhana ini secara langsung. Bagi penggemar astronomi di Indonesia, kesempatan terbaik adalah mengikuti siaran digital untuk tetap bisa merasakan momen langka tersebut.

  • NASA Jawab Heboh Pesawat Alien Menyamar Dekati Bumi

    NASA Jawab Heboh Pesawat Alien Menyamar Dekati Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia –  NASA akhirnya buka suara soal kedatangan objek dari luar Tata Surya yang dalam waktu dekat akan melintas di orbit Bumi. Pasalnya, ada profesor dari Harvard yang menduga objek tersebut adalah pesawat alien yang datang untuk memata-matai Bumi.

    Objek tersebut pertama kali dideteksi oleh astronom memasuki Tata Surya pada 1 Juli 2025. Ukurannya dua kali lebih besar dibanding “pengunjung” lain dari luar Tata Surya, yaitu Oumuamua dan komet Borisov. Diameter benda yang kemudian diberikan nama 3I/Atlas tersebut diperkirakan sekitar 3,5 kilometer.

    3I/ATLAS diperkirakan melintas hingga 210 juta kilometer dari Matahari pada 30 Oktober 2025. Objek ini bisa diamati dari Bumi hingga September, kemudian akan tersembunyi oleh Matahari dan kembali muncul pada Desember.

    Avi Loeb, seorang profesor asal Harvard, mengungkapkan dugaan bahwa objek tersebut adalah pesawat antar-bintang yang dikirim oleh makhluk luar angkasa.

    Dalam tulisannya, ia memberikan hipotesis “hanya untuk diskusi” bahwa ada potensi tersebut objek tersebut punya maksud jahat. Potensi ini berakar dari hipotesis “dark forest” yang secara garis besar menyatakan keterbatasan sumber daya di alam semesta berarti tiap makhluk hidup bakal melakukan serangan pertama saat bertemu dengan makhluk lain.

    Jika objek tersebut adalah pesawat luar angkasa, Loeb menduga mereka akan mengirim pesawat ke Bumi di antara November dan Desember 2025. Pada periode tersebut, komet akan tersembunyi oleh Matahari.

    “3I/ATLAS berada di di titik terdekat dengan Bumi saat berada di balik Matahari. Ini bisa saja sengaja agar sulit diobservasi dari Bumi pada kondisi paling jelas atau saat mereka melepaskan perangkat ke Bumi,” kata Loeb.

    Hipotesis heboh yang dilontarkan Loeb akhirnya direspons oleh NASA. Tom Statler, peneliti utama NASA di bidang objek kecil di Tata Surya, memastikan bahwa 3I/ATLAS memiliki karakter serupa dengan komet lainnya.

    “Tampak seperti komet, perilakunya seperti komet. Sangat mirip, hampir segalanya, serupa dengan komet yang sudah kita ketahui,” katanya seperti dikutip oleh The Guardian. “Ada beberapa hal yang sedikit berbeda dengan komet dari Tata Surya, tetapi perilakunya seperti komet. Artinya, bukti menunjukkan bahwa objek tersebut adalah objek alami. Sebuah komet.”

    Beberapa karakter yang membuat 3I/ATLAS spesial adalah lintasannya yang berasal dari luar Tata Surya. Selain itu, 3I/ATLAS bergerak dengan sangat cepat.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Intip Tanda-tanda Kehidupan Alien Kuno di Planet Mars

    Intip Tanda-tanda Kehidupan Alien Kuno di Planet Mars

    Bisnis.com, JAKARTA – Rover Perseverance menemukan Cheyava Falls pada Juli 2024 saat menjelajahi formasi ‘Bright Angel’, yang merupakan sekelompok bukit batu di tepi utara dan selatan Neretva Vallis.

    Neretva Vallis adalah lembah sungai kuno selebar sekitar 400 meter, yang terbentuk oleh aliran air ke Kawah Jezero, saat Mars masih memiliki air di permukaannya.

    “Penemuan ini merupakan hasil langsung dari upaya NASA untuk merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan misi secara strategis yang mampu menghasilkan jenis ilmu pengetahuan ini,” kata Nicky Fox, wakil administrator Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington, dikutip dari BBC Astronomy, Selasa (16/9/2025).

