Kementrian Lembaga: NASA

  • Matahari Picu Serangan Jantung, Cek Sederet Penelitiannya

    Matahari Picu Serangan Jantung, Cek Sederet Penelitiannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gangguan geomagnetik akibat aktivitas Matahari terbukti meningkatkan risiko serangan jantung di Bumi. Efek badai Matahari ini terungkap dari penelitian di Brasil.

    Penelitian oleh National Institute for Space Research di Brasil berhasil menyatakan hubungan sebab akibat antara gangguan geomagnetik terhadap penyakit jantung sudah banyak didokumentasikan, termasuk dampaknya ke serangan jantung (myocardial infarction/MI).

    Serangan jantung adalah penyumbatan aliran darah ke otot jantung yang menyebabkan kerusakan atau kematian jaringan otot jantung akibat kekurangan oksigen.

    Para peneliti dari Brasil memfokuskan riset mereka serangan jantung, dengan meneliti catatan RS dari wilayah kota San Jose dos Campos pada periode 1 Januari 1998 hingga 31 Mei 2005.

    Periode tersebut adalah salah satu siklus puncak aktivitas Matahari, seperti yang terjadi setahun silam. Pada 2024, menurut NASA, Matahari mencapai titik “solar maximum”, yaitu puncak dari siklus 11 tahun. Aktivitas puncak itu adalah penyebab badai Matahari dan aurora terjadi lebih sering dari biasanya.

    Catatan rumah sakit yang diteliti oleh peneliti Brasil berasal dari 1.340 pasien (469 perempuan dan 871 pria). Kemudian, data tersebut dibandingkan dengan aktivitas geomagnetik pada periode yang sama.

    Temuan mereka menunjukkan tren yang serupa dengan penelitian sebelumnya, yaitu serangan jantung lebih sering terjadi pada pria daripada perempuan, tetapi tingkat kematiannya setara. Selain itu, perempuan cenderung melaporkan gejala tidak biasa dibandingkan dengan pria, yang tercatat cenderung hanya melaporkan dua gejala yaitu tangan kiri yang mati rasa dan rasa sakit di dada.

    Namun, para peneliti di Brasil menemukan perbedaan signifikan saat membandingkan data dengan aktivitas geomagnetik. Ketika ada gangguan geomagnetik, ada kenaikan kasus serangan jantung di rumah sakit, begitu juga kematian. Kenaikan frekuensi ini lebih banyak terjadi pada perempuan.

    “Data menunjukkan, meskipun jumlah serangan jantung pada perempuan lebih rendah, pada kondisi gangguan geomagnetik, terjadi proporsi lebih tinggi,” tulis laporan penelitian seperti dikutip oleh IFL Science.

    Penelitian serupa pernah diterbitkan pada 2018. Tim peneliti melaporkan bahwa variasi detak jantung (HRV), yaitu perbedaan jeda antara detak jantung berubah merespons gangguan geomagnetik. Tingkat HRV tinggi menandakan kesehatan yang lebih baik, berarti sistem saraf manusia merespons kondisi lingkungan dengan baik.

    Penelitian lain yang dilakukan pada 2022 menunjukkan bahwa gangguan geomagnetik yang intensi bisa menurunkan HRV selama 24 jam,

    Pada 2023, penelitian yang menggunakan data dari 204 wilayah yang terbagi atas bujur Bumi yang berbeda menunjukkan ada korelasi positif antara intensitas aktivitas geomagnetik dengan penyakit jantung.

    Sekelompok peneliti Rusia juga menemukan kaitan antara badai geomagnetik dengan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, kesimpulan itu ditarik hanya berdasarkan enam laporan penelitian.

    IFL Science menyatakan berbagai penelitian itu menggambarkan bahwa masih butuh banyak data untuk menyimpulkan hubungan antara badai Matahari dan serangan jantung. Namun, riset yang sudah ada menunjukkan keterkaitan sehingga penting ada penelitian lebih lanjut.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Mau Pasang Wi-Fi di Bulan, Biayanya Rp 2,5 Miliar

    NASA Mau Pasang Wi-Fi di Bulan, Biayanya Rp 2,5 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – NASA berencana memasang jaringan Wi-Fi di Bulan. Kontrak pemasangan Wi-Fi tersebut diberikan ke perusahaan bernama Solstar Space.

    Pemasangan titik akses Wi-Fi di Bulan adalah bagian dari program layanan logistik Artemis and Commercial Lunar Payload Services (CLPS) milik NASA.

