Kementrian Lembaga: NASA

  • Astronaut Baru NASA Bisa Jadi Orang Pertama Injakkan Kaki di Mars

    Astronaut Baru NASA Bisa Jadi Orang Pertama Injakkan Kaki di Mars

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sepuluh orang terpilih menjadi kandidat astronaut NASA yang baru. Ada beberapa hal baru yang membuat angkatan astronaut 2025 spesial. 

    Salah satunya, ini merupakan angkatan pertama dalam sejarah yang mencakup lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Lebih hebatnya lagi, salah satu dari mereka bisa jadi adalah orang pertama yang menginjakkan kaki di Mars.

    “Salah satu dari 10 orang sebenarnya bisa menjadi salah satu orang Amerika pertama yang menginjakkan kaki di permukaan Mars, yang sangat keren,” kata pelaksana tugas administrator NASA, Sean Duffy saat memperkenalkan tim tersebut, dikutip dari Gizmodo, Rabu (24/9/2025).

    Pasalnya, para kandidat ini bergabung dengan korps astronaut NASA di saat eksplorasi manusia di Mars menjadi tujuan utama lembaga tersebut. Penjabat Administrator Sean Duffy memperkenalkan kelas tersebut pada Senin (22/9) di Pusat Antariksa Johnson NASA di Houston.

    Ia menegaskan kembali fokus badan tersebut untuk mempertahankan kepemimpinannya di luar angkasa dengan mengejar “rencana eksplorasi yang berani untuk masa depan.”

    Angkatan astronaut NASA ke-24 akan melakukan pelatihan dasar selama dua tahun ke depan. Baru kemudian mereka akan mulai ikut misi pertamanya.

    Salah seorang anggota baru itu adalah Anna Menon yang merupakan mantan pengendali penerbangan biomedis di Pusat Kendali Misi Johnson Space Center. Selain itu ada juga mantan wakil kepala peneliti Tim Geologi Artemis 3, Lauren Edgar dan Yuri Kubo yang pernah menjadi mahasiswa magang di Johson Space Center.

    NASA memang memiliki rencana ambisius untuk menuju ke Mars. Lembaga itu akan menggunakan misi Artemis dengan inisiatif Bulan ke Mars sebagai cara cepat mengirimkan manusia ke planet tersebut.

    Namun masalahnya tidak ada kemajuan dalam misi Artemis. Beberapa tahun terakhir terdapat penundaan misi yang terus berulang.

    Salah satunya adalah penyelesaian Sistem Pendaratan manusia (HLS) Starship SpaceX. Panel penasihan keselamatan NASA mengingatkan pendarat bulan untuk misi Artemis 3 bisa jadi terlambat selama bertahun-tahun.

    Begitu juga Artemis 3, misi untuk mengirimkan orang Amerika ke Bulan setelah lebih dari 50 tahun. Pada awalnya, misi itu akan meluncur pertengahan 2027 namun kini belum jelas.

    Sebelum itu, misi Artemis 2 juga telah ditunda beberapa kali. Terbaru diperkirakan misi membawa empat astronaut mengelilingi Bulan selama 10 hari akan diterbangkan pada April 2026 mendatang.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Misi Selamatkan Bulan dari Asteroid ‘Pembunuh Kota’, Mirip Film Fiksi

    Misi Selamatkan Bulan dari Asteroid ‘Pembunuh Kota’, Mirip Film Fiksi

    Jakarta

    Ada kemungkinan 4% asteroid 2024 YR4 akan menabrak Bulan pada 2023. Kalau dibiarkan, Bumi juga kena imbasnya. Satelit-satelit yang ada di orbit bisa hancur karena serpihan asteroid yang tersedot ke Bumi.

    Nah, karena itu, muncul misi penyelamatan Bulan oleh para ilmuwan. Misi ini bakal punya adegan yang mirip-mirip di film fiksi ilmiah (sci-fi). Sebenarnya, ada banyak ide yang digagas tapi baru satu yang telah diuji yakni menabrakkan beban berat ke asteroid itu untuk membelokkan orbit.

    Dalam kebanyakan kasus, ilmuwan planet menyimpulkan ini adalah solusi terbaik, tetapi Brent Barbee dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA dan rekan peneliti menganggap 2024 YR4 merupakan pengecualian.