    Penemuan tersebut disebut sebagai studi lebih lanjut untuk membenarkan potensi kehidupan kuno di Mars.

    “Dengan publikasi hasil yang telah direview oleh rekan sejawat ini, NASA membuat data ini tersedia bagi komunitas ilmiah yang lebih luas untuk studi lebih lanjut guna mengonfirmasi atau membantah potensi biologisnya” sambung Nicky Fox.

    Rover Perseverance menemukan batuan sedimen yang terdiri dari lempung dan lumpur, yang, ketika ditemukan di Bumi, dapat mengandung bukti kuno kehidupan mikroba masa lalu. Batu-batuan tersebut kaya akan karbon organik, belerang, besi teroksidasi (karat), dan fosfor.

    “Kombinasi senyawa kimia yang kami temukan di Formasi Bright Angel berpotensi menjadi sumber energi yang kaya bagi metabolisme mikroba,”

    “Namun, hanya karena kami melihat semua tanda kimia yang meyakinkan dalam data tersebut tidak berarti kami memiliki tanda biologis potensial. Kami perlu menganalisis apa arti data tersebut” kata Joel Hurowitz, ilmuwan dari Universitas Stony Brook, New York, dan penulis utama makalah tersebut.

    Penemuan oleh Rover Perseverance

    Rover Perseverance NASA dilengkapi dengan sejumlah alat untuk menganalisis sampel yang ditemukan di Planet Merah.

    Instrumen PIXL (Planetary Instrument for X-ray Lithochemistry) dan SHERLOC (Scanning Habitable Environments with Raman & Luminescence for Organics & Chemicals) digunakan dalam penemuan ini.

    Di Cheyava Falls, ditemukan batu berbentuk panah berukuran sekitar 1 meter x 0,6 meter, yang mengandung bintik-bintik berwarna. Para ilmuwan mengatakan bintik-bintik ini mungkin dihasilkan oleh kehidupan mikroba yang menggunakan bahan kimia dalam batu sebagai sumber energi.

    Perseverance menemukan bukti visual reaksi kimia yang terjadi pada batu, yang tim ilmuwan sebut sebagai ‘bintik-bintik macan tutul’. Bintik-bintik ini mengandung dua mineral kaya besi: vivianite dan greigite.

    NASA mengatakan vivianite ditemukan di Bumi dalam sedimen, rawa gambut, dan materi organik yang membusuk, sementara beberapa kehidupan mikroba di Bumi dapat menghasilkan greigite. Artinya, ini adalah jejak potensial kehidupan mikroba yang menghasilkan energi dan tumbuh.

    Namun, diperlukan bukti lebih lanjut, karena mineral-mineral ini juga dapat terbentuk tanpa adanya kehidupan. Mereka mungkin bisa saja terbentuk akibat suhu tinggi, kondisi asam, dan ikatan dengan senyawa organik. Namun, NASA mengatakan bahwa batuan di Bright Angel tidak menunjukkan bukti bahwa mereka mengalami suhu tinggi atau kondisi asam.  

    Kehidupan yang penuh vitalitas  

    Dulu dianggap bahwa tanda-tanda kehidupan kuno di Mars terbatas pada formasi batuan yang lebih tua, tetapi penemuan ini dilakukan pada beberapa batuan sedimen termuda yang dianalisis oleh Perseverance.

    Ini dapat berarti Mars, mungkin pernah layak huni untuk periode yang lebih lama, atau pada tahap sejarah planet yang lebih akhir daripada yang diperkirakan sebelumnya.

    “Klaim astrobiologi, terutama yang terkait dengan penemuan kehidupan extraterrestrial di masa lalu, memerlukan bukti yang luar biasa” 

    “Meskipun penjelasan abiotik untuk apa yang kita lihat di Bright Angel kurang mungkin berdasarkan temuan dalam makalah ini, kita tidak dapat mengesampingkannya” kata Katie Stack Morgan, ilmuwan proyek Perseverance di Laboratorium Propulsi Jet NASA di California Selatan.

