Kementrian Lembaga: Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

  • Viral Koin Jagat, Menteri PPPA Ingatkan Masyarakat Tak Gampang Percaya – Page 3

    Viral Koin Jagat, Menteri PPPA Ingatkan Masyarakat Tak Gampang Percaya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Baru-baru ini, sejumlah daerah diramaikan oleh fenomena berburu “Koin Jagat,” bagian dari fitur Treasure Hunt yang ditawarkan oleh aplikasi media sosial bernama Jagat. Fenomena ini disebut mirip dengan game Pokemon Go yang sempat viral beberapa tahun lalu.

    Menanggapi hal tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, mengimbau masyarakat, khususnya anak-anak, agar lebih bijak dalam menyikapi tren tersebut. Pasalnya, hingga kini belum diketahui dengan jelas siapa pihak di balik keberadaan Koin Jagat tersebut.

    “Koin Jagat, orang yang mencari koin di daerah tertentu gitu ya, ini sebetulnya permainan dari pihak-pihak yang kita sebetulnya nggak tahu siapa,” kata Arifatul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/1/2025).

    Pasalnya, kata Arifatul, sikap masyarakat condong mudah percaya. Sehingga, harus ada pemahaman agar tidak tergoda informasi yang belum diketahui kebenarannya.

    “Mungkin masyarakat kita gampang percaya, ini sebetulnya harus ada penyadaran, pemahaman, tidak mudah tergoda dengan informasi-informasi yang kita belum tahu kebenarannya,” ucapnya.

    Bahkan, kata Arifatul, sampai ada orang yang membongkar tanah untuk mencari keberadaan koin itu. Menurutnya, masyarakat perlu pemahaman rasional atas fenomena koin jagat.

    “Ya, saya juga melihat itu, mereka harus membongkar tanah informasinya ada koin di dalam tanah. Ini baru terjadi dan kita akan mencari penyebabnya apa sih, sumbernya dari mana kok bisa jadi masif begitu. Seolah-olah tidak bisa dianalisa kok harus mencari koin yang tidak jelas ada di mana gitu,” tuturnya.

    “Ini perlu ada penyadaran dan menyadarkan masyarakat kalau melakukan sesuatu ya rasional gitu. Jadi jangan terbawa oleh isu-isu yang kita tidak tahu kebenarannya,” imbuh Arifatul.

     

  • Menteri PPPA Beri Peringatan Kepada Sekolah Sikapi Siswa Dihukum Duduk di Lantai Akibat Nunggak SPP – Halaman all

    Menteri PPPA Beri Peringatan Kepada Sekolah Sikapi Siswa Dihukum Duduk di Lantai Akibat Nunggak SPP – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi menanggapi isu siswa kelas IV SD swasta di Kota Medan, Sumatera Utara dihukum belajar di lantai oleh gurunya.

    Siswa SD tersebut dihukum karena menunggak sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) selama 3 bulan.

    Arifatul mengatakan bahwa kejadian siswa SD yang dihukum karena telat membayar SPP diduga terjadi di banyak tempat.

    Dia pun memberikan peringatan kepada sekolah lain agar tidak melakukan hal serupa.

    “Sebetulnya mungkin banyak terjadi di tempat lain. Jadi ini mungkin sebagai peringatan juga untuk sekolah-sekolah untuk tidak melakukan yang berpengaruh terhadap psikologis anak,” ucap Arifatul di Istana Merdeka, Jakarta pada Selasa (14/11/2025).

    Arifatul menambahkan pihaknya sudah melakukan pendampingan kepada siswa SD tersebut.

    Dia pun mendapatkan informasi anak tersebut juga sudah diberikan beasiswa. 

    “Untuk yang kasus anak duduk di bawah karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai, dari kementerian kami melakukan pendampingan, bekerja sama juga dengan Kemendikdasmen dan sudah ada komunikasi. Dan insyaAllah kalau tidak salah anak ini malah mendapat beasiswa,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Arifatul menduga ada kesalahan dari pihak wali kelas murid dan guru sehingga terjadi siswa dihukum duduk di lantai karena telat bayar SPP.

    Menurutnya, pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah sanksi yang akan dikenakan kepada pihak guru. 

    “Sebetulnya sudah ada. Karena sebetulnya itu adalah kebijakan dari wali kelas. Karena pihak sekolah tidak mengetahui. Ini sedang diproses (sanksi) Mudah-mudahan nanti bisa diinformasikan lebih lanjut,” katanya.

    Sebelumnya Seorang guru di Medan, Sumatra Utara, Haryati, menghukum muridnya MA yang berusia 10 tahun, dengan cara memaksa anak tersebut duduk di lantai karena menunggak SPP sebesar Rp 180 ribu.

    Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 8 Januari 2025, dan memicu kontroversi setelah ibu MA, Kamelia, mendatangi sekolah untuk menanyakan tindakan tersebut.

    Kamelia mengaku terlibat perdebatan dengan Haryati saat melihat anaknya duduk di lantai dan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar.

    “Haryati berkata, ‘Kan sudah saya bilang, peraturan yang belum bayar dan lunas tidak dibenarkan ikut sekolah,’” ungkap Kamelia saat ditemui di kediamannya di Gang Jarak, Jalan Brigjen Katamso, Kota Medan, pada Jumat, 10 Desember 2025.

    Haryati juga menyatakan ia sudah meminta Mahesya untuk pulang, namun anak tersebut menolak.

    “Anak Ibu sudah saya suruh pulang tetapi tidak mau pulang,” tambah Kamelia.

    Setelah insiden tersebut, Kamelia menemui Kepala Sekolah SD Yayasan Abdi Sukma untuk menanyakan kebenaran aturan yang disampaikan Haryati.

    Skorsing untuk Haryati

    Akibat dari tindakan tersebut, Haryati kini tidak diperbolehkan mengajar untuk sementara waktu.

    Ketua Yayasan Abdi Sukma, Ahmad Parlindungan, menegaskan bahwa hukuman duduk di lantai bukanlah kebijakan yayasan.

    “Kami sangat kecewa dengan kondisi ini yang menjadi viral seluruh Indonesia karena tidak ada aturan tertulis dihukum karena nunggak SPP,” ujar Ahmad pada Sabtu, 11 Desember 2025.

    Ahmad juga memastikan bahwa tidak ada masalah pribadi antara Kamelia dan Haryati, serta pihak sekolah telah meminta maaf kepada Kamelia atas insiden tersebut.

    Penyebab Nunggak SPP

    Sementara itu, Kamelia menjelaskan bahwa tunggakan SPP disebabkan oleh dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp450 ribu yang belum cair.

    Ia mengandalkan dana KIP dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

    “Kalau KIP cair, Rp450.000 itu saya habiskan untuk biaya sekolah, gak pernah saya ambil,” jelas Kamelia.

    Ia juga pernah meminta keringanan agar anaknya diizinkan mengikuti ujian meskipun belum membayar SPP, namun tetap tidak diperbolehkan mengambil rapor.

    Insiden ini menyoroti pentingnya komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam menangani masalah keuangan pendidikan.

  • Permainan Koin Jagat Tak Jelas, Menteri PPPA Nilai Warga Perlu Disadarkan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        14 Januari 2025

    Permainan Koin Jagat Tak Jelas, Menteri PPPA Nilai Warga Perlu Disadarkan Nasional 14 Januari 2025

    Permainan Koin Jagat Tak Jelas, Menteri PPPA Nilai Warga Perlu Disadarkan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menilai masyarakat perlu disadarkan dari tren berburu
    Koin Jagat
    .
    Diketahui tren berburu koin hingga merusak fasilitas umum itu telah menimbulkan kerugian dan menciptakan keresahan. Masyarakat rela berkeliling kota untuk mencari koin-koin yang bisa ditukar menjadi uang dalam aplikasi Jagat.
    Terlebih, permainan
    koin jagat
    belum memiliki asal usul yang jelas.
    “Ini sebetulnya harus ada penyadaran, pemahaman, tidak mudah tergoda dengan informasi-informasi yang kita belum tahu kebenarannya,” kata Arifah di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (14/1/2025).
    Ia menilai, pemahaman juga perlu diberikan lantaran permainan banyak dimainkan anak-anak.
    Mereka harus membongkar tanah untuk mencari tempat koin-koin disembunyikan.
    “Ini sebetulnya permainan dari pihak-pihak yang kita sebetulnya nggak tahu siapa. Mungkin masyarakat kita gampang percaya,” ucap Arifah.
    Lebih lanjut Arifah menyatakan, pihaknya akan mencari tahu penyebab fenomena permainan ini digandrungi masyarakat.
    Begitu pun sumber permainan, mengingat kian masif digandrungi masyarakat beberapa waktu belakangan.
    “Ini baru terjadi dan kita akan mencari penyebabnya apa sih, sumbernya dari mana kok bisa jadi masif begitu. Seolah-olah tidak bisa dianalisa kok harus mencari koin yang tidak jelas ada di mana gitu,” jelas dia.
    “Ini perlu ada penyadaran dan menyadarkan masyarakat kalau melakukan sesuatu ya rasional gitu. Jadi jangan terbawa oleh isu-isu yang kita tidak tahu kebenarannya,” imbuh Arifah.
    Sebelumnya diberitakan, Koin Jagat digandrungi masyarakat beberapa waktu terakhir. Salah satu lokasi yang ramai diserbu pemburu koin dalam sepekan terakhir adalah kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat.
    Direktur Umum Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK), Hadi Sulistia mengatakan, sejumlah fasilitas umum di area GBK mengalami kerusakan, mulai dari tanaman yang diinjak-injak hingga paving block yang dibongkar.
    “Kerusakan tiang lampu, banyak paving dibongkar, kerusakan tanaman dan taman, dan kemungkinan munculnya potensi kerawanan,” kata Hadi saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (12/1/2025).
    Akibat hal itu, pengelola melarang kawasan GBK dijadikan tempat perburuan koin.
    “Kami sangat berkeberatan dengan kejadian pencarian koin dari aplikasi tersebut di seluruh kawasan GBK,” ungkap Hadi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi Fokus dan Prioritaskan Kondisi Psikologis Lolly