    Di makalah yang telah diserahkan ke Journal of the Astronautical Sciences (pracetaknya sudah tersedia di arXiv) ini, Barbee dan tim mempertimbangkan opsi pembelokan asteroid. Yang terpenting, untuk merencanakan pembelokan, kita perlu mengetahui massa dan komposisi objek yang akan datang. Kita mungkin tidak tahu hal itu untuk 2024 YR4 sebelum kita menabraknya.

    Pertimbangan lainnya, tentu saja tidak akan tepat waktu untuk memproduksi pesawat ruang angkasa yang sesuai dengan spesifikasi.

    Melansir IFL Science, 2024 YR4 akan melakukan pendekatan dekat ke Bumi dan Bulan pada tahun 2028. JWST nantinya akan mencoba mendeteksi pada Februari 2026, yang jika berhasil, akan memungkinkan kita untuk memetakan orbit tepat dua tahun lebih awal.

    Jika sinyal 2028 berhasil, kita mungkin memiliki cukup waktu sementara asteroid tersebut berada di luar orbit Mars untuk meluncurkan misi penanganannya, asalkan perencanaan telah rampung sebelumnya.

    Namun demikian, semuanya cukup ketat, sehingga para penulis juga mempertimbangkan prospek untuk meluncurkan misi pengintaian atau mengalihkan misi yang sudah ada, seperti Psyche atau OSIRIS-APEX, untuk memeriksa 2024 YR4.

    Namun, satu pertanyaan yang tidak dibahas oleh tim adalah siapa yang harus membayar untuk misi yang tidak akan murah ini. Ketika ancamannya adalah satelit, yang sekarang sebagian besar dimiliki oleh swasta daripada milik publik, jawabannya bisa menjadi jauh lebih rumit.

    (ask/ask)

  • Ilmuwan Bakal Tembak Nuklir ke Asteroid yang Mengancam Bumi pada 2032

    Ilmuwan Bakal Tembak Nuklir ke Asteroid yang Mengancam Bumi pada 2032

    Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan sedang mempertimbangkan kemungkinan meluncurkan senjata nuklir ke asteroid yang berpotensi menabrak bulan pada tahun 2032.

    Namun, mereka mengatakan diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum menjadikannya sebagai opsi.

    Sebuah wahana antariksa bergaya DART dapat dikirim bukan untuk menggerakkan asteroid, melainkan untuk menghancurkannya berkeping-keping, saran mereka. Ini adalah konsep yang belum teruji, tetapi NASA memiliki waktu beberapa tahun untuk memikirkannya mengingat waktu peluncuran untuk misi semacam itu adalah antara April 2030 dan April 2032.

    Jika gagal, NASA dapat mengirimkan misi nuklir, meledakkan bom nuklir bertenaga roket di atau dekat asteroid sebelum mendekat. Metode ini juga belum teruji tetapi secara teoritis memungkinkan. Waktu untuk mempersiapkan misi tersebut akan sedikit lebih singkat, tetapi peluncurannya dapat dilakukan antara akhir 2029 dan akhir 2031, menurut para peneliti.

     Dilansir dari livescience, investigasi ini menyangkut asteroid 2024 YR4, yang menjadi terkenal tak lama setelah ditemukan pada Desember 2024 ketika para ilmuwan (dengan pengamatan terbatas) mengungkapkan bahwa asteroid tersebut memiliki peluang yang relatif tinggi untuk menabrak Bumi pada tahun 2032, dengan puncaknya sebesar 3,1%.

    Hal ini menarik perhatian media karena asteroid berukuran 180 kaki (55 meter) tersebut cukup besar untuk meluluhlantakkan sebuah kota. Namun, kemungkinan bencana tersebut dengan cepat menurun ketika pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa asteroid tersebut sangat kecil kemungkinannya untuk mendekati Bumi. Probabilitas tabrakannya turun menjadi kurang dari 1 banding 360 (0,28%) pada Februari 2025.