    Jenis kehidupan Mars apa yang kita bicarakan? Bukan jenis yang datang dengan damai atau pergi ke mana-mana. NASA sedang menganalisis data, melakukan tes tambahan, dan berbagi hasil dengan ilmuwan di seluruh dunia untuk melihat apa yang dapat dipelajari lebih lanjut. 

    Ada banyak hal yang harus dikesampingkan, mulai dari kontaminasi sampel secara tidak sengaja hingga kemungkinan asal-asal non-kehidupan organik. Semuanya sulit dilakukan karena jarak jutaan kilometer antara Planet Bumi dengan Mars, tetapi NASA sedang berusaha memecahkannya. (Stefanus Bintang)

  • Serunya Wisata Antariksa di Kennedy Space Center

    Serunya Wisata Antariksa di Kennedy Space Center

    FotoINET

    Adi Fida Rahman – detikInet

    Senin, 15 Sep 2025 07:56 WIB

    Jakarta – Sebelum peluncuran Satelit Nusantara Lima, detikINET sempat berkunjung ke Kennedy Space Visitor Complex. Kita seakan wisata ke markas NASA, yuk intip serunya.

  • NASA Temukan Bekas Tanda-Tanda Kehidupan di Planet Mars

    NASA Temukan Bekas Tanda-Tanda Kehidupan di Planet Mars

    Bisnis.com, JAKARTA – NASA menemukan tanda-tanda pernah adanya kehidupan di Planet Mars. Sebuah rover (wahana antariksa) Perseverance milik NASA mungkin telah menemukan bukti kehidupan mikroba purba di Planet Merah. 

    Rover tersebut telah mengumpulkan sampel dari sebuah lembah sungai kering purba di Kawah Jezero, yang telah dieksplorasi sejak Februari 2021 hingga akhir 2024. Selama menjelajah, kamera Perseverance menangkap bintik-bintik berwarna seperti macan tutul yang akhirnya mengarah pada penemuan sampel.

    Dilansir dari CNET pada Senin (15/9/2025), sampel yang dinamakan “Sapphire Canyon” yang diambil dari batu bernama “Cheyava Falls” yang terletak di Kawah Jezero, kawasan bekas aliran sungai kering kuno. Sampel tersebut memiliki tanda biosignature atau kehidupan alien kuno. Hal ini menjadi bukti bahwa kehidupan mikroba pernah ada di Mars.

    Mars Zaman Purba, Ada Kehidupan Kuno?  

    Hari ini Mars adalah planet yang dingin, kering, tandus, keras, dan radioaktif. Tetapi dalam sejarah kunonya, Mars jauh lebih hangat dan basah, dan mungkin pernah layak huni.  

    “Lingkungan permukaan Mars saat ini tidak ramah bagi kehidupan ….. Namun, jika kita menemukan Mars memang pernah terdapat kehidupan di masa lalu, hal itu akan meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa bentuk kehidupan telah bertahan hingga saat ini di habitat bawah permukaan.” ujar Dr. Becky McCauley Rench, Ilmuwan Program Astrobiologi NASA.

    Dr. Becky juga mengungkapkan alasan kenapa NASA mencari tanda kehidupan di Planet Mars.

    “Apakah kita sendirian di alam semesta adalah salah satu pertanyaan paling penting yang harus dijawab oleh NASA.” sambungnya.

    Rover yang meneliti Mars telah menemukan aliran sungai dan danau yang mengering di Kawah Jezero, menunjukkan bahwa air, bahan penting untuk kehidupan seperti yang kita kenal, pernah mengalir di Planet Merah.  

    Menemukan bukti konkret bahwa kehidupan memang pernah ada di Mars, bagaimanapun, hingga saat ini masih sulit ditemukan.

    “Identifikasi tanda kehidupan potensial di Planet Merah adalah penemuan yang revolusioner, dan akan memperluas pemahaman kita tentang Mars,” kata Administrator NASA. (Stefanus Bintang)

  • ‘Papan Catur’ Raksasa Kelilingi Sungai Terlihat dari Luar Angkasa

    ‘Papan Catur’ Raksasa Kelilingi Sungai Terlihat dari Luar Angkasa

    Jakarta

    Sebuah foto menarik yang diambil dari luar angkasa memperlihatkan sebidang tanah di Idaho, Amerika Serikat yang tampak sangat mirip papan catur raksasa. Pola aneh ini berasal dari sebuah inisiatif lingkungan yang telah ada sejak sekitar 200 tahun lalu.