    Kontrak yang diberikan kepada Solstar Space adalah bagian dari penghargaan Inovasi Riset Bisnis Kecil senilai US$ 150 ribu. Perusahaan itu diberikan waktu 6 bulan untuk membuat rancangan titik akses Wi-Fi untuk sistem pendaratan manusia, robot, instrumen, logistik, sensor, baju luar angkasa, dan komputer tablet. 

    “Semuanya harus didukung Wi-Fi. Ini adalah kesempatan besar bagi kami untuk berkolaborasi dengan Johnson Space Center milik NASA, tim yang memelopori Wi-Fi di dalam dan di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional,” kata CEO Solstar Brian Barnett seperti dikutip oleh SpaceNews.

    Dengan dukungan NASA, Solstar bertujuan untuk mengembangkan produk komersial yang bisa digunakan oleh misi CLPS, yang bakal berlangsung selama 1 hari di Bulan (sekitar 14 hari di Bumi).

    “Berdasarkan desain awal, kami ingin membangun produk komersial yang bisa dibawa oleh misi CLPS secepat mungkin,” kata Barnett,

    Pada saat yang sama, Solstar akan terus mengembangkan titik akses Wi-Fi yang diperkuat dari dampak radiasi, untuk misi Artemis yang dijadwalkan berlangsung lebih lama. Sistem komunikasi Bulan harus tahan atas panas ekstrem di Bulan tetapi memenuhi standar ukuran, berat, dan daya yang penuh keterbatasan.

    Persyaratan teknis untuk misi Artemis juga mengharuskan ada sistem dan subsistem pendaratan, pengiriman barang, dan layanan robot, hingga modul kedap udara yang beroperasi menggunakan jaringan Wi-Fi.

    “Akses poin Wi-Fi Bulan yang ditawarkan oleh Solstar didesain untuk memenuhi permintaan NASA yaitu space-grade, multi-modal, multi-protokol, dan akses nirkabel multi-pita yang bisa berfungsi di kondisi Bulan yang ekstrem,” kata siaran pers tersebut.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bos NASA Pede 2035 Bangun Kampung di Bulan

    Bos NASA Pede 2035 Bangun Kampung di Bulan

    Jakarta

    NASA akan menempatkan seluruh ‘desa’ di Bulan pada 2035. Hal ini dengan percaya diri disampaikan pimpinan badan antariksa Amerika Serikat tersebut.

    Administrator NASA Sean Duffy, telah mengungkapkan rencana untuk membangun pos terdepan yang berkelanjutan dan permanen di permukaan Bulan dalam dekade berikutnya. Duffy berbicara di sebuah panel di International Aeronautical Congress (IAC) di Sydney, Australia bersama para kepala badan antariksa internasional lainnya.

    Selama panel tersebut, ia berkata: ‘Kita akan memiliki kehidupan manusia yang berkelanjutan di Bulan. Bukan sekedar pos terdepan, tetapi sebuah perkampungan.”

    Pada awal Februari tahun depan, NASA akan meluncurkan misi Artemis II dan mengirim empat astronaut dalam perjalanan ke Bulan pertama dalam lebih dari 50 tahun. Meskipun Artemis II tidak akan mendarat di permukaan Bulan, tujuan akhir NASA adalah membangun pangkalan jangka panjang di Bulan.

    Pangkalan itu kemungkinan bertenaga nuklir, mampu menampung astronaut secara permanen, dan dibangun dari bahan-bahan yang ditemukan di permukaan Bulan.

    Tahun ini, tema konferensi IAC adalah ‘Sustainable Space: Resilient Earth’ (Ruang Angkasa Berkelanjutan: Bumi yang Tangguh), yang menurut Duffy berarti bagaimana NASA dapat mempertahankan kehidupan di ruang angkasa.

    Sementara para pimpinan badan antariksa Eropa, Kanada, dan Jepang membicarakan bagaimana satelit mereka membantu penelitian iklim, NASA berfokus secara eksklusif pada eksplorasi antariksa.

    Selain mengungkap rencananya untuk eksplorasi Bulan, Duffy juga membuat klaim berani tentang ambisi AS untuk Mars. Ketika ditanya seperti apa keberhasilan NASA dalam satu dekade, Duffy mengatakan bahwa badan tersebut membuat kemajuan pesat dalam misi untuk mencapai Mars. Ia juga meramalkan bahwa AS akan menjadi yang terdepan dalam hal menempatkan manusia di Mars.