    Ini kabar baik bagi planet kita, tetapi pelacakan terbaru juga menunjukkan asteroid tersebut memiliki peluang yang cukup besar untuk menabrak bulan — sekitar 4%. Tabrakan objek seukuran itu, dan relatif dekat dengan Bumi, hampir pasti akan berdampak pada kita.

    Jika asteroid seukuran 2024 YR4 menabrak bulan, ia akan menghasilkan “ejekta” bulan, yang akan mengangkat regolith — lapisan atas debu dan batuan kecil di permukaan yang akan secara substansial meningkatkan puing-puing mikrometeorid di orbit rendah Bumi.

    Fluksnya bisa mencapai 1.000 kali “di atas tingkat latar belakang, mungkin mengancam astronot dan pesawat ruang angkasa” karena batuan ruang angkasa kecil dapat menembus pesawat ruang angkasa, pakaian antariksa, dan sejenisnya, tulis para peneliti dalam studi baru tersebut, yang diunggah pada 15 September di server pracetak Arxiv dan belum ditinjau sejawat.

    Meskipun hal itu merupakan ancaman bagi satelit dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (jika tidak melakukan deorbit pada tahun 2031 sesuai rencana), setiap upaya untuk mengalihkan asteroid dapat menciptakan risiko yang lebih tinggi, para penulis memperingatkan. Masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai massa pasti asteroid tersebut, yang berarti setiap upaya untuk mendorongnya keluar jalur juga masih jauh dari pasti. Misi pembelokan yang tidak direncanakan dengan baik dapat secara tidak sengaja mendorong asteroid tersebut ke arah Bumi, tulis para peneliti.

    Para ilmuwan memang memiliki pengalaman menarik yang dapat dimanfaatkan: Misi DART NASA membelokkan lintasan sebuah bulan kecil asteroid pada tahun 2022. DART mengirimkan sebuah penumbuk kinetik ke bulan kecil tersebut, yang disebut Dimorphos, yang sedikit mengubah lintasan batu angkasa kecil tersebut di sekitar asteroid induknya, Didymos. Namun, para peneliti di balik studi baru ini menyimpulkan bahwa setiap upaya untuk membelokkan 2024 YR4 akan “tampak tidak praktis” karena kendala seperti tidak mengetahui massa objek tersebut — dan memiliki waktu yang sangat terbatas untuk mempelajari objek tersebut lebih lanjut sebelum terbang lintas dekatnya pada tahun 2032.

  • Surya IBM-NASA, AI Pendeteksi Badai Matahari Perusak Satelit dan Produksi Pangan

    Surya IBM-NASA, AI Pendeteksi Badai Matahari Perusak Satelit dan Produksi Pangan

    Bisnis.com, JAKARTA — IBM dan NASA meluncurkan Surya, model kecerdasan buatan (AI) open-source yang dapat memproyeksikan perilaku Matahari—terutama dalam memprediksi aktivitas surya yang berdampak langsung ke Bumi dan sistem teknologi di luar angkasa (satelit). 

    Surya, yang namanya diambil dari bahasa Sanskerta untuk Matahari, menandai era baru dalam adopsi AI untuk riset heliosfisika dan prakiraan cuaca antariksa.

    Didesain khusus menginterpretasikan citra resolusi tinggi dari Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA, Surya memberikan peringatan dini terkait munculnya badai matahari dan lontaran massa korona, dua fenomena yang bisa memicu rusaknya satelit, penurunan produksi pangan, gangguan navigasi GPS, kerusakan jaringan listrik, hingga risiko pada keselamatan astronot.

    Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan IBM memanfaatkan AI bukan hanya untuk inovasi, tetapi juga inklusivitas.

    Dengan merilis Model AI ini di Hugging Face, IBM membuka akses bagi ilmuwan, pelaku bisnis, dan pembuat kebijakan membangun di atas fondasi bersama untuk meningkatkan kesadaran

    “Inilah bagaimana keterbukaan diwujudkan menjadi ketahanan praktis bagi sistem yang diandalkan masyarakat setiap harinya,” kata Kosasih, dikutip Selasa (23/9/2025).

    Menurut laporan Lloyd’s, kerugian global akibat badai Matahari bisa mencapai US$17 miliar dalam 5 tahun—dan hampir semua bidang teknologi modern terancam jika fenomena ekstrem ini terjadi tanpa mitigasi sistemik yang tepat.