    Foto udara menunjukkan sebidang tanah di sepanjang Sungai Priest di pegunungan Idaho utara, sekitar 65 kilometer di selatan perbatasan Kanada. Titik terdekat yang menarik adalah Whitetail Butte, sebuah titik pengamatan kebakaran hutan, terletak di tikungan besar sungai, kira-kira di tengah jalur air seperti terlihat di dalam foto.

    ‘Papan catur’ ini memiliki lebar sekitar 8 km pada titik terlebarnya dan terdiri dari sekitar 185 kotak, meskipun tidak semuanya terlihat dalam foto ini. Setiap kotak mencakup sekitar 130 ribu meter persegi, kira-kira sama luasnya dengan 24 lapangan sepak bola.

    Menurut NASA Earth Observatory, pola ini merupakan hasil inisiatif pengelolaan hutan berbasis grid yang dibentuk pada 1800-an. Lahan-lahan berselang-seling telah ditebang untuk diambil kayunya, menyisakan cukup pohon untuk menopang ekosistem hutan, sementara pohon-pohon baru tumbuh.

    Pohon-pohon baru kemudian ditanam di lahan-lahan kosong tersebut. Ketika pohon-pohon tersebut telah dewasa sepenuhnya, pohon-pohon di lahan berselang-seling tersebut dipanen, dan siklusnya dimulai lagi. Foto ini kemungkinan diambil hanya beberapa tahun setelah panen terakhir.

    Pola ini dipertegas oleh salju, yang menumpuk di atas pohon-pohon muda di lahan-lahan putih yang ‘kosong’. Pola kotak-kotak ini juga terlihat selama musim panas. Namun, terdapat perbedaan yang jauh lebih sedikit antara beberapa lahan terang dan gelap, yang tampak sebagai berbagai corak hijau.

    Foto ini diambil tepat sebelum Matahari terbenam, sehingga beberapa lereng gunung tampak bercahaya sementara yang lainnya tertutup bayangan panjang karena sudut Matahari rendah.

    Pemandangan Unik

    Sungai Priest, yang merupakan bagian dari cekungan Sungai Columbia, sebelumnya digunakan untuk mengangkut kayu dari wilayah ini ke tempat penggergajian kayu di wilayah lain di Idaho dan sekitarnya.

    Pengangkutan kayu secara tradisional dilakukan dengan ‘pengangkutan kayu’, yaitu rakit-rakit kayu yang mengapung di permukaan sungai, seringkali dengan orang-orang berdiri di atasnya dan menggunakan tiang-tiang panjang untuk mengarahkan rakit dan mencegahnya macet.

    Namun, praktik ini dihentikan pada 1990-an untuk memungkinkan pemanfaatan sungai yang lebih bertujuan rekreasi. Batang-batang kayu tersebut kini diangkut melalui jalan darat, dan jika diperhatikan dengan saksama, kalian dapat melihat garis samar jalan truk yang dibangun khusus melintasi secara diagonal beberapa petak hutan kotak-kotak tersebut.

    (rns/hps)

  • 4 Bangunan Terlihat dari Luar Angkasa, Tak Ada Tembok China

    4 Bangunan Terlihat dari Luar Angkasa, Tak Ada Tembok China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para astronaut dan ahli antariksa mengungkapkan sejumlah bangunan besar di bumi bisa terlihat jelas dari luar angkasa.

    Tapi, ternyata Tembok China yang menjadi salah satu bangunan dari total tujuh keajaiban dunia tidak bisa terlihat jelas dari luar angkasa. Padahal, panjang tembok besar atau tembok raksasa itu mencapai 21.196,18 km.

    Mantan Komandan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Chris Hadfield menjadi salah satu orang yang memberi kesaksian tembok China tidak masuk dalam daftar yang bisa terlihat dari luar angkasa.

    Menurutnya tembok besar China terlalu sempit terlihat dari luar angkasa. Bangunan itu juga mengikuti kontur serta warna alami dari geografi sekitarnya.