    Namun, tujuan NASA yang lebih mendesak adalah untuk menempatkan manusia kembali di Bulan untuk pertama kalinya sejak misi Apollo berakhir pada 1972. Selama misi Artemis II Februari mendatang, para astronaut akan menguji roket Sistem Peluncuran Luar Angkasa dan pesawat ruang angkasa Orion yang pada akhirnya akan membawa manusia ke Bulan.

    Seperti dikutip dari Daily Mail, s2elama 10 hari, kru akan menempuh jarak 9.200 km melewati Bulan, menguji sistem di pesawat dan mengumpulkan data tentang reaksi tubuh mereka, sebelum kembali ke Bumi.

    Namun ujian besar bagi NASA akan terjadi pada pertengahan tahun 2027 dengan peluncuran Artemis III, yang berencana mendaratkan dua astronaut di lokasi dekat kutub selatan Bulan.

    Tidak seperti misi Apollo yang menghabiskan waktu hingga 22 jam di permukaan Bulan, Artemis III mengharuskan astronaut untuk tinggal di Bulan selama sekitar tujuh hari. Data yang mereka kumpulkan tentang geologi dan kondisi di sekitar Kutub Selatan semuanya akan digunakan untuk mempersiapkan tujuan akhir membangun pangkalan permanen di Bulan, meskipun rincian teknisnya masih belum jelas.

    Pada Agustus lalu, Duffy meluncurkan arahan yang menyerukan AS untuk menjadi negara pertama yang menempatkan reaktor nuklir di Bulan. Setelah itu, NASA kini telah mengeluarkan Request For Information (RFI), meminta perusahaan untuk mendaftarkan minat mereka dalam membangun reaktor.

    Dijuluki Fission Surface Power System, NASA mengatakan reaktor ini perlu berbobot kurang dari 15 ton dan mampu menghasilkan daya 100kWe. Itu adalah energi yang cukup untuk memberi daya pada pangkalan Bulan selama 14 hari malam lunar, mengingat panel surya tidak akan efektif.

    Reaktor apa pun yang terbukti berguna di Bulan juga akan berharga untuk misi eksplorasi Mars di masa mendatang, dengan jarak yang ekstrem mengharuskan manusia untuk tinggal di permukaan untuk waktu yang lama.

    NASA juga telah mulai meneliti bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat struktur pangkalan. Dalam percobaan baru-baru ini, para astronaut di ISS mempraktikkan teknik pencampuran semen untuk melihat seberapa baik hasilnya dalam kondisi di luar gravitasi Bumi.

    Dalam sebuah pernyataan, pejabat NASA mengatakan salah satu pilihan untuk membangun pangkalan Bulan adalah menggunakan lingkungan gravitasi mikro untuk mencampur tanah Bulan dengan material lain untuk membuat semen dan membangun struktur layak huni di Bulan.

    Jika terbukti layak, pangkalan tersebut dapat dicetak 3D oleh mesin yang dikirim ke Bulan dengan roket, hanya menggunakan tanah dan air Bulan yang ditemukan di lokasi Kutub Selatan.

    Meskipun ada kekhawatiran bahwa Presiden AS Donald Trump akan kehilangan minat dalam misi ke Bulan, di bawah pimpinan Duffy, NASA telah mengambil sikap yang semakin berani terhadap eksplorasi Bulan.

    Dalam pernyataan baru-baru ini, Duffy mengatakan bahwa NASA akan memenangkan perlombaan luar angkasa kedua melawan China melalui program Artemis. “Kami akan kembali ke Bulan, dan kali ini, saat kami menancapkan bendera, kami tinggal di sana,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Peneliti Ungkap 99% Emas Terkubur di Satu Wilayah, Ini Lokasinya

    Peneliti Ungkap 99% Emas Terkubur di Satu Wilayah, Ini Lokasinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ekonomi mengalami gejolak, banyak orang memilih berinvestasi emas karena nilainya yang stabil. Hal tersebut membuat emas cukup populer sebagai salah satu instrumen investasi.

    Logam mulia tersebut menjadi ‘harta karun’ berharga karena kelangkaannya. Namun, apa jadinya jika ternyata emas berlimpah dan terkumpul di satu lokasi.

    Ilmuwan mengungkap bahwa 99% emas Bumi ternyata terkubur di satu lokasi, tetapi sulit dijangkau manusia.

    “Apa yang bisa kami simpulkan adalah 99% dari kandungan emas Bumi ada di intinya,” kata peneliti Bernard Wood dari Macquarie University.