    “Surya” adalah hasil upaya IBM-NASA untuk membawa AI menjadi katalis sains terbuka. Model ini, yang telah menjalani pra-pelatihan dengan dataset observasi Bumi dan Matahari lebih dari 40 tahun.

    Solusi ini hadir melalui platform Hugging Face sehingga armada peneliti global dapat mengembangkan aplikasi AI cuaca surya sesuai kebutuhan lokal masing-masing.

    Fondasi AI Surya memiliki keunggulan dalam memperkirakan aktivitas ekstrem Matahari hingga dua jam sebelum terjadi, melampaui model AI konvensional dengan akurasi 16% lebih baik dari standar prediksi sebelumnya.

    Teknologi ini penting, karena pada beberapa insiden terakhir, ledakan Matahari telah menciptakan gangguan GPS dan telekomunikasi, hingga menyebabkan reroute penerbangan internasional.

    AI Surya menawarkan mekanisme deteksi dan prediksi yang bisa dikustomisasi pada berbagai level—dari skala global hingga lokal—untuk mendeteksi pola cuaca ekstrem, memperbaiki simulasi iklim, dan memperkuat ketahanan infrastruktur nasional.

    Dengan fitur open-source, Surya menjadi instrumen global bagi para peneliti, startup, serta institusi untuk memperkuat perlindungan terhadap ancaman kosmik, memperbesar kolaborasi sains, sekaligus mempercepat tanggapan mitigasi di sektor vital—dari telekomunikasi, navigasi, kelistrikan, hingga keamanan satelit dan pertanian.

    “Di IBM, misi kami dalam memanfaatkan AI bukan hanya untuk inovasi, tetapi juga inklusivitas,” kata Kosasih.

  • NASA Bocorkan Penampakan IKN yang Jadi Ibu Kota Politik 2028

    NASA Bocorkan Penampakan IKN yang Jadi Ibu Kota Politik 2028

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyoroti pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN di Kalimantan.

    Dari hasil pengamatan satelit, terlihat adanya perubahan kawasan hutan yang ada di wilayah tersebut.

    Penampakan itu terekam melalui citra satelit yang dikumpulkan dalam rentang dua tahun terakhir. NASA membandingkan kondisi hutan Kalimantan pada April 2022 dengan foto terbaru yang diambil Februari 2024.

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

    Foto yang dirilis NASA berasal dari OLI-2 (Operational Land Imager-2) di Landsat 9 dan OLI di Landsat 8.

    Dari penampakan yang dirilis NASA pada 2024, sudah banyak lahan dalam hutan yang dibuka. Ini berubah menjadi pembangunan untuk jalan utama IKN.

    Foto: NASA
    Wujud IKN dari tangkapan sensor NASA

    Meski ada banyak perubahan, IKN masih jauh dari kata selesai. Sebab konstruksi pembangunan direncanakan baru akan benar-benar selesai pada tahun 2045 mendatang. Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menetapkan IKN akan menjadi ibu kota politik pada 2028 mendatang.

    Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2025 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025 yang diundangkan pada (30/6/2025).

    Beleid Ini merupakan perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 109 tahun 2025 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025 yang telah dimutakhirkan berdasakan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 2025 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2025.

    Tujuannya untuk pemutakhiran narasi, matriks pembangunan yang memuat sasaran pembangunan nasional 2025, program nasional, program prioritas, kegiatan prioritas, dan proyek prioritas dengan penjabaran sasaran indikator target, serta alokasi pendanaan.

    Dari aturan itu juga dijelaskan perencanaan pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan dibangun pada luas lahan sekitar 800 – 850 hektare.

    Lebih detail presentase pembangunan kawasan perkantoran memiliki porsi 20% dari luas lahan. Sedangkan pembangunan hunian rumah layak dan terjangkau mencapai 50%, prasarana 50%, juga indeks aksesibilitas dan konektivitas menjadi 0,74.

    Dari beleid itu juga mengatur jumlah pemindahan ASN ke IKN mencapai 1.700-4.100 orang.

    Di saat bersamaan, sejumlah peneliti mengkhawatirkan perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan IKN. Mereka khawatir pembangunan akan membahayakan hutan dan satwa liar yang berada di sana.