    Hanya terdapat empat bangunan yang para astronaut ungkapkan bisa terlihat jelas dari luar angkasa. Luar angkasa sendiri merujuk pada garis karman. Ini menandakan batas antara atmosfer Bumi dengan antariksa, berada 100 kilometer di atas permukaan bumi.

    “Garis Karman merupakan perkiraan wilayah yang menunjukkan ketinggian di mana satelit bisa mengorbit Bumi tanpa terbakar atau jatuh dari orbit sebelum mengelilingi Bumi setidaknya sekali,” jelas Katrina Bossert selaku fisikawan luar angkasa Arizona State University, dikutip dari Live Science.

    Berikut ini daftar bangunan yang bisa dilihat dari antariksa dengan mudah, dirangkum CNBC Indonesia:

    1. Palm Jumeirah Dubai

    Palm Jumeirah merupakan pulau buatan di Dubai. Pulau-pulau tersebut bisa terlihat dari Garis Karman. Bahkan stasiun ISS yang berada di ketinggian 400 km di atas permukaan laut juga bisa melihatnya.

    Namun di ISS butuh alat bantu. Astronaut di sana melihatnya dengan menggunakan lensa 800 mm

    2. Piramida Giza

    Khusus untuk Piramida Giza terdapat dua pendapat soal penampakannya di luar angkasa. Astronaut asal Inggris, Tim Peake mengatakan bangunan itu tidak terlihat, namun struktur masifnya bisa terlihat dengan lensa 800mm.

    Sebaliknya, mantan astronaut NASA dan komandan ISIS bernama Leroy Chiao mengatakan piramida dapat terlihat dari orbit. Bahkan bisa dilihat jelas dengan mata telanjang.

    “Ada banyak yang bisa dilihat dari ISS, bahkan dengan mata telanjang,” ucapnya. “Misalnya pernah menemukan piramida besar dengan telefoto dan bisa memilih dua yang besar dengan mata telanjang, selama pencahayaan dan kondisi cuaca baik, sebagai dua titik kecil.”

    3. Three Gorges Dam

    Three Gorges Dam merupakan bendungan raksasa di Sungai Yangtze China. Tingginya mencapai 185 meter dan panjang lebih dari 2 km.

    Three Gorges Dam merupakan bendungan raksasa di Sungai Yangtze China. Tingginya mencapai 185 meter dan panjang lebih dari 2 km.

    Bangunan itu merupakan fasilitas penghasil listrik terbesar dunia. Three Gorges Dam juga menjadi bendungan pembangkit listrik tenaga air termahal yang pernah dibangun

    4. Bingham Canyon Mine

    Tambang ini juga bisa dilihat jelas dari luar angkasa. Letaknya berada di 32 km tenggara Salt Lake City.

    Bingham Canyon jelas terlihat dari Garis Karman tanpa alat bantu. Selain itu juga bisa dilihat dari pesawat ulang alik yang terbang 305-531 km di atas permukaan laut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Kasih Jawaban Logis soal Matahari Terbit dari Barat

    NASA Kasih Jawaban Logis soal Matahari Terbit dari Barat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah masyarakat meyakini fenomena matahari terbit dari barat bisa terjadi, dan menjadi salah satu tanda terjadinya kehancuran alam semesta.

    Kejadian matahari terbit dari barat bahkan informasinya sempat viral di media sosial pada pertengahan 2023, salah satunya di platform Facebook dengan kemunculan sebuah tayangan video.

    Dalam postingan di Facebook itu, muncul klaim Badan Antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA), memiliki teori terkait pembalikan arah terbit matahari.

    Postingan yang ditulis dalam bahasa Thailand dan Inggris itu menyebutkan berbaliknya arah terbit matahari itu disebabkan rotasi bumi berbalik arah, sehingga bisa membuat bumi kiamat.

    Dalam unggahan itu dijelaskan pula bahwa Bumi bisa mengalami pembalikan medan magnet, dan mengklaim teori itu juga didukung oleh NASA.