    Wood dan timnya melalui penelitian berhasil menemukan lokasi emas tersebut. Penelitian itu berasal dari inspirasi mengenai asteroid yang memiliki komposisi serupa dengan Bumi.

    Mereka melakukan pengukuran komposisi chondrite berkarbon pada meteorit dari asteroit itu. Dari sana, komposisi asteroid menjadi acuan mengukur komposisi material Bumi.

    Hasil temuannya mengungkapkan elemen tidak larut dalam besi cair tidak akan ada di inti Bumi. Jadi, ada elemen yang melimpah di bagian kerak dibandingkan inti.

    Asumsi tim peneliti adalah inti Bumi memiliki komposisi serupa dengan meteorit. Berikutnya mereka menghitung elemen apa yang larut dalam besi.

    Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) alias NASA memiliki logika yang sama seperti Wood. Lembaga itu memiliki misi meneliti asteroid bernama Psyche, yang disebut lebih murah dibandingkan harus menuju ke inti Bumi.

    Jika NASA berhasil membawa pulang emas dari Psyche, ini bakal membuat masalah baru di Bumi. Pasalnya harga emas berpotensi mengalami penurunan tajam karena keberlimpahannya.

    IFL Science juga sempat melaporkan soal banyaknya emas di inti Bumi. Kabarnya emas itu bisa melapisi seluruh bagian planet dengan ketebalan 50cm.

    Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hipotesis soal timbunan emas di inti Bumi. Di saat bersamaan, perlu pula diteliti lebih lanjut apakah emas di inti Bumi mungkin untuk diekstraksi dan dibawa ke Bumi. 

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Robot Curiosity Tampilkan Gambar Mars Terbaru yang Sangat Detail

    Robot Curiosity Tampilkan Gambar Mars Terbaru yang Sangat Detail

    Jakarta

    Robot penjelajah Curiosity milik NASA telah menghasilkan salah satu gambar panorama Mars yang paling detail dan memukau hingga saat ini. Ia mengabadikan hamparan luas Kawah Gale dalam kondisi yang sangat cerah.

    Dikutip dari New York Post, pemandangan luas Mars beresolusi tinggi ini dihasilkan dari 44 gambar Mastcam yang diambil dalam kondisi musim dingin yang optimal di Planet Merah tersebut, menawarkan sekilas gambaran langka ke medan purbanya.

    Gambar Kawah Gale yang Jernih

    Diambil selama musim dingin Mars, ketika kadar debu di atmosfer mencapai titik terendah musiman, gambar panorama ini menampilkan pemandangan dasar kawah yang luas hingga ke tepi utara, yang terletak puluhan kilometer jauhnya.

    Gambar-gambar tersebut diproses di NASA Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, Amerika Serikat, tempat para ilmuwan menyesuaikan warnanya agar menyerupai pencahayaan di Bumi, membantu para pengamat menafsirkan medan tersebut secara lebih alami.

    Kombinasi kondisi cuaca langka dan pemrosesan citra canggih ini telah menghasilkan salah satu rekaman visual Mars yang paling jernih hingga saat ini. Bagi para ilmuwan planet, citra ini menawarkan kesempatan langka untuk mempelajari fitur permukaan dengan kejelasan yang jarang didapatkan dari misi-misi sebelumnya.

    13 Tahun dan Terus Berlanjut di Mars

    Diluncurkan pertama kali pada 2011 dan mendarat di Mars pada Agustus 2012, Curiosity dirancang untuk misi selama dua tahun. Kini, memasuki tahun ke-13, wahana penjelajah ini terus melampaui ekspektasi, baik dari segi fungsionalitas maupun hasil pencatatan ilmiah.

    Daya tahannya didukung oleh Radioisotope Thermoelectric Generator, sejenis baterai nuklir yang mengubah panas dari peluruhan radioaktif menjadi listrik. Dengan manajemen energi yang cermat, NASA memperkirakan wahana ini dapat tetap beroperasi setidaknya selama dua tahun lagi, meskipun penurunan daya secara bertahap terus dipantau secara ketat.

    Mars yang Lebih Basah dan Lebih Kompleks

    Sepanjang misinya, Curiosity telah menjelajahi lapisan-lapisan purba Kawah Gale, mengungkap bukti bahwa Mars pernah memiliki sistem sungai dan danau yang kompleks. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa air cair pernah stabil di permukaan planet, sebuah kondisi penting bagi potensi kemunculan kehidupan mikroba.