    Sebab pengembangan lahan itu merupakan tempat bagi keanekaragaman hayati dan rumah untuk hutan bakau, bekantan dan lumba-lumba Irrawaddy.

    Ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta menuju Nusantara karena menjawab tantangan lingkungan. Sekarang Jakarta telah dihuni lebih 30 juta orang dan berkembang sangat pesat.

    Ada banyak masalah yang harus dihadapi Jakarta sekarang. Mulai dari banjir, lalu lintas padat, polusi udara hingga kekurangan air.

    Jakarta juga terus mengalami penurunan permukaan tanah hingga 15 cm per tahun. Bahkan 40% wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut, isu tenggelam pun akhirnya muncul.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gerhana Matahari Parsial: Waktu dan Cara Menyaksikannya – Page 3

    Gerhana Matahari Parsial: Waktu dan Cara Menyaksikannya – Page 3

    BMKG merilis waktu terjadinya gerhana menggunakan Universal Time (UTC). Apabila dikonversi ke Waktu Indonesia Barat (WIB) akan bertambah +7 jam. Ini rinciannya adalah sebagai berikut:

    – Awal gerhana: 17.29 UTC (00.29 WIB, 22 September 2025)

    – Puncak gerhana: 19.41 UTC (02.41 WIB, 22 September 2025)

    – Akhir gerhana: 21.53 UTC (04.53 WIB, 22 September 2025)

    Bagi masyarakat di Indonesia yang ingin melihat fenomena langka ini bisa menyaksikan siaran langsung (live streaming) yang biasanya disediakan oleh platform internasional seperti Time and Date, NASA TV, maupun sejumlah observatorium luar negeri.

  • 5 Fakta Gerhana Matahari Sebagian 21 September

    5 Fakta Gerhana Matahari Sebagian 21 September

    Jakarta

    Gerhana kedua di bulan September 2025 akan menghiasi langit pada tanggal 21. Kali ini, gerhana yang terjadi adalah gerhana Matahari sebagian.

    Meskipun bukan gerhana Matahari total, fenomena ini tetap menarik bagi para pengamat langit dan masyarakat umum. Setidaknya ada lima fakta menarik tentang gerhana Matahari Sebagian 21 September.

    1. Waktu terjadinya gerhana

    Gerhana akan dimulai pada pukul 17.29 Universal Time Coordinated (UTC), dan akan mencapai titik puncak pada pukul 19.41 UTC. Selang kira-kira 2 jam kemudian, yakni pada 21.53 UTC, gerhana Matahari berakhir.

    UTC berjarak 7 jam lebih lambat ketimbang Waktu Indonesia Barat (WIB). Berdasar acuan itu, jadwalnya menjadi:

    Awal: 00.29 WIB tanggal 22 September 2025Puncak: 02.41 WIB tanggal 22 September 2025Akhir: 04.53 WIB tanggal 22 September 2025.2. Tidak terlihat dari Indonesia

    Indonesia tidak termasuk dalam jalur pengamatan langsung gerhana kali ini. Bayangan Bulan yang menutupi Matahari tidak melewati Asia Tenggara, sehingga fenomena ini tidak dapat dilihat secara langsung dari wilayah Indonesia.

    3. Wilayah dengan pengamatan terbaik

    Dikutip dari situs NASA, negara-negara di Belahan Bumi Selatan, termasuk Australia, Selandia Baru, sebagian Antartika, dan wilayah samudra di sekitarnya, akan menyaksikan fenomena ini dengan jelas.

    Daftar negara dan wilayah yang berkesempatan melihat gerhana Matahari parsial September 2025 adalah Selandia Baru, Australia (bagian timur), Fiji, Vanuatu, Tonga, Tuvalu, Samoa, Kepulauan Cook, Polinesia Prancis, Kiribati, New Caledonia, Wallis dan Futuna, Tokelau, Niue, Norfolk Island, American Samoa, dan Antartika.

    4. Berbeda dari gerhana Matahari total dan cincin

    Gerhana Matahari sebagian berbeda dengan gerhana Matahari total dan cincin. Gerhana Matahari sebagian terjadi Ketika Bulan menutupi hanya sebagian permukaan Matahari.