    Polisi Fokus dan Prioritaskan Kondisi Psikologis Lolly

    Jakarta, Beritasatu.com – Drama antara Laura Meizani atau Lolly dengan ibunya, Nikita Mirzani, masih berlanjut. Bahkan, anak perempuan 17 tahun itu nekat kabur dari rumah aman. Untuk itu, Polres Metro Jakarta Selatan bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) tengah berupaya untuk memulihkan kondisi psikologisnya yang saat ini berada di Rumah Sakit (RS) Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

    Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel), Kompol Nurma Dewi menyatakan, fokus utama saat ini adalah pemulihan kondisi psikologis atau mental Laura setelah ia dipindahkan pada Jumat, (10/1/2025) atau setelah kabur dari rumah aman dan mendatangi pengacara Razman Arif Nasution.

    “Saat ini proses pendalaman masih berlangsung. Kami telah memeriksa bersama, Laura telah dipindahkan ke RS Polri untuk perawatan dan evaluasi lebih lanjut terkait kondisi psikologisnya,” ungkap Nurma Dewi di Polres Jakarta Selatan, Senin (13/1/2025).

    Nurma menjelaskan, belum ada keputusan pasti mengenai kapan Lolly akan diperbolehkan pulang. Menurutnya, hal tersebut sepenuhnya tergantung pada keputusan pihak rumah sakit yang terus memantau keadaan mental remaja tersebut.

    “Keputusan untuk pulang sepenuhnya tergantung pada kebijakan rumah sakit, karena ada aspek psikologis (Lolly) yang harus kami tangani terlebih dahulu,” jelasnya.

    Selain itu, Nurma mengungkapkan bahwa pemindahan Laura atau Lolly ke RS Polri Kramatjati merupakan hasil keputusan bersama antara kepolisian, Kemen PPPA, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

    “Setelah rapat bersama, kami sepakat pemulihan psikis Laura adalah prioritas utama. Keputusan ini diambil secara kolektif,” ujar Nurma.

    Terkait dengan isu adanya penyidik laki-laki yang masuk ke ruang perawatan Laura tanpa izin, Nurma menyatakan pihaknya sedang menyelidiki informasi tersebut.

    “Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait informasi tersebut. Apabila ada informasi baru, kami akan segera mengambil langkah yang diperlukan,” tandasnya.

    Nurma menegaskan, keputusan pihak kepolisian, Kemen PPPA, dan KPAI untuk memindahkan Lolly ke RS Polri adalah untuk keamanan putri Nikita Mirzani tersebut, serta memantau secara mendetail tentang kondisi psikis, psikologis atau mentalnya.

  • Polres Metro Jakarta Selatan Bantah Jadikan Lolly Tersangka dalam Kasus Vadel Badjideh

    Polres Metro Jakarta Selatan Bantah Jadikan Lolly Tersangka dalam Kasus Vadel Badjideh

    Jakarta, Beritasatu.com – Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi membantah pernyataan Nikita Mirzani yang menyebut putrinya, Laura Meizani Nasseru Asry atau Lolly, kini telah menjadi tersangka dalam kasus yang melibatkan Vadel Badjideh.

    “Setelah kami koordinasi dengan penyidik dan kami tanyakan apakah ada yang disebut, untuk saat ini tidak ada penetapan tersangka. Jadi, kabar bahwa Lolly menjadi tersangka itu tidak benar,” ucap Nurma Dewi di Polres Jakarta Selatan, Senin (13/1/2025).