    Penjelajah ini juga telah mengidentifikasi batuan yang mengandung karbon organik dan unsur-unsur kimia penting lainnya, termasuk sulfur, fosfor, dan besi teroksidasi. Penemuan-penemuan ini memperkuat teori bahwa Mars tidak hanya aktif secara geologis di masa lalu, tetapi mungkin juga memiliki kondisi yang mendukung kehidupan.

    Perseverance Bergabung

    Pada 2021, NASA memperluas upaya eksplorasi Mars-nya dengan kedatangan wahana penjelajah Perseverance di Kawah Jezero. Sementara Curiosity melanjutkan investigasi geologisnya, Perseverance berfokus pada pengumpulan sampel untuk misi pengembalian sampel di masa mendatang, sebuah proyek kolaborasi antara NASA dan Badan Antariksa Eropa.

    Tujuannya adalah untuk mengambil inti batuan yang saat ini sedang disimpan oleh Perseverance dan membawanya kembali ke Bumi. Meskipun masih dalam tahap perencanaan dan pendanaan, misi ini diperkirakan baru akan selesai pada2040. Setelah terealisasi, misi ini dapat memberikan wawasan paling langsung sejauh ini tentang sejarah geologi dan kemungkinan biologi planet ini.

    Kedua penjelajah tersebut, yang masing-masing beroperasi di wilayah berbeda dan dengan tujuan ilmiah yang unik, terus mendorong batasan dari apa yang dapat diungkapkan oleh eksplorasi robotik tentang tetangga planet terdekat kita.

    (rns/rns)

  • NASA Temukan Tanda Kehidupan Paling Jelas di Mars, Cek Faktanya

    NASA Temukan Tanda Kehidupan Paling Jelas di Mars, Cek Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sebuah pengumuman terbaru, NASA mengatakan telah menemukan tanda kehidupan paling jelas di Mars. Mereka menemukan jejak air dari laporan wahana penjelajah Perseverance.

    “Selama 30 tahun terakhir, NASA telah menjelajahi Mars. Dalam eksplorasi itu, kami mencari tanda kehidupan, mencari air,” ujar Administrator NASA, Sean Duffy, dikutip dari IFL Science.

    Dia mengatakan NASA telah menemukan apa yang disebut tanda kehidupan di masa lalu. Namun itu menjadi perdebatan di komunitas ilmiah, yang menyebutkan ada berbagai penjelasan soal definisi bukti kehidupan.

    Temuan terbaru menunjukkan hal berbeda. NASA menemukan sampel yang kemudian dilakukan pengujian setahun lalu, dan menyebutkan jika temuannya adalah tanda kehidupan paling jelas ditemukan di Mars.

    “Hari ini kami benar-benar menunjukkan kepada Anda, kami selangkah lebih dekat menjawab salah satu pertanyaan, apakah kita sendirian di alam semesta?” kata Administrator Nicky Fox.

    Fox memperlihatkan gambar bintik-bintik pada batuan di Air Terjun Cheyava di Mars. Para ilmuwan langsung mengetahui jika temuan itu menarik.

    Dia menjelaskan NASA belum pernah melihat temuan terbaru itu sebelumnya. Dari hasil analisa, kemungkinan bintik-bintik itu berasal dari kehidupan purba.

    “Kami belum pernah melihat seperti itu sebelumnya di Mars dan telah membicarakannya musim panas lalu,” jelasnya.

    “Mereka telah melakukan analisa pada bintik-bintik, dan kami pikir bintik-bintik itu mungkin terbentuk semacam kehidupan purba. Penemuan pada penjelajah Perseverance kami luar biasa ini adalah penemuan terdekat yang dilakukan untuk menemukan kehidupan purba di Mars,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NASA Targetkan Misi Berawak Artemis II ke Bulan Beroperasi pada Februari 2026 – Page 3

    NASA Targetkan Misi Berawak Artemis II ke Bulan Beroperasi pada Februari 2026 – Page 3

    Saat ini, roket Space Launch System (SLS) yang akan dipakai untuk misi Artemis II sudah selesai dirakit.

    Sementara itu, kapsul antariksa Orion yang akan membawa para astronaut sedang menjalani persiapan akhir, dan rencananya akan dipasang di puncak roket pada akhir 2025.

    Menurut Charlie Blackwell-Thompson, direktur peluncuran Artemis, roket dan kapsul tersebut akan dipindahkan ke landasan peluncuran di Kennedy Space Center pada awal 2026. Di sana, tim NASA akan menjalankan uji coba penting yang disebut wet dress rehearsal.