    Berbeda dengan gerhana Matahari total, Bulan menutupi seluruh permukaan Matahari hingga langit menjadi gelap. Namun saat gerhana Matahari sebagian terjadi, Matahari akan tampak seperti kue bulat yang ujungnya digigit atau berbentuk sabit.

    5. Opsi nonton live streaming

    Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan secara online, beberapa observatorium internasional dan lembaga riset akan menyiarkan momen ini melalui tayangan live streaming.

    Salah satunya, kalian bisa memantaunya lewat YouTube channel Time and Date di bawah ini. Channel ini bahkan sudah menyiapkan live streaming fenomena astronomi yang akan terjadi hingga Agustus 2026, sehingga kalian bisa menekan tombol ‘Notify Me’ agar tidak ketinggalan.

    (rns/afr)

  • Harvard Ungkap Dugaan Pesawat Nuklir Alien Dekati Bumi

    Harvard Ungkap Dugaan Pesawat Nuklir Alien Dekati Bumi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Isu soal keberadaan alien kembali ramai setelah para astronom mendeteksi sebuah objek asing yang melaju cepat ke arah orbit Bumi. Bukan sekadar komet biasa, profesor dari Harvard menilai benda itu bisa jadi pesawat luar angkasa bertenaga nuklir.

    Objek yang kemudian dinamai 3I/ATLAS itu pertama kali terlihat pada Juli melalui teleskop luar angkasa ATLAS di Chile. Para ilmuwan awalnya memasukkannya ke kategori komet, tapi karakteristiknya justru membuat banyak pihak curiga.

    3I/ATLAS tercatat sebagai objek antar-bintang ketiga yang pernah melintasi Tata Surya. Namun, perdebatan muncul setelah ada ahli yang menganggap perilakunya tak sesuai dengan komet pada umumnya.

    Profesor dari NASA, Alvi Loeb pada awal Juli menghebohkan dengan kecurigaannya bahwa “komet” tersebut adalah pesawat luar angkasa yang disamarkan oleh alien dalam misi mengamati manusia. Ia bilang, foto yang berhasil ditangkap oleh teleskop menunjukkan objek itu memiliki sinar sendiri.

    Tidak seperti komet yang bersinar di bagian ekor, sinar ada di bagian depan objek. Oleh karena itu, menurutnya, cahaya tidak bisa dijelaskan sebagai pantulan sinar Matahari atau “gas komet.”

    “Alternatifnya, 3I/ATLAS bisa saja adalah sebuah pesawat luar angkasa yang menggunakan energi nuklir. Debu yang dihasilkannya adalah sisa partikel yang bertumpuk di permukaan selama perjalanan antar-bintang,” kata Loeb.

    Ia membantah cahaya tersebut berasal dari sumber energi alami seperti lubang hitam atau bongkahan radioaktif dari supernova. Menurutnya, energi yang dihasilkan oleh sumber alami terlalu kecil begitupun lintasan 3I/ATLAS yang terlihat aneh.

    “Bayangkan objek memasuki Tata Surya dari arah mana saja, hanya 1 dari 500 bisa melintas sejajar dengan orbit planet-planet,” kata Loeb kepada Fox News.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pulau Baru Muncul di Alaska, NASA Buka-bukaan Tanda Kiamat

    Pulau Baru Muncul di Alaska, NASA Buka-bukaan Tanda Kiamat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Citra satelit NASA mengungkap fenomena mengejutkan di Alaska. Sebuah pulau baru muncul setelah gletser mencair dan memisahkan gunung kecil bernama Prow Knob dari daratan utama.

    Fenomena ini terpantau di Danau Alsek. NASA menyebut, Gletser Alsek yang terus menipis dalam empat dekade terakhir akhirnya benar-benar terpisah dari Prow Knob. Gunung kecil itu kini resmi menjadi pulau baru dengan luas sekitar 5 kilometer persegi.

    Berdasarkan citra satelit, pembentukan pulau terjadi dalam rentang waktu singkat, antara 13 Juli hingga 6 Agustus 2025. Sebelumnya, Gletser Alsek membentang hingga 5 km lebih luas dan mengelilingi Prow Knob. Namun, akibat pencairan es yang masif, gletser mundur dan membentuk danau proglasial raksasa.