    Nurma mengatakan, penetapan tersangka dalam laporan Nikita Mirzani yang menuduh Vadel Badjideh sebagai pelaku tindak pidana pelecehan seksual dan pemaksaan aborsi merupakan kewenangan penyidik.

    Pihaknya juga menegaskan, rumor Lolly dijadikan tersangka atas kasus tersebut tidak benar.

    “Imbauan dari kami, biarkan penyidik bekerja. Apabila ada perubahan status tersangka, biarkan penyidik yang berkoordinasi dengan saya sebagai humas. Jika penyidik memutuskan untuk menyampaikan, mereka yang akan menyampaikannya,” tegasnya.

    Sebelumnya, Nikita Mirzani dalam unggahannya di media sosial mengungkapkan sebagai orang tua Lolly tidak terima anaknya dijadikan tersangka dalam kasus yang berkaitan dengan Vadel Badjideh.

    Nikita mengatakan, hal tersebut tidak masuk akal lantaran sejak awal ia melaporkan Vadel Badjideh yang dituduh melakukan hubungan seksual dengan Lolly.

    “Sangat mengejutkan bahwa kini anak saya malah dijadikan tersangka dalam kasus ini, yang bagi saya sangat tidak masuk akal,” jelasnya.

    Menurutnya, ada hal yang janggal dalam pelaporannya tersebut sehingga menghambat proses hukum yang sudah berjalan selama lima bulan.

    “Saya merasa ada yang menghambat proses hukum ini dan bertanya-tanya apakah ada pihak tertentu yang mencoba menghalangi laporan saya?” kata Nikita Mirzani.

    Setelah kabur dari rumah aman, Lolly saat ini tengah berada di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Ia dititipkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Unit PPPA Provinsi Jakarta, dan pihak Kepolisian Polres Metro Jakarta Selatan. 

    Sementara itu, hingga kini polisi masih menyelidiki dan memproses laporan Nikita Mirzani terhadap Vadel Badjideh. Pihaknya juga mengatakan, tidak pernah mengeluarkan pernyataan bahwa status Lolly berubah menjadi tersangka seperti yang disebutkan oleh Nikita Mirzani.

  • Tekan Tren Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Melalui Puspaga

    Tekan Tren Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Melalui Puspaga

    JABAR EKSPRES – Dalam upaya menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Pemerintah Daerah (Pemda) KBB resmi membentuk dan mengukuhkan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).

    Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat, Ade Zakir Hasyim menyebut, tren kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayahnya sejak tahun 2021 hingga 2024 terus mengalami kenaikan. Karena itu, keberadaan Puspaga diharapkan dapat menekan kasus tersebut.

    “Terkait persoalan ini, sehingga memang saya memandang perlu adanya unit pelayanan untuk berkonsultasi masalah-masalah keluarga. Masalah pengasuhan anak,” katanya, Senin (13/1/2025).

    Menurut Ade, tingginya kekerasan terhadap perempuan dan anak umumnya bermula dari persoalan rumah tangga seperti ekonomi dan ketidakharmonisan di antara suami istri.

    “Banyak persoalan kekerasan kepada perempuan dan anak merupakan awal mula lahirnya Puspaga, sebagai pusat pembelajaran keluarga,” katanya.

    BACA JUGA: Ditata Bertahap, Pj Gubernur Jabar Pastikan Honorer Tidak Kehilangan Pendapatan

    “Ini menjadi harapan dan solusi sebagai one stop service atau layanan satu pintu keluarga, holistik integratif berbasis hak anak dengan meningkatkan kapasitas orang tua atau orang yang bertanggung jawab mengasuh serta melindungi anak,” sambungnya.

    Dengan adanya Puspaga, menurut Ade, akses pelaporan dapat lebih mudah diakses baik secara online maupun offline yang mendorong para korban untuk lebih berani melaporkan tindak kekerasan yang terjadi pada dirinya.

    “Selain itu, harus adanya perubahan sistem hukum yang lebih baik dan melindungi.Harus diingat bahwa melindungi anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi merupakan tugas bersama seluruh lapisan masyarakat khususnya keluarga. Mayoritas kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi di ranah personal,” katanya.

    Lebih lanjut Ade mengatakan, Puspaga ini juga implementasi dari program asta cita presiden dan wakil presiden RI dengan lima pesan khusus kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

    “Pesan khusus tersebut yakni meningkatkan pemberdayaan perempuan, meningkatkan peran ibu dan keluarga dan mendidik anak, menurunkan angka kekerasan terhadap anak, menurunkan pekerja anak dan mencegah perkawinan anak,” jelasnya.