    Dalam uji coba ini, roket akan diisi penuh dengan bahan bakar berupa hidrogen cair dan oksigen cair. Setelah itu, tim akan melakukan simulasi hitung mundur layaknya peluncuran sungguhan hingga mencapai detik T-29, lalu prosesnya dihentikan.

    Tes ini untuk memastikan semua sistem bekerja dengan baik sebelum benar-benar diterbangkan.

  • Ada 4 Bangunan Terlihat Jelas dari Luar Angkasa, Ini Daftarnya

    Ada 4 Bangunan Terlihat Jelas dari Luar Angkasa, Ini Daftarnya

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah astronot dan pakar antariksa menyebut beberapa bangunan besar di Bumi dapat terlihat dari luar angkasa. Namun menariknya, Tembok Besar China, yang termasuk dalam tujuh keajaiban dunia, ternyata tidak terlihat jelas dari luar angkasa. Padahal, panjang struktur megah tersebut mencapai 21.196,18 kilometer (km).

    Mantan Komandan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Chris Hadfield menjadi salah satu orang yang memberi kesaksian bahwa tembok China tidak masuk dalam daftar yang bisa terlihat dari luar angkasa.

    Menurutnya tembok besar China terlalu sempit terlihat dari luar angkasa. Bangunan itu juga mengikuti kontur serta warna alami dari geografi sekitarnya.

    Hanya terdapat empat bangunan yang diungkapkan para astronot bisa terlihat jelas dari luar angkasa. Luar angkasa sendiri Merujuk pada garis karma. Ini menandakan batas antara atmosfer bumi dengan antariksa, berada 100 km di atas permukaan bumi.

    “Garis Karman merupakan perkiraan wilayah yang menunjukkan ketinggian di mana satelit bisa mengorbit Bumi tanpa terbakar atau jatuh dari orbit sebelum mengelilingi Bumi setidaknya sekali,” jelas Katrina Bossert selaku fisikawan luar angkasa Arizona State University, dikutip dari Live Science.

    Berikut ini daftar bangunan yang bisa dilihat dari antariksa dengan mudah, dirangkum CNBC Indonesia:

    1. Palm Jumeirah Dubai

    Palm Jumeirah merupakan pulau buatan di Dubai. Pulau-pulau tersebut bisa terlihat dari Garis Karman. Bahkan stasiun ISS yang berada di ketinggian 400 km di atas permukaan laut juga bisa melihatnya.

    Namun di ISS butuh alat bantu. Astronot di sana melihatnya dengan menggunakan lensa 800 mm

    2. Piramida Giza

    Khusus untuk Piramida Giza terdapat dua pendapat tentang penampakannya di luar angkasa. Astronot asal Inggris, Tim Peake mengatakan bangunan itu tidak terlihat, namun struktur masifnya bisa terlihat dengan lensa 800mm.

    Sebaliknya, mantan astronot NASA dan komandan ISIS bernama Leroy Chiao mengatakan piramida dapat terlihat dari orbit. Bahkan bisa dilihat jelas dengan mata telanjang.

    “Ada banyak yang bisa dilihat dari ISS, bahkan dengan mata telanjang,” ucapnya. “Misalnya pernah menemukan piramida besar dengan telefoto dan bisa memilih dua yang besar dengan mata telanjang, selama pencahayaan dan kondisi cuaca baik, sebagai dua titik kecil.”

    3. Bendungan Tiga Ngarai

    Bendungan Tiga Ngarai merupakan bendungan raksasa di Sungai Yangtze Cina. Tingginya mencapai 185 meter dan panjangnya lebih dari 2 km.

    Bendungan Tiga Ngarai merupakan bendungan raksasa di Sungai Yangtze Cina. Tingginya mencapai 185 meter dan panjangnya lebih dari 2 km.

    Bangunan itu merupakan fasilitas penghasil listrik terbesar di dunia. Bendungan Tiga Ngarai juga menjadi bendungan pembangkit listrik tenaga air termahal yang pernah dibangun

    4. Tambang Bingham Canyon

    Tambang ini juga bisa dilihat dengan jelas dari luar angkasa. Letaknya berada di 32 km tenggara Salt Lake City.