    “Bumi akan berputar ke arah sebaliknya yang menyebabkan Matahari muncul dari sisi barat. Periset meyakini bahwa kita bergerak menuju pembalikan medan magnet yang akan menjadi akhir umat manusia dan mendekati kiamat,” sebagaimana tertulis dalam postingan, dikutip Selasa (16/1/2024).

    Kendati begitu, NASA tak pernah mendukung klaim tersebut. Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA mengatakan, pihaknya dan organisasi ilmiah lain tidak mendukung teori tersebut.

    “Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat,” kata Inclan.

    NASA mengakui, perubahan medan magnet itu memang ada dan pernah terjadi, serta sejumlah ilmuwan mempelajari hal itu. Tapi, Inclan membantah membuat Bumi berputar ke arah sebaliknya.

    “Adapun pembalikan medan magnet memang fenomena nyata yang telah terjadi beberapa kali di masa silam dan ilmuwan di seluruh dunia mempelajarinya, namun pernyataan jika hal ini membuat Bumi berputar ke arah sebaliknya yang menjadikan Matahari terbit dari barat adalah salah,” kata Inclan.

    Penting dicatat, salah satu planet tata surya memang ada yang menghadapi Matahari terbit dari Barat. Planet Venus berotasi ke arah belakang dan membuat Matahari tidak berasal dari Timur.

    Untuk waktu rotasi, Venus membutuhkan waktu lama yakni 243 hari Bumi. Sedangkan lama planet tersebut mengelilingi Matahari selama 225 hari.

    Hal ini berdampak pergantian hari dan tahun yang hampir sama. Di planet Venus, Matahari akan muncul satu kali dalam 117 hari atau dua kali dalam setahun.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Diskriminasi ke Orang China Makin Parah, Begini Kejamnya NASA

    Diskriminasi ke Orang China Makin Parah, Begini Kejamnya NASA

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA melakukan segala cara untuk menjauhkan orang China dari proyek-proyek utamanya. Badan antariksa Amerika Serikat (AS) itu dikabarkan melarang karyawan berkewarganegaraan China dengan visa AS yang sah untuk mengakses fasilitasnya.

    Bloomberg mengatakan warga negara China yang bekerja untuk NASA baru mengetahui kehilangan akses ke sistem dan fasilitas NASA pada 5 September 2025 lalu, dikutip dari BBC, Jumat (12/9/2025).

    Laporan yang sama mengatakan mereka tidak dapat mengakses sistem data NASA. Selain itu, mereka dilarang ikut dalam rapat terkait pekerjaan lembaga tersebut langsung ataupun virtual.

    NASA mengonfirmasi pembatasan akses pada warga negara China dalam menggunakan fasilitas, materi dan jaringannya. Keputusan ini dilakukan untuk menjaga keamanan pekerjaan NASA.

    Sebelumnya, warga negara China juga hanya bisa bekerja sebagai kontraktor serta mahasiswa yang berkontribusi untuk penelitian.

    Begitu juga dengan astronaut asal China yang dikecualikan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Sebab AS melarang pembagian data pihaknya dengan China.

    BBC menuliskan AS khawatir dengan kecepatan program luar angkasa yang dilakukan China. Termasuk meningkatkan persaingan antar dua negara itu.

    Administrator NASA, Sean Duffy juga menyinggung soal persaingan dua negara saat konferensi pers mengenai temuan AS di Mars. Dia memastikan negaranya akan lebih dulu ke Bulan sebelum China.

    “Kita dalam perlombaan antariksa kedua saat ini. Orang China ingin kembali ke Bulan sebelum kita, itu tidak akan terjadi,” jelasnya.

    Sementara itu, China bersifat tenang menghadapi ini. Direktur biro teknologi umum Badan Antariksa Berawak China mengatakan AS tak perlu kehawatir soal proyek negaranya.

    Eksplorasi ruang angkasa yang dilakukan China disebutkan adalah misi kolektif untuk kemanusiaan.

    Bukan hanya terkait antariksa, AS juga dicurigai menutup celah masyarakat China untuk mempelajari sains dan teknologi. Sebagian pelajar asal China dilaporkan kesulitan mendapatkan visa atau masuk ke AS, khususnya terjadi pada mereka yang belajar dua ilmu tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]