    BACA JUGA: Umumkan Penetapan Wali Kota Terpilih, DPRD Kota Bogor Gelar Paripurna

  • Menteri PPPA Temui Ibu Pembunuh Anak di Tambun Bekasi: Sepintas Tampak Ada Penyesalan – Halaman all

    Menteri PPPA Temui Ibu Pembunuh Anak di Tambun Bekasi: Sepintas Tampak Ada Penyesalan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi memberikan perhatian serius terkait kasus tewasnya anak gelandangan dibunuh orang tua kandung di Bekasi, Jawa Barat.

    Peristiwa tewasnya korban inisial MRM (4) terjadi di Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada Minggu (5/1/2025).

    Polda Metro Jaya melalui tim gabungan jajaran telah menangkap tersangka AZR (19) dan SD (22) saat hendak melarikan diri.

    Kedua pelaku kini sudah dilakukan penahanan. 

    Menteri Arifatul hadir di konferensi pers pengungkapan kasus tersebut, dia bertemu langsung dengan ibu kandung korban.

    “Memang kami ingin bertemu langsung dengan, ibu tersangka. Jadi saya tadi sempat bertemu dan ngobrol karena ada penasaran dalam diri saya seorang ibu bisa melakukan hal seperti itu,” ucapnya didampingi Kapolda Metro Jaya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (13/1/2025).

    Setelah berdialog, Menteri PPPA merasakan adanya rasa kehilangan (anak) dari tersangka.

    “Tadi sempat ngobrol dan nampaknya sih sepintas saya lihat ada kekecewaan, ada penyesalan,” ujarnya.

    Pihaknya juga menitipkan pesan untuk pemerintah daerah, bagaimana menangani para pengemis dan pemulung yang masih berada di sekitaran Jakarta. 

    Informasinya yang diperoleh ada sekitar 583 orang pengemis dan 270-an pemulung.

    Arifatul mendorong kebijakan tertentu misalkan menempatkan mereka di tempat pembuangan sampah, dikasih tempat khusus, sehingga mereka tidak berkeliaran. 

    “Tetapi memang tugasnya untuk memilah sampah sehingga bisa berdaya jual ekonomi. Itu mungkin salah satu yang sudah dilakukan, mungkin perlu ditambah lagi sehingga pemulung-pemulung dan pengemis-pengemis ini tidak lagi berkeliaran,” ungkapnya.

    Sebelumnya, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengungkapkan kronologis bocah gelandangan inisial RMR (4) dibunuh orang tuanya di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

    Laporan kasus ini telah terigister dengan nomor LP/A/01/I/2025/Polsek Tambun Selatan/Polres Metro Bekasi/Polda Metro Jaya, tanggal 6 Januari 2025.

    Menurutnya, peristiwa itu terjadi berawal dari korban pada 5 Januari 2025 sekira pukul 21.30 WIB muntah-muntah di teras minimarket tempat para tersangka biasa mengemis.

    “Kemudian ayah korban dan ibu korban ditegur oleh salah satu karyawan Minimarket dan dimintai pertanggung jawaban,” kata Wira saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (13/1/2025).

    Tersangka diminta karyawan di minimarket itu untuk membersihkan muntahan dari korban.

    Kemudian tersangka ditegur kalau kejadian terulang maka dilarang untuk mengemis di depan minimarket.

    Karena merasa malu, korban dibawa ke tempat istirahat nya di sekitar Ruko kosong (TKP).

    Di situ para tersangka inisial AZR (19) dan SD (22) mengeroyok dan menganiaya korban.

    “Ayah korban melakukan pemukulan kebagian dada korban, wajah/kepala, membentur roling door hingga menampar pipi korban,” ucapnya.

    Sedangkan ibu kandung korban melakukan pemukulan dengan cara menampar kebagian mulut korban hingga mencubit paha.

    Sebelumnya anak korban sering mendapat kekerasan dari para tersangka.

    Hal itu lantaran korban kerap buang air besar di celana tidak pernah memberitahukan walaupun sudah dibilang berkali-kali.
     
    Korban MRM yang habis dianiaya orang tuanya mengalami sesak nafas dalam posisi duduk.

    Tersangka AZR meminta SD untuk membelikan minyak kayu putih sembari berharap korban keesokan harinya.

    Namun setelah tersangka terbangun dari tidur mendapati korban sudah tidak bernafas serta badannya membeku.

    Wira menambahkan tersangka memindahkan jasad korban ke dalam ruko yang lain yang bersebelahan dengan ruko tempat istirahat.