    Bingham Canyon jelas terlihat dari Garis Karman tanpa alat bantu. Selain itu juga bisa dilihat dari pesawat ulang alik yang terbang 305-531 km di atas permukaan laut.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Stasiun Luar Angkasa Internasional Bakal Dihancurkan di 2030

    Stasiun Luar Angkasa Internasional Bakal Dihancurkan di 2030

    Jakarta

    Dalam sejarah penerbangan antariksa, Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) mungkin merupakan salah satu pencapaian umat manusia yang paling menakjubkan, sebuah contoh gemilang kerja sama antariksa antara Amerika Serikat (AS), Eropa, Kanada, Jepang, dan Rusia. Namun, semua hal baik pasti akan berakhir.

    Pada 2030, ISS akan dideorbit, didorong ke wilayah terpencil di Samudra Pasifik. Bagi orang-orang yang menyukai dunia keantariksaan, apalagi yang terlibat langsung di dalamnya, dihancurkannya ISS akan jadi momen perpisahan penting yang menyedihkan.

    “Saya seorang insinyur kedirgantaraan yang telah membantu membangun berbagai perangkat keras dan eksperimen untuk ISS. Sebagai anggota komunitas antariksa selama lebih dari 30 tahun dan anggota komunitas NASA selama 17 tahun, akan sulit bagi saya untuk melihat ISS berakhir,” kata John M. Horack, Profesor bidang Mechanical and Aerospace Engineering dari Ohio State University, dikutip dari Science Alert.

    Ia menyebutkan, sejak bagian pertama ISS diluncurkan pada 1998, stasiun ini telah menjadi rumah bagi berbagai pencapaian penelitian penting di berbagai domain, termasuk ilmu material, bioteknologi, astronomi dan astrofisika, ilmu bumi, pembakaran, dan masih banyak lagi.

    Para astronaut yang melakukan penelitian di dalam stasiun ruang angkasa dan eksperimen muatan yang melekat pada bagian luar stasiun telah menghasilkan banyak publikasi di jurnal sains yang ditinjau sejawat.

    Beberapa di antaranya telah memajukan pemahaman kita tentang badai petir, menghasilkan perbaikan dalam proses kristalisasi obat-obatan utama melawan kanker, merinci cara menumbuhkan retina buatan di luar angkasa, mengeksplorasi pemrosesan serat optik ultramurni, dan menjelaskan cara mengurutkan DNA di orbit.

    Secara total, lebih dari 4.000 percobaan telah dilakukan di ISS, menghasilkan lebih dari 4.400 publikasi penelitian yang didedikasikan untuk memajukan dan meningkatkan kehidupan di Bumi dan membantu membuka jalan bagi aktivitas eksplorasi ruang angkasa di masa depan.

    “ISS telah membuktikan nilai pelaksanaan penelitian di lingkungan penerbangan antariksa yang unik, yang memiliki gravitasi sangat rendah, ruang hampa, siklus suhu ekstrem, dan radiasi, untuk memajukan pemahaman ilmuwan tentang berbagai proses fisika, kimia, dan biologi yang penting,” kata Horack.

    Menjaga Kehadiran di Orbit

    Keberadaan ISS sama dengan menjaga kehadiran di orbit Bumi. Namun, setelah stasiun tersebut pensiun, NASA dan mitra internasionalnya tidak meninggalkan pos terdepan mereka di orbit rendah Bumi. Sebaliknya, mereka mencari alternatif untuk terus memanfaatkan potensi orbit rendah Bumi sebagai laboratorium penelitian yang unik dan memperpanjang keberadaan manusia selama 25 tahun, sekitar 402 kilometer di atas permukaan Bumi.

    Pada Desember 2021, NASA mengumumkan tiga penghargaan untuk membantu mengembangkan stasiun luar angkasa milik swasta yang dioperasikan secara komersial di orbit rendah Bumi. Selama bertahun-tahun, NASA telah berhasil mengirim pasokan ke ISS menggunakan mitra komersial, dan badan tersebut baru-baru ini memulai pengaturan bisnis serupa dengan SpaceX dan Boeing untuk mengangkut awak di pesawat ruang angkasa Dragon dan Starliner.

    Berdasarkan keberhasilan program ini, NASA menginvestasikan lebih dari USD 400 juta untuk merangsang pengembangan stasiun ruang angkasa komersial dan diharapkan dapat meluncurkan dan mengaktifkannya sebelum ISS dinonaktifkan.

    Stasiun Luar Angkasa Komersial

    Pada September 2025, NASA menerbitkan draf pengumuman untuk proposal kemitraan Fase 2 bagi stasiun luar angkasa komersial. Perusahaan yang terpilih akan menerima pendanaan untuk mendukung tinjauan desain kritis dan mendemonstrasikan stasiun dengan empat orang di orbit selama minimal 30 hari.