    NASA mencatat, Danau Alsek kini telah meluas dari 45 kilometer persegi pada 1984 menjadi 75 kilometer persegi pada 2025. Pertambahan volume air juga dipengaruhi lelehan dari gletser lain di sekitarnya, termasuk Harlequin dan Grand Plateau.

    Munculnya pulau ini mencerminkan makin cepatnya laju kemunduran gletser di Alaska Tenggara serta kemampuannya mengubah lanskap hanya dalam hitungan dekade, demikian dikutip dari Space, Rabu (17/9/2025).

    Perluasan danau, garis depan es yang tidak stabil, dan munculnya daratan baru menunjukkan adanya pergeseran signifikan. Para peneliti memperingatkan bahwa hilangnya es secara berkelanjutan diakibatkan pemanasan global yang bisa disebut sebagai ‘tanda kiamat’. Pasalnya, pemanasan global dapat mengubah hidrologi dan ekosistem di kawasan tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Semakin Panas, Bumi Bakal Tidak Berpenghuni pada Tahun 1.000.002.021

    Semakin Panas, Bumi Bakal Tidak Berpenghuni pada Tahun 1.000.002.021

    Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti memprediksi bumi bakal tidak akan berpenghuni pada tahun 1.000.002.021.

    Saat ini peneliti mengatakan bumi semakin panas setiap harinya, dan kondisinya akan memburuk sedemikian rupa sehingga kehidupan tidak akan dapat lagi ada di planet ini. Para ilmuwan kini telah menemukan tahun pasti di mana semua kehidupan akan lenyap dari Bumi.

    Dilansir dari wion, ilmuwan dan peneliti NASA dari Universitas Toho Jepang menggunakan superkomputer untuk mempelajari kondisi kelayakhunian di Bumi di masa depan. Mereka memiliki tahun pasti di mana kehidupan akan berakhir – 1.000.002.021.

    Studi ini menunjukkan bahwa Matahari pada akhirnya akan membawa malapetaka bagi planet kita. Matahari telah menyala selama jutaan tahun, dan seiring berjalannya siklus hidupnya, ia akan menjadi lebih panas. Para ilmuwan mengatakan bahwa keluaran energi Matahari akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Matahari akan mencapai titik di mana ia akan mulai memanaskan planet-planet di tata surya dengan cepat.

    Bumi juga akan menanggung beban terberat dari aktivitas ini. Panas ekstrem akan membuat kondisi permukaan begitu ekstrem sehingga bahkan organisme yang paling tangguh pun tidak akan dapat hidup di Bumi.

    Namun, proses menuju tujuan ini akan dimulai bertahun-tahun lebih awal. Para peneliti mengatakan Bumi sudah mengalami gejala-gejala ini karena Matahari sangat aktif dalam beberapa bulan terakhir. Meningkatnya Ejeksi Massa Koronal (CME), jilatan api matahari, dan bintik matahari membuktikan bahwa bintang kita sedang mengalami transformasi.

    Model perubahan iklim dan radiasi matahari yang terperinci telah memproyeksikan perubahan yang akan mulai terjadi di tahun-tahun mendatang. Atmosfer Bumi akan mulai merasakan dampak dari Matahari yang lebih panas. Akan terjadi kekurangan oksigen, suhu akan mulai meningkat, dan kualitas udara akan memburuk.

    Proses perubahan yang bertahap dan tak dapat diubah akan dimulai, yang pada akhirnya akan membawa Bumi ke ambang kehancuran.

    Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia akan membantu proses ini. Suhu di seluruh dunia sudah mengalami peningkatan setiap tahun. Gunung es mulai terlepas, dan peningkatan panas akan memicu pencairan, sehingga meningkatkan permukaan laut.

    Meskipun tahun 1.000.002.021 masih terlalu jauh, para ahli telah berupaya menemukan solusi untuk menyelamatkan Bumi. Ada orang lain yang tidak menganggap Bumi dapat diselamatkan dan ingin mendirikan koloni manusia di planet lain, seperti Mars.