    “Tersangka AZR memegang kepala korban dan tersangka SD memegang kaki korban dan membawa korban ke ruko di sampingnya, kemudian tersangka SD mengambil kain sarung lalu membungkus jasad korban di ruko,” ungkapnya

    Para tersangka meninggalkan ruko tersebut melarikan diri ke Karawang yang akhirnya ditangkap saat sedang istirahat disamping musala SPBU Karawang.

    Tersangka ditangkap oleh Tim Opsnal gabungan Subdit Resmob, Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Metro Bekasi.

    Adapun barang bukti yang diamankan dari para tersangka yakni kaos, jaket, celana panjang serta kemoceng.

    Para Tersangka dikenakan Pasal 76C Jo Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Nomor  35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 170 ayat (2) ke 3e KUHP dan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP dengan hukuman penjara paling lama 15 tahun.

  • Razman Arif Nasution Klaim Lolly Lebih Nyaman Tinggal di RS Polri

    Razman Arif Nasution Klaim Lolly Lebih Nyaman Tinggal di RS Polri

    Jakarta, Beritasatu.com – Pengacara Razman Arif Nasution mengeklaim, putri Nikita Mirzani, Laura Meizani Nasseru Asry atau Lolly, kini merasa lebih nyaman tinggal di RS Polri dibandingkan saat berada di safe house (rumah aman).

    Hal tersebut disampaikan oleh kuasa hukum Vadel Badjideh tersebut ketika ditemui wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Senin (13/1/2025).

    “Ketika saya berbicara dengan Lolly di dalam, dia mengaku merasa lebih nyaman di sini dibandingkan saat berada di safe house,” ujar Razman.

    Namun, Razman mengakui ada beberapa hal yang membuat Lolly merasa kurang nyaman selama berada di RS Polri, di antaranya adalah adanya orang lain di sekitar dan masuknya penyidik laki-laki ke ruang tempat Lolly dititipkan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

    Razman mengatakan, pada kesepakatan awal apabila ada yang ingin menjenguk Lolly harus melibatkan beberapa pihak, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hingga Polres Metro Jakarta Selatan.

    “Serta kami sebagai perwakilan dari saudari Lolly, bukan penerima kuasa. Namun, kenapa penyidik bisa masuk begitu saja tanpa memberi tahu kami?” terang Razman.

    Selain itu, Razman juga menyinggung adanya informasi yang tidak sesuai dari Kementerian PPPA melalui Deputi Bidang Perlindungan Anak, yakni terkait kasus ini.

    Salah satunya adalah pemindahan lokasi ruangan penitipan Lolly yang ternyata tidak sesuai dengan informasi yang diberikan sebelumnya, dan tanpa sepengetahuan Razman Arif Nasution sebagai perwakilan dari Lolly.

    “Ternyata Lolly dipindahkan ke ruang lain, tetapi saya tidak diberi tahu. Padahal, kami sudah sepakat tentang ruang dan fasilitas yang ada di sana. Kenapa mereka tidak memberitahu saya? Ada apa ini?” sambung Razman.

    Menanggapi kejanggalan-kejanggalan tersebut, Razman menegaskan bahwa dirinya akan terus memantau perkembangan putri Nikita Mirzani tersebut untuk memastikan tidak ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi proses ini, baik dari KPAI, Kementerian PPPA, maupun penyidik.

    “Mulai sekarang, saya akan memantau perkembangan Lolly setiap hari. Jangan coba-coba menghalangi proses ini, baik dari KPAI, Kementerian PPPA, maupun penyidik. Saya di sini dengan niat baik untuk menyelamatkan dan menjaga Lolly,” tandas Razman di RS Polri.

  • Kepala Sekolah SDN 14 Duren Sawit berharap program MBG terus berlanjut

    Kepala Sekolah SDN 14 Duren Sawit berharap program MBG terus berlanjut

    Anak-anak antusias sekali menerima manfaat dari MBG ini, dan makannya lahap semua, banyak yang habis juga

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Sekolah SD Negeri 14 Duren Sawit, Jakarta Timur Muktiati berharap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat terus berlanjut.

    “Saya berharap bisa mewujudkan generasi penerus yang sehat,” kata Muktiati usai membagikan makan bergizi gratis di SD Negeri 14 Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin.

    Muktiati mengatakan Presiden dan Wakil Presiden sudah mencanangkan program MBG dengan tujuan menciptakan anak-anak yang sehat seharusnya mendapat dukungan semua pihak.

    Dia menyebut program makan bergizi gratis ini merupakan pelaksanaan pertama di SDN 14 Duren Sawit dengan menu nasi, ayam goreng, tumis bayam dan jagung, tahu, dan jeruk.