    NASA kemudian akan melanjutkan proses penerimaan dan sertifikasi desain formal untuk memastikan stasiun-stasiun ini memenuhi persyaratan keselamatan NASA yang ketat. Hasilnya akan memungkinkan NASA untuk membeli misi dan layanan lain di atas stasiun-stasiun ini secara komersial, serupa dengan cara NASA mengirimkan kargo dan awak ke ISS saat ini.

    Tim mana yang akan berhasil, dan dalam jangka waktu berapa, masih harus dilihat. Sementara stasiun-stasiun ini dibangun, para astronaut China akan tetap tinggal dan bekerja di stasiun luar angkasa Tiangong, sebuah fasilitas berawak permanen yang menampung tiga orang dan mengorbit sekitar 402 km di atas permukaan Bumi.

    Akibatnya, jika masa pendudukan ISS berakhir, China dan Tiangong akan mengambil alih orbit Bumi sebagai stasiun luar angkasa berpenghuni terlama yang masih beroperasi. Stasiun ini telah dihuni selama kurang lebih empat tahun dan masih terus berlanjut.

    Diperlukan waktu beberapa tahun sebelum stasiun ruang angkasa komersial baru ini mengitari Bumi dengan kecepatan sekitar 28 ribu kilometer per jam dan beberapa tahun sebelum ISS dideorbit pada 2030.

    “Jadi, selagi ada kesempatan, lihatlah ke atas dan nikmati pemandangannya. Hampir setiap malam ketika ISS terbang di atasnya, pemandangannya sungguh luar biasa: titik cahaya biru-putih yang cemerlang, biasanya objek paling terang di langit, yang diam-diam membentuk lengkungan anggun di langit,” kata Horack.

    “Nenek moyang kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa suatu hari, salah satu objek paling terang di langit malam akan diciptakan oleh pikiran manusia dan dibangun oleh tangan manusia,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Batu 2 Miliar Tahun Dibuka, Peneliti Kaget Ada Makhluk Hidup

    Batu 2 Miliar Tahun Dibuka, Peneliti Kaget Ada Makhluk Hidup

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tim penelitian cukup kaget saat menemukan batu berusia 2 miliar tahun sebab makhluk mikro-organisme di dalamnya masih dalam keadaan hidup.

    Batuan itu ditemukan menggunakan metode pengeboran ultra dalam di Afrika Selatan. Penelitian dalam jurnal Microbial Ecology mengungkapkan hasil temuannya cukup mengesankan.

    “Kami tidak tahu apakah batu berusia 2 miliar tahun bisa ditinggali. Sampai saat ini, lapisan geologi tertua yang di dalamnya ditemukan mikro-organisme hidup berusia 100 juta tahun yang terkubur di bawah dasar laut. Artinya, ini penemuan yang mengesankan,” kata Yohey Suzuki, salah satu peneliti dari Graduate School of Science di University of Tokyo.

    Secara teori, kehidupan pertama kali muncul di Bumi sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Sementara manusia baru muncul ratusan ribu tahun silam.

    Dengan temuan pada batu tersebut, bisa menjadi peluang melakukan penelitian ekosistem dan evolusi biologi awal kehidupan yang berusia miliaran tahun. Selain itu juga terkait genetika, sebab mikroba dalam batuan punya evolusi yang sangat lambat.

    “Dengan meneliti DNA dan genomik mikroba seperti ini, kita bisa memahami evolusi pada era terawal di Bumi,” kata Suzuki.

    Terkait penemuan itu, koalisi peneliti internasional percaya penelitian mikroba pada batuan kuno bisa berdampak untuk upaya pencarian kehidupan lain di Bumi.

    Sementara itu, temuan NASA di Mars ternyata terkait dengan batuan miliaran tahun di Afrika Selatan. Lembaga asal Amerika Serikat (AS) itu memiliki sampel fisik dengan robot Perseverance di Mars dan dikirim ke Bumi.

    Sampel dari Mars yang berhasil diperoleh diduga peneliti batuan kuno memiliki usia yang sama dengan batuan Afrika itu.

    “Menemukan kehidupan mikroba di Bumi dari 2 miliar tahun lalu dan bisa mengkonfirmasi keasliannya membuat saya semangat, ingin tahu apa yang bisa kita temukan dari sampel di Mars,” kata Suzuki.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]