    Kepala Sekolah SD Negeri 14 Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim) Muktiati usai membagikan makan bergizi gratis di SD Negeri 14 Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), Senin (13/1/2025). ANTARA/Siti Nurhaliza/am.

    Porsi yang dibagikan, kata Muktiati sudah sesuai dengan jumlah siswa di sekolah yakni sebanyak 362 siswa. Program ini dilakukan setiap Senin-Jumat sesuai penandatanganan kesepakatan (MoU) selama satu tahun.

    “Alhamdulillah hari ini kita SDN 14 Duren Sawit diberikan kesempatan yang pertama kali salah satunya untuk makan sehat bergizi. Anak-anak antusias sekali menerima manfaat dari MBG ini, dan makannya lahap semua, banyak yang habis juga,” jelas Muktiati.

    Lebih lanjut, Muktiati menyebut pelaksanaan makan bergizi gratis di SDN 14 Duren Sawit ini dilakukan setiap pukul 10.30 WIB bertepatan sebelum jam pulang untuk kelas 1 dan 2, sedangkan kelas 3-6 jam istirahat.

    Muktiati berharap, program ini dapat membantu kecukupan gizi anak-anak yang bersekolah di SD tersebut.

    Sebelumnya, pada Selasa (7/1) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi memantau langsung pelaksanaan program MBG di tiga sekolah di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, yang salah satunya adalah SD Negeri 01 Susukan.

    Kunjungan tersebut untuk mengawal jalannya MBG sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka dalam menanggulangi gizi buruk di Indonesia.

    Sasaran dari MBG adalah anak-anak usia sekolah, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga SMA, kemudian balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

    Tujuan program MBG adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia demi tercapainya target Indonesia Emas 2045.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Menanti kehadiran ayah di posyandu dampingi Makan Bergizi Gratis

    Menanti kehadiran ayah di posyandu dampingi Makan Bergizi Gratis

    Jakarta (ANTARA) – Suara ibu-ibu berceloteh ditimpa tangis para balita yang kegerahan, riuh terdengar pagi itu di Posyandu Dahlia, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

    Sekitar 45 orang yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, dan balita menerima Makan Bergizi Gratis di posyandu tersebut. Selain Posyandu Dahlia, makanan juga diberikan kepada sasaran yang sama di Posyandu Anyelir, Kecamatan Ciracas.

    Setelah beberapa saat menunggu, Wakil Menteri Kependudukan dan Keluarga Berencana/Wakil Kepala BKKBN Ratu Isyana Bagoes Oka beserta Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan tampak hadir untuk ikut mendistribusikan makanan hari itu.

    Menu makanan yang disajikan terdiri dari nasi rempah, telur saus mentega, tumis labu siam bakso, jeruk, dan susu. Beberapa anak terlihat lahap memakan sajian tersebut, namun, beberapa ibu-ibu terlihat gelisah.

    “Lauknya kurang, biasanya saya kasih anak saya makan ikan kalau di rumah,” ujar Windy, ibu usia 24 tahun yang hadir di Posyandu Dahlia.

    Ia terlihat kerepotan menenangkan anaknya yang menangis keras karena tidak nyaman dengan keramaian di posyandu yang cukup penuh dengan beberapa kader dan petugas yang membagi-bagikan makanan.

    Beberapa ibu lain juga terlihat tak sabar dan memasukkan makanan ke kotak bekal yang mereka bawa dari rumah, karena beberapa lauk tidak termakan oleh anaknya. Beragam anak memang melahap makanannya hingga habis, tetapi beberapa yang lain terlihat memilih-milih lauk yang dimakan.

    “Anak saya sehari-hari suka bakso, jadi baksonya habis, tetapi telurnya tidak habis,” kata Endang Monalisa (45), warga Desa Susukan yang hadir di Posyandu Anyelir.

    Endang datang bersama kedua anak kembarnya, Nizam dan Nadif yang berusia 3,5 tahun.

    Baik di Posyandu Anyelir maupun Posyandu Dahlia, tak terlihat sosok ayah yang mendampingi anak-anaknya hari itu, meski bisa dipahami karena memang pembagian Makan Bergizi Gratis hari itu dilaksanakan di hari kerja, yakni hari Jumat.

    “Mana ini bapak-bapaknya? Saya enggak lihat ada laki-laki ya, enggak ada bapak-bapak yang hadir ya hari ini?” tanya Wakil Menteri Veronica Tan kepada para ibu.

    “Kerja, Bu,” jawab para ibu yang hadir, serempak.

    Veronica pun berpesan kepada mereka, sebaiknya di kesempatan berikutnya, ayah juga turut mendampingi agar bisa melihat perkembangan anaknya dan ikut berperan dalam pengasuhan.

    Pentingnya pengasuhan setara

    Dalam setiap kesempatan pemeriksaan balita di posyandu, memang kehadiran ayah masih jarang terlihat. Terdapat berbagai alasan mengapa kehadiran ayah masih minim, misalnya faktor ekonomi atau beban ganda pada perempuan yang menjadi ibu rumah tangga.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, terdapat 11,44 juta perempuan yang tercatat sebagai kepala rumah tangga, atau 15,7 persen yang mencari nafkah.

    Pelaksana Tugas Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Indra Gunawan mengemukakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 400 pekerja informal perempuan di sembilan provinsi di Indonesia, meski jumlah pekerja perempuan lebih rendah daripada laki-laki, kemungkinan perempuan untuk menjadi pekerja informal lebih besar, yakni sekitar 66 persen atau 54,5 juta pekerja.

    Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memiliki beban ganda dalam keluarga lebih rentan mengalami permasalahan ekonomi, sehingga dapat memunculkan konflik dalam rumah tangga.

    Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengemukakan, pengasuhan yang setara dapat mengurangi beban ganda perempuan di dalam rumah tangga.

    “Kalau kita bicara masyarakat kelas menengah di mana mereka dituntut harus bekerja dua-duanya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga, yang kemudian terjadi adalah beban ganda bagi para perempuan karena perempuan juga tetap dibebankan pada urusan domestik. Maka, yang sedang kami dorong adalah bagaimana kesetaraan di dalam membangun keluarga, di mana dalam pengasuhan, laki-laki dan perempuan harus sama-sama mengasuh anak,” katanya.

    Peran memenuhi kebutuhan ekonomi selama ini memang lebih banyak ditanggung oleh ayah, namun, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menjelaskan, ayah juga mesti terlibat tidak sekadar untuk memenuhi keuangan dalam keluarga, tetapi juga hadir secara emosional untuk memenuhi kebutuhan psikologis ibu dan anak.

    Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Isyana Bagoes Oka mengemukakan, untuk meningkatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan, pihaknya kini tengah menggaungkan Gerakan Ayah Teladan (Gate) dalam lima program percepatan atau quick wins.

    Selama ini dalam menyuapkan makanan ke anak-anaknya, terutama balita, sebagian besar masih dilakukan oleh ibu. Untuk itu, melalui program Makan Bergizi Gratis, diharapkan kedua orang tua, baik ayah maupun ibu, bisa mendapatkan edukasi tentang gizi yang baik bagi keluarga.

    “Komposisi karbohidrat, protein, sayur, dan buah, juga ada tambahan susu, itu menjadi sesuatu yang sangat penting. Diharapkan dengan melihat menunya setiap hari, nantinya masing-masing keluarga, baik ayah maupun ibu bisa melihat bahwa ternyata setiap kali makan kita harus memiliki komposisi seperti ini. Jadi, nantinya ada edukasi juga tentang makanan-makanan apa saja yang memang baik supaya gizinya dapat terpenuhi setiap hari,” ucapnya.

    Edukasi tentang pemenuhan gizi nantinya juga melibatkan kader-kader mulai dari kader posyandu hingga tim pendamping keluarga (TPK) Kemendukbangga/BKKBN yang hingga kini jumlahnya mencapai 600 ribu orang tersebar di seluruh Indonesia.

    “Anak bisa dikenalkan pula dengan beragam menu-menu lain, sehingga ini juga menjadi sangat penting. Anak lidahnya terbiasa dengan beragam menu, dan nantinya juga mudah-mudahan akan menemukan kebiasaan makan yang baik,” tuturnya.

    Untuk mewujudkan pengasuhan yang setara, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan menekankan pentingnya perencanaan dalam berkeluarga sehingga dapat mencetak anak-anak yang berkualitas.

    “Keluarga berencana penting banget untuk mengedukasi keluarga. Anak yang berkualitas itu jauh lebih baik. Anak berkualitas itu dijaga baik-baik, dikasih makan yang benar, bergizi, dikasih sekolah yang tinggi,” katanya.

    Posyandu sebagai tempat untuk mengamati perkembangan balita di Indonesia memang sudah semestinya tidak hanya diisi oleh para ibu, tetapi juga para ayah, karena di situlah, orang tua bisa mengetahui capaian perkembangan sang anak.

    Ke depan, selain untuk memantau perkembangan anak yang dilakukan tiap bulan, posyandu juga akan menjadi tempat untuk edukasi gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita, sehingga, peran ayah yang hadir sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem pengasuhan yang setara dalam keluarga.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025